MAKALAH
HADITS DHAIF DAN KEHUJJAHANNYA
Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas Terstruktur
Mata kuliah : Pengantar Studi Hadits
Dosen Pengampu : Drs. H. Wawan Arwani, M.A
Disusun Oleh :
Fithria Rif’atul Azizah
Nurul Aisah
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang maha menguasai seluruh alam semesta beserta isinya. Lagi maha
berkehendak atas segala sesuatu, dan telah menjadikan manusia sebaik-baiknya ciptaan yang diberikan akal untuk
berfikir. Rasa syukur saya ucapkan karena berkat rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabiyullah Muhammad SAW kepada keluarganya,
para sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya. Semoga limpahan rahmat yang diberikan Allah kepada beliau
sampai kepada kita semua.
Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah “Pengantar Studi Hadits”. Namun, saya
sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan baik isi
maupun penulisan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat di gunakan sebagaimana mestinya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagaimana telah kita ketahui bersama, bahwa hadis merupakan sumber hokum kedua setelah kitab suci
Al Qur’an. Hadis merupakan perkataan perbuatan, dan takrir Nabi Muhammad selama beliau menjadi Nabi dan
Rasul. Karena itu selain kita harus menjadikan Al Qur’an sebagai sumber hukum utama, kitapun harus mempelajari
dan menjadikan hadis sebagai pedoman dan penguat dari hokum Al Qur’an.
Dan dalam hadis sendiri, terdapat tingkatan-tingkatan hadis dari hadis yang shohih sampai hadis
maudhu’.dan dalam menjadikannya (hadis) sebagai hujjah atau sebagai sumber hukum, kita harus mengetahui
terlebih dahulu tingkatan-tingkatan hadis yang boleh dijadikan hujjah.
Apakah hadis yang tingkatannya lemah (hadis dhaif) dapat dijadikan hujjah ?, kadang sering kali kita
bertanya bahkan belum mengerti apakah kita dapat berhujjah dengan hadis pada tingkatan ini atau tidak.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami mengangkat tema “Hadis Dhaif dan Kehujjahannya”, yang
dimaksudkan untuk dibahas lebih lanjut, agar kita mengetahui arti dari hadis dhaif itu sendiri, sebab-
sebabkedhaifannya, dan bolehkah kita berhujjah dengan hadis dhaif.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu :
1) Apakah pengertian Hadis dhaifdan kriteria-kriteria Hadis Dhaif ?
2) Apa saja macam-macam Hadis dhaif karena gugurnya rawi dan cacat pada rawi atau matan ?
3) Bagaimana hukum berhujjah dengan Hadis Dhaif ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1) Untuk mengetahui pengertian Hadis Dhaif dan kriteria-kriteria Hadis Dhaif.
2) Untuk mengetahui macam-macam Hadis Dhoif karena gugurnya rawi dan cacatnya rawi atau matan.
3) Untuk mengetahui dan memahami kehujjahan dalam mengamalkan hadis Dh
BAB II
PEMBAHASAN
Secara garis besar yang menyebabkan suatu hadits di golongkan menjadi hadits dhoif di karenakan dua hal,
yaitu : 1. Gugurnya rawi dalam sanadnya, 2. Adanya cacat pada rowi atau matan.
2. Hadits Munqoti’
Menurut bahasa, hadits munqoti’ berarti hadits yang terputus.
“hadis yang gugur seorang rawinya sebelum sahabat, dasatu tempat, atau gugur dua orang padadua tempat dalam
keadaan tidak berturut-turut.”
Para ulama’ member batasan hadits munqoti’ adalah hadits yang gugur satu atau dua rowi tidak beriringan
menjelang akhir sanadnya. Bila rawi diakhir sanadnya adalah sahabat nabi, maka rawi menjelang akhir sanad adalah
tabi’in. jadi, hadits munqoti’ bukanlah rawi di tingkat sahabat yang gugur, tetapi minimal gugur seorang tabi’in.
3. Hadis mudhal
Menurut bahasa, hadis mudhal berarti hadis yang sulit dipahami.
ما سقط من رواته اثنان او اكثر على التوالىسواء سقط الصحابى والتابعى او التابعى و تابعه اواثنان قبلهما.
“hadis yang gugur rawi-rawinya, dua orang atau lebih, berturut –turut, baik sahabat bersama tabi’iy, tabi’iy
bersama tabi’iy tabi’iy,maupun dua orang sebelum r shohaby dan tabi’iy.”
Para ulama’ member batasan hadis mudhal adalah hadis yang gugur dua orang rawinya atau lebih secara beriringan
dalam sanadnya.
Contoh hadis mudhal yang gugur rawinya dua orang sebelum shahaby, seperti hadis Imam Malik yang termuat
dalam kitab Muwattha’:
) (رواه مالك.للملوك طعامه وكسوته بالمعروف
“Budak itu harus diberi makanan dan pakaian secara baik.” (H.R Malik)
Imam Malik, dalam kitabnya itu, tidak menyebut dua orang rawi yang beriringan antara dia dan Abu Hurairah. Dua
orang rawi yang gugur itu diketahui melalui riwayat Imam malik di luar kitab Al Muwattha’. Malikmeriwayatkan
hadis yang sama yaitu “dari Muhammad bin Ajlan dari Ayahnya, dari Abi Hurairah, dari Rasulullah.” Dua orang
rawi yang gugur beriringan adalah Muhammad bin Ajlan dan Ayahnya.
4. Hadis Muallaq
Hadis Muallaq menurut bahasa, berarti hadis yang tergantung.
Menurut istilah :
هو الذىيسقط من اول سنده راوفاكثر
“ Hadis-hadis yang gugur rawinya seorang atau lebih di awal sanad”
Keguguran (inqitha’) sanad pada hadis muallaq dapat terjadi pada sanad yang pertama, pada seluruh sanad,
atau pada seluruh sanad selain sahabat.
Sebagian hadis-hadis maudhu’ diketahui kepalsuannya berdasarkan pengakuan dari mereka yang
memalsukan. Misalnya, Maisarah bin Abdi Rabbin Al Farisi, mengaku telah membuat beberapa hadis tentang
keutamaan Al Qur’an dan 70 buah hadis tentang keutamaan Ali bin Abi Thalib, dan masih banyak lagi.
Contoh :
لوال النساء لعبد هللا حقا: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
“rasulullah bersabda, “sekirannya tidak ada wanita,tentu Allah disembah (ditaati) dengan sungguh-sungguh”.
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Yaqub bin Syufyan bin Asyim, dengan sanad terdiri serentetan rawi ,
Muhammad bin Imran, Isa bin Ziyad, Abdur Rahim bin Zaid dan ayahnya, Said bin MUsayyab, dan Umar bin
Khattab. Di antara nama-mana dalam snad itu, Abdur Rahim dan Ayahnya tertuduh pernah berdusta. Oleh karena
itu, hadis diatas dikenal dengan sebutan hadis matruk dan hadis matruh.
3) Hadis Munkar
Hadis munkar dari segi bahasa, berarti hadis yang diingkari atau hadis yang tidak dikenal. Sedangkan,
menurut istilah :
الكذبzهو الحد يث الذى ينفرد بروايته من فحش غلطه او اكثرت غفلته او بين فسقه بغير
“hadis yang menyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang banyak kesalahan, banyak
kelengahannya atau jelas kefasikannya yang bukan karena dusta”.
Para ulama’ memberikan batasan hadis munkar adalah hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang lemah yang
menyalahi (berlawanan dengan) rawi yang kuat (kepercayaan).
Contoh :
)من اقام الصالة واتى الزكاة و حج وصام وقرى الضيف (اضا فه و اكرمه) دخل الجنة (رواه ابن ابى حاتم
“barang siapa yang mendirikan salat, membayar zakat, mengerjakan haji, berpuasa dan menghormati tamu,
niscaya masuk surga.” (HR. Ibnu Abi Hatim)
Hadis diatas dikatakan berasal dari Rasulullah, dan diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari serangkaian rawi-
rawi yang lemah. Ibnu Abi Hatim sendiri memandang hadis tersebut sebagai hadis munkar, karena rawi-rawinya
lemah dan matannya berlainan dengan matan hadis-hadis yang lebih kuat.
4) Hadis Muallal
Muallal, dari segi bahasa, berarti yang terkena illat (penyakit atau bencana). Para ulama’ member batasan
hadis muallal adalah hadis yang mengandung sebab-sebab tersembunyi (tidak mudah untuk diketahui) yang
menjatuhkan derajatnya.
Illat yang menjatuhkan derajat hadis itu bisa terdapat pada sanad atau pada matan, serta bisa pada
keduanya.
Contoh :
البيعان بالخيار مالم يتفرقا: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
Artinya :
“ Rasulullah bersabda, “penjual dan pembeli boleh berkhiyar, selama mereka belum berpisah”.
Hadis tersebut diriwayatkan Yala bin Ubaid bersanad Sufyan Ats Tsauri, dari Amru bin Dinar, dari Ibnu
Umar. Matan hadis diatas shahih, tetapi sanadnya memiliki illat. Seharusnya bukan dari Amru bin Dinar, melainkan
dari Abdullah bin Dinar.
5) Hadis Mudraj
Hadis mudraj, dari segi bahasa, berarti hadis yang dimasuki sisipan. Dari segi istilah hadis mudraj adalah
hadis yang dimasuki sisipan, yang sebenarnya bukan bagian hadis itu.
Sisipan itu bisa pada sanad, matan, dan bisa pada keduanya.
Contoh :
) انا زعيم والزعيم الحميل لمن امن بى واسام وجاهد فى سبيل هللا يبيت فى ريض الجنة (رواه النساء: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
Artinya :
“ Rasulullah bersabda, “ saya adalah zaim dan zaim itu adalah penanggung jawab dari orang yang beriman
kepadaku, taat dan berjuang dijalan Allah, dia bertempat tinggal di taman syurga.”
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Nasai, dan disebut hadis mudraj karena ungkapan ( )والزعيم الحميلadalah sisipan,
tidak berasal dari sabda Rasulullah SAW.
6) Hadis Maqlub
Dari segi bahasa, hadis maqlub berarti, hadis yang diputar balik. Dari segi istilah hadis maqlub adalah hadis yang
terjadi pemutarbalikan pada matannya atau pada rawi dalam sanadnya atau penukaran suatu sanad untuk matan yang
lain.
Bila hadis sebenarnya diriwayatkan oleh kaab bin Murrah (misalnya), tetapi Kaab bin Murrah itu dibalik
menjadi Murrah bin kaab maka hadis itu disebut hadis maqlub.
Contoh pada matannya :
) (رواه الطبرانىz.قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم اذا امرتكم بشىء فأتوه واذا نهيتكم عن شىء فاجتنيبوه ما استطعتم
Artinya :
“ Rasulullah bersabda, “ apabila aku menyuruh kamu mengerjakan sesuatu, maka kerjakanlah dia; apabila aku
melarang kamu dari sesuatu, maka jauhilah dia sesuai dengan kesanggupan kamu.” (HR. Thabarani)
Matan diatas, merupakan pemutarbalikan.berdasarkan hadis Bukhari dan Muslim, Seharusnya hadis itu
berbunyi :
. تطعتمzzا اسzzه مzzوه منzzا فعلzzه فzzرتكم بzzا امzzاجتنيبوه ومzz ما نهيتكم عنه ف: سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول: عن ابى هريرة رضي هللا عنه قال
)(رواه البخارى و مسلم.
Artinya :
“dari Abu hurairah r.a ai berkata, :”saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,: apa-apa yang kami cegah dari
kamu semua maka jauhilah dan apa-apa yang kami perintahkan kepadamu sekalian perbuatlah menurut
kemampuannmu.” (HR. Bukhari-Muslim).
7) Hadis Syadz
dari segi bahasa, hadis syadz berarti hadis yang ganjil. Para ulama’ member batasan hadis syadz adalah
hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang dipercaya tetapi hadisnya berlainan dengan hadis-hadis yang diriwayatkan
oleh sejumlah rawi yang juga dipercaya.
Contoh :
) (رواه موسى بن على. يوم عرفه وايام التشريق ايام اكل وشرب: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
Artinya :
“ Rasulullah bersabda, “ hari arafah dan hari tasyrik adalah hari-hari makan dan minum.”
Hadis diatas diriwayatkan oleh Musa bin Abi bin Kubah dengan sanad dari serentetan rawi yang dipercaya,
namun matan hadis tersebut ganjil, jika dibandingkan dengan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh rawi-rawi yang
juga dipercaya. Pada hadis-hadis lain tidak dijumpai ungkapan (وم عرفةzz )يkeganjilan hadis diatas terletak pada
ungkapan tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hadits Dhoif, menurut bahasa berarti hadits yang lemah artinya hadit yang tidak kuat.
Sedangkan secara istilah para ulama terdapat perbedaan rumusan dalam mendefinisikan hadits dhoif ini akan tetapi
pada dasarnya,isi, dan maksudnya tidak berbeda. Beberapa definisi,diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Hadits yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadits shohih dan syarat-syarat hadits hasan.
2. Hadits yang hilang salah satu syaratnya dari syarat-syarat hadits maqbul(hadits shohih atau yang hasan)
3. Pada definisi yang ketiga ini disebutkan secara tegas,bahwa Hadits dhoif adalah hadits yang salah satu syaratnya
hilang.
Adapun kriteria hadits dhoif adalah dimana ada salah satu syarat dari hadits shohih dan hadits hasan yang
tidak terdapat padanya,yaitu sebagai berikut:
Sanadnya tidak bersambung
Kurang adilnya perawi
Kurang dhobithnya perawi
Ada syadz atau masih menyelisihi dengan hadits yang diriwayatkan oleh orang yang lebih tsiqah dibandingkan
dengan dirinya
Ada illat atau ada penyebab samar dan tersenbunyi yang menyebabkan tercemarnya suatu hadits shohih meski secara
dzohir terlihat bebas dari cacat.
Secara garis besar yang menyebabkan suatu hadits di golongkan menjadi hadits dhoif di karenakan dua hal, yaitu : 1.
Gugurnya rawi dalam sanadnya, 2. Adanya cacat pada rowi atau matan.
B. SARAN
Adapun saran yang kami ambil dari makalah ini, yaitu : sebagai umat islam yang baik, sebelum kita
mengamalkan sebuah hadis untuk dijadikan sebuah hujjah, hendaknya kita mengetahui dan memahami apakah hadis
tersebut dapat dijadikan hujjah ataupun tidak. Salah satunya dengan memperhatikan criteria-kriteria maupun syarat
sebuah hadis yang shohih maupun hadis yang dhaif dan mardud.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Muhammad, “ulumul Hadis/ Drs. H. Muhammad Ahmad; Drs. M. Mudzakir”. Bandung : Pustaka Setia.
Rahman, Drs. Fatchur, “ Ikhtisar Musthalahul Hadits”. Cetakan :10. Bandung : PT. Alma’arif.
Judul asli Ushul Al Hadits
Ajjaj Al Khatib, Dr. Muhammad. “Ushul Al Hadits”. Libanon : Dar al fikr, Beirut.
Ushul Al hadits. Pokok-pokok ilmu Hadits
Penerjemah : Drs. H. M Qodirun Nur dan Ahmad Musyafiq, S.Ag.
Diterbitkan : Penerbit Gaya Media Pratama, Jakarta.
Ismail, Drs. M.Syuhudi.” Pengantar ilmu Hadis”. Cetakan : 10. Bandung : Angkasa.