Anda di halaman 1dari 15

TEORI ETIKA

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah : Etika Bisnis dan Profesi
Dosen : Dra. Mariati Tirta Wijaya, MBA

Sindy Aulia NIM. 17041005 (Ilmu Komunikasi)

Nira Depa NIM. 17011005 (Manajemen)

Nova Angraeni NIM. (Manajemen)

INSTITUT MANAJEMEN WIYATA INDONESIA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami ucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari
pihak-pihak yang terkait, karena telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya dan terimakasih kepada dosen pengampu yang telah menyampaikan materi ini
saat pembelajaran berlangsung dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                                     

Sukabumi, 26 Maret 2019

                                                                                             Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................................................. 1
C. TUJUAN........................................................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASANAN
A. ETIKA ................................................................................................................................................. 2
B. TEORI ETIKA............................................................................................................................................. 3
1. Egoisme.................................................................................................................................................. 3
2. Utilitarianisme.................................................................................................................................... 5
3. Deontologi............................................................................................................................................. 5
4. Teori Hak............................................................................................................................................... 6
5. Teori Keutamaan................................................................................................................................ 7
6. Teori Etika Teonom........................................................................................................................... 7
7. Teori Etika Dan Paradigma Hakikat Manusia ........................................................................8
8. Etika Sebagai Ilmu Dalam Masa Modern.................................................................................. 9
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN............................................................................................................................................ 10
B. SARAN.......................................................................................................................................................... 10
JURNAL PENELITIAN TERKAIT
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Etika sebagai disiplin ilmu secara kritis berhubungan dengan kajian tentang adat kebiasaan,
nilai-nilai dan norma-norma perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik. Dalam etika
masih banyak dijumpai teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu tindakan, sifat, atau obyek
perilaku yang sama dari sudut pandang yang berlainan. Sebagaimana dikatakan oleh Peschke S.V.D.
(2003), berbagai teori etika muncul antara lain karena adanya perbedaan perspektif dan penafsiran
tentang apa yang menjadi tujuan akhir hidup umat manusia. Disamping itu, sifat teori dalam ilmu
etika masih lebih banyak untuk menjelaskan sesuatu, belum sampai pada tahap untuk meramalkan,
apalagi untuk mengontrol suatu tindakan atau perilaku.
Banyaknya teori yang berkembang tampak cukup membingungkan. Padahal, sifat teori yang
makinsederhana dan makin mengerucut menuju suatu teori tunggal yang mampu menjelaskan
suatu gejala secara komprehensif. Justru makin menunjukkan kemapanan disiplin ilmu yang
bersangkutan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang ditarik adalah :
1. Apa saja bentuk teori etika?
2. Bagaimana teori etika dan paradigma hakikat manusia ?
3. Bagaimana erika sebagai ilmu dalam masa modern?

C. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk teori etika,
bagaimana teori etika dan paradigma hakikat manusia, serta bagaimana etika sebagai ilmu dalam
masa modern.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. ETIKA
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos (kata tunggal) yang berarti: tempat tinggal, padang
rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, sikap, cara berpikir. Bentuk jamaknya adalah ta, etha,
yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini, kata etika sama pengertianya dengan moral. Moral berasal
dari kata latin: Mos (bentuk tunggal), atau mores (bentuk jamak) yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhlak, cara hidup.
Menurut Bertens ada dua pengertian etika: sebagai praktis dan sebagai refleksi. Sebagai
praktis, etika berarti nilai- nilai dan norma- norma moral yang baik yang dipraktikkan atau justru
tidak dipraktikkan, walaupun seharusnya dipraktikkan. Etika sebagai praktis sama artinya dengan
moral atau moralitas yaitu apa yang harus dilakukan, tidak boleh dilakukan, pantas dilakukan, dan
sebgainya. Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral.
Adapun menurut Burhanuddin Salam, istilah etika berasal dari kata latin, yakni “ethic,
sedangkan dalam bahasa Greek, ethikos yaitu a body of moral principle or value Ethic, arti
sebenarnya ialah kebiasaan, habit. Jadi, dalam pengertian aslinya, apa yang disebutkan baik itu
adalah yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat (pada saat itu). Lambat laun pengertian etika itu
berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan manusia. Perkembangan
pengertian etika tidak lepas dari substansinya bahwa etika adalah suatu ilmu yang membicarakan
masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik dan mana yang jahat. Istilah
lain dari etika, yaitu moral, asusila, budi pekerti, akhlak. Etika merupakan ilmu bukan sebuah
ajaran. Etika dalam bahasa arab disebut akhlak, merupakan jamak dari kata khuluq yang berarti
adat kebiasaan, perangai, tabiat, watak, adab, dan agama.
Istilah etika diartikan sebagai suatu perbuatan standar (standard of conduct) yang memimpin
individu, etika adalah suatu studi mengenai perbuatan yang sah dan benar dan moral yang
dilakukan seseorang.
Menurut Webster Dictionary, secara etimologis, etika adalah suatu disiplin ilmu yang
menjelaskan sesuatu yang baik dan yang buruk, mana tugas atau kewajiban moral, tau bisa juga
mengenai kumpulan prinsip atau nilai moral.

Etika adalah cabang filosofi yang berkaitan dengan pemikiran dengan pemikiran tentang
benar dan salah. Simorangkir menilai etika adalah hasil usaha yang sistematik yang menggunakan
2
rasio untuk menafsirkan pengalaman moral individu dan untuk menetapkan aturan dalam
mengendalikan perilaku manusia serta nilai-nilai yang berbobot untuk bisa dijadikan pedoman
hidup. Satyanugraha mendefenisikan etika sebagai nilai-nilai dan norma moral dalam suatu
masyarakat.Sebagai ilmu, etika juga bisa diartikan pemikiran moral yang mempelajari tentang apa
yang harus dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa etika diartikan sebagai ilmu tentang
apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Kemudian Frans
Magnis menambahkan bahwa etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis. Etika
tidak memberikan ajaran, melainkan memeriksa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma
dan pandangan-pandangan moral secara kritis. Etika menuntut pertanggungjawaban dan mau
menyingkapkan kerancuan.
Etika atau moral adalah aturan mengenai sikap perilaku dan tindakan manusia yang hidup
bermasyarakat. Etika ini juga bisa sebagai seperangkat prinsip moral yang membedakan antara
yang baik dari yang buruk. Dalam masyarakat kita tidak hidup sendiri sehingga harus ada aturan
yang dilaksanakan setiap orang agar kehidupan bermasyarakat berjalan dengan aman, nikmat, dan
harmonis. Tanpa aturan ini, kehidupan bisa seperti neraka, atau seperti di Rimba yang kuat akan
menang dan yang lemah akan tertindas. Maka harus meningkatkan aspek etikanya dan penegakan
kode etik profesi dalam kurikulum dan dalam menjalankan profesinya.

B. TEORI ETIKA
1. Egoisme
Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme. Pertama
yaitu, egoisme psikologis, adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia
dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (self servis). Menurut teori ini, orang bolah saja yakin
ada tindakan mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban, namun semua tindakan yang
terkesan luhur dan/atau tindakan yang suka berkorban tersebut hanyalah sebuah ilusi. Pada
kenyataannya, setiap orang hanya peduli pada dirinya sendiri. Menurut teori ini, tidak ada
tindakan yang sesungguhnya bersifat altruisme, yaitusuatu tindakan yang peduli pada orang lain
atau mengutamakan kepentingan orang lain dengan mengorbankan kepentingan dirinya. Kedua,
egoisme etis, adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (self-interest).
Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau merugikan kepentingan
orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri sendiri tidak selalu merugikan kepentingan
orang lain. Berikut adalah pokok-pokok pandangan egoisme etis:

3
a. Egoisme etis tidak mengatakan bahwa orang harus membela kepentingannya sendiri
maupun kepentingan orang lain.
b. Egoisme etis hanya berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah kepentingan diri.
c. Meski egois etis berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah membela kepentingan
diri, tetapi egoisme etis juga tidak mengatakan bahwa anda harus menghindari tindakan
menolong orang lain
d. Menurut paham egoisme etis, tindakan menolong orang lain dianggap sebagai tindakan
untuk menolong diri sendiri karena mungkin saja kepentingan orang lain tersebut
bertautan dengan kepentingan diri sehingga dalam menolong orang lain sebenarnya juga
dalam rangka memenuhi kepentingan diri.
e. Inti dari paham egoisme etis adalah apabila ada tindakan yang menguntungkan orang
lain, maka keuntungan bagi orang lain ini bukanlah alasan yang membuat tindakan itu
benar. Yang membuat tindakan itu benar adalah kenyataan bahwa tindakan itu
menguntungkan diri sendiri.
Alasan yang mendukung teori egoisme:
a. Argumen bahwa altruisme adalah tindakan menghancurkan diri sendiri. Tindakan peduli
terhadap orang lain merupakan gangguan ofensif bagi kepentingan sendiri. Cinta kasih
kepada orang lain juga akan merendahkan martabat dan kehormatan orang tersebut.
b. Pandangan terhadap kepentingan diri adalah pandangan yang paling sesuai dengan
moralitas akal sehat. Pada akhirnya semua tindakan dapat dijelaskan dari prinsip
fundamental kepentingan diri.
Alasan yang menentang teori egoisme etis:
a. Egoisme etis tidak mampu memecahkan konflik-konflik kepentingan. Kita memerlukan
aturan moral karena dalam kenyataannya sering kali dijumpai kepentingan-kepentingan
yang bertabrakan.
b. Egoisme etis bersifat sewenang-wenang. Egoisme etis dapat dijadikan sebagai
pembenaran atas timbulnya rasisme.

2. Utilitarianisme
Menurut teori ini, suatu tindakan dikatakan baik jika membawa manfaat bagi sebanyak
mungkin anggota masyarakat (the greatest happiness of the greatest number). Paham
utilitarianisme sebagai berikut: (1) Ukuran baik tidaknya suatu tindakan dilihat dari akibat,

4
konsekuensi, atau tujuan dari tindakan itu, apakah memberi manfaat atau tidak, (2) dalam
mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang penting adalah jumlah
kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan, (3) kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.
Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang
memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan individu, sedangkan
paham utilitarianisme melihat dari sudut pandang kepentingan orang banyak (kepentingan
orang banyak).
Kritik terhadap teori utilitarianisme:
a. Utilitarianisme hanya menekankan tujuan/manfaat pada pencapaian kebahagiaan
duniawi dan mengabaikan aspek rohani.
b. Utilitarianisme mengorbankan prinsip keadilan dan hak individu /minoritas demi
keuntungan mayoritas orang banyak.

3. Deontologi
Paradigma teori deontologi saham berbeda dengan paham egoisme dan utilitarianisme,
yang keduanya sama-sama menilai baik buruknya suatu tindakan memberikan manfaat entah
untuk individu (egoisme) atau untuk banyak orang/kelompok masyarakat (utilitarianisme),
maka tindakan itu dikatakan etis. Sebaliknya, jika akibat suatu tindakan merugikan individu atau
sebagian besar kelompok masyarakat, maka tindakan tersebut dikatakan tidak etis. Teori yang
menilai suatu tindakan berdasarkan hasil, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan tersebut
disebut teori teleologi Sangat berbeda dengan paham teleologi yang menilai etis atau tidaknya
suatu tindakan berdasarkan hasil, tujuan, atau konsekuensi dari tindakan tersebut, paham
deontologi justru mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama
sekali dengan tujuan, konsekuensi, atau akibat dari tindakan tersebut. Konsekuensi suatu
tindakan tidak boleh menjdi pertimbangan untuk menilai etis atau tidaknya suatu tindakan.
Kant berpendapat bahwa kewajiban moral harus dilaksanakan demi kewajiban itu sendiri,
bukan karena keinginan untuk memperoleh tujuan kebahagiaan, bukan juga karena kewajiban
moral iu diperintahkan oleh Tuhan. Moralitas hendaknya bersifat otonom dan harus berpusat
pada pengertian manusia berdasarkan akal sehat yang dimiliki manusia itu sendiri, yang berarti
kewajiban moral mutlak itu bersifat rasional. Walaupun teori deontologi tidak lagi mengkaitkan
kriteria kebaikan moral dengan tujuan tindakan sebagaimana teori egoisme dan tlitarianisme,
namun teori ini juga mendapat kritikan tajam terutama dari kaum agamawan. Kant mencoba
membangun teorinya hanya berlandaskan pemikiran rasional dengan berangkat dari asumsi

5
bahwa karena manusia bermartabat, maka setiap perlakuan manusia terhadap manusia lainnya
harus dilandasi oleh kewajiban moral universal. Tidak ada tujuan lain selain mematuhi
kewajiban moral demi kewajiban itu sendiri.

4. Teori Hak
Suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan atau tindakan tersebut sesuai
dengan HAM. Menurut Bentens (200), teori hak merupakan suatu aspek dari deontologi (teori
kewajiban) karena hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Bila suatu tindakan
merupakan hak bagi seseorang, maka sebenarnya tindakan yang sama merupakan kewajiban
bagi orang lain. Teori hak sebenarnya didsarkan atas asumsi bahwa manusia mempunyai
martabat dan semua manusia mempunyai martabat yang sama.
Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas, yaitu
a. Hak hukum (legal right), adalah hak yang didasarkan atas sistem/yurisdiksi hukum
suatu negara, di mana sumber hukum tertinggi suatu negara adalah Undang-Undang
Dasar negara yang bersangkutan.
b. Hak moral atau kemanusiaan (moral, human right), dihubungkan dengan pribadi
manusia secara individu, atau dalam beberapa kasus dihubungkan dengan kelompok
bukan dengan masyarakat dalam arti luas. Hak moral berkaitan dengan kepentingan
individu sepanjang kepentingan individu itu tidak melanggar hak-hak orang lain
c. Hak kontraktual (contractual right), mengikat individu-individu yang membuat
kesepakatan/kontrak bersama dalam wujud hak dan kewajiban masing-masing kontrak.
Teori hak atau yang lebih dikenal dengan prinsip-prinsip HAM mulai banyak mendapat
dukungan masyarakat dunia termasuk dari PBB. Piagam PBB sendiri merupakan salah satu
sumber hukum penting untuk penegakan HAM. Dalam Piagam PBB disebutkan ketentuan umum
tentang hak dan kemerdekaan setiap orang. PBB telah mendeklarasikan prinsip-prinsip HAM
universal pada tahun 1948, yang lebih dikenal dengan nama Universal Declaration of Human
Rights. (UdoHR). Diaharapkan semua negara di dunia dapat menggunakan UdoHR sebagai dasar
bagi penegakan HAM dan pembuatan berbagai undang-undang/peraturan yang berkaitan
dengan penegakan HAM. Pada intinya dalam UdoHR diatur hak-hak kemanusiaan, antara lain
mengenai kehidupan, kebebasan dan keamanan, kebebasan dari penahanan, peangkapan dan
pengasingan sewenang-wenang, hak memperoleh memperoleh peradilan umum yang bebas,
independen dan tidak memihak, kebebasan dalam mengeluarkan pendapat, menganut agama,

6
menentukan sesuatu yang baik atau buruk menurut nuraninya, serta kebebasan untuk
berkelompok secara damai.
5. Teori Keutamaan (Virtue Theory)
Teori keutamaan berangkat dari manusianya (Bertens, 2000). Teori keutamaan tidak
menanyakan tindakan mana yang etis dan tindakan mana yang tidak etis. Teori ini tidak lagi
mempertanyakan suatu tindakan, tetapi berangkat dari pertanyaan mengenai sifat-sifat atau
karakter yang harus dimiliki oleh seseorang agar bisa disebut sebagai manusia utama, dan sifat-
sifat atau karakter yang mencerminkan manusia hina. Karakter/sifat utama dapat didefinisikan
sebagai disposisi sifat/watak yang telah melekat/dimiliki oleh seseorang dan memungkinkan dia
untuk selalu bertingkah laku yang secara moral dinilai baik. Mereka yang selalu melakukan
tingkah laku buruk secar amoral disebut manusia hina. Bertens (200) memberikan contoh sifat
keutamaan, antara lain: kebijaksanaan, keadilan, dan kerendahan hati. Sedangkan untuk pelaku
bisnis, sifat utama yang perlu dimiliki antara lain: kejujuran, kewajaran (fairness), kepercayaan
dan keuletan.

6. Teori Etika Teonom


Sebagaimana dianut oleh semua penganut agama di dunia bahwa ada tujuan akhir yang
ingin dicapai umat manusia selain tujuan yang bersifat duniawi, yaitu untuk memperoleh
kebahagiaan surgawi. Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat kristen, yang mengatakan bahwa
karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya dengan
kehendak Allah. Perilaku manusia secara moral dianggap baik jika sepadan dengan kehendak
Allah, dan perilaku manusia dianggap tidak baik bila tidak mengikuti aturan/perintah Allah
sebagaiman dituangkan dalam kitab suci.
Sebagaimana teori etika yang memperkenalkan konsep kewajiban tak bersyarat diperlukan
untuk mencapai tujuan tertinggi yang bersifat mutlak. Kelemahan teori etika Kant teletak pada
pengabaian adanya tujuan mutlak, tujuan tertinggi yang harus dicapai umat manusia, walaupun
ia memperkenalkan etika kewajiban mutlak. Moralitas dikatakan bersifat mutlak hanya bila
moralitas itu dikatakan dengan tujuan tertinggi umat manusia. Segala sesuatu yang bersifat
mutlak tidak dapat diperdebatkan dengan pendekatan rasional karena semua yang bersifat
mutlak melampaui tingkat kecerdasan rasional yang dimiliki manusia.

7. Teori Etika Dan Paradigma Hakikat Manusia

7
Dengan menggunakan model pengembangan teori etika berdasarkan
paradigma/pemahaman atas hakikat manusia, dapat dipahami mengapa sampai saat ini telah
berkembang beragam teori dengan argumentasi /sudut pandang penalaran yang berbeda.
Paradigma/pemahaman tentang hakekat manusia akan menentukan tujuan hidup atau
nilai-nilai yang ingin dicapai. Nilai-nilai tersebut malatarbelakangi setiap paham/teori etika dan
norma moral yang ada. Teori dan norma moral ini selanjutnya menjadi pedoman dalam setiap
tindakan yang dilakukan. Tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang akan membentk
kebiasaan, kebiasaan akan membentuk karakter, dan karakter menentukan seberapa efektif
nilai-nilai yang diharapkan dapat tercapai. Nilai-nilai yang telah direalisasi akan menjadi bahan
refleksi untuk mengkaji kembali paradigma sebagai manusia dan tujuan hidup yang ingin
direalisasikan.
Teori egoisme berangkat dari pemikiran para penganutnya bahwa makna hidup setiap
orang adalah untuk merealisasikan kepentingan diri secara individu. Di sini yang dikejar adalah
nilai-nilai kenikmatan duniawi secara individu. Untk depat merealisasikan kepentingan individu
ini, setiap orang harus menghormati hak dan kebebasan setiap orang. Sejalan dengan teori
egoisme, muncul teori hak. Manusia diciptakan bukan untuk menikmati kebahagiaan duniawi,
tetapi untk mencapai nilai-nilai tertinggi dalam bentuk kebahagiaan surgawi. Pola pikir inilah
yang melatarbelakangi munculnya teori teonom, suatu teori yang lebih menekankan pada
pencapaian kebahagiaan di akhirat. Teori utilitarianisme juga dilandasi oleh pola pikir hakikat
manusia untuk mencapai kebahagiaan duniawi, sama seperti teori egoisme. Teori egoisme lebih
menekankan pada kepentingan individu, sedangkan teori utilitarianisme lebh menekankan pada
kepentingan kelompok/masyarakat. Makin banyak anggota kelompok/masyarakat yang
memperoleh manfaat dari suatu tindakan, berarti tindakan tersebut makin baik dan makin
bermoral.
Dengan mengupayakan kebahagiaan, teori hak dan teori kewajiban (deontologi) mencoba
mengulas dari sudut pandang antara hak dan kewajiban individu dengan hak dan kewajiban
masyarakat. Teori deontologi lebih menekankan pentingnya kewajiban setiap orang, sedangkan
teori hak lebih menyoroti dari sisi hak setiap orang. Bila seseorang menuntut haknya, berarti
orang lain punya kewajiban untuk menghormati hak seseorang tersebut. Teori keutamaan lebih
menyoroti karakter manusia daripada moralitas tindakan.

8. Etika Sebagai Ilmu Dalam Masa Modern

8
Kemajuan ilmu dan teknologi yang semula bertujuan untuk mempermudah pekerjaan
manusia, tetapi kenyataannya telah menimbulkan keresahan dan ketakutan baru bagi kehidupan
manusia. Ibarat cerita raja midas yang menginginkan setiap yang disentuhnya menjadi emas,
ternyata ketika keinginan dikabulkan dia tidak semakin senang tetapi justru menjadi sebaliknya.
John Naissbitt mengatakan bahwa, era informasi menimbulkan gejala mabuk teknologi, yang
ditandai dengan beberapa Indikator, yaitu;
a. Masyarakat lebih menyukai penyelesaian masalah secara kilat;
b. Masyarakat takut dan memuja teknologi;
c. Masyarakat mengaburkan antara yang nyata dan yang semu;
d. Masyarakat menerima kekerasan sebuah hal yang wajar;
e. Masyarakat mencintai teknologi dalam bentuk mainan;
f. Masyarakat menjalani kehidupan yang berjarak dan terenggut.
Naisbitt ingin mengingatkan bahwa, ketika manusia mulai memuja dan menjadikan
teknologi sebuah patron tunggal dalam menjalani kehidupan, maka yang sebenarnya terjadi
adalah ilmu itu telah kehilangan ruh fundamentalnya, karena Ilmu telah mengeliminir peran
manusia dan menjadikan manusia sebagai budaknya. Dengan demikian, Ilmu memerlukan
sebuah instrument agar mampu menempatkan ilmu tetap pada tempatnya, dan instrument itu
adalah filsafat. filsafat yang kemudian mengembalikan ruh dan tujuan luhur Ilmu, agar Ilmu
tidak menjadi boomerang bagi kehidupan umat manusia. Di samping itu, salah satu tujuan
filsafat ilmu adalah mempertegas bahwa Ilmu dan perkembangannya merupakan sebuah
instrument, bukan Tujuan. Kemajuan Ilmu seiring perjalanannya, membuat manusia ingin
mendapatkan segala apa yang diinginkan. Sehingga, kemajuan ilmu menjadi sebuah komoditas
untuk dapat meraih segala keinginanya secara instant.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan pada bab sebelumnya mengenai Etika Bisnis kita dapat memahami secara
garis besar bahwa etika bisnis merupakan penerapan prinsip etika yang perlu diterapkan dalam
kehidupan manusia terutama dalam kegiatan bisnis, dalam etika bisnis kita juga mengenal
beberapa macam teori yang dapat digunakan sebagai dasar penilaian perbuatan seseorang baik itu
dari segi negatif maupun segi positif. Teori-teori etika yaitu egoisme, utilitarianisme, deontologi,
teori hak, teori keutamaan, teori etika teonom, teori etika dan paradigma hakikat manusia, dan
etika sebagai ilmu dalam masa modern.

B. SARAN
Penerapan etika yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting, apalagi
dalam dunia bisnis. Etika bisnis yang diterapkan oleh para kaum pebisnis juga bisa menonjolkan
sisi positif dari kegiatan bisnis yang mereka lakukan maupun secara personal dari masing-masing
pelaku kegiatan bisnis tersebut. Untuk itu kita menyadari bahwa mempelajari etika bisnis sangat
penting dalam membantu kita dalam berperilaku, berhati-hati dan antisipasi dalam membantu
kelancaran bisnis kita.

10
JURNAL PENELITIAN TERKAIT

Judul Jurnal :ANALISIS PENERAPAN ETIKA DEONTOLOGI TERKAIT KETENAGAKERJAAN


PADA PT TRISAKTI CIPTA NUSANTARA DI SURABAYA - JAWA TIMUR
Jurnal : AGORA
Volume & Halaman : Vol. 4 Hal. 294-302
Tahun : 2016
Penulis : Cathrina Sari Dewi
Tujuan Penelitian : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis penerapan
prinsip kemurahan, keadilan, otonomi, kejujuran, dan ketaatan pada PT
Trisakti Cipta Nusantara di Surabaya.
Hasil Penelitian : Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) penerapan prinsip
kemurahan hati, prinsip keadilan, dan prinsip ketaatan yang dijalankan di
PT. Trisakti Cipta Nusantara telah berjalan dengan cukup baik, (2)
penerapan prinsip keadilan dan prinsip kejujuran otonomi pada PT. Trisakti
Cipta Nusantara telah berjalan dengan baik.

Judul Jurnal : STUDI TENTANG INTERVENSI ETIKA DAN PENINGKATAN MORAL


MAHASISWA
Jurnal : Jurnal Bisnis dan Ekonomi
Volume & Halaman : Vol. 18 Hal. 69-83
Tahun : 2011
Penulis : Namjudin
Tujuan Penelitian : Menganalisis pengembangan moral mahasiswa Jurusan Akuntansi dan
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa mahasiswa yang
mengikuti kelas etika memiliki moral yang lebih baik daripada mahasiswa
yang belum mengambil kelas tersebut. Selain itu, mahasiswa akuntansi tidak
memiliki moral yang lebih baik daripada mahasiswa manajemen.
Berdasarkan temuan tersebut, direkomendasikan bahwa mata kuliah
tentang etika sebaiknya disediakan bagi mahasiswa ekonomi karena
mempunyai dampak pada pengembangan moral mereka.
DAFTAR PUSTAKA

https://rizkiamaliafebriani.wordpress.com/2013/10/08/teori-teori-etika-bisnis/

http://mardianablognew.blogspot.co.id/2015/06/etika-dan-teknologi-tantangan-masa-depan.html

Anda mungkin juga menyukai