- Fluidized flows
Aliran cairan kental terjadi apabila material sedimen lepas mengalir bersama dengan cairan
sebagai suspensi dan membentuk cairan dengan kekentalan tinggi.Cairan ini dapat mengalir
dengan kecepatan tinggi pada kemiringan sekitar 3 derajat.
Ciri sedimennya:
• tebal, non-graded clean sand
• bersortasi jelek
• batas atas dan bawahnya kabur
• umumnya terdapat struktur sedimen dish structures, pipes, dan sand volcano.
- Turbidity Current
Turbidity current merupakan arus gravitasi yang meluncur dari suatu lereng di dalam tubuh air
(laut atau danau). Mekanisme terbentuknya ada dua yaitu :
- Arus turbid terbentuk pada tepian kontinen akibat adanya gempa bumi atau badai yang terjadi
pada paparan benua (continental shelves).
- Arus turbid terjadi akibat aliran tetap uniform (steady uniform flow) dari fluida yang
densitasnya besar dan mengalir di bawah fluida yang densitasnya lebih kecil.
2.AIR
Transportasi partikel di dalam air sejauh ini merupakan mekanisme transportasi yang paling
signifikan. Air mengalir di permukaan lahan di dalam channel dan sebagai aliran permukaan
(overland flow). Arus-arus di laut digerakkan oleh angin, tidal dan sirkulasi samudra. Aliran-
aliran ini mungkin cukup kuat untuk membawa material kasar di sepanjang dasarnya dan
material yang lebih halus dalam suspensi. Material dapat terbawa di dalam air sejauh ratusan
atau ribuan kilometer sebelum terendapkan sebagai sedimen. Mekanisme air yang
menggerakkan material ini akan dibahas di bawah.
3.UDARA
Setelah air, udara adalah media transportasi terpenting. Angin berhembus di atas lahan
mengangkat debu dan pasir kemudian membawanya sampai jarak yang jauh. Kapasitas angin
untuk mentransportasikan material dibatasi oleh densitas rendah dari udara.Perbedaan densitas
antara media dan klastik berpengaruh terhadap keefektifan media dalam menggerakkan
sedimen.
4.ES
Air dan udara adalah media fluida yang jelas, tapi kita juga dapat mempertimbangkan es
sebagai media fluida karena selama periode yang panjang es bergerak melintasi permukaan
lahan, meskipun sangat lambat. Es adalah fluida berviskositas tinggi yang mampu
mentransportasikan sejumlah besar debris klastik. Pergerakan detritus oleh es penting pada
daerah di dalam dan di sekitar tudung es kutub dan daerah pegunungan dengan gletser
semipermanen atau permanen. Volume material yang digerakkan es sangat besar ketika
meluasnya es (glaciation).
SEDIMEN PADAT (DENSE SEDIMENT) DAN CAMPURAN AIR
(WATER MIXTURES)
Ketika ada sedimen berkonsentrasi tinggi di dalam air, campurannya akan membentuk
aliran debris, yang dapat kita pikirkan seperti campuran larutan air dengan material yang tidak
dapat terlarut (slurry) yang kekentalannya serupa dengan beton basah. Campuran padat ini
digerakkan oleh gravitasi di permukaan lahan maupun di bawah air, perilakunya berbeda bila
dibandingkan dengan sedimen yang tersebar di dalam tubuh air. Campuran yang lebih encer
juga mungkin digerakkan oleh gravitasi di dalam air sebagai arus turbidit. Mekanisme aliran
yang digerakkan gravitasi ini adalah mekanisme penting dalam mentransportasikan material
kasar hingga ke samudra dalam.
Aliran fluida di dalam pipa dan channel ditemukan laminar ketika angka Reynoldnya rendah
(kurang dari 500) dan turbulen pada nilai yang lebih tinggi (lebih besar dari 2000). Dengan
meningkatnya kecepatan, aliran akan menjadi turbulen dan di dalam fluida terdapat peralihan
dari laminar menuju turbulen. Fluida dengan viskositas kinematik yang rendah, seperti udara,
mengalir turbulen pada kecepatan rendah, jadi semua aliran angin alamiah yang dapat membawa
partikel dalam suspensi adalah aliran turbulen. Air hanya mengalir laminar pada kecepatan yang
rendah atau kedalaman air yang sangat dangkal, jadi aliran turbulen sangat umum pada proses
transportasi dan pengendapan sedimen di air (aqueous). Aliran laminasi terjadi pada beberapa
aliran debris, pergerakan es dan aliran lava, dan semua yang memiliki viskositas kinematik yang
lebih besar dari air.
Hampir semua aliran di dalam air dan udara yang membawa volume sedimen dalam jumlah
yang signifikan adalah aliran turbulen. Perilaku partikel di dalam aliran ini akan dibahas
sekarang.
1.1.2 Transportasi Partikel di dalam Fluida
Partikel semua ukuran digerakkan di dalam fluida oleh salah satu dari tiga mekanisme
(Gambar 1.2). Pertama, partikel dapat bergerak menggelinding (rolling) di dasar aliran udara
atau air tanpa kehilangan kontak dengan permukaan dasar. Kedua, partikel dapat bergerak
dalam serangkaian lompatan, secara periode meninggalkan permukaan dasar dan terbawa
dengan jarak yang pendek di dalam tubuh fluida sebelum kembali ke dasar lagi; ini dikenal
sebagai saltasi (saltation). Terakhir, turbulensi di dalam aliran dapat menghasilkan gerakan yang
cukup untuk menjaga partikel bergerak terus di dalam fluida; dikenal sebagai suspensi
(suspension).
Ada sejumlah faktor yang mengontrol gerakan partikel di dalam fluida turbulen. Pertama,
karena kecepatan aliran meningkat, energi kinetik di dalam fluida menjadi lebih besar sehingga
mengangkat partikel dari permukaan dasar dan menggerakkan secara saltasi. Kedua, turbulensi
yang meningkat juga menyediakan gaya yang cukup kuat untuk menjaga partikel tetap
tersuspensi. Ketiga, partikel dengan massa yang lebih besar memerlukan energi lebih untuk
terangkat dan tersaltasi dan menjaga partikel agar tetap tersuspensi. Terakhir, partikel dengan
luas permukaan relatif lebih besar dari massanya (contoh, mineral berbentuk lempengan / ‘platy’
seperti mika) memiliki kecepatan pengendapan yang lebih rendah (perlu waktu lebih lama untuk
tenggelam) dan dapat tetap (permanen atau sementara) tersuspensi dengan lebih mudah.
Gambar 1.2 Mekanisme transportasi partikel di dalam aliran: rolling dan saltasi (bedload); dan
suspensi (suspended).
Pada kecepatan arus rendah hanya partikel halus (lempung) dan partikel berdensitas rendah
yang tetap tersuspensi, dengan partikel berukuran pasir bergerak rolling dan beberapa tersaltasi.
Pada tingkat aliran yang lebih tinggi semua lanau dan beberapa pasir dapat tetap tersuspensi,
dengan butiran (granules) dan kerakal halus (fine pebble) tersaltasi dan material lebih kasar
bergerak rolling.
Proses-proses ini secara esensial serupa baik di udara maupun di air, tapi di udara diperlukan
kecepatan yang lebih tinggi untuk menggerakkan partikel tertentu karena densitas dan viskositas
yang lebih rendah jika dibandingkan dengan air (Tabel 1.1). Konsekuensi dari viskositas udara
yang rendah adalah butiran yang tersaltasi mendaratkan efek bantalan (cushioning effect)
medium fluida yang relatif sedikit, dan butir-butir mempunyai momentum yang cukup untuk
menumbuk butir-butir ke dalam aliran yang mengalir bebas. Efek ini tidak begitu nyata di dalam
air karena gesekan antara butir yang bergerak dan fluida energinya telah habis sebelum
mendarat. Zat particulate (substansi yang terdiri dari partikel-partikel yang terpisah) yang
terbawa oleh aliran biasanya diistilahkan bedload (partikel yang rolling dan tersaltasi)
dan suspended load (material dalam suspensi), juga terkadang disebut
sebagai washload (Gambar 1.2).
Hal selanjutnya yang dipertimbangkan adalah menjaga massa dan energi di sepanjang tabung.
Variabel-variabel yang dilibatkan dapat dilihat dalam persamaan Bernoulli:
Energi total = ρgh + (ρu2 / 2) + P
Dalam Gambar III.1 jelas bahwa pengaruh hidrodinamika dapat membentuk dua jenis silang
siur dan dune yang berbeda.Pada kondisi hidrodinamika dimana mulai terbentuk silang siur,
kemudian dune sampai dengan sebagian dari dune dirusak tererosi kembali (lihat Gambar III.1)
disebut rejim alir bawah (lower flow regim).Sedangkan mulai dari sini bila kecepatan aliran
terus bertambah disebut rejim alir atas (upper flow regim).
Flowregim Lowerflowregim (F<1):
Menghasilkan struktur sedimen
cross-lamination
cross-bed
Upperflowregim (F>1):
Akan menghasilkan
silang siur
planar-antidune
Mekanisme Transportasi
Transportasi sedimen tergantung pada sifat fisik dari media transportasi, sifat material, sifat
fisik dari campuran media transportasi dan material, dan gaya yang menyebabkan transportasi.
Dua sifat yang mempengaruhi media untuk mengangkut partikel sedimen adalah berat jenis dan
kekentalan media. Berat jenis media akan mempengaruhi gerakan media, terutama
cairan.Sedangkan kekentalan akan berpengaruh pada kemampuan media untuk mengalir.
Transport sedimen secara mekanik terbagi menjadi beberapa cara diataranya:
1. Suspended load transport
Mekanisme transport dimana partikel-partikel hasil pemecahan batuan terbawa bersama air
secara keseluruhan.Ukuran partikel yang dibawa bergantung pada kecepatan arus itu
sendiri.Semakin besar arus maka ukuran butir partikel lebih besar. Akan tetapi di alam,
kenyataannya hanya material partikel halus saja yang dapat diangkut suspensi.
Sifat dan struktur sedimen yang dihasilkan pengendapan suspensi ini adalah mengandung
prosentase masa dasar yang tinggi sehingga butiran tampak mengambang dalam masa dasar dan
umumnya disertai pemilahan butir yang buruk. Ciri lain dari jenis ini adalah butir sedimen yang
diangkut tidak pernah menyentuh dasar aliran.
REFERENSI :
(dari Earth, edisi kedua oleh Frank Press dan Raymond Siever. 1974, 1978, dan 1986 oleh W.H.
Freeman and Company).
Leeder (1982), J.R.L. Allen (1985, 1994) dan P.A. Allen (1997). SEDIMEN PADAT (DENSE
SEDIMENT) DAN CAMPURAN AIR (WATER MIXTURES)
Secara umum menurut Tucker (1975) struktur pada batuan sedimen dapat dibagi
menjadi beberapa macam menurut waktu relatif terbentuknya struktur tersebut dengan waktu
diagenesis batuan. Yaitu struktur yang terbentuk saat sedimentasi (Syndeposisional structure),
struktur yang terbentuk setelah sedimentasi (Postdeposisional structure), dan struktur yang
terbentuk setelah litifikasi yang disebabkan proses erosi (Erosional structure) serta struktur
yang dihasilkan dari aktivitas organisme (Biogenic structure).
A. Syndeposisional structure
1. Gradded Bedding
Gradded bedding atau perlapisan bergradasi adalah suatu struktur sedimen berupa
penyortiran ukuran butiran batuan dari butiran yang berukuran lebih besar hingga butiran
yang berukuran lebih halus. Secara umum struktur sedimen ini dapat dibagi menjadi dua,
yaitu Normal Gradation dan Reverse Gradation. Normal Gradation adalah suatu struktur
gradasi yang urutan ukuran butirnya di bagian atas berukuran lebih halus dibanding ukuran
butir di bagian bawah. Sedangkan Reverse Gradation memiliki urutan penyortiran batuan
yang berkebalikan dengan Normal Gradation, yaitu di bagian atas berukuran lebih besar
dibanding butiran yang dibawahnya.
Lebih lanjut Nichol (1999) membagi struktur gradasi ini menjadi dua macam
berdasarkan perlapisan pada gradasi batuan. Pertama adalah gradasi yang berada pada satu
lapisan batuan dan kedua adalah gradasi yang dipisahkan oleh perlapisan. Asing asing dari
keduanya dibagi lagi menjadi gradasi normal dan gradasi terbalik.
Current ripples atau riak arus adalah suatu struktur Sadiman yang terbentuk saat
material sedimen diendapkan. Current ripple adalah bentukan alas berukuran kecil yang
terbentuk karena pengaruh pemisahan lapisan batas pada lapisan pasir (Baas, 1999 dalam
Nichol, 1999). Pembentukan current ripple ini sangat berkaitan dengan arus agen yang
mengendapkan material sedimen tersebut. Oleh karena itu, current ripple dapat dijadikan alat
analisis dalam penentuan arah arus yang mengendapkan sedimen tersebut. Current ripple
biasanya berbentuk asimetris dengan dimensi sentimeter hingga meter. Bentuk asimetris ini
berkaitan dengan arah aliran purba yang mengendapkannya. Kemiringan current ripple
berbeda pada dua lerengnya. Lereng yang landai disebut stoss side yang menandakan arah
datangnya arus, sedang lereng yang terjal disebut Lee side yang menandakan arah perginya
arus.
3. Dune
Dune atau gunduk adalah bentukan yang sama dengan current ripple namun dengan
dimensi yang jauh lebih besar (biasanya meter hingga puluhan meter). Sama dengan current
ripple, dune juga erat kaitannya dengan silang siur, dan karena dimensinya yang cukup besar,
silang siur yang dihasilkan adalah Cross-bedding
4. Perlapisan (Bedding)
Perlapisan atau bedding adalah suatu struktur sedimen yang berupa pemisahan material
sedimen yang diendapkan pada waktu yang berbeda, material sedimen yang dimaksud bisa
sama satu sama lain atau berbeda. Perlapisan biasanya dibatasi oleh batas perlapisan yang
jelas antara dua lapisan yang berbeda.
5. Laminasi (Lamination)
Struktur laminasi sama dengan struktur perlapisan hanya saja memiliki dimensi yang
lebih kecil. Jika perlapisan bisa memiliki ketebalan hingga beberapa meter, maka laminasi
hanya memiliki ketebalan kurang dari 1 cm. Laminasi juga ada beberapa macam berdasarkan
bentuk laminasinya.
a. b.
c.
Gambar 5.a. contoh laminasi sejajar (paralel lamination) 5.b. laminasi bergelombang (Wavy)
5.c. laminasi melensa (Lenticular)
Sumber: Robert V. Demicco & Lawrence A. Hardie, 1994
B. Post-deposisional structure
1. Mudcrack
Mudcrack adalah bentukan has pada sedimen berukuran lanau hingga lempung yang
mengalami keretakan pada permukaan lapisan yang berkontak dengan udara saat proses
deposisinya. Mudcrack ini dihasilkan dari proses dedikasi (proses keluarnya air dari tubuh
batuan) yang menyebabkan terjadinya pengerutan volume batuan sehingga batuan tersebut
menjadi pecah pecah. Struktur mudcrack ini sering digunakan sebagai Key bed untuk
menentukan bagian atas dari suatu perlapisan, karena mudcrack hanya dapat terbentuk pada
bagian atas suatu lapisan.
a. b.
Contoh perlapisan konvolut (7.a) dari Widiasmoro dkk., 2005 dan contoh laminasi konvolut
(7.b) dari Demicco & Hardie, 1994.
C. Erosional Structure
1. Sole Marks
Sole Marks adalah struktur berskala kecil pada permukaan lapisan yang disebabkan oleh
proses erosi (Nichols, 1999). Struktur yang disebabkan erosi ini akan berbentuk cekungan
pada permukaan lapisan yang disebabkan penggerusan oleh agen erosi. Nichols (1999)
membagi struktur ini menjadi dua, yaitu Scour Marks, yaitu struktur yang disebabkan oleh
erosi oleh air yang memiliki arus turbulen, dan yang kedua adalah tool Marks yaitu struktur
yang dihasilkan oleh proses erosi oleh material yang dibawa oleh air.
Scour Mark ini oleh Nichol dibagi lagi menjadi dua berdasarkan faktor yang
menyebabkan adanya arus turbulen yaitu flute Mark dan obstacle scour. Perbedaanya adalah
pada flute Mark arus turbulen tercipta oleh air itu sendiri, namun pada obstacle scour arus
turbulen disebabkan adanya penghalang. Kedua struktur ini memiliki kesamaan berupa
bentuknya yang asimetri. Pada flute Mark, jika ia terisi oleh material lain yang terendapkan
setelahnya, maka bentukan tersebut disebut flute Cast. Jadi flute Mark adalah struktur yang
dimiliki lapisan di bagian bawah, sedangkan flute cast adalah struktur yang dimiliki oleh
lapisan selanjutnya yang lebih muda. Kekhasan ini menjadikan flute cast dan flute Mark
sering dijadikan sebagai Key Bed penentu urutan batuan.
Gambar 9. Macam macam struktur scour Mark
Sumber: Gary Nichol, 1999
Tool Mark oleh Nichol juga dibagi lagi menjadi dua berdasarkan jenis gerakan
Transport material yang mengerosi. Jika material tersebut tertransport secara sliding atau
Rolling maka struktur yang terbentuk adalah grooves yang memiliki bentuk cekungan
memanjang. Sedangkan bila material tertransport secara saltasi, maka struktur yang terbentuk
adalah bounce Mark yang berbentuk cekungan cekungan berjajar.
D. Biogenic structure
Pada umumnya struktur biogenik ini berupa fosil jejak yang dihasilkan dari aktivitas
organisme pada masa lampau.
1. Burrowing dan borring
Struktur ini dihasilkan dari aktivitas pengeboran oleh organisme saat sedimen tersebut
masih bersifat lunak atau belum terlitifikasi. Sebaliknya, borring adalah struktur yang
dihasilkan dari pemboran oleh organisme saat sedimen tersebut telah mengeras atau telah
terlitifikasi. Di alam kedua struktur ini sulit dibedakan.
Umumnya burrowing dan borring berbentuk tabung dengan arah bisa horizontal atau
vertikal. Perbedaan arah ini yang nantinya akan merepresentasikan energi lingkungan sedimen
tersebut diendapkan. Jika yang dominan adalah borring atau burrowing yang berarah vertikal,
maka kita bisa menyimpulkan bahwa energi lingkungannya tinggi. Sedangkan kebalikannya,
jika yang dominan adalah borring atau burrowing yang berarah horizontal maka kita bisa
menyimpulkan bahwa energi lingkungan pengendapan sedimen tersebut rendah. Namun
kedua hal itu akan berkebalikan jika sedimen diendapkan di daerah slope.
Referensi :
Demicco, Robert V. & Hardie, Lawrence A. 1994. Sedimentary Structure and Early
Diagenetic Features of Shallow Marine Carbonate Deposits. Oklahoma: SEPM
(Society for Sedimentary Geology)
Nichols, Gary. 1999. Sedimentology and Stratigraphy. Oxford: Wiley-Blackwell
Widiasmoro, S., dkk. 2005. Bahan Kuliah Petrologi Batuan Sedimen. Yokyakarta:
Uneversitas Gadjah Mada