Anda di halaman 1dari 25

Nama : Rizky Ramadhan Tania

NIM : 471 417 021


Mata Kuliah : Prinsip Stratigrafi

MEKANISME MEDIA TRANSPORTASI SEDIMEN


1.GRAVITASI
Kasus paling sederhana mengenai transportasi sedimen yang tidak signifikan melibatkan
media di sekitarnya adalah jatuhan partikel dari tebing atau lereng akibat gravitasi. Jatuhan
batuan (rock falls) menghasilkan gundukan sedimen di dasar lereng, biasanya secara umum
terdiri dari debris kasar yang kemudian tidak mengalami proses sedimentasi kembali (rework).
Akumulasi ini terlihat sebagai scree (akumulasi debris batuan di dasar tebing, bukit, atau
lereng gunung, sering membentuk timbunan) di sepanjang sisi-sisi lembah di daerah
pegunungan. Akumulasi ini membentuk kerucut talus (talus cone) dengan suatu permukaan
pada sudut diam (angle of rest) kerikil, sudut maksimum dimana material akan tetap stabil dan
klastik tidak akan jatuh menuruni lereng. Sudut ini bervariasi dengan bentuk dan distribusi
ukuran butir, tetapi biasanya antara 30 dan 35 derajat dari bidang horizontal.
Endapan scree berada di daerah pegunungan dan terkadang di sepanjang pantai: endapan ini
jarang terawetkan di dalam rekaman stratigrafi.
Gravitasi merupakan agen utama yang mengakibatkan transportasi pada landslides dan
massflow. Pada pergerakan masa subaeria (falls, slides, slumps, avalanches, mudflows, dan
subaerial debris flows) dan submarine debris flow transportasi terjadi ketika gaya yang menahan
(resisting force) terlampaui. Pada falls, slides, slumps dan avalanches, retakan dihasilkan ketika
batuan kehilangan gaya kohesi antara partikelnya yang kemudian bergerak dan berhenti ketika
energinya habis. Sedimen yang dihasilkan berupa breksi yang terpilah buruk, tidak berlapis.
Pada transportasi ini partikel sediment tertransport langsung oleh pengaruh gravitasi, disini
material akan bergerak lebih dulu baru kemudian medianya. Jadi disini partikel bergerak tanpa
batuan fluida, partikel sedimen akan bergerak karena terjadi perubahan energi potensial
gravitasi menjadi energi kinetik. Yang termasuk dalam sediment gravity flow antara lain adalah
debris flow, grain flow dan arus turbid. Deposisi sediment oleh gravity flow akan menghasilkan
produk yang berbeda dengan deposisi sediment oleh fluida flow karena pada gravity flow
transportasi dan deposisi terjadi dengan cepat sekali akibat pengaruh gravitasi. Batuan sedimen
yang dihasilkan oleh proses ini umumnya akan mempunyai sortasi yang buruk dan
memperlihatkan struktur deformasi.
Pada debris flows, mudflows dan olisostrom seluruh masa diendapkan sekali. Pergerakannya
biasanya berlangsung ketika terdapat air yang mengakibatkan gaya gesek antar partikel
mengecil dan mengakibatkan massa meluncur dan terendapkan dengan tidak beraturan. Produk
yang dihasilkan terpilah buruk, banyak material lumpur dan lapisan biasanya tebal serta
massive.
Sedimen yang bergerak karena pengaruh gaya gravitasi ini, ada 4 macam sedimen :
• Debris flows (umumnya mud flows)
• Grain flows
• Fluidized flows
• Turbidity Current

- Debris flow / Mud flows (interparticle interaction)


Debris flow dan mudflow merupakan aliran sedimen gravitasi pada tipe aliran fluida
Bingham Plastic, dimana aliran ini terdiri atas campuran partikel yang berukuran pasir halus dan
lempung yang membentuk lumpur dengan kekentalan yang memungkinkan untuk mengangkut
material yang berukuran sangat kasar seperti boulder. Aliran ini sering terjadi pada daerah yang
beriklim kering (arid) atau agak kering (semi arid) setelah terjadinya hujan yang lebat.Contoh
yang sering terjadi pada daerah gunungapi adalah aliran lahar yang disusun oleh material hasil
erupsi gunungapi.
Ciri sedimen hasil mud flows:
• Dominan terdiri atas sedimen berukuran matrik (matrix-dominated sediment)
• sortasi jelek
• pejal (tak berlapis)

- Grain flows (grain interaction)


Grain flow adalah aliran dari butiran sediment yang inkohesif yang terdapat pada lereng
yang curam. Aliran ini terjadi ketika akumulasi sedimen melebihi gaya gesek antar partikel dan
ketika gempa bumi terjadi. Endapan yang dihasilkan berupa pasir yang terpilah baik, tak
berstruktur sampai berlaminasi berlangsung secara lokal.
Ciri sedimen hasil grain flows:
• Dominan terdiri atas fragmen sedimen (fragment dominated-sediment)
• terpilah baik dan bebas lempung

- Fluidized flows
Aliran cairan kental terjadi apabila material sedimen lepas mengalir bersama dengan cairan
sebagai suspensi dan membentuk cairan dengan kekentalan tinggi.Cairan ini dapat mengalir
dengan kecepatan tinggi pada kemiringan sekitar 3 derajat.
Ciri sedimennya:
• tebal, non-graded clean sand
• bersortasi jelek
• batas atas dan bawahnya kabur
• umumnya terdapat struktur sedimen dish structures, pipes, dan sand volcano.

- Turbidity Current
Turbidity current merupakan arus gravitasi yang meluncur dari suatu lereng di dalam tubuh air
(laut atau danau). Mekanisme terbentuknya ada dua yaitu :
- Arus turbid terbentuk pada tepian kontinen akibat adanya gempa bumi atau badai yang terjadi
pada paparan benua (continental shelves).
- Arus turbid terjadi akibat aliran tetap uniform (steady uniform flow) dari fluida yang
densitasnya besar dan mengalir di bawah fluida yang densitasnya lebih kecil.

2.AIR
Transportasi partikel di dalam air sejauh ini merupakan mekanisme transportasi yang paling
signifikan. Air mengalir di permukaan lahan di dalam channel dan sebagai aliran permukaan
(overland flow). Arus-arus di laut digerakkan oleh angin, tidal dan sirkulasi samudra. Aliran-
aliran ini mungkin cukup kuat untuk membawa material kasar di sepanjang dasarnya dan
material yang lebih halus dalam suspensi. Material dapat terbawa di dalam air sejauh ratusan
atau ribuan kilometer sebelum terendapkan sebagai sedimen. Mekanisme air yang
menggerakkan material ini akan dibahas di bawah.

3.UDARA
Setelah air, udara adalah media transportasi terpenting. Angin berhembus di atas lahan
mengangkat debu dan pasir kemudian membawanya sampai jarak yang jauh. Kapasitas angin
untuk mentransportasikan material dibatasi oleh densitas rendah dari udara.Perbedaan densitas
antara media dan klastik berpengaruh terhadap keefektifan media dalam menggerakkan
sedimen.

4.ES
Air dan udara adalah media fluida yang jelas, tapi kita juga dapat mempertimbangkan es
sebagai media fluida karena selama periode yang panjang es bergerak melintasi permukaan
lahan, meskipun sangat lambat. Es adalah fluida berviskositas tinggi yang mampu
mentransportasikan sejumlah besar debris klastik. Pergerakan detritus oleh es penting pada
daerah di dalam dan di sekitar tudung es kutub dan daerah pegunungan dengan gletser
semipermanen atau permanen. Volume material yang digerakkan es sangat besar ketika
meluasnya es (glaciation).
SEDIMEN PADAT (DENSE SEDIMENT) DAN CAMPURAN AIR
(WATER MIXTURES)
Ketika ada sedimen berkonsentrasi tinggi di dalam air, campurannya akan membentuk
aliran debris, yang dapat kita pikirkan seperti campuran larutan air dengan material yang tidak
dapat terlarut (slurry) yang kekentalannya serupa dengan beton basah. Campuran padat ini
digerakkan oleh gravitasi di permukaan lahan maupun di bawah air, perilakunya berbeda bila
dibandingkan dengan sedimen yang tersebar di dalam tubuh air. Campuran yang lebih encer
juga mungkin digerakkan oleh gravitasi di dalam air sebagai arus turbidit. Mekanisme aliran
yang digerakkan gravitasi ini adalah mekanisme penting dalam mentransportasikan material
kasar hingga ke samudra dalam.

1.1 Perilaku Fluida dan Partikel di dalam Fluida


Perkenalan singkat mengenai dinamika fluida, perilaku gerakan fluida, dibahas di bab ini
untuk memberikan dasar-dasar pemahaman fisika untuk membahas transportasi sedimen dan
pembentukan struktur sedimen di bagian selanjutnya. Untuk penjelasan yang lebih menyeluruh
mengenai dinamika fluida tersedia di dalam Leeder (1982), J.R.L. Allen (1985, 1994) dan P.A.
Allen (1997).

1.1.1 Aliran Laminar dan Turbulen


Gerakan fluida dapat terbagi ke dalam dua cara yang berbeda. Dalam aliran laminar, semua
molekul-molekul di dalam fluida bergerak saling sejajar terhadap yang lain dalam arah
transportasi. Dalam fluida yang heterogen hampir tidak ada terjadinya pencampuran selama
aliran laminar. Dalam aliran turbulen, molekul-molekul di dalam fluida bergerak pada semua
arah tapi dengan jaring pergerakan dalam arah transportasi. Fluida heterogen sepenuhnya
tercampur dalam aliran turbulen.
Perbedaan antara gerakan laminar dan turbulen pertama kali didokumentasikan oleh O.
Reynold diakhir abadke-19. Dia melaksanakan percobaan pada aliran yang melalui tabung, dan
tercatat bahwa plot tingkat aliran terhadap tekanan menurun antara saluran masuk dan saluran
keluar, tidak menghasilkan grafik garis lurus. Besarnya tekanan yang hilang pada tingkat aliran
tinggi dapat dihubungkan dengan naiknya gesekan antara partikel dalam aliran turbulen.
Percobaan dengan benang (thread) yang dicelupkan di dalam tabung menunjukkan bahwa garis
aliran sejajar pada tingkat aliran rendah, tapi pada kecepatan yang lebih tinggi benang
berantakan karena fluida tercampur akibat gerakan turbulen (Gambar 1.1).
Parameter aliran ini disebut angka Reynold (Re). Nilai (tanpa dimensi atau satuan) yang
menunjukkan aliran laminar atau turbulen. Angka Reynold diperoleh dari hubungan faktor-
faktor sebagai berikut: kecepatan aliran (u), rasio densitas fluida dan viskositas fluida (v,
viskositas kinematik fluida) dan ‘karakter panjang atau jarak’ (l, diameter pipa atau kedalaman
aliran di dalam channel terbuka). Persamaan angka Reynold tersebut didefinisikan sebagai
berikut :
Re = ul / v

Aliran fluida di dalam pipa dan channel ditemukan laminar ketika angka Reynoldnya rendah
(kurang dari 500) dan turbulen pada nilai yang lebih tinggi (lebih besar dari 2000). Dengan
meningkatnya kecepatan, aliran akan menjadi turbulen dan di dalam fluida terdapat peralihan
dari laminar menuju turbulen. Fluida dengan viskositas kinematik yang rendah, seperti udara,
mengalir turbulen pada kecepatan rendah, jadi semua aliran angin alamiah yang dapat membawa
partikel dalam suspensi adalah aliran turbulen. Air hanya mengalir laminar pada kecepatan yang
rendah atau kedalaman air yang sangat dangkal, jadi aliran turbulen sangat umum pada proses
transportasi dan pengendapan sedimen di air (aqueous). Aliran laminasi terjadi pada beberapa
aliran debris, pergerakan es dan aliran lava, dan semua yang memiliki viskositas kinematik yang
lebih besar dari air.

Gambar 1.1 Aliran fluida turbulen dan laminar

Hampir semua aliran di dalam air dan udara yang membawa volume sedimen dalam jumlah
yang signifikan adalah aliran turbulen. Perilaku partikel di dalam aliran ini akan dibahas
sekarang.
1.1.2 Transportasi Partikel di dalam Fluida
Partikel semua ukuran digerakkan di dalam fluida oleh salah satu dari tiga mekanisme
(Gambar 1.2). Pertama, partikel dapat bergerak menggelinding (rolling) di dasar aliran udara
atau air tanpa kehilangan kontak dengan permukaan dasar. Kedua, partikel dapat bergerak
dalam serangkaian lompatan, secara periode meninggalkan permukaan dasar dan terbawa
dengan jarak yang pendek di dalam tubuh fluida sebelum kembali ke dasar lagi; ini dikenal
sebagai saltasi (saltation). Terakhir, turbulensi di dalam aliran dapat menghasilkan gerakan yang
cukup untuk menjaga partikel bergerak terus di dalam fluida; dikenal sebagai suspensi
(suspension).
Ada sejumlah faktor yang mengontrol gerakan partikel di dalam fluida turbulen. Pertama,
karena kecepatan aliran meningkat, energi kinetik di dalam fluida menjadi lebih besar sehingga
mengangkat partikel dari permukaan dasar dan menggerakkan secara saltasi. Kedua, turbulensi
yang meningkat juga menyediakan gaya yang cukup kuat untuk menjaga partikel tetap
tersuspensi. Ketiga, partikel dengan massa yang lebih besar memerlukan energi lebih untuk
terangkat dan tersaltasi dan menjaga partikel agar tetap tersuspensi. Terakhir, partikel dengan
luas permukaan relatif lebih besar dari massanya (contoh, mineral berbentuk lempengan / ‘platy’
seperti mika) memiliki kecepatan pengendapan yang lebih rendah (perlu waktu lebih lama untuk
tenggelam) dan dapat tetap (permanen atau sementara) tersuspensi dengan lebih mudah.
Gambar 1.2 Mekanisme transportasi partikel di dalam aliran: rolling dan saltasi (bedload); dan
suspensi (suspended).

Pada kecepatan arus rendah hanya partikel halus (lempung) dan partikel berdensitas rendah
yang tetap tersuspensi, dengan partikel berukuran pasir bergerak rolling dan beberapa tersaltasi.
Pada tingkat aliran yang lebih tinggi semua lanau dan beberapa pasir dapat tetap tersuspensi,
dengan butiran (granules) dan kerakal halus (fine pebble) tersaltasi dan material lebih kasar
bergerak rolling.
Proses-proses ini secara esensial serupa baik di udara maupun di air, tapi di udara diperlukan
kecepatan yang lebih tinggi untuk menggerakkan partikel tertentu karena densitas dan viskositas
yang lebih rendah jika dibandingkan dengan air (Tabel 1.1). Konsekuensi dari viskositas udara
yang rendah adalah butiran yang tersaltasi mendaratkan efek bantalan (cushioning effect)
medium fluida yang relatif sedikit, dan butir-butir mempunyai momentum yang cukup untuk
menumbuk butir-butir ke dalam aliran yang mengalir bebas. Efek ini tidak begitu nyata di dalam
air karena gesekan antara butir yang bergerak dan fluida energinya telah habis sebelum
mendarat. Zat particulate (substansi yang terdiri dari partikel-partikel yang terpisah) yang
terbawa oleh aliran biasanya diistilahkan bedload (partikel yang rolling dan tersaltasi)
dan suspended load (material dalam suspensi), juga terkadang disebut
sebagai washload (Gambar 1.2).

Tabel 1.1 Densitas dan viskositas media transportasi fluida

1.1.3 Partikel yang Masuk ke dalam Aliran


Tidak dengan seketika terlihat jelas mengapa partikel yang berada di dasar aliran (contoh, di
dasar sungai) lakukan selain dari bergerak terseret (frictional drag). Gerakan terseret antara air
yang mengalir dan objek di dalam aliran adalah mekanisme utama bagi material kasar
tertransportasikan sebagai komponen rolling bedload. Beberapa partikel bergerak ke atas dari
dasar aliran dan sementara waktu memasuki aliran sebelum terendapkan kembali ketika aliran
menurun. Ini adalah partikel saltasi. Aliran tidak mampu mempertahankan butir-butir ini dalam
suspensi karena butir ini jatuh ke bawah lagi, jadi apa yang pertama kali membuat butir-butir ini
bergerak naik? Jawabannya terdapat pada efek Bernoulli, fenomena yang memperkenankan
burung-burung dan pesawat terbang dapat terbang dan kapal pesiar dapat berlayar ‘dekat dengan
angin’.
Efek Bernoulli sangat baik dijelaskan dengan membahas aliran fluida (udara, air atau semua
media fluida) di dalam tabung yang salah satu sisinya menyempit (Gambar 1.3). Luas
penampang melintang tabung di satu sisi lebih besar dari sisi lain, tapi untuk mempertahankan
transportasi fluida agar tetap konstan di sepanjang tabung, jumlah yang sama harus mengalir di
satu sisi dan keluar di sisi lain dengan periode waktu tertentu. Untuk memperoleh jumlah yang
sama dari fluida, harus bergerak pada kecepatan yang lebih tinggi ketika melewati sisi yang
sempit. Efek ini lazim dikenal orang yang memencet ujung selang air taman: air yang
menyembur akan semakin cepat ketika ujung selang air sebagian ditutup.

Gambar 1.3 Efek Bernoulli diilustrasikanoleh fluida yang melintasi tabung menyempit.

Hal selanjutnya yang dipertimbangkan adalah menjaga massa dan energi di sepanjang tabung.
Variabel-variabel yang dilibatkan dapat dilihat dalam persamaan Bernoulli:
Energi total = ρgh + (ρu2 / 2) + P

dimana ρ adalah densitas fluida, u adalah kecepatan, g adalah percepatan


gravitasi, h perbedaan ketinggian dan P adalah tekanan. Tiga istilah dalam persamaan ini adalah
energi potensial (ρgh), energi kinetik (ρu2 / 2) dan energi tekanan (P). Persamaan ini dianggap
tidak kehilangan energi karena efek gesekan, jadi dalam kenyataan hubungannya adalah sebagai
berikut:
ρgh + (ρu2 / 2) + P + Eloss = konstanta
Energi potensial adalah konstanta karena tidak ada perbedaan ketinggian di antara tempat
dimana fluida bergerak masuk dan keluar. Energi kinetik berubah-ubah sebagaimana kecepatan
aliran meningkat atau menurun. Jika energi total dalam sistem terjaga, pasti ada beberapa
perubahan dalam hal terakhir, energi tekanan. Energi tekanan dapat diartikan sebagai energi
yang tersimpan ketika fluida terkompresi: fluida yang terkompresi (seperti dalam tromol gas
terkompresi) memiliki energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak terkompresi.
Kembali ke aliran di dalam sisi tabung yang runcing, untuk keseimbangan persamaan
Bernoulli, energi tekanan harus direduksi untuk mengkompensasikan kenaikan energi kinetik
akibat penyempitan aliran di ujung akhir tabung. Artinya bahwa ada reduksi tekanan pada sisi
akhir tabung yang menyempit.
Pindahkan ide ini ke aliran di dalam channel, klastik di dasar channel akan mereduksi
penampang melintang aliran di atasnya. Kecepatan di atas klastik akan lebih besar daripada ke
hulu dan ke hilirnya dan untuk menyeimbangkan persamaan Bernoulli harus ada reduksi
tekanan di atas klastik. Reduksi tekanan ini menyediakan gaya angkat (lift force) temporer yang
menggerakkan klastik di dasar aliran (Middleton & Southard 1978). Selanjutnya klastik
sementara waktu naik ke dalam fluida yang bergerak sebelum jatuh ke dasar channel akibat
gravitasi dalam sebuah peristiwa saltasi (Gambar 1.4).

1.1.4 Ukuran Butir dan Kecepatan Aliran


Kecepatan fluida dimana partikel akan naik ke dalam aliran dapat disebut sebagai kecepatan
kritis. Jika gaya yang bekerja pada partikel di dalam aliran telah dibahas maka hubungan
sederhana antara kecepatan kritis dan massa partikel dapat diperkirakan. Gaya seret (drag force)
yang diperlukan untuk menggerakkan partikel di sepanjang aliran akan meningkat seiring
massa, karena akan memerlukan gaya angkat untuk membawa partikel naik ke dalam aliran.
Pada kecepatan sedang (moderate) butir pasir dapat tersaltasi, butiran bergerakrolling dan
kerakal tetap tidak bergerak, tapi jika kecepatan meningkat gaya yang bekerja pada partikel-
partikel ini bertambah dan pasir lebih halus mungkin tersuspensi, butiran tersaltasi, dan kerakal
bergerak rolling. Hubungan linear sederhana seperti ini juga bekerja untuk material lebih kasar,
tapi ketika ukuran butir halus terlibat maka akan semakin komplek.
Gambar 1.4 Gaya yang bekerja pada suatu butir di dalam aliran. (menurut Middleton &
Southrd 1978; Collinson & Thompson 1982).
Diagram Hjulström (Gambar 1.5) menunjukkan hubungan antara kecepatan aliran air dan
ukuran butir (Hjulström 1939). Ada dua garis utama pada grafik. Garis yang lebih rendah
menunjukkan hubungan antara kecepatan aliran dan partikel yang siap akan bergerak. Ini
menunjukkan bahwa kerakal akan berhenti di sekitar 20-30 cm/s, butir pasir sedang pada 2-3
cm/s, dan partikel lempung ketika kecepatan aliran adalah secara efektif nol. Oleh karena itu
ukuran butir partikel di dalam aliran dapat digunakan sebagai petunjuk kecepatan pada waktu
pengendapan sedimen jika terendapkan sebagai partikel-partikel terisolasi. Garis kurva bagian
atas menunjukkan kecepatan aliran yang diperlukan untuk mengerakkan partikel dari kondisi
diam. Pada setengah bagian kanan grafik, garis ini sejajar dengan garis yang pertama tapi untuk
ukuran butir tertentu diperlukan kecepatan yang lebih besar untuk memulai pergerakan daripada
untuk menjaga partikel tetap bergerak. Pada sisi kiri diagram terdapat garis divergen yang
tajam: secara intuisi, partikel lanau yang lebih kecil dan lempung memerlukan kecepatan yang
lebih besar untuk menggerakkannya daripada pasir. Hal ini dapat dijelaskan melalui sifat
mineral lempung yang akan mendominasi fraksi halus dalam sedimen. Mineral lempung bersifat
kohesif dan sekali terendapkan akan cenderung merekat bersama, membuatnya lebih sulit untuk
naik ke dalam aliran daripada butir-butir pasir. Catat bahwa ada dua macam untuk material
kohesif. Lumpur ‘tak terkonsolidasi’ (unconsolidated mud) telah terendapkan tapi tetap merekat,
material plastis. Lumpur ‘terkonsolidasi’ (consolidated mud) telah lebih banyak mengeluarkan
air darinya dan bersifat kaku atau keras (rigid). Dalam prakteknya, banyak endapan material
lumpuran berada antara dua macam ini.
Gambar 1.5 Diagram Hjulström, menunjukkan hubungan antara kecepatan aliran dan
transportasi butir-butir lepas. Ketika butir telah terendapkan, diperlukan energi yang lebih
tinggi untuk mulai menggerakkannya daripada menjaganya tetap bergerak ketika telah
bergerak. Sifat kohesif partikel lempung mengartikan bahwa sedimen berbutir halus
memerlukan kecepatan yang lebih tinggi untuk mengerosi kembali sedimen ini ketika
sedimen ini terendapkan, khususnya ketika terkompaksi. (dari Earth, edisi kedua oleh Frank
Press dan Raymond Siever. 1974, 1978, dan 1986 oleh W.H. Freeman and Company).
Perilaku partikel halus dalam aliran, sebagaimana yang ditunjukkan oleh diagram Hjulström,
memiliki konsekuensi penting untuk pengendapan dalam lingkungan pengendapan alami.
Lempung dapat tererosi dalam semua kondisi kecuali air yang menggenang, tapi lumpur dapat
terakumulasi dalam semua setting dimana aliran berhenti mengalir dengan waktu yang cukup
untuk partikel lempung terendapkan: aliran yang kembali mengalir tidak akan menaikkan
kembali endapan lempung kecuali kecepatannya relatif tinggi. Perselingan pengendapan lumpur
dan pasir terlihat dalam lingkungan dimana alirannya sebentar-sebentar (intermittent), seperti
setting tidal.
1.1.5 Variasi Ukuran Klastik : Graded Bedding
Jika kecepatan berubah selama suatu periode aliran, ukuran klastik yang terendapkan akan
mencerminkan perubahan dalam kekuatan aliran. Aliran yang menurun dari 20 cm/s ke 1 cm/s
akan diawali pengendapan pasir kasar tapi akan secara progresif mengendapkan pasir sedang
dan halus akibat turunnya kecepatan. Lapisan pasir yang terbentuk dari penurunan aliran ini
akan menunjukkan reduksi dalam ukuran butir dari kasar di dasarnya hingga halus di bagian
atasnya. Pola perubahan ukuran klastik dalam suatu lapisan tunggal ini disebut sebagai gradasi
normal (normal grading). Sebaliknya, peningkatan dalam kecepatan aliran seiring waktu
mungkin menghasilkan peningkatan ukuran butir ke arah atas pada suatu lapisan, dikenal
sebagai gradasi terbalik (reverse grading). Normal grading lebih umum karena banyak aliran
alami yang dimulai dengan sentakan yang kuat diikuti oleh penurunan secara gradual kecepatan
alirannya. Aliran yang secara gradual bertambah kecepatannya seiring waktu yang
menghasilkan reverse grading jumlah frekuensinya sedikit. Material yang diendapkan dari air
statis juga menampakkan gradasi, perhitungan hubungan antara ukuran butir dan kecepatan
pengendapan dijelaskan dengan hukum Stoke. Partikel yang lebih besar memiliki kecepatan
terminal yang besar dan terendapkan lebih cepat dari butir-butir yang lebih kecil.
Gradasi dapat terjadi di variasi setting lingkungan yang bermacam-macam: normal
grading adalah karakteristik penting dari banyak endapan arus turbidit tapi mungkin juga hasil
dari badai di paparan kontinen, limpah banjir di lingkungan fluvial dan setting delta top.
Sangat berguna menggambarkan perbedaan antara gradasi yang ada di dalam suatu lapisan
tunggal dan gradasi yang terdapat pada sejumlah lapisan. Suatu pola beberapa lapisan yang
dimulai dengan ukuran klastik kasar di lapisan terendah dan material lebih halus di lapisan yang
tertinggi disebut sebagai menghalus ke atas (fining-upward). Pola yang sebaliknya dengan
lapisan terkasar di atas adalah rangkaian mengasar ke atas (corsening-upward) (Gambar 1.6).
Catat bahwa mungkin ada keadaan dimana lapisan individual yang bergradasi normal tapi di
dalam lapisan rangkaian coarsening-upward. Pengenalan dan interpretasi pola coarsening-
upwarddan fining-upward adalah penting dalam menganalisis lingkungan sedimen.

1.1.6 Densitas Fluida dan Ukuran Partikel


Gaya yang bekerja pada partikel adalah fungsi dari viskositas dan densitas media fluida
seperti halnya massa partikel. Fluida berviskositas lebih tinggi menggunakan gaya seret dan
angkat yang lebih besar untuk kecepatan aliran tertentu. Dua fluida yang terpenting di
permukaan bumi adalah air dan udara. Aliran air dapat mentransportasikan klastik sebesar
bongkah pada kecepatan yang terekam dalam sungai, tapi bahkan pada badai dengan kekuatan
angin yang sangat tinggi, partikel mineral dan batuan terbesar yang terbawa kemungkinan besar
berukuran sekitar satu milimeter. Pembatasan ukuran partikel yang terbawa angin adalah satu
kriteria yang mungkin digunakan untuk membedakan material yang diendapkan oleh air dari
yang ditransportasikan dan diendapkan oleh angin. Fluida berviskositas lebih tinggi seperti es
dan aliran debris dapat mentransportasikan bongkah berukuran beberapa meter hingga puluhan
meter panjangnya. Klastik besar mungkin terbawa di bagian teratas dari aliran laminar.
Gambar 1.6 Gradasi normal dan terbalik dalam lapisan tunggal; pola menghalus ke atas dan
mengasar ke atas dalam rangkaian lapisan.

1.1.7 Hubungan arus searah dengan silang siur


Ada hubungan yang sangat signifikan antara mekanisme aliran cairan dan struktur sedimen yang
dibentuknya, terutama silang siur (ripple). Dalam beberapa percobaan di dalam tabung aliran
searah (unidirectional flow) silang siur sudah mulai terbentuk pada sedimen pasir setelah
kecepatan kritis dilewatinya. Pasir yang berukuran butir 0,25 – 0,7 mm dalam Gambar III.1
mulai terbentuknya silang siur kemudian apabila kecepatan terus bertambah akan berubah
menjadi dune. Kalau kecepatan aliran terus bertambah dune akan tererosi kembali dan berubah
menjadi mendatar dan selanjutnya berubah menjadi antidune.

Dalam Gambar III.1 jelas bahwa pengaruh hidrodinamika dapat membentuk dua jenis silang
siur dan dune yang berbeda.Pada kondisi hidrodinamika dimana mulai terbentuk silang siur,
kemudian dune sampai dengan sebagian dari dune dirusak tererosi kembali (lihat Gambar III.1)
disebut rejim alir bawah (lower flow regim).Sedangkan mulai dari sini bila kecepatan aliran
terus bertambah disebut rejim alir atas (upper flow regim).
Flowregim Lowerflowregim (F<1): 
Menghasilkan struktur sedimen 

 cross-lamination
 cross-bed
Upperflowregim (F>1): 
Akan menghasilkan
 silang siur
 planar-antidune 

Mekanisme Transportasi
Transportasi sedimen tergantung pada sifat fisik dari media transportasi, sifat material, sifat
fisik dari campuran media transportasi dan material, dan gaya yang menyebabkan transportasi.
Dua sifat yang mempengaruhi media untuk mengangkut partikel sedimen adalah berat jenis dan
kekentalan media. Berat jenis media akan mempengaruhi gerakan media, terutama
cairan.Sedangkan kekentalan akan berpengaruh pada kemampuan media untuk mengalir.
Transport sedimen secara mekanik terbagi menjadi beberapa cara diataranya:
1. Suspended load transport
Mekanisme transport dimana partikel-partikel hasil pemecahan batuan terbawa bersama air
secara keseluruhan.Ukuran partikel yang dibawa bergantung pada kecepatan arus itu
sendiri.Semakin besar arus maka ukuran butir partikel lebih besar. Akan tetapi di alam,
kenyataannya hanya material partikel halus saja yang dapat diangkut suspensi.
Sifat dan struktur sedimen yang dihasilkan pengendapan suspensi ini adalah mengandung
prosentase masa dasar yang tinggi sehingga butiran tampak mengambang dalam masa dasar dan
umumnya disertai pemilahan butir yang buruk. Ciri lain dari jenis ini adalah butir sedimen yang
diangkut tidak pernah menyentuh dasar aliran.

2. Bed load transport


Merupakan mekanisme transport dimana partikel yang lebih kasar dan padat bergerak
sepanjang dasar perairan baik secara menggelinding, bergeser maupun meloncat-loncat akibat
pengaruh tumbukan diantara partikel dan turbulensi tetapi partikel tersebut selalu kembali ke
dasar. Mekanisme transpor dapat berubah dari suspended load menjadi bed load dan sebaliknya
karena adanya perubahan kecepatan aliran.
Pada mekanisme transport ini dibedakan berdasarkan tipe gerakan media pembawanya, dibagi
menjadi:
a.       Endapan arus pekat
Sistem arus pekat tidak banyak terjadi dikenyataannya. Contohnya saja,gletser, longsoran
dan aliran lahar. Sistem arus pekat dihasilkan dari kombinasi antara arus traksi dan
suspensi.Sistem arus ini biasanya menghasilkan suatu endapan campuran antara pasir, lanau,
dan lempung dengan jarang-jarang berstruktur silang-siur dan perlapisan bersusun.Arus pekat
disebabkan karena perbedaan kepekatan (density) media. Ini bisa disebabkan karena perlapisan
panas, turbiditi dan perbedaan kadar garam. Karena gravitasi, media yang lebih pekat akan
bergerak mengalir di bawah media yang lebih encer. Dalam geologi, aliran arus pekat di dalam
cairan dikenal dengan nama turbiditi. Sedangkan arus yang sama di dalam udara dikenal dengan
nuees ardentes atau wedus gembel, suatu endapan gas yang keluar dari gunung api. Struktur
sedimen yang terbentuk yaitu:
 Terbentuk struktur atau tekstur yang terpilah buruk
 Struktur yang sering didapat adalah floating frame work kerangka mengambang. Sering
didapatkan suatu macam graded bedding atau alignmen bongkah-bongkah dalam satu
garis mungkin karena aliran laminer.
Selley (1988) membuat hubungan antara proses sedimentasi dan jenis endapan yang dihasilkan,
sebagai berikut (Tabel IV.1).
Kenyataan di alam, transport dan pengendapan sedimen tidak hanya dikuasai oleh
mekanisme tertentu saja, misalnya arus traksi saja atau arus pekat saja, tetapi lebih sering
merupakan gabungan berbagai mekanisme.Malahan dalam berbagai hal, merupakan
gabungan antara mekanik dan kimiawi. Beberapa sistem seperti itu adalah: 
 sistem arus traksi dan suspensi
 sistem arus turbit dan pekat
 sistem suspensi dan kimiawi.

b.      Endapan arus traksi


Arus traksi adalah arus suatu media yang membawa sedimen dasarnya.Pada umumnya arus
traksi gravitasi lebih berpengaruh dari pada yang lainnya seperti angin atau pasang-surut air
laut. Sedimen yang dihasilkan oleh arus traksi ini umumnya berupa pasir yang berstruktur silang
siur, dengan sifat-sifat:
 Pemilahan baik
 Tidak mengandung masa dasar
 Ada perubahan besar butir mengecil ke atas (fining upward) atau ke bawah (coarsening
upward) tetapi bukan perlapisan bersusun (graded bedding).
Dalam arus traksi dikenal dengan Rezim aliran rendah (Lower Flow Regime) dan Rezim
aliran tinggi (Upper Flow Regime) keduanya memiliki hubungan terhadap arus searah terhadap
silang siur.Pengaruh hidrodinamika sendiri dapat membentuk dua jenis silang siur dan dune
yang berbeda.Pada kondisi hidrodinamika dimana mulai terbentuk silang siur, kemudian dune
sampai dengan sebagian dari dune dirusak tererosi kembali disebut rejim alir bawah (lower flow
regim).Sedangkan mulai dari sini bila kecepatan aliran terus bertambah disebut rejim alir atas
(upper flow regim).
 Lower Flow Regime
Dalam rezim ini gaya dari garvitasi bumi lebih berpengaruh sehingga terbentuk onggokan-
onggokan dan erosi, cara transport diseret dan jatuh bebas kedalam erosi dan sudut kemiringan
dari crosslamiae adalah searah dengan arah arus.dan menghasilkan struktur sedimen:
 Cross-lamination
 Cross-Bed

 Upper Flow Regime


Pada rezim ini gaya momentum yang ada lebih berpengaruh dari pada gaya gravitasi bumi,
sehingga akan membentuk onggokan yang lebih disebabkan karena penumpukan pada endapan
yang lebih muka/muda, cara transport terus menerus akibat momentum air.
Dan dari itu akan menghasilkan struktur sedimen yang:
 silang siur
 planar-antidune

REFERENSI :
(dari Earth, edisi kedua oleh Frank Press dan Raymond Siever. 1974, 1978, dan 1986 oleh W.H.
Freeman and Company).
Leeder (1982), J.R.L. Allen (1985, 1994) dan P.A. Allen (1997). SEDIMEN PADAT (DENSE
SEDIMENT) DAN CAMPURAN AIR (WATER MIXTURES)

STRUKTUR BATUAN SEDIMEN

Secara umum menurut Tucker (1975) struktur pada batuan sedimen dapat dibagi
menjadi beberapa macam menurut waktu relatif terbentuknya struktur tersebut dengan waktu
diagenesis batuan. Yaitu struktur yang terbentuk saat sedimentasi (Syndeposisional structure),
struktur yang terbentuk setelah sedimentasi (Postdeposisional structure), dan struktur yang
terbentuk setelah litifikasi yang disebabkan proses erosi (Erosional structure) serta struktur
yang dihasilkan dari aktivitas organisme (Biogenic structure).
A. Syndeposisional structure
1. Gradded Bedding

Gradded bedding atau perlapisan bergradasi adalah suatu struktur sedimen berupa
penyortiran ukuran butiran batuan dari butiran yang berukuran lebih besar hingga butiran
yang berukuran lebih halus. Secara umum struktur sedimen ini dapat dibagi menjadi dua,
yaitu Normal Gradation dan Reverse Gradation. Normal Gradation adalah suatu struktur
gradasi yang urutan ukuran butirnya di bagian atas berukuran lebih halus dibanding ukuran
butir di bagian bawah. Sedangkan Reverse Gradation memiliki urutan penyortiran batuan
yang berkebalikan dengan Normal Gradation, yaitu di bagian atas berukuran lebih besar
dibanding butiran yang dibawahnya.
Lebih lanjut Nichol (1999) membagi struktur gradasi ini menjadi dua macam
berdasarkan perlapisan pada gradasi batuan. Pertama adalah gradasi yang berada pada satu
lapisan batuan dan kedua adalah gradasi yang dipisahkan oleh perlapisan. Asing asing dari
keduanya dibagi lagi menjadi gradasi normal dan gradasi terbalik.

Gambar 1. Macam macam


gradasi Sumber: Gary Nichol,
1999
2. Current Ripple

Current ripples atau riak arus adalah suatu struktur Sadiman yang terbentuk saat
material sedimen diendapkan. Current ripple adalah bentukan alas berukuran kecil yang
terbentuk karena pengaruh pemisahan lapisan batas pada lapisan pasir (Baas, 1999 dalam
Nichol, 1999). Pembentukan current ripple ini sangat berkaitan dengan arus agen yang
mengendapkan material sedimen tersebut. Oleh karena itu, current ripple dapat dijadikan alat
analisis dalam penentuan arah arus yang mengendapkan sedimen tersebut. Current ripple
biasanya berbentuk asimetris dengan dimensi sentimeter hingga meter. Bentuk asimetris ini
berkaitan dengan arah aliran purba yang mengendapkannya. Kemiringan current ripple
berbeda pada dua lerengnya. Lereng yang landai disebut stoss side yang menandakan arah
datangnya arus, sedang lereng yang terjal disebut Lee side yang menandakan arah perginya
arus.

Gambar 2. Proses terbentuknya current ripple


Sumber: Gary Nichol, 1999
Current ripple ini sangat berkaitan dengan terbentuknya silang siur. Namun karena
dimensi current ripple yang hanya beberapa sentimeter, maka yang terbentuk bukanlah
Cross- bedding melainkan Cross-lamination. Pembentukan Cross lamination ini juga
bergantung pada jenis current ripple yang terbentuk, jika current ripple yang terbentuk
cenderung lurus atau linier, maka silang sirup yang terbentuk pun lurus atau datar. Sedangkan
makin melengkung current ripple yang terbentuk, maka silang siur yang terbentuk juga
melengkung atau berbentuk kurva.
Gambar 3. Macam Cross-lamination yang terbentuk Gambar 4. Macam bentuk current ripple
Sumber: Gary Nichol, 1999 Sumber: Gary Nichol 1999

3. Dune
Dune atau gunduk adalah bentukan yang sama dengan current ripple namun dengan
dimensi yang jauh lebih besar (biasanya meter hingga puluhan meter). Sama dengan current
ripple, dune juga erat kaitannya dengan silang siur, dan karena dimensinya yang cukup besar,
silang siur yang dihasilkan adalah Cross-bedding

4. Perlapisan (Bedding)

Perlapisan atau bedding adalah suatu struktur sedimen yang berupa pemisahan material
sedimen yang diendapkan pada waktu yang berbeda, material sedimen yang dimaksud bisa
sama satu sama lain atau berbeda. Perlapisan biasanya dibatasi oleh batas perlapisan yang
jelas antara dua lapisan yang berbeda.

5. Laminasi (Lamination)

Struktur laminasi sama dengan struktur perlapisan hanya saja memiliki dimensi yang
lebih kecil. Jika perlapisan bisa memiliki ketebalan hingga beberapa meter, maka laminasi
hanya memiliki ketebalan kurang dari 1 cm. Laminasi juga ada beberapa macam berdasarkan
bentuk laminasinya.
a. b.

c.
Gambar 5.a. contoh laminasi sejajar (paralel lamination) 5.b. laminasi bergelombang (Wavy)
5.c. laminasi melensa (Lenticular)
Sumber: Robert V. Demicco & Lawrence A. Hardie, 1994

B. Post-deposisional structure
1. Mudcrack

Mudcrack adalah bentukan has pada sedimen berukuran lanau hingga lempung yang
mengalami keretakan pada permukaan lapisan yang berkontak dengan udara saat proses
deposisinya. Mudcrack ini dihasilkan dari proses dedikasi (proses keluarnya air dari tubuh
batuan) yang menyebabkan terjadinya pengerutan volume batuan sehingga batuan tersebut
menjadi pecah pecah. Struktur mudcrack ini sering digunakan sebagai Key bed untuk
menentukan bagian atas dari suatu perlapisan, karena mudcrack hanya dapat terbentuk pada
bagian atas suatu lapisan.

Gambar 6. Contoh Mudcrack


Sumber: Gary Nichol, 1999
2. Laminasi atau perlapisan konvolut

Perlapisan konvolut adalah jenis perlapisan yang kenampakannya mirip dengan


perlipatan pada struktur geologi akibat tektonik. Bedanya lipatan adalah gaya yang
membentuknya, jika lipatan terbentuk karena gaya tektonik, perlapisan konvolut terbentuk
karena gaya beban atau karena gaya gravitasi.

a. b.
Contoh perlapisan konvolut (7.a) dari Widiasmoro dkk., 2005 dan contoh laminasi konvolut
(7.b) dari Demicco & Hardie, 1994.

C. Erosional Structure
1. Sole Marks

Sole Marks adalah struktur berskala kecil pada permukaan lapisan yang disebabkan oleh
proses erosi (Nichols, 1999). Struktur yang disebabkan erosi ini akan berbentuk cekungan
pada permukaan lapisan yang disebabkan penggerusan oleh agen erosi. Nichols (1999)
membagi struktur ini menjadi dua, yaitu Scour Marks, yaitu struktur yang disebabkan oleh
erosi oleh air yang memiliki arus turbulen, dan yang kedua adalah tool Marks yaitu struktur
yang dihasilkan oleh proses erosi oleh material yang dibawa oleh air.
Scour Mark ini oleh Nichol dibagi lagi menjadi dua berdasarkan faktor yang
menyebabkan adanya arus turbulen yaitu flute Mark dan obstacle scour. Perbedaanya adalah
pada flute Mark arus turbulen tercipta oleh air itu sendiri, namun pada obstacle scour arus
turbulen disebabkan adanya penghalang. Kedua struktur ini memiliki kesamaan berupa
bentuknya yang asimetri. Pada flute Mark, jika ia terisi oleh material lain yang terendapkan
setelahnya, maka bentukan tersebut disebut flute Cast. Jadi flute Mark adalah struktur yang
dimiliki lapisan di bagian bawah, sedangkan flute cast adalah struktur yang dimiliki oleh
lapisan selanjutnya yang lebih muda. Kekhasan ini menjadikan flute cast dan flute Mark
sering dijadikan sebagai Key Bed penentu urutan batuan.
Gambar 9. Macam macam struktur scour Mark
Sumber: Gary Nichol, 1999
Tool Mark oleh Nichol juga dibagi lagi menjadi dua berdasarkan jenis gerakan
Transport material yang mengerosi. Jika material tersebut tertransport secara sliding atau
Rolling maka struktur yang terbentuk adalah grooves yang memiliki bentuk cekungan
memanjang. Sedangkan bila material tertransport secara saltasi, maka struktur yang terbentuk
adalah bounce Mark yang berbentuk cekungan cekungan berjajar.

Gambar 9. Macam macam struktur akibat


erosi Sumber : Gary Nichols, 1999

D. Biogenic structure

Pada umumnya struktur biogenik ini berupa fosil jejak yang dihasilkan dari aktivitas
organisme pada masa lampau.
1. Burrowing dan borring

Struktur ini dihasilkan dari aktivitas pengeboran oleh organisme saat sedimen tersebut
masih bersifat lunak atau belum terlitifikasi. Sebaliknya, borring adalah struktur yang
dihasilkan dari pemboran oleh organisme saat sedimen tersebut telah mengeras atau telah
terlitifikasi. Di alam kedua struktur ini sulit dibedakan.
Umumnya burrowing dan borring berbentuk tabung dengan arah bisa horizontal atau
vertikal. Perbedaan arah ini yang nantinya akan merepresentasikan energi lingkungan sedimen
tersebut diendapkan. Jika yang dominan adalah borring atau burrowing yang berarah vertikal,
maka kita bisa menyimpulkan bahwa energi lingkungannya tinggi. Sedangkan kebalikannya,
jika yang dominan adalah borring atau burrowing yang berarah horizontal maka kita bisa
menyimpulkan bahwa energi lingkungan pengendapan sedimen tersebut rendah. Namun
kedua hal itu akan berkebalikan jika sedimen diendapkan di daerah slope.

Gambar 10. Contoh struktur burrowing


Sumber: Robert V. Demicco & Lawrence A. Hardie, 1994

E. Chemical Anorganic Structure


Dalam Widiasmoro, dkk. (2005) juga disebutkan adanya struktur batuan sedimen
yang disebabkan oleh proses kimiawi yang nonorganik. Contohnya adalah stylolite (akibat
pelarutan), nodul dan konkresi yang termasuk struktur akresi, serta septaria yang
merupakan struktur komposit. Selain itu ada juga struktur ooides dan struktur pisoides yang
mana batunya disebut oolites dan pisolites. Perbedaan keduanya adalah pada ukuran
diameter, dimana pisoide memiliki diameter yang lebih besar. Dalam Demicco & Hardie
(1994) juga disebutkan struktur dendritic pada tufa dan juga spheleoterm serta travertine
pada batugamping.
Gambar 11. Contoh dendritik tufa Gambar 12. Contoh pisoide
Sumber: Demicco & Hardie, 1994 Sumber : Demicco & Hardie, 1994

Referensi :

Demicco, Robert V. & Hardie, Lawrence A. 1994. Sedimentary Structure and Early
Diagenetic Features of Shallow Marine Carbonate Deposits. Oklahoma: SEPM
(Society for Sedimentary Geology)
Nichols, Gary. 1999. Sedimentology and Stratigraphy. Oxford: Wiley-Blackwell

Widiasmoro, S., dkk. 2005. Bahan Kuliah Petrologi Batuan Sedimen. Yokyakarta:
Uneversitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai