Anda di halaman 1dari 4

26Æ0l«°‹s‹ˆÉ1ʌa1¡„ ÙZ0S@@eμl) ٣ :‫“ (ةالمائْد‬Dan telah aku ridhai Islam sebagai agama bagi

kamu”. (QS. al-Maidah: 3) yŠ‹ˆ¹`²Üoe³„μlμÎμoÞáÊÞ) ٧:‫“ (ال ّزمر‬Dan dia tidak meridhai
kekufuran bagi hamba-hamba-Nya”. (QS. al-Zumar: 7) G`☺Œßˆ ``‹py•¢Í„‹sÚkVŸ ̄2¡„
ÙZ0T싉ÅNŒßt„"És‰Í5GμP%¤μ ́„ƒs)٢٢:‫“ (ال ّزمر‬Maka apakah orang-orang yang
dilapangkan hatinya oleh Allah untuk menerima Islam lalu dialah mendapat cahaya dari
Tuhannya”. (QS. al-Zumar: 22) Dalam beberapa ayat tersebut terlihat betapa Allah memuji Islam
sebagaimana ia memuji keimanan dan menjadikannya sebagai nama pujian dan pensucian dengan
kata-Nya yang menggambarkan orang yang Islam mendapatkan cahaya dan petunjuk dari Tuhan
mereka, juga mengatakan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang di ridhai-Nya.6a.Bertambah
dan berkurangnya iman Masalah-masalah yang erat kaitannya dengan definisi iman adalah
masalah bertambah dan berkurangnya keimanan seseorang. Di atas telah di jelaskan bahwa
ada perbedaan di antara ulama dalam menentukan kata atau definisi iman, maka begitu juga
dalam menentukan bobot keimanan. Ada yang mengatakan iman itu tetap 6 Harapandi Dahri,
Pemikiran Teologi Sufistik Syekh Abdul Qadir Jaelani (Jakarta: Wahyu Press, 2004), h. 35-36

27dan ada yang berpendapat bahwa iman itu bisa bertambah dan bisa juga berkurang. Perlu
diketahui bahwa istilah bertambah dan berkurangnya iman itu hanya di kenal oleh mereka
yang memasukan amal perbuatan ke dalam bagian dari iman. Sedangkan yang memandang iman
hanya terdiri dari ikrar dan tasdiq tidak mengenal bertambah dan berkurangnya iman. Perihal
bertambahnya dan berkurangnya iman seseorang itu, banyak nash-nash yang menunjukkannya
baik yang bersumber dari al-Qur’an maupun sunnah nabawiyah, di antaranya adalah firman
Allah `☺”5 ́ [J‰ÉAμ%݌Å☺ލ8Õ쎌n ́ oμÎnÚ0„ «F‹ˆÜ1ËR̉ΠΌn ́ ‹ˆÚ0‹m ́ Î"Ü1³RÜp„ É
¢ÍÍ*¡e‹ÊÜ1ËRÞ(`l`X@A¡`☺e ́ t„"É‹ˆÙ2 ́N ́„‹sI‰Î Ž‹‰*e ) ٢: ‫“(ألنفاال‬Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah, gemetarlah hati
mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya),
dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”. (QS. al-Anfal: 2). 8Õ쎍$ŒÉ1ÅNŒÈ……
A…I ́ S……AÚkŒ ‰É΋.`FÜ1ʌÜ1ÎK܉–ÝaŒßÜ1ÎK`luŒß@A¡`☺e ́
‰ÊŒ‹ˆ‹AÍÙ{`a1ÝÎμ5‹ˆÉ#m«‹‰Þ)١٧٣:‫("(اإلمران‬yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan
Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia Telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, Karena itu takutlah kepada mereka",
Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah

28menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". (QS. Ali Imran: 173)7. Ini
merupakan penambahan jika dibacakan ayat-ayat al-Qur’an kepada mereka. Artinya, ketika
ayat-ayat itu dibacakan maka maknanya bukan pembenaran mereka terhadap ayat-ayat itu
ketika diturunkan. Yang demikian itu akan dirasakan orang mukmin jika ayat-ayat dibacakan
kepadanya, yang menambah pemahaman al-Qur’an dan makna-maknanya yang berasal dari ilmu
yaqin, yang sebelumnya tidak pernah dirasakan. Sehingga seakan-akan dia tidak pernah
mendengar ayat tersebut kecuali pada saat itu. Lalu di dalam hatinya muncul hasrat untuk
melakukan kebaikan dan ketakutan jika melakukan keburukan, yang sebelumnya tidak pernah dia
rasakan. Dengan begitu, ilmunya tentang Allah semakin bertambah, begitu pula dengan
kecintaannya untuk mentaati-Nya. Yang demikian itu merupakan penambahan iman. Begitu juga
dengan ayat yang menyuruh jihad, perintah ini terjadi pada saat ada ancaman dari pihak
musuh, dan bukan pada saat suatu ayat diturunkan. Sehingga hal itu menambah keyakinan dan
tawakkal kepada Allah, keteguhan hati dalam berjihad dan kesatuan, agar mereka tidak takut
kepada makhluk, tapi mereka takut hanya kepada Allah. Dan Nabi Saw bersabda dalam
hadisnya8.
‫“واثرمايبقىنياالدّالياةزينةافضلوتركالقبروالبلىينسلممنالنّاسازهدالموتىفىنفسهوعدّمهايّامنغدايعدّولم‬Orang
yang paling zuhud adalah orang yang selalu mengingat kuburan (mati) dan kebinasaan serta
meninggalkan perhiasan dunia yang mewah karena memilih pahala (kehidupan akhirat) yang
abadi daripada perhiasan dunia yang pasti binasa, 7 Muhammad Na’im, Iman Yang
Menguatkan dan Yang Membatalkan Kajian Rinci Dari Kalimat Syahadat, (terj) Abu Fahmi, h. 124-
125 8 Ibn Taimiyyah, al-Iman, (terj), Kathur Suhardi, h. 135-136

29juga tidak menganggap bahwa hari esok adalah harinya, dan ia menganggap bahwa dirinya
pasti mati”. Yang dimaksud dalam hadis ini adalah bagaimana seseorang apabila
keimanannya ingin bertambah maka ia harus selalu mengingat kematian, serta tidak tertipu
dengan dunia yang hanya sementara ini sampai ia melupakan akhiratnya9. Di samping
nash-nash dan atsar tadi, maka cukup jelas bahwa keimanan seseorang dapat bertambah atau
memuncak dan sebaliknya keimanan seseorang dapat berkurang. b. Hal-hal yang dapat
membatalkan iman Di antara masalah yang sering kali mengundang perdebatan ulama, ialah
masalah kapan seseorang dinyatakan telah keluar dari agama Islam. Ada pun orang-orang
yang dinyatakan keluar dari Islam setelah beberapa saat berada di dalamnya (sebagai
muslim), ada beberapa sebab yang menentukannya. Untuk itu ada baiknya kita kaji terlebih
dahulu kaidah-kaidah yang telah dikemukakan oleh para ulama, yang tentunya bersandar pada
al-Qur’an dan sunnah. Berkata imam at-Thahawi: Orang-orang Islam dan orang yang beriman
selama mereka mengakui apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw serta mereka membenarkan
apa-apa yang di benarkan dan disabdakan oleh beliau. Kami tidak mengkafirkan seseorang pun
di antara ahli-ahli kiblat dengan sebab melakukan dosa, selama ia tidak menghalalkan dosa
tersebut. Dan kami tidak mengatakan dengan dosanya itu mereka telah memberi mudharat
kepada imannya. Dan seorang hamba itu tidak dinyatakan keluar dari iman, melainkan dengan
mengingkari hukum-hukum (konsekuensi iman) yang telah ia selami.109 Nawawi, Mukhtârul Hadîts
(Beirut: Dâr al-Fikr, 2006), h. 17 10 Thahawi, Aqidah Thahawiyah, (Beirut : Dar al-Arrabiyyah wa an-
Nasr, tth), h. 350-351

30Berkata juga Imam al-Juwaini: bahwasanya barang siapa yang telah mengucapkan kalimat
murtad dan beranggapan bahwasanya tidak demikian dalam hatinya dan hanya karena menjilat,
maka ia telah kafir secara zahir dan batin. Kecuali apabila dipaksa atau ditekan untuk
mengucapkan kalimat murtad, padahal hatinya beriman, maka ia tetap dalam keadaan Islam11.
Sesuai dengan firman Allah SWT: G%o⌧áy́Gμ%μkÝ΍á¤μμA¡`☺e ́ xŠ ́ ÚG%†„²oØÏ ¢ÍÍß
Œ‹ˆ%8®Û`☺ÚÂÉ%G¡`☺e0ŚG«¡Œ‹ˆG…%``‹py•²oÞáÊÞ́@sÚkVŸÙ2 ́NÞl„ `ÎŒß ̧ y ̧⌧Ô[¬μP
%Ù2ÅNŒ‹ˆÑ<⌧mÉ ̧2lμƍÉ)١٠۶‫“(النحل‬Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia
beriman (Dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya
tetap tenang dalam beriman (Dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan
dadanya untuk kekafiran, Maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar”. (QS.
al-Nahl:104). Sebagaimana yang telah dinyatakan di atas, sesungguhnya iqrar dan tashdîqdua
kalimat syahadat itu merupakan kunci dan pintunya iman dan Islam. Maka dari itu orang bisa
dianggap keluar dari iman dan Islam apabila daripadanya lahir perkataan, perbuatan, dan
i’tikad yang membatalkan ikrâr dan tashdîq terhadap dua kalimat syahadat, yang pada
hakekatnya mempunyai makna mentauhidkan Allah swt, baik dalam rubûbîyyah-Nya, dalam asmâ
dan sifât-Nya. 11 Alwi ibn Abdul Qadir as-Segaf, at-Tawasut wa al-Iqtisad (Kairo: al-Musaha
Karthoum, tth), h. 52

31Di antara hal-hal yang dapat membatalkan iman seseorang, atau yang dapat mengantarkan
seseorang kepada kemurtadan dapat dirinci menjadi tiga bagian, yakni: Murtad dalam itiqad, Murtad
dalam perbuatan, Murtad dalam ucapan. 1. Murtad dalam itiqad Yang termasuk dalam murtad itiqad
adalah : a. Meragukan kebenaran atau keesaan Allah swt, serta menisbatkan sifat-sifat yang
mustahil bagi Allah. Seperti Allah itu mempunyai anak, istri, dan juga Allah mempunyai sifat
mengantuk, tidur, lalai, mati, dan sebagainya. Begitu juga orang yang mengaku mempunyai sifat
seperti yang dimiliki Allah swt, maka kafirlah orang yang demikian dan juga kafir bagi orang yang
mempercayainya. b. Meragukan kerasulan Muhammad saw, atau juga meragukan Rasul-rasul
atau Nabi-nabi lainnya, terutama mereka yang namanya tercantum dalam al-Qur’an. c. Meragukan
kebenaran isi al-Qur’an walaupun hanya satu ayat. d. Meragukan adanya hari akhir (kiamat). e.
Meragukan adanya surga dan neraka. f. Meragukan adanya pahala, atau siksaan (azab atau
pembalasan amal). 2. Murtad dalam perbuatan Pada bagian kedua, yaitu mengenai murtad yang
terjadi karena perbuatan, seperti : bersujud kepada berhala, matahari, atau makhluk lainnya.
Meminta-minta kepada makhluk Allah, memuja-muja, menganggap memiliki kekuatan
(kekuasaan) selain kekuasaan Allah.

323. Murtad dalam ucapan Bagian ketiga, ialah murtad dalam ucapan, hal ini sangat banyak dan
tidak di sadari oleh manusia, bahwa apa yang diucapkannya itu dapat membuat ia keluar dari Islam.
Di antaranya: Mengucapkan kepada orang muslim. Hai kafir, hai Yahudi, atau hai Nasrani. Sambil
beritiqad bahwa orang yang dituju itu adalah orang yang beragama Islam, maka orang yang
َ
memanggil itu menjadi kafir. Karena Nabi Muhammad Saw bersabda: ‫الر‬ َّ ‫ِارفَآ‬
َ ‫ذ َا‬
‫ما‬ َ
َ ُ ‫حااهَهُد‬ َ َ
َ ِ ‫جالخَاهُفَقَدْبَاءُب‬ ُ “Apabila seorang laki-laki mengkafirkan saudaranya yang muslim, maka
kafirlah itu kembali kepada salah seorangnya”. (Riwayat Muslim)12Oleh karena itu, barang siapa
yang mengucapkan atau mengerjakan perkara-perkara yang menunjukkan keingkaran kepada
ikrar syahadatnya maka batal syahadatnya dan keluar ia dari pintu Islam. Adapun bagi
orang mukmin yang melakukan perbuatan dosa, maka tidak batal imannya sekalipun dia belum
bertaubat, jika tidak ada perkara-perkara yang membatalkan syahadatnya. Dan jika Allah
berkehendak maka dosanya bisa saja diampuni, dan jika Allah menghendaki lain maka dia
dimasukkan ke dalam neraka, lalu setelah dari neraka baru Allah memasukkannya ke
dalam surga. Pernyataan ini banyak di dukung oleh hadis sahih dan al-Qur’an yang menjelaskan
bahwa Allah akan membebaskan dari neraka kepada orang-orang yang ada iman di dalam
hatinya walau hanya sebesar zarrah, di antaranya adalah firman Allah SWT: 12 Nawawi al-
Bantani, Sullâm at-Taufiq (Surabaya: Dâr al-Ilmi, tth), h. 11-12

33…I ́ ŽyŠÉoμáÞٍeIˆ ⌧‹pژÍf¤μ ́ÉoμáÞٍe‹ˆ%[JˆÅl[cμ ŒnG`☺μÈʍ–†fG%‹ˆÛ́pژÍf́ÚkŒ


Œß…#V°.⌧¡„ V°škmμ΍) ١١۶‫“(النّساء‬Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan-Nya, dan mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa
yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah,
Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (QS. al-Nisa: 114)13 ‫ل‬ َ َ‫منْفِيالَيَبْقَىو‬
َّ ‫س‬ َ ِ‫ىالن ار‬
َّ ِ‫عَف‬
ْ ُ
ِ‫مثْقَالقَلبِه‬
ِ EFٍَ‫منَذ ََّر َه‬
ِ ِ ‫مان‬ ْ َ
َ ْ ‫سعِيْدٍابِينْاإلِي‬
َ ‫خدْرِي‬ ْ َ ‫اَل‬ ُ
ُ ‫سوْلقَا ل‬ ُ ‫ىاﷲ َر‬ َّ ‫ص‬
‫ل‬ َ
َ ِ‫معَليْه‬
َ )‫“(واحمدومسلمالبخاريرواه‬Seseorang
ِ
yang di dalam hatinya masih tertinggal setitik iman, tidak akan tetap tinggal di dalam neraka”.
(HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad). B. Pandangan tentang Makna Iman Menurut
Aliran Kalam Di atas kita sudah membahas pengertian iman, dan hal-hal yang dapat
membatalkan iman, tetapi di dalam merumuskan iman itu sendiri terjadi banyak perbedaan
pendapat di antara masing-masing aliran-aliran kalam. Ada yang menyatakan bahwa iman
itu pembenaran dengan hati dan diucapkan dengan lisan secara bersamaan. Dan ada yang
memasukkan amal perbuatan ke dalam konsep iman, dan juga yang menjadi perdebatan apakah
iman itu bisa bertambah dan berkurang, ataukah orang yang melakukan dosa besar itu nasih
mukmin ataukah ia sudah keluar dari muslim. Pada bab ini kita melihat pandangan konsep iman
dari berbagai aliran-aliran kalam, yang di antaranya adalah, Murji’ah, Mu’tazilah, dan al-Asy’ariyah.
13 Muhammad Na’im Yasin, Iman yang Menguatkan dan Yang Membatalkan Kajian rinci Dua
Kalimat Syahadat, (terj) Abu Fahmi, h. 154
341. Murji’ah Golongan Murji’ah menganggap iman cukup dinyatakan dalam hati, iman ialah
pengetahuan dan pengakuan tentang Tuhan, tentang Rasul-rasul dan tentang segala apa yang
datang tentang Tuhan. Iman tidak mempunyai sifat bertambah dan berkurang, dan tidak ada
perbedaan di antara manusia dalam hal iman, dengan kata lain tidak ada perbedaan antara
iman orang yang melakukan dosa besar dan iman orang-orang yang menjalankan perintah-
perintah Tuhan14. Murji’ah menolak amal perbuatan dimasukkan ke dalam konsep iman,
karena mereka melihat bahwa Allah membedakan antara iman dan amal di dalam al-Qur’an,
seperti, ‘Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih’. Mereka berpendapat
bahwa Allah menyeru manusia dengan dasar iman sebelum ada amal, dan Allah juga berfirman:
‡R[kˆ ”¡e[àÕμŽ ;‰É@%‹ÊŒn ́ Ù2Í)Ú☺Ît„ ́ ³†‰„ |§ ‰Î «{ÞԌßÜ1Ê`K‰ÉFɈÜ1ʍeμkÝeˆ ‹ˆt„ ́
®μߍo`☺Þ ‰ÅŒV{Þ%‹ˆÜ1Ê«ZˆÈÊÉo ́Ü1Ƅ ÉFÜsˆ ‹ˆt„ ́ ®8Ý9ÝÎŒÞ )٦: ‫“ ( المائدة‬Hai orang-orang
yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua
mata kaki”.(QS. Al-Maidah: 6).15Golongan Murji’ah mengatakan sekiranya seseorang beriman
kepada Allah dan rasul-Nya pada suatu pagi lalu dia meninggal sebelum sampai mengerjakan amal-
amal yang diwajibkan atas dirinya, maka dia mati dalam keadaan mu’min dan 14 Harun
Nasution, Teologi Islam (Jakarta: Ui Press, 1983), h. 27 15 Ibn Taimiyyah, al-Iman, h. 114

35termasuk penghuni surga. Hal ini menunjukkan bahwa amal bukan termasuk iman.
Golongan ini bersikap pasif terhadap pelaku dosa besar, tetapi lebih dari itu mereka menetapkan
bahwa dosa tidak membahayakan iman. Mereka mengatakan bahwa iman adalah pengakuan,
pembenaran, keyakinan, dan pengetahuan, mereka menganggap bahwa perbuatan maksiat
tidak merusak iman. Iman terpisah dari perbuatan. Di antara kelompok ini ada yang bersikap
ekstrim dengan beranggapan bahwa keimanan adalah keyakinan hati. Dengan demikian,
jika seseorang menyatakan kekafiran dengan lidahnya, menyembah berhala, lalu ia mati,
maka ia tetap seorang mu’min yang imannya sempurna di sisi Allah.16 Karena mereka
menganggap bahwa iman tempatnya hanya di dalam hati, bukan dalam bagian yang lain dari
tubuh manusia. Pendapat-pendapat ekstrim seperti yang diuraikan di atas timbul dari
pengertian bahwa perbuatan atau amal tidaklah sepenting iman, yang kemudian meningkat
pada pengertian bahwa hanya imanlah yang penting dan yang menentukan mukmin atau tidak
mukminnya seseorang, perbuatan-perbuatan tidak mempunyai pengaruh dalam hal ini. Iman
letaknya dalam hati dan apa yang ada di dalam hati seseorang tidak diketahui oleh
manusia lain. Selanjutnya perbuatan-perbuatan manusia tidak selamanya menggambarkan
apa yang ada dalam hatinya. Oleh karena itu ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan
seseorang tidak mesti mengandung arti 16 Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah
dalam Islam, (terj), Abd Rahman dan Ahmad Qarib (Jakarta: Logos, 1996), h. 145

Anda mungkin juga menyukai