Danang Risdiarto
Badan Pembinaan Hukum Nasional
Jl. Mayjen Sutoyo No.10, Cililitan, Jakarta Timur 13640
Email: risdiarto@bphn.go.id
Naskah diterima: 23 Maret 2017; revisi: 11 April 2017 disetujui: 17 April 2017
Abstrak
Era reformasi memiliki cita-cita untuk menciptakan demokrasi di seluruh aspek kehidupan, tegaknya kedaulatan hukum
dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia tanpa diskriminasi, namun ironisnya kebebasan di era reformasi justru
memunculkan tindak kekerasan dan diskriminasi terhadap kelompok minoritas. Sebagian warga negara Indonesia yang
tergolong dalam kelompok minoritas ternyata belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Oleh sebab itu
perlu diteliti perlindungan hukum apa saja yang telah diberikan oleh Negara terhadap kelompok minoritas di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan dengan metode yuridis normatif yang dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah data sekunder
yaitu peraturan perundang-undangan, hasil penelitian, hasil pengkajian dan referensi lainnya yang terkait pengaturan
terhadap kelompok minoritas dalam mewujudkan hak asasinya untuk memperoleh keadilan dan persamaan di hadapan
hukum. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pemerintah saat ini sudah melakukan berbagai upaya untuk melakukan
perlindungan hukum terhadap kelompok minoritas. Hal tersebut bisa dilihat dari berbagai regulasi dan kebijakan yang
diterbitkan. Perlindungan hukum terhadap hak asasi kelompok minoritas di Indonesia diatur dalam Pasal 28 D dan Pasal
28 I Undang-Undang Dasar 1945, serta tercantum juga di Pasal 3 ayat (3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
HAM. Sedangkan Pasal 27 Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik (International Covenant and Political Rights)
yang telah diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 mengatur bahwa kelompok minoritas tersebut harus
diakui berbagai haknya. Salah satu permasalahan dalam penyelenggaraan hak-hak minoritas di Indonesia adalah lemahnya
penegakan hukum dan pembangunan yang berkeadilan serta perlakuan diskriminatif lainnya yang masih sering terjadi
kepada mereka. Sudah sepatutnya pemerintah mengedepankan pendekatan berbasis HAM (rights based approach) dalam
seluruh proses pembangunan program dan kebijakan yang disusun sesuai dengan upaya perlindungan serta pemenuhan
hak-hak kelompok minoritas.
Kata Kunci: kelompok minoritas, keadilan, persamaan di hadapan hukum, hak asasi manusia
Abstract
The reform era has aspiration to create democracy in all aspects of life, upholding the rule of law and respect for human
rights without discrimination. But, ironically freedom in the reform era actually brings violence and discrimination against
minorities. Most of Indonesian citizens who belong to the minority group had not yet received serious attention from the
government. Therefore, it is necessary to study any legal protection that has been given by the State to the minority group
in Indonesia. This research has been conducted by using normative legal research methods by reviewing literatures that
examines secondary data, namely regulations, results of research, reviews and other references related to the regulations
on minority group in obtaining justice and equality before the law. The study shows that the government has made
efforts to provide legal protection against minorities. That can be seen from various regulations and policies issued. Legal
protection of the rights of minority group in Indonesia is regulated in Article 28 and Article 28 I Constitution of Indonesia
of 1945, and also contained in Article 3 Paragraph (3) of Law Number 39 Year 1999 about Human Rights. While, Article
27 of the International Covenant on Civil and Political Rights, which has been ratified by Law Number 12 of 2005 on
Ratification of the ICCPR 1966 regulates that such the rights of minorities shall be recognized. One of the problems in the
implementation of minority rights in Indonesia is the weakness of law enforcement and equitable development as well as
other discriminatory treatment that still common happens to them. The government should promote human rights based
approach (rights-based approach) in the whole process of development programs and policies that prepared in accordance
with the protection and fulfillment of the rights of minority group.
Keywords: minority group, justice, equality before the law, human rights
Perlindungan Terhadap Kelompok Minoritas di Indonesia dalam Mewujudkan Keadilan ... (Danang Risdianto) 125
Volume 6, Nomor 1, April 2017
1
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20170324163936-20-202562/wali-kota-bekasi-effendi-disalahkan-
soal-gereja-santa-clara/ (diakses 31 Maret 2017).
2
Pelapor Khusus adalah para Anggota Komnas HAM yang mempunyai keahlian dan minat di bidang tema tertentu
dan oleh karena itu mereka mempunyai kewenangan melakukan pendalaman dan pengamatan terhadap tema
tersebut.
3
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt574e8e59757a1/ini-catatan-komnas-ham-terhadap-
pemenuhan-hak-kelompok-minoritas (diakses 31 Maret 2017).
dalam golongan minoritas seperti penyandang perangkat hukum yang terkait pengaturan
disabilitas, Lesbian, Gay, Biseksual, dan terhadap perlindungan hukum terhadap
Transgender (LGBT), dan aliran politik minoritas. kelompok minoritas Indonesia.
Komnas HAM mendorong pemerintah untuk Pengumpulan data dilakukan dengan
memajukan pemenuhan hak-hak kelompok meneliti data mengenai peraturan perundang-
minoritas. Dengan begitu diharapkan ada undangan yang mengatur tentang keadilan dan
perlindungan terhadap kelompok minoritas persamaan di hadapan hukum bagi kelompok
yang menjalankan keyakinannya dan minoritas di Indonesia dan peraturan lain
mengekspresikan identitas mereka masing- dibawahnya yang berkaitan dengan hal tersebut.
masing Sedangkan untuk teknik pengumpulan data
Dalam perspektif HAM, kelompok minoritas bagi kegiatan ini dilakukan melalui penelitian
berada pada tingkat setara dengan individu- kepustakaan5. Penelitian ini dimaksudkan untuk
individu pemangku hak yang lain. Namun, karena mencari landasan teoritis (filosofis, yuridis,
senyatanya kelompok minoritas adalah warga ekonomi) juga berbagai informasi mengenai
kelas yang tersubordinasi, maka dibutuhkan hak pelaksanaan perlindungan kelompok minoritas
khusus untuk mengangkat martabat mereka. Indonesia. Bahan hukum sekunder yang
Hak khusus bukanlah hak istimewa, tapi hak digunakan yaitu buku-buku, karya ilmiah dan
ini diberikan agar kaum minoritas mampu hasil penelitian yang berkaitan dengan objek
menjaga identitas, ciri-ciri dan tradisi khasnya. yang dibahas. Pengumpulan data dilengkapi
Hak khusus seperti ini penting untuk mencapai pula dengan artikel hukum dari internet ataupun
perlakuan yang sama tanpa diskriminasi. artikel ilmiah lainnya yang dapat mendukung
Berdasarkan latar belakang diatas maka kelengkapan data dalam penelitian ini. Data
penelitian ini akan mengangkat permasalahan dari hasil penelitian ini kemudian dianalisa
utama yaitu: perlindungan hukum apa saja yang secara kualitatif, artinya data kepustakaan
telah diberikan oleh Negara terhadap kelompok dianalisa secara mendalam, holistik, dan
minoritas di Indonesia dalam mewujudkan komprehensif. Penggunaan metode analisa
keadilan dan persamaan di hadapan hukum. kualitatif didasarkan pada pertimbangan data
yang dianalisa beragam, memiliki perbedaan
B. Metode Penelitian antara satu dengan lainnya, serta tidak mudah
Penelitian ini dilakukan dengan metode untuk dikuantitatifkan.
yuridis normatif yang dilakukan melalui
studi pustaka yang menelaah (terutama) C. Pembahasan
data sekunder yaitu peraturan perundang- 1. Tipologi Kelompok Minoritas di
undangan, hasil penelitian, jurnal ilmah, hasil Indonesia
pengkajian dan referensi lainnya4. Metode ini Hingga saat ini belum ada kesepakatan
juga digunakan untuk mengungkapkan berbagai internasional terkait minoritas yang bersifat
4
Lampiran I Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
5
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif. Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2004), hlm. 29-33.
Perlindungan Terhadap Kelompok Minoritas di Indonesia dalam Mewujudkan Keadilan ... (Danang Risdianto) 127
Volume 6, Nomor 1, April 2017
6
http://kbbi.web.id/minoritas (diakses 31 Maret 2017).
7
Komnas HAM, ”Upaya Negara Menjamin Hak-Hak Kelompok Minoritas di Indonesia”, Sebuah Laporan Awal,
(Jakarta, 2016), hlm.4
8
Ibid, hlm. 35.
9
Ibid, hlm 50-51.
10
Ibid, hlm. 59.
11
Ibid, hlm. 76.
12
Ibid, hlm. 95.
Perlindungan Terhadap Kelompok Minoritas di Indonesia dalam Mewujudkan Keadilan ... (Danang Risdianto) 129
Volume 6, Nomor 1, April 2017
dasar filsafat dan nilai-nilai dasar kemanfaatan undang-undang. Meskipun harus diakui pula
merupakan suatu kesatuan berlaku secara perubahan hukum tersebut biasanya dipacu
sosiologis, serta nilai dasar kepastian hukum oleh adanya perubahan dalam masyarakat
yang merupakan kesatuan yang secara yuridis lokal maupun masyarakat internasional. Tetapi
harus diterapkan secara seimbang dalam perubahan dalam masyarakat tersebut belum
penegakan hukum. sah berlakunya sebelum dilegalkan oleh
Hal menarik yang perlu dicermati apabila undang-undang, khususnya bagi perkembangan
terdapat 2 (dua) unsur yang saling tarik- perbuatan, peristiwa, mode, yang ada relasi
menarik antara keadilan dan kepastian erat dengan masyarakat luas dan negara. Setiap
hukum, Roeslan Saleh mengemukakan: ada perancangan atas undang-undang, berarti
”keadilan dan kepastian hukum merupakan sedang dilakukan perancangan atas suatu
dua tujuan hukum yang kerap kali tidak perubahan dalam masyarakat.14
sejalan satu sama lain dan sulit dihindarkan Fungsi hukum sangat luas termasuk untuk
dalam praktik hukum. Suatu peraturan hukum rekonsiliasi, harmonisasi dan kompromi atas
yang lebih banyak memenuhi tuntutan seluruh konflik kepentingan dalam masyarakat
kepastian hukum, maka semakin besar pada (individu, publik dan negara), dengan prinsip
kemungkinannya aspek keadilan yang terdesak. hanya untuk kepentingan yang terbanyak dengan
Ketidaksempurnaan peraturan hukum ini dalam pengorbanan sekecil-kecilnya kepentingan
praktik dapat diatasi dengan jalan memberi orang lain. Itulah yang disebut hukum sebagai
penafsiran atas peraturan hukum tersebut sarana ‘social engineering’.15
dalam penerapannya pada kejadian konkret. Pernyataan Pound ini ditafsirkan Mochtar
Apabila dalam penerapannya dalam kejadian Kusumaatmadja dalam konteks pembangunan
konkret, keadilan dan kepastian hukum saling hukum nasional di Indonesia yang intinya
mendesak, maka hakim sejauh mungkin harus bagaimana memerankan hukum sebagai
mengutamakan keadilan di atas kepastian sarana pembaruan masyarakat16. Salah satu
hukum”.13 pembaruan yang amat penting di masyarakat
Roscoe Pound sebagai salah satu ahli hukum adalah mewujudkan suatu rasa keadilan bagi
terkenal dengan teorinya yang menyatakan kaum minoritas di Indonesia.
bahwa, ”hukum adalah alat untuk memperbarui Dengan demikian, bahwa kedudukan
(merekayasa) masyarakat (law as a tool of keadilan merupakan unsur yang sangat penting
social engineering)”. Banyak perubahan penting dalam penegakan hukum di Indonesia. Indonesia
dalam masyarakat yang sudah maju diawali dari memiliki kultur masyarakat yang beragam
suatu perubahan hukum, khususnya perubahan dan memiliki nilai yang luhur, tentunya sangat
13
Roeslan Saleh dikutip dalam Bismar Siregar, Kata Hatiku, Tentangmu (Jakarta: Diandra Press, 2008), hlm. 121-
122.
14
Munir Fuady, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 248-260.
15
Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan Sosial. Suatu Tinjauan Teoretis serta Pengalaman-Pengalaman di
Indonesia, (Bandung: Alumni, 1983), hlm. 146-163.
16
Romli Atmasasmita, Teori Hukum Integratif. Rekonstruksi Terhadap Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum
Progresif, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2012), hlm. 41-42.
mengharapkan keadilan dan kemanfaatan yang hukum seakan memberikan sinyal di dalamnya
dikedepankan dibandingkan unsur kepastian bahwa secara sosial dan ekonomi orang boleh
hukum. Keadilan merupakan hakekat dari tidak mendapatkan persamaan. Perbedaan
hukum, sehingga penegakan hukum pun harus perlakuan ”persamaan” antara di dalam wilayah
mewujudkan hal demikian. Di samping kepastian hukum, wilayah sosial dan wilayah ekonomi
hukum dan keadilan, unsur lain yang perlu itulah yang menjadikan asas persamaan
diperhatikan adalah kemanfaatan. Masalah dihadapan hukum tergerus ditengah dinamika
kepastian hukum bukan urusan undang-undang sosial dan ekonomi.
semata, melainkan lebih merupakan urusan Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas
perilaku manusia. Kepastian hukum itu menjadi telah memberikan jaminan bahwa ”segala
masalah besar sejak hukum itu dituliskan. warga negara bersamaan kedudukannya di
Sebelum itu, selama ribuan tahun, apabila kita dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
berbicara mengenai hukum, maka kita lebih menjunjung hukum dan pemerintahan itu
banyak berbicara mengenai keadilan. dengan tidak ada kecualinya” dalam Pasal 27
ayat (1). Pasal ini memberikan makna bahwa
3. Konsep Persamaan di Hadapan Hukum setiap warga negara tanpa harus melihat
di Indonesia apakah dia penduduk asli atau bukan, berasal
Equality before the law dalam arti dari golongan terdidik atau rakyat jelata yang
sederhananya bahwa semua orang sama di buta huruf, golongan menengah ke atas atau
depan hukum. Persamaan dihadapan hukum kaum yang bergumul dengan kemiskinan harus
atau equality before the law adalah salah satu dilayani sama di depan hukum.
asas terpenting dalam hukum modern. Asas Kedudukan berarti menempatkan warga
ini menjadi salah satu sendi doktrin Rule of negara mendapatkan perlakuan yang sama di
Law yang juga menyebar pada negara-negara hadapan hukum. Sehingga dengan kedudukan
berkembang seperti Indonesia. Perundang- yang setara, maka warga negara dalam
undangan Indonesia mengadopsi asas ini berhadapan dengan hukum tidak ada yang
sejak masa kolonial lewat Burgelijke Wetboek berada diatas hukum. ‘No man above the law’,
(KUHPerdata) dan Wetboek van Koophandel artinya tidak ada keistimewaan yang diberikan
voor Indonesie (KUHDagang) pada 30 April oleh hukum pada subyek hukum, kalau ada
1847 melalui Stb. 1847 Nomor 23. Tapi pada subyek hukum yang memperoleh keistimewaan
masa kolonial itu, asas ini tidak sepenuhnya menempatkan subyek hukum tersebut berada
diterapkan karena politik pluralisme hukum di atas hukum.
yang memberi ruang berbeda bagi hukum Islam Menurut Ramly Hutabarat, makna equality
dan hukum adat di samping hukum kolonial. before the law ditemukan di hampir semua
Sejatinya, asas persamaan di hadapan hukum konstitusi negara. Inilah norma yang melindungi
bergerak dalam payung hukum yang berlaku hak asasi warga negara. Jika dalam konstitusi
umum (general) dan tunggal. Ketunggalan hal ini dicantumkan, maka konsekuensi logisnya
hukum itu menjadi satu wajah utuh diantara penguasa dan penegak hukum haruslah
dimensi sosial lain (misalkan terhadap ekonomi melaksanakan dan merealisasikan asas ini dalam
dan sosial). Persamaan ”hanya” dihadapan kehidupan bernegara. Teori equality before the
Perlindungan Terhadap Kelompok Minoritas di Indonesia dalam Mewujudkan Keadilan ... (Danang Risdianto) 131
Volume 6, Nomor 1, April 2017
law menurut UUD 1945, adalah suatu mata hak individu lain dan memberi sanksi kepada
rantai antara hak dan kewajiban yang harus mereka yang melanggar. Ketiga, kewajiban
berfungsi menurut kedudukannya masing- memenuhi HAM (to fulfill). Negara harus
masing. Kesamaan di hadapan hukum berarti proaktif dengan mendukung intervensi (positive
setiap warga negara harus diperlakukan adil measures) sehingga hak-hak asasi setiap orang
oleh aparat penegak hukum dan pemerintah. dilindungi, dan proses pemenuhan/perolehan
Ditinjau dari hukum tata negara, maka setiap kembali hak-hak asasinya yang belum dapat
instansi pemerintah, terutama aparat penegak dipenuhi melalui usaha sendiri, kini proses
hukum, terikat secara konstitusional dengan pemenuhannya dijamin dalam Undang-Undang
nilai keadilan yang harus diwujudkan dalam Nomor 39 Tahun 1999.
praktik. Namun menegakkan equality before Konsep negara hukum ternyata sangatlah
the law bukan tanpa hambatan. Bisa berupa erat kaitannya antara negara hukum dengan
hambatan yuridis dan politis, atau hambatan masalah HAM, sehingga dapat dikatakan bahwa
sosiologis dan psikologis.17 negara hukum adalah sebagai wadah, dan HAM
Dalam mewujudkan persamaan di hadapan sebagai isi. Pelaksanaan HAM di Indonesia
hukum, Indonesia yang telah meratifikasi memerlukan koordinasi antar pelbagai unsur,
konsep dan prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia menyadari bahwa persoalan-persoalan HAM
yang tertuang di dalam Konstitusi dan semangat di Indonesia masih sangat luas baik hak-hak
Pancasila. Instrumen Hak Asasi Manusia yang sipil dan politik, hak-hak ekonomi, sosial dan
telah diratifikasi tercermin didalam Undang- budaya serta hak untuk berkembang (right to
Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi development) dan sebagainya.18
Manusia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun Berbicara kedilan sosial, tidak ada
2005 tentang Konvenan Hak Ekonomi Sosial dan pemisahan antara hak sipil politik dengan
Budaya serta Undang-Undang Nomor 12 Tahun hak ekonomi sosial dan budaya. Kedua induk
2005 tentang Konvenan Hak Sipil Politik, dan HAM ini harus sejalan beriringan. Tidak ada
konvensi-konvensi maupun norma-norma PBB yang diprioritaskan dalam pelaksanaannya.
yang lainnya. Tentang equality before the law bukan hanya
Penegasan yuridis tersebut menunjukkan dalam satu sisi diatas. Hak dibidang politik
tiga bentuk kewajiban negara (pemerintah) misalnya; hak dasar dibidang politik tercermin
terhadap HAM, yakni: pertama, kewajiban dalam Pasal 28 UUD 1945 yaitu ”kemerdekaan
menghormati (to respect), yaitu negara tidak berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
boleh campur tangan atau tidak boleh mengambil pikiran dengan tulisan maupun lisan ditetapkan
tindakan yang mengakibatkan tercegahnya dalam undang-undang”. Selanjutnya Pasal
akses terhadap hak yang bersangkutan. Kedua, 27 ayat (1), ”segala warga negara bersamaan
kewajiban melindungi (to protect), negara harus kedudukannya didepan hukum dan pemerintah
menjamin bahwa pihak ketiga tidak melanggar tidak ada kecualinya”. Penjelasan pasal itu
17
Ramly Hutabarat. Persamaan di Hadapan Hukum (Equality Before The Law) di Indonesia (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1985), hlm. 59-81.
18
Mien Rukmini, Perlindungan HAM Melalui Asas Praduga Tidak Bersalah dan Asas Persamaan Kedudukan dalam
Hukum Pada Sistem Peradilan Pidana Indonesia, (Bandung: Alumni, 2007), hlm. 35-50.
menegaskan prinsip penting bahwa Indonesia Indonesia yang tergolong dalam kelompok
adalah negara hukum dan diperkuat dalam minoritas ternyata belum mendapat perhatian
amandemen Pasal 1 Ayat (3) berbunyi ”Negara yang serius dari pemerintah. Menurut Laporan
Indonesia adalah negara hukum”. Tahunan Kebebasan Beragama/Berkeyakinan
Sebagai negara hukum (rechtsstaat) maka (KBB) di Indonesia oleh The Wahid Institute
negara harus menjamin persamaan setiap orang tahun 2015, ironisnya negara masih menjadi
di hadapan hukum serta melindungi hak asasi aktor terbanyak dalam melakukan pelanggaran
manusia. Persamaan perlakuan di hadapan kebebasan beragama yang pada umumnya
hukum bagi setiap orang berlaku dengan tidak terjadi pada kelompok agama minoritas.19
membeda-bedakan latar belakangnya (ras, Menurut laporan The Wahid Institue
agama, keturunan, pendidikan atau tempat tersebut, peristiwa pelanggaran kebebasan
lahirnya), untuk memperoleh keadilan melalui beragama/berkeyakinan sepanjang tahun
lembaga peradilan. 2015 sebanyak 190 peristiwa dengan 249
Persamaan di hadapan hukum harus tindakan. Jumlah ini naik 20 % dari tahun 2014.
diartikan secara dinamis dan tidak diartikan Pada 2014 jumlah peristiwa yang dilaporkan
secara statis. Artinya, kalau ada persamaan sebanyak 158 peristiwa dengan 187 tindakan.
di hadapan hukum bagi semua orang maka Pada 2015, tindakan pelanggaran terbanyak
harus diimbangi juga dengan persamaan masih dilakukan negara sebanyak 130 tindakan
perlakuan (equal treatment) bagi semua orang. atau 52 %. Sementara sisanya, 119 tindakan
Persamaan di hadapan hukum yang diartikan atau 48% dilakukan aktor non-negara. Hal yang
secara dinamis ini dipercayai akan memberikan sama terjadi pada 2014, aktor negara juga
jaminan adanya akses untuk memperoleh lebih banyak melakukan tindakan pelanggaran
keadilan (access to justice) bagi semua orang ketimbang non negara. Sebanyak 98 tindakan
tanpa memperdulikan latar belakangnya. (52%) dilakukan negara, sisanya 89 tindakan
Menurut Aristoteles, keadilan harus dibagikan (48%) melibatkan non negara.
oleh negara kepada semua orang, dan hukum
yang mempunyai tugas menjaganya agar Grafik 1. Tren Pelanggaran kebebasan beragama
keadilan sampai kepada semua orang tanpa dari tahun ke tahun
kecuali. Apakah orang mampu atau fakir miskin,
mereka sama untuk memperoleh akses kepada
keadilan.
19
The Wahid Institute, Laporan Tahunan Kemerdekaan Beragama/Berkeyakinan (KBB) di Indonesia, (Jakarta,
2015), hlm. 32-40.
Perlindungan Terhadap Kelompok Minoritas di Indonesia dalam Mewujudkan Keadilan ... (Danang Risdianto) 133
Volume 6, Nomor 1, April 2017
20
Yogi Zul Fadhli, ”Kedudukan Kelompok Minoritas dalam Perspektif HAM dan Perlindungan Hukumnya di
Indonesia,” Jurnal Konstitusi Volume 11, Nomor 2, Juni (2014).
21
http://ksp.go.id/perlindungan-bagi-kelompok-minoritas/(diakses 2 April 2017).
dua sisi: melindungi dan sekaligus mencancam. 1967 tentang Agama, Kepercayaan dan Adat
Contoh yang diberikan adalah penggunaan Istiadat Cina.
media sosial secara masif dan intensif oleh Lewat Undang-Undang Nomor 23 Tahun
kelompok radikal. Dalam hal ini dipertanyakan 2006 tentang Administrasi Kependudukan
apakah perusahaan media sosial tidak bisa (UU Adminduk) yang diperbarui oleh Undang-
diminta ikut untuk menseleksi informasi yang Undang Nomor 24 Tahun 2013, secara hukum
ditayangkan, untuk meminimalisir dampak mencabut ordonansi tentang administrasi
negatif.22 berdasarkan atas penggolongan kebangsaan,
Melihat keberagaman di Indonesia, Komnas ras dan agama. Pengakuan atas hak identitas
HAM memasukkan beberapa kelompok dalam kelompok dan budaya Tionghoa kembali
golongan minoritas seperti penyandang ditegaskan dengan pencabutan SE Presidium
disabilitas, LGBT dan aliran politik minoritas. Kabinet Ampera Nomor SE-06/Pres.Kab/6/1967
Komnas HAM mendorong pemerintah untuk melalui Keppres Nomor 12 Tahun 2014.
memajukan pemenuhan hak-hak kelompok Undang-Undang Adminduk membuka peluang
minoritas. Dengan begitu diharapkan ada diskriminasi dan menyulitkan pelayanan
perlindungan terhadap kelompok minoritas perkawinan bagi penganut aliran penghayat,
yang menjalankan keyakinannya dan sebab regulasi itu mengatur perkawinan yang
mengekspresikan identitas mereka masing- sah yaitu disahkan oleh pemuka.
masing. Selain penuntasan pelanggaran HAM Dalam rangka melindungi ras Papua
berat masa lalu, pemenuhan dan perlindungan (Melanesia) pemerintah menerbitkan Undang-
hak-hak kelompok minoritas juga jadi isu Undang tentang Otonomi Khusus. Regulasi
prioritas Komnas HAM. ini melindungi secara khusus orang asli Papua
Komnas HAM menekankan pemerintah (OAP). Tapi pelaksanaannya masih diskriminatif,
perlu mengakomodir perlindungan minoritas misalnya, di bidang ekonomi, pemerintah
penyandang disabilitas dan orientasi seksual memberi ruang yang sangat kecil bagi OAP
sesuai instrumen internasional seperti untuk mengembangkan ekonominya. Begitu
Convention On Rights of Peoples With Disabilities pula dengan perbankan, sulit memberi kredit
(CRPD) dan Jogjakarta Principle tahun 2006. bagi OAP.
Perlindungan terhadap kelompok minoritas Diskriminasi juga dialami kelompok
di Indonesia sejak reformasi dimulai oleh minoritas etnis yang mempertahankan agama
Presiden B.J Habibie dengan menerbitkan Inpres leluhur mereka. Komnas HAM menjelaskan
Nomor 26 Tahun 1998 tentang Menghentikan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Penggunaan Istilah Pribumi dan Non Pribumi. Adminduk dirancang untuk memberikan
Tahun 2000, Presiden Abdurrahman Wahid jaminan kesetaraan setiap warga dalam layanan
mengeluarkan Keppres Nomor 6 Tahun 2000 administrasi kependudukan tanpa memandang
tentang Pencabutan Inpres Nomor 14 Tahun latar belakang agama. Jika seorang warga
22
Centre for Innovation and Policy Governance, Media dan Kelompok Rentan di Indonesia: Kisah Dari yang
Terpinggirkan, (Jakarta, 2012), hlm. 61-66.
Perlindungan Terhadap Kelompok Minoritas di Indonesia dalam Mewujudkan Keadilan ... (Danang Risdianto) 135
Volume 6, Nomor 1, April 2017
menganut agama yang belum dicatat oleh untuk menjadikan kelompok minoritas sebagai
negara, kolom agama tidak perlu diisi. Tapi penyandang hak dan subyek hukum yang
PP No. 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan memiliki hak dan kesempatan yang sama
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang sebagaimana warga negara lainnya. Melakukan
Administrasi Kependudukan mencantumkan harmonisasi dan sinkronisasi peraturan
bahwa Penghayat Kepercayaan harus memiliki perundang-undangan agar sejalan dengan
organisasi yang terdaftar pada Kementerian upaya perlindungan dan pemenuhan hak-hak
terkait.23 kelompok minoritas.
Ada sejumlah daerah yang tergolong baik Berbagai jaminan di atas menunjukkan
dalam memberikan pelayanan publik termasuk adanya upaya negara untuk menjalankan
kepada kelompok minoritas. Diantaranya kewajiban HAM-nya. Namun demikian, upaya
adalah pemerintahan Kabupaten Wonosobo. tersebut belumlah cukup mengingat masih belum
Pelayanan publik terutama administrasi dinikmatinya hak-hak kelompok minoritas oleh
kependudukan di daerah itu cukup baik dalam sebagian besar mereka. Salah satu permasalahan
menghapus diskriminasi.24 dalam penyelenggaraan hak-hak minoritas
Kepedulian terhadap kelompok minoritas di Indonesia adalah lemahnya penegakan
di Indonesia juga ditunjukkan oleh berbagai hukum dan pembangunan yang berkeadilan.
ormas yang cukup berpengaruh. Salah Pembangunan ekonomi Indonesia yang masih
satunya ditunjukkan oleh Muhammadiyah banyak didasarkan kepada penguasaan modal
yang pada Muktamar di Makassar tahun menjadi salah satu pemicu munculnya berbagai
2015 merekomendasikan agar semua orang permasalahan sosial minoritas di Indonesia.
menghentikan diskriminasi terhadap kelompok Adanya ketidakadilan dalam penguasaan
ini. Muhammadiyah menganjurkan kepada sumber daya, dengan pertumbuhan dan
seluruh institusi yang ada di bawahnya untuk kesejahteraan yang tidak berimbang di antara
selalu menjadi pelindung terhadap kelompok berbagai kelompok identitas masyarakat
minoritas yang tertindas. Minoritas yang memicu munculnya konflik horizontal di antara
dimaksudkan dalam rekomendasi itu tidak berbagai kelompok masyarakat tersebut.
hanya minoritas agama, tapi mereka yang Sikap rasialisme, intoleransi dan berbagai
termarginalkan dan mengalami subordinasi sikap kebencian akan tumbuh subur dalam
secara sosial seperti buruh, gelandangan dan ketidakadilan pembangunan tersebut. Berbagai
difabel.25 permasalahan di atas menunjukkan promosi
Untuk mewujudkan pemenuhan dan dan perlindungan hak kelompok minoritas
perlindungan HAM kelompok minoritas, belum terpenuhi secara utuh. Belum terjadinya
Komnas HAM merekomendasikan pemerintah partisipasi efektif dan bermakna dalam
23
The Wahid Institute & Tifa Foundation, Policy Brief Layanan Adminduk bagi Kelompok Minoritas, (Jakarta, 2014)
24
http://www.wahidinstitute.org/wi-id/indeks-berita/203-atas-diskriminasi-wi-jalin-kerjasama-dengan-
pemerintah.html
25
Berita Resmi Muhammadiyah Nomor 01, 2015-2020, September 2015, Tanfidz Keputusan Muktamar
Muhammadiyah ke-47 Makassar 3-7 Agustus 2015, (Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2015), hlm.
127.
proses penyusunan kebijakan pembangunan yang kita alami sekarang ini, ia tetap memiliki
juga terlihat dari masih banyaknya kebijakan implikasi negatif terhadap HAM dalam praksis
pembangunan yang memicu masalah sosial.26 kehidupan, antara lain wilayah privasi seseorang
menjadi kurang aman. Dalam konteks ini, hati
5. Upaya Pemenuhan HAM Kelompok nurani dan kesadaran etis terhadap orang lain
Minoritas penting menjadi pertimbangan perspektif kita
Ratifikasi Indonesia atas Deklarasi Universal tentang HAM.
Hak Asasi Manusia (DUHAM) dan tindakan Berkaitan dengan pelanggaran HAM
pemerintah untuk mendukungnya secara kelompok minoritas, ada enam bentuk
eksplisit melalui Undang-Undang Nomor 39 tindakan yang merupakan pelanggaran serius
tahun 1999 tentang HAM, belum tampak keta- terhadap hak-hak asasi mereka dan amat
jaman taringnya untuk mengusut secara tuntas merendahkan kemanusiaannya. Pertama,
pelbagai kasus pelanggaran HAM di Indonesia. perlakuan diskriminasi. Kedua, penyiksaan
Berkaitan dengan perspektif HAM, atau intimidasi. Ketiga, eksploitasi. Keempat,
keberadaan piagam PBB bisa dimengerti perilaku subordinatif. Kelima, pembunuhan dan
sebagai upaya untuk menegaskan kembali Keenam, abortus artifisial yang disengaja.
kepercayaan terhadap hak-hak dasar manusia; Sekelumit deskripsi perihal bagaimana
terhadap martabat dan nilai pribadi manusia; partisipasi publik (pemerintah dan rakyat pada
terhadap persamaan hak pria dan wanita dan umumnya) untuk mendukung pemenuhan HAM
persamaan negara besar dan kecil. Piagam yang kelompok rentan atau minoritas:27
diundangkan pada tahun 1945 itu dimaksudkan 1) Kelompok Minoritas SARA
untuk mempertahankan perdamaian dan Persoalan yang dihadapi oleh mayoritas
keamanan internasional. negara yang penduduknya majemuk dalam
Tujuan DUHAM PBB adalah agar setiap agama, etnis, ras adalah diskriminasi.
orang dapat mencapai dan memiliki hak-hak Apapun alasannya, tindakan disriminasi
asasinya secara adil dan bertanggungjawab dalam bentuk apapun dan terhadap
(hak hidup, hak atas kebebasan, hak untuk siapapun adalah pelanggaran terhadap
diperlakukan secara adil, hak ekonomi, sosial, HAM.
budaya, dll). Tujuan mulia itu harus senantiasa 2) Kelompok Perempuan Rentan
diperjuangkan. Rantai pelanggaran terhadap hak asasi kaum
Dalam era teknologi informasi yang kian perempuan dapat diputus, antara lain dengan
canggih dewasa ini, perspektif HAM meliputi cara memberikan hak atas pendidikan dan
hak setiap orang untuk tidak dilanggar wilayah hak demokrasi. Kedua hak itu menjadi titik
privasinya, tidak diekspos tentang dirinya berangkat manakala pihak publik hendak
kecuali atas izin pribadi yang bersangkutan. memutuskan rantai pelanggaran hak-hak
Terlepas dari manfaat positif teknologi informasi asasi kaum perempuan.
26
Komnas HAM, Op. Cit., hlm. 115.
27
Bartolomeus Samho, ”Tanggung Jawab dan Partisipasi Publik Dalam Mengatasi Pelanggaran Hak Asasi Kelompok
Rentan,” Jurnal Hukum Pro Justisia Volume 25 No.1, Januari (2007).
Perlindungan Terhadap Kelompok Minoritas di Indonesia dalam Mewujudkan Keadilan ... (Danang Risdianto) 137
Volume 6, Nomor 1, April 2017
berwenang jika mengetahui adanya pelanggaran internasional, Piagam Madinah, dan Deklarasi
HAM. Kairo harus diletakkan sebagai norma hukum
Peran masyarakat terhadap upaya penegakan internasional yang mengatur bagaimana
HAM, misalnya muncul berbagai aktivis dan negara-negara di dunia yang menjamin hak-hak
advokasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). individunya.
Para aktivis dapat mengontrol atau mengkritisi Setiap warga negara mempunyai hak asasi,
kebijakan pemerintah yang rawan terhadap baik yang bersifat non derogable rights (hak
pelanggaran HAM. Mereka juga dapat mendata yang dalam keadaan darurat perang harus
kasus-kasus pelanggaran HAM dan melakukan dilindungi) maupun derograble rights (hak
pembelaan atau pendampingan. Lembaga yang dalam keadaan normal harus dilindungi).28
Swadaya Masyarakat tersebut bisa menangani Hak-hak inilah yang harus dijamin realisasinya
berbagai masalah, misalnya masalah kesehatan oleh negara. Apabila negara tidak mampu
masyarakat, korupsi, demokrasi, pendidikan, melindungi HAM warga negaranya, negara
kemiskinan, lingkungan, penegakan hukum. yang bersangkutan dengan sendirinya akan
Kehadiran mereka dapat menjadi kekuatan kehilangan legitimasi rakyatnya. Dengan
penyeimbang sekaligus pengontrol langkah- demikian, analisis terhadap pelanggaran HAM
langkah pemerintah dalam pelaksanaan HAM di selalu berada dalam wilayah pelanggaran HAM
Indonesia. oleh negara terhadap rakyat. Pelanggaran
Perdebatan mengenai siapa yang HAM oleh negaranya terhadap rakyat disebut
bertanggung jawab dalam menegakkan pelanggaran HAM secara vertikal. Pelanggaran
perjuangan, perlindungan, dan pemenuhan ini tidak hanya berupa pelanggaran HAM
HAM sampai kini menjadi wacana yang tidak secara langsung oleh negara, tetapi juga berupa
berkualitas yang tidak berkesudahan. Dalam pelanggaran HAM secara tidak langsung.
kaitan dengan persoalan tersebut terdapat dua Pelanggaran tidak langsung terjadi apabila
pandangan. negara membiarkan terjadinya pelanggaran
Pandangan yang pertama bahwa yang harus HAM dan tidak melakukan pemenuhan HAM.
bertanggung jawab memajukan HAM adalah Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
negara. Negara dibentuk sebagai wadah untuk HAM berpandangan bahwa tanggung jawab
kepentingan kesejahteraan rakyatnya. Rakyat perlindungan, pemajuan, penghormatan, dan
perlu diberikan pendidikan, terutama masalah pemenuhan HAM ada pada pemerintah
yang berkaitan dengan HAM. Negara yang tidak Pandangan kedua menyatakan bahwa
memfasilitasi rakyat melalui pendidikan HAM, tanggung jawab pemajuan, penghormatan,
berarti negara tersebut telah mengabaikan dan perlindungan HAM tidak saja dibebankan
amanat rakyat. Negara yang memilki tanggung kepada negara, melainkan juga kepada warga
jawab dalam memberikan jaminan HAM. Oleh negara. Dengan demikian, negara dan individu
karena itu, deklarasi PBB tentang HAM yang sama-sama memiliki tanggung jawab terhadap
dikenal dengan Deklarasi Universal Hak Asasi pemajuan, penghormatan, dan perlindungan
Manusia, beberapa kovenan, hukum perjanjian HAM. Oleh karena itu, pelanggaran HAM
28
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4d5605606b42e/hak-privasi (diakses 31 Maret 2017).
Perlindungan Terhadap Kelompok Minoritas di Indonesia dalam Mewujudkan Keadilan ... (Danang Risdianto) 139
Volume 6, Nomor 1, April 2017
sebenarnya tidak saja dilakukan oleh negara masyarakat juga menjadi sebab terjadinya
kepada rakyatnya, melainkan juga oleh rakyat. pelanggaran HAM.
Pelanggaran ini disebut sebagai pelanggaran Penegakan HAM mempunyai relevansi
HAM secara horisontal. Contoh bentuk dengan masyarakat madani karena nilai-nilai
pelanggaran HAM ini antara lain penembakan persamaan, kebebasan, dan keadilan yang
warga oleh sipil bersenjata, penganiayaan buruh terkandung dalam HAM dapat mendorong
oleh majikan, perampokan, dan ledakan bom terciptanya masyarakat egaliter. Masyarakat
bunuh diri ditempat umum oleh para teroris. egaliter merupakan ciri masyarakat madani.
Setidaknya ada tiga alasan mengapa Dengan demikian, penegakan HAM merupakan
warga negara memiliki tanggung jawab dalam prasyarat untuk menciptakan sebuah masyarakat
penegakan dan perlindungan HAM bagi madani. Dalam upaya mewujudkan masyarakat
kelompok minoritas, alasan-alasan tersebut madani yang terpenting adalah masyarakat
antara lain: harus berada dalam posisi mandiri di hadapan
1) Sejumlah besar persoalan HAM tidak hanya kekuasaan negara. Di tengah masyarakat
melibatkan aspek pemerintah, tetapi juga tersebut harus pula ditegakkan keadilan dan
kalangan swasta atau kalangan di luar supremasi hukum sehingga terwujud kehidupan
negara, dalam hal ini warga negara. yang demokratis dan toleran.
2) Hak asasi manusia bersandar pada Pengakuan adanya hak asasi pada seseorang
pertimbangan-pertimbangan normatif agar berarti mengakui pula adanya kewajiban asasi
umat manusia diperlakukan sesuai dengan semua orang untuk menghormati hak asasi yang
martabat kemanusiaannya. dimiliki oleh orang lain. Batas HAM yang satu
3) Warga negara memiliki tanggung jawab adalah hak asasi orang lain. Dengan demikian,
atas dasar prinsip-prinsip demokrasi. Setiap hubungan antara hak dan kewajiban adalah
warga negara memiliki kewajiban untuk ikut resiprokal yang harmonis karena pengakuan
mengawasi tindakan pemerintah. Dalam hak pada pihak tertentu berimplikasi kewajiban
masyarakat yang demokratis, sesuatu yang pada pihak lain.
menjadi kewajiban pemerintah juga menjadi
kewajiban warga negara. D. Penutup
Pemerintah saat ini sudah melakukan upaya
Kendala yang terjadi dalam upaya untuk melakukan pemenuhan, penegakan dan
pemenuhan HAM kelompok minoritas ditandai perlindungan HAM kelompok minoritas. Itu bisa
dengan banyaknya kasus pelanggaran HAM. dilihat dari berbagai regulasi dan kebijakan yang
Hal ini menunjukkan masih lemahnya sistem diterbitkan. Perlindungan hukum terhadap hak
penegakan hukum dan lemahnya political will asasi kelompok minoritas di Indonesia diatur,
pemerintah dalam mengimplikasikan norma- dalam kerangka prinsip kesetaraan di hadapan
norma HAM. Kekuasan yang dimiliki oleh negara hukum dan non diskriminasi, diatur dalam Pasal
justru sering dimanfaatkan oleh pemerintah 28 D dan Pasal 28 I UUD 1945, serta tercantum
sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan. juga di Pasal 3 Ayat (3) Undang-Undang Nomor
Rendahnya tingkat kesadaran hukum dari warga 39 Tahun 1999 tentang HAM. Sedangkan Pasal 27
Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik (rights based approach) dalam seluruh proses
(International Covenant and Political Rights) pembangunan program dan kebijakan yang
yang telah diratifikasi dengan Undang-Undang disusun sesuai dengan upaya perlindungan
Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan dan pemenuhan hak-hak kelompok minoritas
ICCPR 1966 mengatur bahwa kelompok dan marjinal. Menjadikan kelompok minoritas
minoritas tersebut tidak dapat diingkari haknya. sebagai penyandang hak dan subjek hukum
Sedangkan di Undang-Undang Nomor 39 Tahun yang memiliki hak dan kesempatan yang
1999 tidak terang menyinggung perlindungan sama sebagaimana warga negara lainnya
terhadap kelompok minoritas. serta melakukan harmonisasi dan sinkronisasi
Pemerintah wajib memastikan perlindungan peraturan perundang-undangan sejalan dengan
terhadap kaum minoritas. Menjalankan hukum upaya perlindungan dan pemenuhan hak-hak
yang menentang diskriminasi dalam segala kelompok minoritas.
bidang. Dalam rekrutmen, fasilitas perumahan, Implementasi HAM terhadap kelompok
kesehatan, akses ke pendidikan sampai ke minoritas di Indonesia harus berdasarkan
dalam aturan hukum dan peraturan perundang- falsafah Pancasila. Karena itu, segala hukum
undangan. yang berlaku dalam mewujudkan ketertiban
Namun, mengandalkan aturan hukum saja untuk kesejahteraan masyarakat, semuanya
tidak cukup. Kita perlu lebih mengedepankan harus berlandaskan HAM yang bermula dan
hati dan empati. Hal ini mengingatkan pada digali dari Pancasila dengan mengutamakan hak
ucapan sebuah karakter besar dalam fiksi dan kewajiban guna mendatangkan keadilan
Amerika, Atticus Finch, yang mengatakan untuk kedamaian (justice for peace) bagi seluruh
bahwa, ”You never really understand a person masyarakat.
until you consider things from his point of view
… until you climb into his skin and walk around Daftar Pustaka
in it.” Kamu tidak akan benar-benar memahami Buku
seseorang, sampai kamu mempertimbangkan Atmasasmita, Romli, Teori Hukum Integratif.
hal-hal dari sudut pandang orang tersebut, Rekonstruksi Terhadap Teori Hukum
sampai kamu memanjat kulitnya dan berjalan- Pembangunan dan Teori Hukum Progresif,
jalan di sekitar itu.” (Yogyakarta: Genta Publishing, 2012)
Caraj, Marie dan Enrique Eguren, Manual
Manakala kita hidup dalam masyarakat yang Perlindungan Terbaru Bagi Pembela Hak Asasi
majemuk dalam segala hal, advis itu perlu juga Manusia, (Brussels: Protection International,
kita pertimbangkan. Sulit bagi kita berempati 2008)
Fuady, Munir, Teori-Teori Besar (Grand Theory)
dan menghormati warga agama minoritas, Dalam Hukum, (Jakarta: Kencana, 2013)
jika kita seumur hidup tinggal di tengah warga Hutabarat, Ramly, Persamaan di Hadapan Hukum
mayoritas. (Equality Before The Law) di Indonesia (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1985)
Seperti dikatakan oleh berbagai pihak bahwa
Rahardjo, Satjipto, Hukum dan Perubahan Sosial.
produk hukum ada, tetapi tidak cukup. Butuh Suatu Tinjauan Teoretis serta Pengalaman-
empati. Kesadaran solidaritas yang mendasar. Pengalaman di Indonesia, (Bandung: Alumni,
Sudah sepatutnya pemerintah 1983)
Rukmini, Mien, Perlindungan HAM Melalui Asas
mengedepankan pendekatan berbasis HAM Praduga Tidak Bersalah dan Asas Persamaan
Perlindungan Terhadap Kelompok Minoritas di Indonesia dalam Mewujudkan Keadilan ... (Danang Risdianto) 141
Volume 6, Nomor 1, April 2017
Kedudukan dalam Hukum Pada Sistem Peradilan Centre for Innovation and Policy Governance, Media
Pidana Indonesia, (Bandung: Alumni, 2007) dan Kelompok Rentan di Indonesia: Kisah Dari
Siregar, Bismar, Kata Hatiku, Tentangmu Bismar yang Terpinggirkan, (Jakarta, 2012)
Siregar: Refleksi 80 Tahun Perjalanan Hidup Komnas HAM, Upaya Negara Menjamin Hak-
Seorang Hamba Allah, (Jakarta: Diandra Press, Hak Kelompok Minoritas di Indonesia. Sebuah
2008) Laporan Awal, (Jakarta, 2016)
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian The Wahid Institute & Tifa Foundation, Policy Brief
Hukum Normatif. Suatu Tinjauan Singkat, Layanan Adminduk bagi Kelompok Minoritas,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004) (Jakarta, 2014)
The Wahid Institute, Laporan Tahunan Kemerdekaan
Makalah/Artikel/Laporan/Hasil Penelitian Beragama/Berkeyakinan (KBB) di Indonesia,
(Jakarta, 2015)
Bartolomeus Samho, ”Tanggung Jawab dan Yogi Zul Fadhli, ”Kedudukan Kelompok Minoritas
Partisipasi Publik Dalam Mengatasi Pelanggaran dalam Perspektif HAM dan Perlindungan
Hak Asasi Kelompok Rentan,” Jurnal Hukum Pro Hukumnya di Indonesia,” Jurnal Konstitusi
Justisia, Januari 2007, Volume 25 No.1 Volume 11, Nomor 2, Juni (2014)
Berita Resmi Muhammadiyah Nomor 01, 2015-
2020, September 2015, Tanfidz Keputusan
Muktamar Muhammadiyah ke-47 Makassar
3-7 Agustus 2015, (Yogyakarta: Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, 2015)