Anda di halaman 1dari 6

Nama : Putri Ayu Dewiyanti

NIM :30901800140

Kasus
Seorang perempuan 31 tahun P2 nifas hari pertama dirawat dibangsal kebidanan. Saat ini
klien mengatakan masih nyeri pada perut, ASI tidak keluar, klien juga terdapat luka post
episiotomi, berat badan bayi 3300 gr, bayi menangis terus karena ASI belum keluar,
putting menonjol, ibu mengatakan masih lemas untuk beraktivitas tekanan darah 120/70
mmHg, nadi 72 kali/menit, pernafasan 12 kali/menit, suhu 37°C.

1. Apakah yang di maksud periode post partum ?


2. Perubahan fisiologis dan psikologis apa saja yang dapat terjadi pada ibu post partum ?
3. Apakah pengkajian keperawatan yang dapat di lakukan pada ibu post partum ?
4. Apakah masalah masalah keperawatan yang dapat muncul pada periode post partum ?
5. Bagaimana intervensi keperawatan yang dapat di lakukan pada ibu post partum ?
Jawab :
1. Periode post partum (peurperium) adalah jangka waktu 6 minggu, yang dimulai
setelah 2 jam melahirkan sampai pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti
sebelum kehamilan.
Periode post partum dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Immediately PP: berlangsung sampai 24 jam pertama PP
b. Early PP : berlangsung sampai minggu pertama PP
c. Late PP : berlangsung minggu ke 2-ke 6 PP
2. Perubahan fisiologis :
Sistem Reproduksi
a. Uterus
b. Kontraksi utein
c. Afterpains
d. Tempat perlekatan plasenta
e. Lokhea
f. Cerviks
g. Vagina dan perineum
Sistem Endokrin
a. Hormon Plasenta
b. Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium
Abdomen
Abdomen pada ibu postpartum akan kembali normal hampir seperti kondisi
sebelum hamil setelah minggu ke-6 postpartum. Striae mungkin masih ada.
Pengembalian tonus otot dipengaruhi oleh tonus itu sendiri, latihan yang tepat, dan
jumlah dari sel lemak. Diaktasis rektus abdominis tetap ada.
Sistem perkemihan
Steroid yang tinggi selama kehamilan menyebabkan fungsi ginjal menjadi
meningkat. Setelah persalinan, kadar steroid berkurang dan fungsi ginjal juga
menurun. Ginjal akan kembali normal seperti sebelum hamil setelah 1 bulan
persalinan.
a. Komponen Urin
BUN meningkat akibat autolisis pada proses involusi. Proteinuria + 1 normal
karena pemecahan sel otot uterus . Ketonuria terjadi pada ibu dengan persalinan
lama yang disertai dehidrasi
b. Diuresis Postpartum
Selama 12 jam postpartum, ibu mulai kehilangan cairan yang bertumpuk di
ekstrasel selama kehamilan akibat dari penurunan kadar estrogen. Pengeluaran
cairan dapat mengurangi berat badan ibu postpartum sebanyak 2.25 kg.
c. Uretra dan Bladder
Penekanan kepala bayi pada bladder saat persalinan dapat menyebabkan
penurunan sensitivitas syaraf destrusor terhadap volume urin yang ada di bladder.
Ditambah adanya laserasi di perineum dan episiotomi menyebabkan keinginan
untuk berkemih menjadi menurun.
Hal ini menyebabkan timbulnya distensi bladder yang dapat menghambat
turunnya uterus dan memudahkan timbulnya infeksi.
Syaraf dan otot dinding bladder akan kembali normal setelah 5-7 hari postpartum
Sistem Gastrointestinal
a. Nafsu makan
Ibu postpartum akan merasa kelaparan setelah melahirkan karena energi yang
dikeluarkan saat persalinan
b. Buang air besar
BAB Spontan mungkin terjadi pada hari 2-3 postpartum.
Keterlambatan ini disebabkan oleh penurunan tonus otot kolon selama persalinan
dan postpartum, diare, kekurangan makanan, atau dehidrasi.
Trauma karena persalinan pada sistem gastrointestinal, seperti : laserasi perineum
grade 3 dan 4 juga dapat menghambat BAB secara normal
Payudara
a. Ibu Menyusui
Saat mulai menyusui, massa berupa kantong ASI dapat teraba di payudara, hanya
berbeda dengan massa pada tumor atau karsinoma, massa pada payudara ibu
menyusui berpindah-pindah dan tidak menetap.
Sebelum proses menyusui dimulai, pengeluaran payudara berupa cairan
kekuningan yang disebut kolostrum. Payudara tegang dapat terjadi setelah 48 jam
menyusui dan gangguan putting dapat terjadi, seperti pecah-ecah, kemerahan dan
melepuh
Sistem kardiovaskuler
a. Volume Darah
Perubahan volume darah dipengaruhi oleh kehilangan darah saat persalinan dan
pengeluaran edema fisiologi saat kehamilan. Volume darah yang bertambah
(1000-1500 ml) selama kehamilan akan berkurang sampai 2 minggu postpartum
dan kembali ke kondisi sebelum kehamilan pada bulan ke-6 postpartum.
b. Cardiac Output (CO)
CO akan meningkat dibanding saat kehamilan pada 30-60 menit setelah
persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya pemutusan sirkulasi uteroplasenta.
Ini akan menurun cepat pada minggu ke-2 postpartum dan kembali pada kondisi
sebelum kehamilan pada 24 minggu postpartum.
c. Komponen Darah
Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht)
Selama 72 jam setelah persalinan, terdapat kehilangan plasma dalam jumlah
besar sehingga menyebabkan Hb dan Ht meningkat hingga 7 hari setelah
persalinan. Tidak terdapat destruksi sel darah merah selama periode postpartum
dan kadar sel darah merah akan kembali normal setelah minggu 8 postpartum
Sel Darah Putih
Leukosit normal pada ibu hamil adalah 12.000/mm3. pada ibu postpartum,
kadar leukosit bisa mencapai 20.000-25.000/mm3 dan ini normal
Faktor Pembekuan
Faktor pembekuan dan fibrinogen akan meningkat selama kehamilan dan
masa postpartum. Jika ditambah dengan kerusakan pembuluh darah dan
immobilisasi maka hal ini akan beresiko terjadinya tromboembolisme
Varicosites
Varicosites di ekstremitas dan anus, kadang-kadang di vulva akan berkurang
segera setelah persalinan.
Sistem Persyarafan
Sakit kepala (headaches) saat postpartum dapat disebabkan oleh beberapa hal,
seperti : preeklamsi, stress, kehilangan cairan serebrospinal saat dilakukan spinal
anesthesia. Tergantung pada penyebab dan tindakan, sakit kepala akan berkurang
pada hari ke 1- 3 postpartum sampai beberapa minggu.
Sistem Muskuloskeletal
Relaksasi sendi terutama pada sendi panggul yang terjadi selama persalinan
kembali mendekat dan stabil pada minggu ke 6-8 post partum
Sistem integument
Kloasma gravidarum biasanya menghilang pada akhir kehamilan.
Hiperpigmentasi pada areola dan linea nigra mungkin masih ada sampai setelah
persalinan. Striae di payudara, abdomen dan tungkai mungkin berkurang tetapi tidak
hilang.
Perubahan Psikoligis
Reva Rubin (1977) membagi fase postpartum pada 3 fase, yaitu :
– taking in
– taking hold
– letting go
1. Taking In (berlangsung hari 1-2 POSTPARTUM)
Waktu refleksi bagi ibu-ibu cenderung pasif, membutuhkan bantuan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan sehari. Hal ini disebabkan karena ibu mengalami ketidak
nyamanan fisik setelah persalinan, seperti nyeri perineum, hemoroid, afterpain. Pada
akhirnya ibu tidak mempunyai keinginan untuk merawat bayinya. Ibu masih fokus
pada persalinan dan merasa kagum pada bayinya. Apakah benar bayi tersebut adalah
anaknya? Apakah persalinan telah berakhir? Ibu membutuhkan istirahat untuk
memulihkan kekuatan fisiknya. Meminta ibu untuk menceritakan pengalaman
persalinan dapat membantu ibu melewati fase ini.
2. Taking Hold 2-3 hari post partum
Setelah melewati fase pasif, ibu memulai fase aktifnya, dimulai dengan memenuhi
kebutuhan sehari dan dapat mengambil keputusan. Selama fase taking hold, ibu mulai
tertarik merawat bayinya. Pada fase ini ibu juga dapat diberikan pendidikan kesehatan
tentang perawatan bayi dan mempraktekkan dengan pengawasan, seperti mendukung
kepala bayi, menyusui dengan benar, atau menyendawakan bayi. Reinforcement
positif dapat diberikan pada ibu supaya ibu dapat meningkatkan kemampuannya
dalam merawat bayi
3. Letting Go
Pada fase ketiga, ibu mulai mendefinisikan kembali perannya. Ibu mulai
melepaskan perannya yang dulu, dari mempersiapkan kelahiran, menjadi ibu yang
memiliki anak. Ibu menerima anak tanpa membandingkan dengan harapan terhadap
anak pada saat menanti kelahiran. Ibu yang berhasil melewati fase ini akan mudah
melakukan peran barunya.
Adaptasi lain yang dialami oleh ibu hamil :
Abandonment
Adalah perasaan tidak berarti dan dikesampingkan. Sesaat setelah persalinan,
ibu merasa menjadi pusat karena semua orang menanyakan keadaan dan
kesehatannya. Beberapa jam setelah itu, perhatian orang-orang di sekitar mulai ke
bayi dan ibu merasa “cemburu” kepada bayi. Saat pulang kerumah, ayah akan
merasakan hal yang sama dengan ibu, karena istri akan lebih fokus pada bayi. Perawat
harus membicarakan hal ini pada ayah dan ibu secara bersamaan, bagaimanapun juga
peran orang tua adalah sama dalam perawatan bayi. Melakukan perawatan bayi secara
bersamaan akan membantu orang tua memiliki peran yang sama dalam perawatan
bayi.
Disappointment
Adalah perasaan orang tua yang merasa kecewa terhadap kondisi bayi karena
tidak sesuai yang diharapkan saat hamil. Orang tua yang menginginkan bayi yang
putih, berambut keriting, dan selalu tersenyum akan merasa kecewa ketika mendapati
bayinya berkulit gelap, berambut tipis dan menangis terus. Perawat harus membantu
orang tua untuk dapat menerima bayinya, dengan menunjukkan kelebihan-kelebihan
bayi, seperti, sehat, mata yang bersinar dan kondisi yang lengkap tanpa cacat.
Pospartal Blues
80% wanita post partum mengalami perasaan sedih yang tidak mengetahui alasan
mengapa sedih. Ibu sering menangis dan lebih sensitif.
Pospartal blues juga dikenal sebagai baby blues. Kejadian ini dapat disebabkan karena
penurunan kadar estrogen dan progesteron. Pada beberapa wanita dapat disebabkan
karena respon dari ketergantugan pada orang lain akibat kelelahan, jauh dari rumah
dan ketidaknyamanan fisik.
Jika hal ini berlanjut maka ibu perlu dikonsulkan ke psikiatri agar tidak berlanjut ke
depresi.
3. Pengkajian pada :
- Sirkulasi perifer
- Payudara penuh
- Pemulihan perineum
- Pemulihan insisi
- Intake makanan dan cairan
- Aktivitas fisik
- Ketahanan
- Kenyamanan
- Infeksi
- Nyeri insisi
- Perdarahan vagina
- Laserasi
- Keletihan
- Depresi
- Jumlah lochia
- Warna lochia
- Tekanan darah
- Frekuensi nadi
- Suhu tubuh
- Eliminasi urine
- Eliminasi fekal
- Enzim liver
- Hemoglobin
- Sel darah putih
- Glukosa darah
- Mood
4. Masalah masalah keperawatan yang muncul
a. Baby Blues
b. Depresi Pasca Partum
c. Psikosis Pasca Partum
d. Nyeri
e. Resiko Infeksi
5. Intervensi
 Observasi
- Monitor TTV
- Monitor keadaan lokhea (misal: warna, jumlah, bau dan bekuan) \
- Periksa perineum atau robekan (kemerahan, edema, ekimosis,
pengeluaran, penyatuan jahitan)
- Monitor nyeri
- Monitor status pencernaan
- Monitor tanda Homan
- Identifikasi kemampuan ibu merawat bayi
- Identifikasi adanya masalah adaptasi psikologis ibu postpartum
 Teraupetik
- Kosongkan kandung kemih sebelum pemeriksaan
- Masase fundus sampai kontraksi kuat, jika perlu
- Dukung ibu untuk melakukan ambulasi dini
- Berikan kenyamanan pada ibu
- Fasilitasi ibu berkemih secara normal
- Diskusikan kebutuhan aktivitas dan istirahat selama masa postpartum
- Diskusikan tentang perubahan fisik dan psikologis ibu postpartum
- Diskusikan seksualitas masa postpartum
- Diskusikan penggunaan alat kontrasepsi
 Edukasi
- Jelaskan tanda bahaya nifas pada ibu dan keluarga
- Jelaskan pemeriksaan pada ibu dan bayi secara rutin
- Ajarkan cara perawatan perineum yang tepat
- Ajarkan ibu mengatasi nyeri secara nonfarmakologis (missal : teknik
distraksi, imajinasi)
- Ajarklan ibu mengurangi masalah thrombosis vena
 Kolaborasi
- Rujuk ke konselor laktasi, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai