MRI
MRI
Tinjauan Pustaka
Pada gambar 2.1 menunjukkan beberapa perangkat keras dari mesin MRI
dimana diantaranya magnet utama, koil gradient X, Y, dan Z, koil pemancar dan
penerima radiofrekuensi.
Gambar 2.1 Beberapa perangkat keras dari mesin MRI
Pada gambar dibawah ini dapat dilihat komponen dari koil gradient
yang ada pada mesin MRI diamana Kumparan gradien dibagi 3, yaitu :
Terlepas dari muatan positif, proton memiliki spin. Spin Proton adalah
sifat instristik partikel bermuatan listrik yang berputar pada sumbunya
sehingga menimbulkan arus listrik di sekitar sumbu putarnya. Arus listrik ini
akan menginduksi medan magnet sehingga inti atom memiliki momen
magnetik mikroskopik. Pada unsur yang memiliki nomor atom genap momen
magnetik inti akan saling menghilangkan. Untuk itu, agar tetap diperoleh
momen magnetik inti maka diperlukan unsur yang memiliki nomor atom
ganjil.
Ini berarti bahwa proton berputar sekitar porosnya seperti gasing
berputar. Proton tersebut memiliki dua sifat penting yaitu Sebagai massa
berputar (m), proton memiliki momentum sudut dan berputar untuk
mempertahankan orientasi spasial sumbu rotasi (seperti terlihat pada Gambar
2.4a.). Sebagai massa berputar dengan muatan listrik, sebagai tambahan
proton memiliki momen magnetic dan berperilaku seperti magnet kecil. Oleh
karena itu, proton dipengaruhi oleh medan magnet eksternal dan gelombang
elektromagnetik (seperti terlihat pada Gambar. 2.4b).
Spin proton selalu memiliki besar yang sama dan tidak akan dapat
dipercepat atau melambat, karena itu adalah sifat dasar dari partikel
elementer. Hidrogen adalah nucleus aktif yang banyak digunakan dalam
pencitraan MRI karena hidrogen dalam tubuh sangat banyak dan protonnya
mempunyai moment magnetic yang besar. Dalam kondisi normal moment
magnetic inti hydrogen arahnya random (seperti terlihat pada Gambar 2.5).
Gambar 2.5 Inti hydrogen arahnya random
Dimana:
𝜔𝜔0 adalah frekuensi Larmor dalam megahertz (MHz)
𝛾𝛾0 rasio gyromagnetic (MHz/T)
𝐵𝐵0 kekuatan medan magnet eksternal dalam satuan tesla (T)
2.3.3 Resonansi
Merupakan sebuah fenomena diamana Radio Frekuensi (RF)
dipancarkan dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi larmor atom maka
akan terjadi fenomena resonansi. Apabila objek diletakkan dalam medan
magnet eksternal yang sangat kuat, maka inti-inti atomnya akan berada pada
arah yang searah atau berlawanan dengan medan magnet eksternal dan inti-
inti itu akan mengalami perpindahan dari suatu energi ke tingkat energi yang
lain setelah diberikan Radio Frekuensi (seperti terlihat pada Gambar 2.9).
Proses perpindahan energi ini seringkali merubah arah dari NMV, akibatnya
vektor dapat berubah arah dari arah longitudinal atau parallel medan magnet
eksternal, ke arah vektor yang lain.
Gambar 2.9 pemberian Radiofrekuensi pada atom Hidrogen
Besar nilai magnetisasi dari obyek atau jaringan yang berada dalam
medan magnet eksternal merupakan hubungan linier yaitu semakin besar nilai
medan magnet eksternalnya maka akan semakin besar nilai magnetisasinya,
setelah pemberian sinyal Radiofrekuensi maka atom hydrogen akan
memancarkan energi berupa sinyal dimana sinyal ini diterima oleh koil Radio
Frekuensi Receiver, diamana sinyal ini disebut sinyal MR (magnetic
resonance),
2.3.4 MR Signal
Akibat resonansi NMV yang mengalami inphase pada bidang
transversal. Hukum Faraday menyatakan jika receiver koil ditempatkan pada
area medan magnet yang bergerak misalnya NMV yang mengalami presesi
pada bidang transversal tadi akan dihasilkan voltage dalam receiver koil. Oleh
karena itu NMV yang bergerak menghasilkan medan magnet yang
berfluktuasi dalam koil. Saat NMV berpresesi sesuai frekuensi Larmor pada
bidang transversal, maka akan terjadi voltage. Voltage ini merupakan MR
signal. Frekuensi dari signal adalah sama dengan frekuensi Larmor, besar
kecilnya sinyal tergantung pada banyaknya magnetisasi dalam bidang
transversal. Bila masih banyak NMV, akan menimbulkan sinyal yang kuat
dan tampak terang pada gambar, bila NMV lemah akan sedikit menimbulkan
sinyal dan akan tampak gelap pada citra MRI.
Pada saat M berada pada sumbu XY (𝑀𝑀𝑋𝑋𝑋𝑋 ) inilah sinyal tertinggi yang
bisa ditangkap oleh detector. Semakin lama, 𝑀𝑀𝑋𝑋𝑋𝑋 akan berkurang karena
kembali ke Z dengan proses yang disebut Relaksasi, sampai akhirnya tidak
adalagi vector magnetisasi pada sumbu xy. Demikian pula sinyal yang
ditangkap. Setiap inti atom H memiliki waktu relaksasi 𝑇1 dan 𝑇2 yang
berbeda-beda tergantung dari pada jaringan apa dia terikat. Waktu relaksasi
𝑇1 dan 𝑇2 beberapa jaringan tubuh dapat dilihat seperti table dibawah.
Tabel 4.2 Waktu relaksasi 𝑇1 beberapa jaringan
𝑇1 Constans (in ms)
0,2 Tesla 1,0 Tesla 1,5 Tesla
Fat 240
Muscle 370 730 863
White Matter 388 680 783
Gray Matter 492 809 917
CSF 1,400 2,500 3,000
Gambar 2.20 Definisi simbol yang digunakan dalam diagram urutan pulsa.
Gambar 2.21 (a) Skema representasi dari TR dan TE (b) Grafik menunjukkan
efek TR pendek dan panjang (kiri) dan pendek dan panjang TE (kanan) pada
pemulihan 𝑇1 dan 𝑇2 pada peluruhan lemak dan air, TR berhubungan dengan 𝑇1 dan
mempengaruhi pembobotan 𝑇1 Weighted, sedangkan TE berhubungan dengan 𝑇2
dan mempengaruhi pembobotan 𝑇2 Weighted
Partial flip angle imaging adalah teknik yang dapat digunakan untuk
meminimalkan saturation dan mendapatkan sinyal MR yang memadai
meskipun TR yang sangat singkat. Sudut Flip yang lebih kecil tidak
membelokkan magnetisasi dengan sudut 90° tetapi hanya beberapa fraksi dari
sudut 90° (misalnya 30°). Secara umum, semakin pendek TR, sudut flip yang
lebih kecil diperlukan untuk mencegah saturation yang berlebihan. Sudut Flip
memaksimalkan sinyal yang diberikan TR dan TE dikenal sebagai sudut
Ernst.
Parameter ini dipilih saat melakukan field echo sequence guna
menghasilkan kontras gambar yang memuaskan. Flip angle berhubungan
dengan jumlah spin pada bidang tranversal (flip angle pendek dihasilkan dari
jumlah spin yang sedikit pada bidang tranversal). Pemilihan flip angle
bersamaan dengan pemilihan TR, di dalam bergantung pada kekuatan medan
dari system operasi. Secara umum, ketika flip angle pendek dipilih, efek 𝑇2
predominan, image akan tampak dalam 𝑇2 Weighted sequence sehingga
struktur yang berisi cairan akan nampak terang. Memperbesar flip angle akan
meningkatkan pengaruh 𝑇1 dengan cara membiarkan relaxasi komplit pada
jaringan dengan 𝑇1 pendek, sehingga memberi kontribusi terhadap
terbentuknya lebih banyak signal pada repetisi sequence berikutnya.
Waktu relaksasi pada jaringan ditentukan oleh medan magnet yang
terjadi pada saat NMR. Ini dapat dirubah hanya jika medan magnetik juga
diubah. Ketika sequence digunakan untuk menghasilkan flip angle khusus
seperti yang dilakukan pada gradient echo imaging atau sequence
membutuhkan persiapan pulsa, waktu relaksasi akan menjadi fungsi dari
sudut tersebut. Sebagai contoh bila flip angle yang dipilih dengan sudut 450,
vektor tissue akan recover ke bidang magnetisasi longitudinal (𝑇𝑇1 growth)
lebih cepat dibandingkan ketika menggunakan Spin Echo dimana pulsa
sequence yang digunakan ialah sudut 900. TR seharusnya diubah untuk
mengakomodasi peningkatan waktu relaksasi tersebut. Untuk alasan tersebut,
sequence Gradient Echo imaging dapat diilakukan pada waktu yang lebih
cepat dari Spin Echo sequence. Citra yang menggunakan partial flip teknologi
akan menghasilkan kontras yang mirip dengan image dengan TR sequence (𝑇𝑇2
Weighted Spin Echo sequence) dengan waktu imaging yang lebih pendek.