Transcultural
Transcultural
4. 2. Culture care accomodation / negotiation : Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau
memperhatikan fenomena budaya, merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi
atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu dan klien. 3. Culture care
reparterning / restructuring : Yaitu prinsip merekontruksi atau mengubah desain untuk
memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih baik. Hasil yang
diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural pada asuhan keperawatan adalah
tercapainya culture congruent nursing care health and well being yaitu asuhan keperawatan
yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitif, kreatif, serta
cara- cara yang bermakna guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi
masyarakat.C. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya Perawat harus memulai pengkajian
dengan melihat latar budaya cultural yang di miliki klien dan latar belakang social juga
ketrampilan bahasa yang dimilikinya. Ini diperlukan dalam mengumpulkan data mengenai
penyebab penyakit dan masalah klien. Proses pendekatan ini diperlukan untuk mengetahui
atau mengidentifikasi apakah klien mempunyai latar belakang budaya tradisional yang lebih
dominan di bandingkan dengan budayanya yang modern. Sebelum memulai pengkajian
perawat harusnya : 1. Membina hubungan saling percaya terlebih dahulu dengan klien 2.
Mengidentifikasi bahasa yang digunakan 3. Mempelajari pola komunikasi kien dengan
mengobservasi kemampuan verbal dan nonverbalnya, contoh prilaku nonverbal dengan
sentuhan, kontak mata 4. Mempelajari prilaku bermakna yang dimiliki klien – perawat dalam
berinteraksiD. Beberapa Instrumen Pengkajian Budaya Pengkajian budaya merupakan
pengkajian yang sistematik dan komprehensif dari nilai – nilai pelayanan budaya,
kepercayaan, dan praktik individual, keluarga dan komunitas. Tujuan pengkajian budaya
adalah untuk mendapatkan informasi yang signifikan dari klien sehingga perawat dapat
menerapkan kesamaan pelayanan budaya. Salah satu masalah dalam pengkajian budaya
adalah kurangnya kemampuan untuk mengkaji pihak dalam atau perspektif etnik klien dan
interpretasi informasi selama penilaian. Hal ini dapat tertolong dengan mengunakan
pertanyaan terbuka, terfokus, dan kontras. Tujuannya adalah mendorong klien agar dapat
menggambarkan nilai – nilai, kepercayaan, dan praktik yang berarti untuk pelayanan mereka
yang tidak disadari oleh penyelenggara pelayanan kesehatan. Pertanyaan berorientasi budaya
pada dasarnya bersifat luas dan membutuhkan lebih banyak penjelasan. Sebaliknya
pengkajian budaya bersifat mencampuri dan menghabiskan waktu serta membutuhkan
hubungan saling percaya antara sesama partisipan. Komunikasi yang kurang biasanya terjadi
pada hubungan interkultural. Hal ini disebabkan
6. Contoh Instrumen Pengkajian Warisan Budaya1. Dimana ibu Anda lahir ? ______2.
Dimana ayah Anda lahir ? ______3. Dimana kakek – nenek Anda lahir ? ______ a. Ibu dari
Ibu Anda ? ______ b. Ayah dari Ibu Anda ? ______ c. Ibu dari Ayah Anda ? ______ d. Ayah
dari Ayah Anda ? ______4. Berapa saudara laki – laki ______ dan perempuan ______5.
Dimana Anda dibesarkan ? Desa _____ Kota ______ Pinggir Kota ______6. Dimana orang
tua Anda dibesarkan ? Ayah ______ Ibu ______7. Berapa usia Anda ketika datang ke
Indonesia ? ______8. Berapa usia orang tua Anda ketika datang ke Indonesia ? ______9.
Ketika Anda dibesarkan, siapa yang tinggal dengan Anda ? ______ Keluarga Inti ______
atau Keluarga Besar ______10. Apakah Anda mempertahankan kontak dengan : a. Bibi,
Paman, Sepupu ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ b. Saudara Laki – Laki dan
Perempuan ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ c. Orang Tua ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak
______ d. Anak Anda Sendiri ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______11. Apakah kebanyakan
dari bibi, paman, sepupu Anda tinggal dekat rumah Anda? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak
______12. Kira – kira seberapa sering Anda mengunjungi anggota keluarga Anda yang
tinggal di luar rumah Anda ? ( 1 ) Setiap Hari _____( 2 ) Setiap Minggu ______ ( 3 ) Setiap
Bulan ______ ( 4 ) Hanya Liburan Khusus ______ ( 5 ) Tidak Pernah ______13. Apakah
nama asli keluarga Anda di ganti ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______14. Apakah
kepercayaan Anda ? ( 1 ) Katolik ______ ( 2 ) Islam ______ ( 3 ) Protestan ______
Denominasi ______ ( 4 ) Lain – Lain ______ ( 5 ) Tidak Ada ______15. Apakah pasangan
Anda mempunyai kepercayaan yang sama dengan Anda ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak
______16. Apakah pasangan Anda mempunyai latar belakang etnik sama dengan Anda ? ( 1 )
Ya ______ ( 2 ) Tidak ______17. Anda sekolah dimana ? ( 1 ) Pemerintah ______ ( 2 )
Swasta _____( 3 ) Seminari / Pesantren ______18. Sebagai seorang dewasa, apakah Anda
tinggal di daerah dimana tetangga mempunyai kepercayaan dan latar belakang yang sama
dengan Anda ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______19. Apakah Anda memiliki institusi
keagamaan ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______20. Dapatkah Anda mengambarkan diri
Anda sendiri sebagai anggota yang aktif? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______21. Seberapa
sering Anda menghadiri institusi keagamaan Anda ? ( 1 ) Lebih dari satu minggu ______ ( 2 )
Setiap minggu ______
7. ( 3 ) Setiap bulan ______ ( 4 ) Sekali setahun atau kurang ______ ( 5 ) Tidak pernah
______22. Apakah Anda mempraktikkan keagamaan Anda di rumah? ( 1 ) Ya ______ (2)
Tidak ______ ( bila ya, sebutkan tempatnya ) ______ ( 3 ) Berdoa ______ ( 4 ) Membaca
Kitab Suci ______ (5 ) Diet ______ ( 6 ) Merayakan hari besar keagamaan ______23.
Apakah Anda menyiapkan makanan sesuai latar belakang etnik Anda? ( 1 ) Ya ______ ( 2 )
Tidak ______24. Apakah Anda berpartisipasi dalam aktivitas etnik ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 )
Tidak ______ ( bila ya, sebutkan tempatnya ) ______ ( 3 ) Bernyanyi _____ ( 4 ) Perayaan
Hari Besar _____ ( 5 ) Berdansa ______( 6 ) Festival ______ ( 7 ) Adat Istiadat ______ ( 8 )
Lain – Lain ______25. Apakah teman Anda dari latar belakang kepercayaan yang sama
dengan Anda? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______26. Apakah teman Anda dari latar belakang
etnik yang sama dengan Anda? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______27. Apakah bahasa asli
Anda ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______28. Apakah Anda berbicara dengan bahasa
tersebut ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______29. Apakah Anda membaca dalam bahasa asli
Anda ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______Makin besar jumlah jawaban Ya, makin kuat klien
memiliki keturunan tradisional.Contoh Lain Instrumen Pengkajian Keperawatan Terbuka 1.
Menurut Anda apa yang menyebabkan penyakit Anda ? 2. Seperti apa kami dapat
memecahkan masalah Anda ?Terfokus 1. Apakah Anda pernah mengalami masalah ini
sebelumnya ? 2. Apakah ada seseorang yang Anda ingin agar kami bicara dengannya
mengenai perawatan Anda?Kontras 1. Bagaimana perbedaan masalah ini dengan masalah
sebelumnya ? 2. Apa perbedaan antara apa yang perawat kerjakan dengan apa yang Anda
pikirkan bagaimana perawat lakukan untuk Anda ?Riwayat Etnik 1. Berapa lama Anda /
orang tua Anda tinggal di negara ini ? 2. Apa latar belakang etnik atau asal leluhur Anda ? 3.
Seberapa kuat budaya mempengaruhi Anda ? 4. Ceritakan alasan Anda meninggalkan tanah
air Anda ?Organisasi Sosial 1. Siapa yang tinggal dengan Anda ? 2. Siapa yang Anda anggap
sebagai anggota keluarga Anda ? 3. Dimana anggota keluarga Anda yang lain tinggal ? 4.
Siapa yang membuat keputusan untuk Anda atau keluarga Anda ? 5. Siapa yang Anda cari
saat memerlukan bantuan untuk keluarga Anda ? 6. Apa harapan Anda terhadap anggota
keluarga yang pria, wanita, tua, atau muda ?
9. Budaya adalah “Metakomunikasi sistem” dimana tidak hanya kata yang diucapkanyang
memberi makna, tetapi segala sesuatu yang lain juga (Matsumoto &Matsumoto,1989)Budaya
adalah pikiran, komunikasi, tindakan, keyakinan, nilai, dan lembaga-lembagaras dan etnik,
agama atau kelompok sosial (OMH,2001)Budaya adalah : Segala sesuatu yang dihasilkan
dari kehidupan individu dankelompoknya.Wujud kebudayaan1. Wujud kebudayaan sebagai
suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dsb. Merupakan
wujud ideal dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat di raba atau di lihat. Letaknya ada
didalam fikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan itu hidup. Dikenal
dengan adat istiadat atau sering berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para
penulis warga masyarakat bersangkutan.2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks
aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, disebut juga sistem social.
Sistem social ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan,
bergaul yang berdasarkan adat social tata kelakuan. Sistem social ini bersifat konkrit, serta
terjadi dikeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, di lihat dan didokumentasikan.3. Wujud
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia, disebut kebudayaan fisik, dan tak
banyak memerlukan penjelasan. Merupakan seluruh total dari hasil fisik dan aktifitas,
perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat. Sifatnya paling konkret, atau berupa
benda-benda atau hal-hal yang dapat di raba, dilihat, dan difoto. Hasil karya manusia seperti
candi, computer, pabrik baja, kapal, batik sampai kancing baju.Nilai : Nilai merupakan unsur
penting dalam kebudayaan, nilai membimbing manusiauntuk menentukan sesuatu itu boleh
dilakukan atau tidak, nilai bersifat abstrak dannilai membentuk sikap kita tentang sesuatu
apakah itu bermoral dan tidak bermoral,baik atau buruk, benar atau salah, dan indah atau
buruk.Norma : Nilai dapat dibedakan dari norma, nilai hanya meliputi penilaian tentang
baikburuknya objek, peristiwa, tindakan atau kondisi, sedangkan norma lebih
merupakanstandart prilaku. Norma merupakan nilai-nilai budaya yang merupakan
standarkelompok, dasar dari kehidupan sebuah kelompok, jika nilai memperkenalkan
kitabagaimana berprilaku sepantasnya maka norma secara khusus menggariskan
kontrolterhadap perilaku. Sebuah norma adalah aturan yang mengatur tentang hukuman
atauganjaran dalam berbagai bentuk sesuai dengan variasi posisi sosial orang dalam
relasiantar manusia. Semua tindakan manusia memiliki akibat tertentu dan norma
secarakhusus memberi akibat sosial bagi seseorang yang melangar aturan tersebut, Bentuk-
bentuk norma antara lain :
10. 1. Cara Merujuk pada suatu bentuk perbuatan, norma ini memeiliki kekuatan yang lemah,
merupakan perbuatan yang diulang-ulang. Contohnya : Menghirup kopi panas dengan bunyi,
jika dilakukan tidak ada saksi apa-apa. 2. Kebiasaan Menurut Sumnner kebiasaan sebagai
aturan adat istadat yang dapat dilihat dalam belbagai situasi, namun tidak cukup kuat
mengatur kelompok. Misalnya : Bercakap-cakap sebelum rapat, hal ini juga tidak melangar
apa-apa 3. Tata Kelakuan Tata kelakuan berisi perintah dan larangan sehingga anggota
masyarakat menyesuaikan perbuatannya dengan tata kelakuan tersebut. Contohnya : Perihal
antara hubungan pria dan wanita 4. Adat Istiadat Anggota masyarakat yang melangar adat
istiadat akan menerima saksi yang keras . Contohnya : Perkawinan antar strata di Sumba dan
Bali, akan mendapat sanksi yang keras misalnya dikeluarkan daro strata tersebut. Nilai dan
norma diperlukan sebagai kontrol prilaku kehidupan manusia sehari-hari.B. Prinsip-prinsip
dalam Komunikasi Komunikasi berasal dari kata kerja “communicâre”, dalam bahasa Latin
yang berarti menjadikan lazim/umum, membagi, berpartisipasi (mengikutsertakan) atau
menanamkan. (Guralnik, 1989). Akan tetapi komunikasi melampaui definisi tersebut, dimana
komunikasi mencakup keseluruhan bidang interaksi dan tingkah laku manusia. Semua
tingkah laku, baik verbal mapun nonverbal yang ditampilkan oleh individu disebut sebagai
komunikasi. (Potter & Perry, 2005; Watzlawick, Beavin, & Jackson, 1967). Komunikasi
merupakan keterampilan dasar dalam semua interaksi keperawatan. Dalam komunikasi
terkandung sistem tingkah laku yang terpola dan teratur yang memungkinkan terjadinya
seluruh interaksi antara perawat dan klien. Di dalamnya terdapat pertukaran pesan yang
memiliki arti. Komunikasi dan budaya sangat erat berhubungan. Komunikasi merupakan
alat/cara bagaimana budaya ditransmisikan dan dipelihara/dipertahankan. (Delgado, 1983).
Budaya mempengaruhi bagaimana perasaan diekspresikan serta ekspresi verbal dan
nonverbal apa yang tepat untuk digunakan. Contohnya, orang Amerika lebih suka menutupi
perasaannya dan secara umum jarang menggunakan bahasa sentuhan, sebaliknya budaya
ketimuran lebih terbuka dalam mengekspresikan perkabungan / duka, kemarahan, atau
kegembiraan serta lebih banyak menggunakan sentuhan. (Davidhizar & Giger, 2002;
Hall,1966; Thayer,1988). Variabel – variabel budaya lainnya, seperti persepsi terhadap
waktu, kontak fisik dan hak – hak wilayah juga mempengaruhi komunikasi. Komunikasi
membentuk rasa kebersamaan dengan orang lain dan memungkinkan pertukaran/sharing
informasi, isyarat atau pesan – pesan dalam bentuk ide – ide dan perasaan. Melalui
komunikasi seseorang dapat mempengaruhi orang lain melalui tulisan atau bahasa, gerak
isyarat (gesture), ekspresi wajah, bahasa tubuh, space (jarak) atau simbol – simbol lainnya.
Dalam komunikasi yang efektif terdapat saling pengertian terhadap arti yang terkandung
dalam pesan yang disampaikan. Komunikasi yang efektif mengenai informasi pelayanan
kesehatan memotivasi klien untuk bekerjasama dengan perawat dalam mengelola
kesehatannya. (Giorgianni, 2000).
14. E. Hambatan – hambatan dalam Proses Komunikasi 1. Hambatan Fisik Dapat berupa
hambatan jarak komunikasi yang sering kali mengganggu proses komunikasi, ataupun
ketidakadaan fasilitas yang mampu meminimalisir hambatan jarak tersebut. 2. Hambatan
Teknis Yang bersifat teknis seperti gangguan pada alat komunikasi, media, teknologi dan
sebagainya. 3. Hambatan Semantik Hambatan yang berasal dari pengunaan bahasa karena :
Perbedaan bahasa Perbedaan persepsi Penggunaan istilah yang berlebihan Ketidak mampuan
memilih kata atau kalimat 4. Hambatan Psikologis Situasi dan kondisi psikis yang terdapat /
dimiliki oleh komunikan dan komunikator. Misalnya cemas, malu, takut dan sebagainya. 5.
Hambatan Status Situasi dan kondisi psikis antara komunikator dengan khalayak sering kali
menjadi hambatan yang dapat mengurangi pencapaian tujuan komunikasi.misalnya ketika
seorang dosen muda harus memberi kuliah didepan mahasiswa pasca sarjana yang ternyata
sebagian besar adalah atasan didepartemen tersebut. 6. Hambatan Budaya Perbedaan budaya
(nilai, norma, kebiasaan, adat istiadat) merupakan faktor yang sering membuat tujuan
komunikasi terhambat. Karena budaya yang dianut oleh sebuah masyarakat merupakan hasil
internalisasi individu terhadap nilai, norma, kebiasaan dan adat dimana ia tinggal selama
bertahun tahun, maka kita mengenal ada yang namanya : Akulturisasi, Asimilasi. 7.
Hambatan Kerangka berfikir Komunikasi yang efektif dapat terjadi ketika terjadi himpitan
kepentingan (over lapping of interest) / kesamaan persepsi antara komunikator dengan
komunikan.kesamaan ini dapat terwujud jika ada perbedaaan yang mencolok dalam kerangka
berpikir komunikan dan komunikator. 8. Hambatan Kebutuhan dan Ketertarikan 9. Hambatan
Lingkungan
15. BAB III PEMBAHASAN KASUS Kasus I (Unit Perspektif Transkultural) Seorang
pasien laki-laki korban tabrak lari, masuk ke unit perawatan sebuah rumah sakit. Pasien
mengalami fraktur dekstra dan terpasang traksi. Pasien juga mengalami perdarahan abdomen
dan telah dilakukan tindakan laparatomy eksplorasi. Pasien dalam status NPO ( nothing per
oral). Dilihat dari wajahnya, pasien adalah seorang keturunan India. Ia berteriak-teriak
meminta minum dalam bahasa Inggris. Perawat berusaha untuk menjelaskan bahwa saat ini
pasien tidak boleh minum. Pasien tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik sementara di
ruang perawatan tersebut tidak ada perawat yang lancar berbahasa Inggris. 1. Bagaimana
peran perawat bila dihadapkan pada situasi di atas ? Menunjukan peranan Independent dari
perawat dengan : Mengenal budayanya (nilai, kepercayaan, prilaku, kebiasaan)
Mengenal etnik / suku /latar belakang dari pasien (bahasa) 2. Apa yang sebaiknya dilakukan
perawat untuk membantu pasien ? Perawat memulai pengkajian dengan melihat latar budaya
cultural yang di miliki klien dan latar belakang social juga ketrampilan bahasa yang
dimilikinya. Dengan cara : Perawat harus bersikap terbuka dengan cara menerima pasien
sesuai dengan perbedaan budayanya Memanggil dengan nama belakang klien / nama
lengkap Ciptakan hubungan saling percaya Dengan menggunakan bahasa yang
sederhana , verbal & non verbal (isyarat & tulisan) Mencari bantuan dari orang terdekat
pasien yang bisa dan mengerti bahasa Indonesia Mencarikan penerjemah, bila pasien masih
tidak dapat mengerti & bila tidak ada keluarga. Kriteria penerjemah sebaiknya sbb : Jenis
kelamin yang sama Umurnya lebih dewasa Mempunyai status social yang sama dengan
klien Yang mempunyai pemahaman tentang budaya India Mengerti tentang kesehatan
Ini diperlukan dalam mengumpulkan data mengenai penyebab penyakit dan masalah klien.
Tindakan keperawatan yang diberikan klien ada 3 :1. Cultur care preservation : Prinsip
membantu, memfasilitasi, atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu
menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan. Contohnya memberitahukan
bahwa Ia tidak boleh minum dengan bahasa verbal maupun non verbal (Gambar/tulisan dan
isyarat)
18. Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan pada
perilaku individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku
sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. Sedangkan
menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan
yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya. Tujuan dari
transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan
norma pemahaman keperawatan transcultural dalam meningkatkan kebudayaan spesifik
dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring, caring adalah esensi
dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Perilaku caring
diberikan kepada manusia sejak lahir hingga meninggal dunia. Human caring merupakan
fenomena universal dimana,ekspresi, struktur polanya bervariasi diantara kultur satu tempat
dengan tempat lainnya.B. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural
Konsep dalam transcultural nursing adalah : 1) Budaya Norma atau aturan tindakan dari
anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak
dan mengambil keputusan. 2) Nilai budaya Keinginan individu atau tindakan yang lebih
diinginkan atau suatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi
tindakan dan keputusan. 3) Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan Merupakan bentuk
yang optimal dalam pemberian asuhan keperawatan
19. 4) EtnosentrisBudaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki
individumenganggap budayanya adalah yang terbaik5) EtnisBerkaitan dengan manusia ras
tertentu atau kelompok budaya yang digolongkanmenurut cirri-ciri dan kebiasaan yang
lazim6) RasPerbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal
muasalmanusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid,mongoloid.Budaya adalah
keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan manusia kepadagenerasi berikutnya
(taylor,1989)7) Etnografi: Ilmu budayaPendekatan metodologi padapenelitian etnografi
memungkinkan perawat untukmengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan
budaya setiap individu.8) CareFenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan,
dukungan perilaku padaindividu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk
memenuhikebutuhanbaik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas
kehidupanmanusia9) CaringTindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkanindividu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata
atau antisipasi kebutuhanuntuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia10) Culture
careKemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi
digunakanuntuk membimbing, mendukung atau member kesempatan individu, keluarga atau
20. kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang bertahan hidup
dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai 11) Cultural imposition
Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek dan nilai karena
percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain. Paradigma
transcultural nursing (Leininger 1985) , adalah cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-
konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang budaya, terhadap 4 konsep
sentral keperawatan yaitu : Manusia Individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-
nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna menetapkan pilihan dan melakukan pilihan
Konsep sehat sakit Sehat adalah kesuksesan beradaptasi mempertahankan intergritas terhadap
perubahan lingkungan sedangkan sakit adalah suatu keadaan kegagalan dalam beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan Lingkungan Perubahan dinamis yang mempengaruhi individu
yang meliputi lingkungan internal dan eksternal KeperawatanC. Pengkajian Asuhan
Keperawatan Budaya Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara
sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan
keperawatan.
23. 6. Faktor ekonomi (economical factors) Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan
sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor
ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi,
penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga. 7. Faktor pendidikan
( educational factors ) Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan
klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat
belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya sehingga
tidak terulang kembali. Prinsip-prinsip pengkajian budaya: a. Jangan menggunakan asumsi. b.
Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit,orang Jawa halus.
c. Menerima dan memahami metode komunikasi. d. Menghargai perbedaan individual. e.
Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien. f. Menyediakan privacy terkait kebutuhan
pribadi.D. Instrumen Pengkajian Budaya Sejalan berjalnnya waktu,Transkultural in Nursing
mengalami perkembangan oleh beberapa ahli, diantaranya:
24. 1. Sunrise model (Leininger) Yang terdiri dari komponen: a. Faktor teknbologi
(Technological Factors) - Persepsi sehat-sakit - Kebiassaan berobat atau mengatasi masalah
kesehatan - Alasan mencari bantuan/pertolongan medis - Alasan memilih pengobatan
alternative - Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam mengatasi masalah
kesehatan b. Faktor agama atau falsafah hidup (Religious & Philosophical factors) - Agama
yang dianut - Status pernikahan - Cara pandang terhadap penyebab penyakit - Cara
pengobatan / kebiasaan agama yang positif terhadap kesehatan c. Faktor sosial dan
keterikatan kelluarga (Kinship & Social Factors) - Nama lengkap & nama panggilan - Umur
& tempat lahir,jenis kelamin - Status,tipe keluarga,hubungan klien dengan keluarga -
Pengambilan keputusan dalam keluarga d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value
and lifeways) - Posisi / jabatan yang dipegang dalam keluarga dan komunitas - Bahasa yang
digunakan - Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & pola makan
25. - Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan aktifitas sehari-hari e.
Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors) Kebijakan dan
peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan
individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya,meliputi: - Peraturan dan kebijakan jam
berkunjung - Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu - Cara pembayaran f. Faktor
ekonomi (Economical Factors) - Pekerjaan - Tabungan yang dimiliki oleh keluarga - Sumber
biaya pengobatan - Sumber lain ; penggantian dari kantor,asuransi dll. - Patungan antar
anggota keluarga g. Faktor Pendidikan (Educational Factors) - Tingkat pendidikan klien -
Jenis pendidikan - Tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif - Pengetahuan tentang
sehat-sakit2. Keperawatan transkultural model Giger & Davidhizar Dalam model ini
klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu kebudayaan,pengkajian keperawatan
transkultural model ini meliputi:
27. d. Hubungan kekeluargaan e. Kepercayaan agama dan spiritual f. Kode etik dan moral g.
Pendidikan h. Politik i. Status ekonomi dan social j. Kebiasaan dan gaya hidup k.
Faktor/sifat-sifat bawaan l. Kecenderungan individu m. Profesi dan organisasi budaya
Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self assessment) dan pada klien,
Kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi transkulturalnya melalui media: verbal,
non verbal & teknologi, untuk tercapainya lingkungan yang kondusif bagi kesehatan dan
kesejahteraan klien.Aplikasi konsep dan prinsip transkultural sepanjang daur kehidupan
manusia (perawatan danpengasuhan anak). Budaya adalah konteks pengalaman anak tentang
sehat dan sakit, kesejahteraan dankesakitan (Talabere, 1996). Pandangan holistik tentang
anak mengharuskan perawatmengembangkan beberapa pemahaman tentang cara budaya
berkontribusi padaperkembangan hubungan sosial dan emosi dan cara budaya mempengaruhi
praktikpengasuhan anak dan sikap masyarakat terhadap kesehatan. Budaya adalah pola
asumsi, keyakinan, dan praktik yang secara tidak sadar membentuk/ membimbing pandangn
dan keputusan secara kelompok masyarakat (Buchwald dkk, 1994). Ras adalah suatu
pembagian sifat yang dimiliki makhluk hidup yang dapat diwariskan melalui keturunan,
misal; kaukasia (putih), negro (hitam), dan Mongol (kuning). Etnisitas yaitu afiliasi dari
sekelompok individu yang mempunyai keturunan budaya, sosial dan bahasa yang unik.
Sosialisasi yaitu proses ketika anak mendapatkan keyakinan, nilai, dan perilaku masyarakat
tertentu untuk dapat berfungsi dalam kelompok tertentu.
28. Budaya dan sub budaya mempengaruhi keunikan anak dalam cara yang tidak jelasdan
pada usia dini, sehingga anak tumbuh merasa bahwa keyakinan, sikap, nilai dan
praktikmereka ”benar” atau ”normal”, individu dari budaya lain mungkin dianggap
”menyimpang”atau ”salah”. Suatu set nilai yang dipelajari pada masa kanak-kanak cenderung
mencirikankarakteristik dan perilaku anak terhadap hidup, membimbing mereka untuk
berjuangsepanjang hidup dan memantau keinginan impulsif mereka yang berentang
pendek.Karenanya setiap masyarakat terus menerus mensosialisasikan setiap generasi pada
warisanbudayanya. Budaya mengembangkan dan menguatkan perilaku yang dianggap tepat
dandiinginkan; budaya berupaya menekan atau menyingkirkan perilaku yang tidak sesuai
dengannorma budaya. Beberapa budaya mendorong perilaku agresif pada nak-anak mereka;
budayalain lebih memilih kepatuhan dan keramahan. Beberapa budaya mendorong
kecerdikan dankompetisi; budaya lain menekankan kerjasama dan patuh pada minat
kelompok. Budaya dapat juga berbeda dalam status kelompok yang didasarkan pada usia
dalamketerampilan. Bahkan permainan dan tipe mainan anak ditentukan secara budaya.
Dalambeberapa budaya anak bermain dalam kelompok yang terdiri atas jenis kelamin yang
sama, dibudaya lain bermain dalam jenis kelamin campuran. Pada beberapa budaya,
perbaikan timlebih menonjol, dibudaya lain kebanyakan permainan dibatasi pada permainan
individual.D. Studi KasusSeorang klien perempuan berusia 25 tahun sedang hamil 4 bulan.
Ini merupakankehamilannya yang pertama. Klien tersebut berasal dari daerah Sunda
sedangkan suaminyaberasal dari Tapanuli. Mereka saat ini tinggal di Jakarta. Sejak
mengetahui istrinya hamil,suami klien berusaha untuk memanjakan istrinya dan melarangnya
bekerja dan memintaorang tua (ibu) klien untuk menemani klien di rumah. Orang tua klien
masih sangat ketatmengikuti adat istiadat mereka demikian pula halnya dengan orang tua
suami klien. Klienmerasa tertekan dengan kondisi kehamilannya dan perlakuan yang
diterimanya dari suami,orang tua, dan mertuanya.Pertanyaan:Analisa kasus tersebut
berdasarkan konsep budaya dan transkultural yang telah saudarapelajari. Bagaimana peran
perawat bila dihadapkan pada situasi di atas? Apa yang sebaiknyadilakukan perawat untuk
membantu klien dan keluarganya?
29. Budaya Tapanuli Budaya Sunda Tidak boleh keluar rumah Tidak boleh keluar rumah
sembarangan, sembarangan, terutama sore hari terutama sore hari Ibu hamil harus makan
makanan adat Hanya memakan sayuran (dianggap Batak berupa ikan batak, jenis ikan baik),
sedangkan ikan, daging, dan buah- Mahseer buahan dianggap tidak baik untuk bayi Harus
menggunakan ulos Tondi (kain Tidak boleh melilitkan anduk/ kain di khusus), agar ibu dan
bayinya sehat leher ibu hamil, agar bayi tidak terlilit pada waktu melahirkan kelak tali pusat
Tidak boleh minum air terlalu banyak karena bila melahirkan nantinya akan terlalu banyak
air atau anak kembar Pantang makan gula merah/ tebu serta nanas karena dapat membuat
perut ibu hamil sakit Dianjurkan minum air kelapa muda Dianjurkan untuk minum minyak
kelapa seiring dengan semakin besarnya usia kehamilan, terutama usia 9 bulan Dilarang
menucapkan beberapa kata- kata pantanganPeran Perawat pada kasus tersebut:1. Mengkaji
tingkat stress klien2. Mengkaji kebudayaan dari kedua keluarga ( Tapanuli dan Sunda ) dari
pasien dan keluarga serta mencarinya di literatur3. Menkaji faktor-faktor budaya yang
bertentangan dengan prinsip kesehatan dan tingkat stress klien4. Membina hubungan saling
percaya dengan klien dan keluarga
30. 5. Perawat bersama dengan keluarga klien mendiskusikan hal-hal yang diinginkan atau
dicapai oleh klien beserta keluarga (suami, ibu klien dan mertua)6. Menjelaskan pada
keluarga mengenai budaya yang bertentangan dengan kesehatan7. Melibatkan keluarga untuk
bekerja sama (problem solving) yang berhubungan dengan faktor budaya
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
a) Pengertian Transkultural adalah sub bidang keperawatan yang difokuskan pada studi
komperatif dan analisis dari berbagai kultur dan subkultural dengan mempertimbangkan
perilaku kasih sayang mereka;asuhan keperawatan,dan nilai- nilai sehat sakit,keyakinan dan
pola-pola perilaku(Leininger 1978) b) Tujuan Mengembangkan sains dan keilmuan yang
humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kebudayaan (kultur-culture) yang
spesifik dan universal(Leininger 1978) Kebudayaan yang spesifik adalah kebudayaan dengan
nilai dan norma yang spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain,sedangkan kebudayaan
yang universal adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang diyakini dan dilakukan oleh
hampir semua kebudayaan seperti budaya olahraga untuk memperbaiki kesehatan.Sangat
penting untuk perawat yang bekerja dengan individu,kelompok,keluarga atau komunitas
dengan keyakinan nilai dan praktik budaya yang unik.Keperawatan transkultural mencakup
pengintegritasian pandangan,pengetahuan,dan pengalaman budaya dalam semua area proses
keperawatan ;walau demikian model ini tidak memberikan panduan untuk mengkaji
klien,individu,kelompok atau komunitas juga tidak memadu diagnosis,perencanaan,dan
intervensi keperawatan.Model itu menjadi pedoman untuk membangkitkan teori-teori bagi
praktik keperawatan dalam budaya khusus. Negosiasi budaya atau intervensi dan
implementasi keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang
lebih menguntungkan kesehatannya.Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan status kesehatan,misalnya jika
32. klien sedang hamil mempunyai pantangan untuk makan makanan yang berbau amis
seperti ikan,maka klien tersebut dapat mengganti ikan dengan sumber protein nabati yang
lain. Restrukturisasi budaya perlu dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatan klien.Perawat berupaya melakukan strukturisasi gaya hidup klien yang biasanya
merokok menjadi tidak merokok.Seluruh perencanaan dan implementasi keperawatan
dirancang sesuai latar belakang budaya sehingga budaya dipandang sebagai rencana hidup
yang lebih baik setiap saat. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut. Pendekatan transkultural
merupakan suatu perspektif yang unik karena bersifat kompleks dan sistematis secara ilmiah
yang secara konstektal melibatkan banyak hal,seperti bahasa yang digunakan,tradisi,nilai
historis yang teraktualisasikan,serta ekonomi.Konsekuensinya,perawat sebagai tenaga
kesehatan perlu memahami perbedaan substansi di antara individu,keluarga,komunitas
termasuk organisasi pelayanan kesehatan.Misalnya keluarga yang tinggal di daerah
pantai,pegunungan atau pengungsian mereka memiliki konteks yang berbeda termasuk
system nilai yang diaktualisasikan.Perawat idealnya memiliki kompetensi budaya sehingga
asuhan keperawatan yang diberikan dapat efektif dan bersifat humanisI. KEPERAWATAN
TRANSKULTURAL DAN GLOBALISASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abab ke 21 termasuk
tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkwalitas akan semakin besar. Dengan adanya
globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi) dimungkinkan,
menyebabkan adanya oergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.Keperawatan sebagai
profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat dilambangkan serta
dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan.Perkembangan teori keperawatanx terbagi
menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory, middle range theory dan
practice theory. Salah satu teori yang diungkapkan pada middle range theory adalah
Transkultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan
37. 5. Political and Legal factors ( faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku ) Kebijakan
dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan
indivudu dalam asuhan keperawatan lintas budaya. Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah :
peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga
yang boleh menunggu, dan cara pembayaran untuk klien yang dirawat.6. Economical factors
( faktor ekonomi ) Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber – sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang
harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan
yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari
kantor atau patungan antar anggota keluarga.7. Educational factors ( faktor pendidikan ) Hal
yang perlu dikaji pada tahap ini adalah tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga
tidak terulang kembali. Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka
keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti – bukti ilmiah yang rasional dan individu
tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehtannya.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan pengkajian budaya adalah : a.
Tidak menggunakan asumsi b. Jangan membuat streotip karena bias terjadi konflik, misalnya
orang batak galak, orang padang pelit
39. c. Orang tua Ya Tidak d. Anak Anda sendiri Ya Tidak11. Apakah kebanyakan dari
bibi,paman,sepupu Anda tinggal dekat rumah Anda? 1. Ya 2. Tidak12. Kira-kira seberapa
sering Anda mengunjungi anggota keluarga Anda yang tinggal di luar rumah Anda? 1. Setiap
hari . . . . 2. Setiap minggu . . . . 3. Setiap bulan . . . . . . 4. Hanya liburan khusus . . . . 5. Tidak
pernah . . . . .13. Apakah nama asli keluarga Anda diganti? 1. Ya 2. Tidak14. Apakah
kepercayaan Anda? 1. Katolik 4.Lain-lain 2. Islam 5.Tidak ada 3. Protestan . . . . Deromilasi .
. . .15. Apakah pasangan Anda mempunyai kepercayaan yang sama dengan Anda? 1. Ya . . . .
2. Tidak . . . .16. Apakah pasangan Anda mempunyai latar belakang etnik sama dengan
Anda? 1. Ya . . . . 2. Tidak . . . .17. Anda sekolah di mana? 1. Pemerintah . . . . 2.
Swasta . . . . . 3. Seminar/pesantren . . . .18. Sebagai seorang dewasa apakah Anda tinggal di
daerah di mana tetangga mempunyai kepercayaan dan latar belakang yang sama dengan
Anda? 1. Ya . . . . 2. Tidak . . . .19. Apakah Anda memiliki institusi keagamaan ? 1. Ya . . . .
2.Tidak . . . .20. Dapatkah Anda menggambarkan diri Anda sendiri sebagai anggota yang
aktif? 1. Ya . . . . 2.Tidak . . . .21. Seberapa sering Anda menghadiri institusi keagamaan
Anda?
42. Data demografik meliputi : Ukuran populasi total dalam kota/desa Dibagi-bagi
berdasarkan wilayah konsentrasi residensi kelompok target Dibagi-bagi berdasarkan usia
Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Keyakinan tentang kesehatan tradisional dan
penyakit yang ditemukan dalam kelompok target. Praktek kesehatan tradisional dan
terhadap penyakit dalam kelompok target. Penggunaan dan sumber pengobatan di rumah.
Identitas penyembuh tradisional (dukun).Faktor Kultural Dan Proses Keperawatan Ketika
perawat memberikan asuhan kepada klien dari latar belakang yang berbeda- beda harus was
Pada dan sensitif terhadap keunikan warisan budaya dan tradisi kesehatan mereka sendiri dan
kemudian terhadap latar belakang sosio-kultural klien. Mereka harus mengkaji dan
mendengarkan dengan cermat terhadap praktek dan keyakinan tentang kesehatan dan
penyakit. Proses keperawatan memberdayakan perawat untuk memberikan asuhan yang
bersifat individual dan dapat diterima untuk memberikan asuhan yang sensitif secara kultural.
V. PERAWATAN PADA LANJUT USIA A. Perawatan Lansia. Masa dewasa tua (lansia )
dimulai setelh pensiun, biasanya antara 65 -75 tahun. Petugas kesehatan lebih banyak
meluangkan waktunya dengan lansia dalam perawatan kesehatan karena itu merka harus
fokus untuk mengidentifikasi dalam memenuhi kebutuhan khususnya. Asuhan keperawatan
pada lansia adalah proses kompleks dan menantang yang harus memperhitungkan hal –hal
berikut untuk menjamin pendekatan sesuai usia ( Lueckenotte 1994).
43. 1. Pengkajian. Keperwatan Gerontologis memberikan pendekatan kreatif
unutukmemaksimalkan potensi klien lansia. Dengan pengkajian informasi
komperehensiptentang kekuatan , sumber, dan keterbatasan klien lansia, perawat
menidentifikasikebutuhan masalah klien serta memilih intervensi yang dapat
memprtahankankemampuan fisik klien dan menciptakan lingkungan untuk keshatan
psikososial danspritual. Pengkajian secara menyeluruh mengharuskan perawat untuk terikat
secaraaktif dengan klien dan menadiakan waktu bagi klien untuk memberikan
informasipenting tentang kesehatannya. Perawat mengkaji perubahan pada
perkembanganfisiologis, kognitif, dan prilaku psikososial. Perawat harus tau tentang
perubahan iniuntuk memberi asuhan yang tepat bagi lansia dan membatu mereka
beradaptasiterhadap perubahan. Perawat juga harus mempertimbangkan kemungkinan
perubahansensori yang dapat mempengaruhi problem data. Perawat juga
harusmempertimbangkan masalah visual akibat katarak, atau kerusakan akibat
pendengarankarena tuli saraf saat memilih tehnik komunikasi, jika klien tidak memahami
isyaratvisual atau pendengaran, pengkajian mungkin tidak akurat. Misalny a jika
klienmengalami kesulitan medengar pertanyaan perawat, respon yang tidak tepat
dapatmenyebabkan perawat bahwa mereka memang bingung. Beberapa klien lansia
mungkinmengalami perubahan ini dan lansia lainnya hanya mengalami beberapa
perubahan,Perubahaan kontinu dengan usia, tetapi efek pada klien tergantung pada
kesehatan,gaya hidup stresor, dan kondisi lingkungan.2. Diagnosa Keperawatan. Data secara
sistemik dikumpulkan selama pengkajian. Pengkajian adalah halyang esensial dalam
keperawatan gerontologis, karena status klien sering beubahBeberapa diagnosa keperawatan
mempunyai beberapa faktor yang berhubunganIndentifikasi faktor yang berhubungan atau
penyebab yang mungkin untuk setiapdiagnosa memberikan arahan dalam mengembangkan
intervensi keperawatan,.Misalnya intervensi pada konstipasi berbeda jika kemungkinan
penyebabnya adalahlebih pada pengobatan dari pada imobilisasi. Analisa data memerlukan
pertimbanganterhadap kekuatan dan keterbatasan individu dan juga presepsi klien lansia
tentangstatus kesehatannya. Validasi data dari keluarga, kolega,perwat, profesi kesehatan
laindan catatan rekam medis mungkin diperlukan. Pengkajian data yang terdiri dari
45. 5. Evaluasi Evaluasi mengukur tngkat dimana rencana intervensi efektif dalam memenuhi
hasil yang diharapkan. Perawat menentukan apakah tujuian telah terpenuhi dan perubahan
apa yang telah terjadi pada status klien sebagai hasil intervensi. Tujuan dapat direvisi atau
dihilangkan atau membuat tujuan baru. Implementasi mungkin terpengaruh sesuai perubahan
tujuan. Klien dan keluarga termasuk dalam pengembangan rencana keperawatan, masukan
dari mereka dalam mengevaluasi hhasil perawatan harus didapat. Frekuensi evaluasi pada
lansia sangat individual. Perubahan seringkali lambat dann tidak terlihat, sehingga evaluasi
mungkin jarang atau sering dilakukan. Tipe masalah , pembentukan tujuan dan penggunaan
intervensi menentukan frekuensi evaluasi. Misalnya, jika tujuannya adalah klien bebas dari
komplikasi kulit karena imbobilitas, evaluasi harus sering dilakukan dan teratur .Jjika
intervensinya penurunan berat badan, evaluasi klien harus dilakukan setiap minggu. Perawat
memainkan peran besar dalam mendorong lansia untuk berpartisipasi dalam mengevaluasi
rencana intrevensi dan kemajuan.VI. PERAWATAN MENJELANG DAN SAAT
KEMATIAN Perawat sebagai pelayan kesehatan memiliki peran yang sangat penting bagi
keluaraga dan pasien yang akan menjelang ajal.Seorang perawat harus dapat berbagi
penderitaan dan mengintervensi pada saat klien menjelang ajal untuk meningkatkan kualitas
hidup. Menjelang ajal atau kondisi terminal adalah suatu proses yang progresi menuju
kematian berjalan melalui tahapan proses penurunan fisik,psikososial,dan spiritual bagi
individu. Secara umum pengaplikasian caring pada klien menjelang ajal berupa:A.
Peningkatan kenyamanan Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan
perbedaan distres (oncology society and the American Nurses Association,1974) Hal hal
yang harus diperhatikan dalam peningkatan kenyamanan