Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN
A. PENDEKATAN TEORITIS TERHADAP BIOETIK
1. Pengertian

Bieotik adalah etika yang menyangut kehidupan dalam lingkungan


tertentu atau etika yang berkaitan dengan pendekatan terhadap asuhan
kesehatan. Dalam pelaksanaanya, etika keperawatan mengacu pada
bieotik yang terdiri tiga pendekatan yaitu: pendekatan teleologik,
pendekatan deontologik,dan pendekatan intiutionsim.

 Pendekatan teleologik
Pendekatan teleologik adalah suatu doktrin yang menjelaskan
fenomena dan akibatnya, di mana seseorang yang melakukan
pendekatan terhadap etika dihadapkan pada konsekuensi dan
keputusan-keputusan etis. Secara singkat, pendekatan tersebut
mengemukakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan the end
justifies the means (pada akhirnya, membenarkan secara hokum
tindakan atau keputusan yang diambil untuk kepentingan medias).
Penggunaan istilah teleologi dan intiutionsim kadang-kadang
dipertukarkan walaupun keduanya dianggap sebagai bagaian dari
teleology dan mempunyai pemikiran yang sama tentang the end
justifies the means and the greatest good for the greatest number
(keputusan moral yang dibuat berdasarkan konsekuensi tindakan dan
bukan kebenaran tindakan). Pada umumnya pelaksanaan riset medis
mendukung dilakukannya pendekatan ini dalam menghadapi
masalah-masalah medis.
Contoh:
a) Dalam situasi dan kondisi dimana seseorang pasien harus
segera dioperasi, sedangkan tidak ada ahli bedah yang
berpengalaman dalam bidang tersebut, dokter ahli bedah yang
belum berpengalaman sekalipun tetap dibenarkan untuk
melakukan tindakan pembedahan sesuai dengan pengetahuan
yang dimilikinya. Hal ini dilakukan demi keselamatan pasien.
b) Seorang perawat yang harus menghadapi kasus kebidanan
karena tidak ada bidan dan jarak untuk rujukan terlalu jauh,
dapat memberikan pertolongan sesuai dengan pengetahuan
dan pengalaman yang dimilikinya demi keselamatan pasien.

 Pendekatan Deontologik

Pendekatan Deontologik adalah suatu teori atau studi tentang


kewajiban moral. Simplifikasi dari pendekatan deontologik adalah
moralitas dari suatu keputusan etis yang sepenuhnya terpisah dari
konsekuensinya.

Contoh:

Seseorang perawat yang berkeyakinan bahwa menyampaikan


suatu kebenaran merepukan hal yang sangat penting dan tetap
harus disampaikan, tanpa peduli apakah hal tersebut
mengakibatkan orang lain tersinggung atau bahkan shyok.

Perbedaan dari kedua pendekatan diatas dapat dilihat pada


penerapannya dalam kasus-kasus etis, misalnya pada kasus aborsi
seperti dibawah ini.

a. Seseorang yang menggunakan Pendekatan teleologik, terhadap isu


etis aborsi, mungkin mempertimbangkan bahwa tujuan
menyelamatkan kehidupan ibu merupakan hal yang dibenarkan
untuk dilakukannya aborsi.
b. Seseorang yang menggunakan pendekatan deontologik, terhadap
aborsi, mungkin akan mempertimbangkan bahwa secara morol
terminasi kehidupan merupakan hal yang buruk untuk
dilakukan. Oleh karena itu, orang tersebut tidak akan
mempertimbangkan konsekuensinya bagi si ibu. Pendekatan
tersebut dapat dilakukan tanpa menentukan keputusan.

 Pendekatan Intiutionism

Pendekatan ini menyatakan pandangan atau sifat manusia dalam


mengetahui hal yang benar dan salah. Hal tersebut terlepas dari
pemikiran rasional atau irasionalnya suatu keadaan.

Contoh:

Seorang perawat sudah tentu mengetahui bahwa menyakiti


pasien merupakan tindakan yang tidak benar. Hal tersebut
tidak perlu diajarkan lagi kepada perawat karena sudah
mengacu pada etika dari seorang perawat yang diyakini dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk
dilakukan.

2. Isu Bioetik Dalam Keperawatan


Isu bioetik melibatkan perawat dalam pelaksanaan praktik keperawatan
dan berhubungan dengan profesi lain. Hal ini muncul hampir di semua
bidang praktik keperawatan.
B. HAK DALAM ETIKA PROFESI
1. Pengertian Hak

Hak adalah tuntunan terhadap sesuatu yang seseorang berhak, seperti


kekuasaan atau hak istemewa(Fagin, 1975). Hak mungkin merupakan
tuntunan sebagai mana mestinya dengan dasar keadilan,moralitas,atau
legalitas.

Hak dapat dipandang dari sudut pandang pribadi dan sudut pandang
hukum. Hak yang dipandang dari sudut hukum adalah hak-hak memberi
kekuasaan tentang untuk mengontrol situasi. Contoh: Seseorang
mempunyai hak untuk masuk ke restoran dan membeli makan(dari sudut
hukum,hak mempunyai kewajiban tertentu yang menyertai,individu
dengan hak makan di restoran diwajibkan untuk bertingkah lagu yang
sesuai dan membayar makanannya). Hak dipandang dari sudut pandang
pribadi mengacu pada konsep pribadi dari hak mempunyai banyak hal
yang harus dikerjakan sesuai dengan perkembangan etis. Dengan cara
seseorang mengatur kehidupannya, dengan keputusan yang dibuatnya,
dan dengan konsep benar dan salah, serta baik dan buruk (Fromer, 1981).

Faktor yang dapat memengaruhi perkembangan konsep pribadi tentang


hak, antara lain hubungan sosial, orang tua, kebudayaan dan informasi.
Hak asasi manusia mengacu pada hak-hak istimewa dari semua manusia,
misalnya mengekspresikan perasaan, hak istemewa, perasaan iba, simpati,
intelegensi, dan pemikiran (Fagin, 1975). Beberapa hak manusiawi
(human rights) adalah hak untuk mengekspresikan dirinya secara bebas
untuk tumbuh dan untuk menerima upah/pembayaran atas pekerjaannya

2. Peranan Hak
Beberapa peranan hak adalah sebagai berikut.
 Hak dapat digunakan untuk mengekspresikan kekuasaan dalam
konflik antara seseorang dengan kelompok. Contoh: Dokter mungkin
dokter berkata pada perawat, “Saya punya hak untuk
menginstruksikan pengobatan yang saya inginkan untuk klien saya.”
Dalam hal ini, dokter mengekspresikan kekuasaannya untuk
menginstruksikan pengobatan.
 Hak dapat digunakan untuk menjustifikasi tindakan. Contoh :
perawat yang dikritik karena terlalu banyak menghabiskan waktu
dengan klien mungkin berkata,”Saya mempunyai hak untuk
memberikan keperawatan terbaik yang saya bisa.” Apakah
sebenarnya perawat mempunyai hak tersebut dalam situasi yang
bergantung pada sejumlah variabel dengan cara menuntut
hak,Bagaimanapun perawat memberi alasan tentang waktu yang
digunakan dengan klien tertentu.
 Hak dapat digunakan untuk menyelasaikan perselisihan. Seseorang
sering kali dapat menyelasaikan suatu perselisihan dengan menuntut
hak yang juga dapat diakui oleh orang lain .Contoh: Perawat
menyarankan pada klien bahwa seharusnya ia tidak berjalan ke lantai
bawah, tetapi klien marah, tidak setuju dengan perawat dan
berkata,”Saya punya hak untuk pergi ke lantai bawah bila saya mau.”
Dalam hal ini, perawat seharusnya menerima tindakan klien apabila
mereka tidak sampai pada beberapa kesepakatan karena membatasi
klien berarti mengingkari kebebasan klien.

3. Jenis Hak

Ada tiga jenis hak, yaitu hak untuk memilih/kebebasan, hak


kesejahteraan, dan hak legislatif

 Hak memilih/ kebebasan


Hak kebebasan adalah hak mengenai kebebasan dan dipilih. Mereka
mengekpresikan hak orang-orang untuk hidup sebagaimana yang
mereka pilih dalam batas-batas yang ditentukan (Fromer, 1981).
Contoh: Seseorang perawat wanita yang bekerja di rumah sakit dapat
mengenakan seragam apapun yang ia inginkan (haknya), asalkan
putih,bersih, dan yang sesuai menutup tubuhnya (batas-batasanya).
Batas-batas tersebut dalam hal ini mungkin merupakan
kebijaksanaan rumah sakit dalam suatu norma yang ditetapkan oleh
perawat.

 Hak kesejahteraan

Hak kesejahteraan adalah hak yang diberikan secara hukum kepada


hal-hal, seperti standar keselamatan spesifik dalam suatu bangunan
atau sejumlah tahun pendidikan ( Fromer, 1981). Contoh:Hak klien
terhadap asuhan kesehatan atau hak penduduk terhadap air yang
aman.

 Hak legislatif
Hak legislatif ditetapkan oleh hukum, didasrkan pada konsep
keadilan. Contoh: Seorang wanita mempunyai hak legal untuk tidak
diperkosa oleh suaminya. Hak legeslatif mempunyai empat peranan
di masyarakat, yaitu membuat peraturan, mengubah
peraturan,pembatas moral terhadap peraturan yang tidak adil, dan
keputusan keadilan pengadilan atau menyelasaikan perselisihan
(Badman and Bandman, 1986).

Menurut Badman and Bandman (1986), ada lima persyaratan yang


membantu menentukan hak, yaitu:

1. Kebebasan untuk menggunakan hak yang dipilih seseorang.


Individu tidak disalahkan atau dihukum karena menggunakan
atau tidak menggunakan hak tersebut. Contoh: Klien mempunyai
hak atas pengobatan yang ditetapkan dokter, tetapi ia mempunyai
hak untuk menolok atau menerima pengobatan tersebut.
2. Individu mempunyai tugas untuk memberi kemudahan kepada
orang lain dalam menggunakan haknya. Contoh: Klien mempunyai
hak atas pengobatannya dan perawat mempunyai tugas untuk
menyakinkan klien bahwa hak-haknya terlindungi.
3. Hak harus sesuai dengan prinsip keadilan, yaitu persamaan, tidak
memihak, kejujuran. Contoh: Semua klien mempunyai hak yang
sama dalam pengobatan.
4. Hak dapat dilaksanakan. Contoh: Di beberapa rumah sakit, komite
etika mempunyai mandat untuk meyakinkan bahwa hak-hak
manusiawi dilaksanakan untuk semua klien.
5. Apabila hak seseorang bersifat membahayakan maka hak tesebut
dikesampingkan atau ditolak, orang tersebut diberi kompensansi.
Contoh: Apabila nama pasien tertunda dari acara pembedahan
dengan tidak disengaja, klien dikompensasikan dengan
menempatkannya pada bagian atas daftar pembedahan apabila
kesalahan tersebut ditemukan.

4. Hak Klien/Pasien

Tujuan mengetahui hak pasien adalah untuk meningkatkan mutu asuhan


keperawatan

Dewasa ini, klien juga dapat meminta untuk lebih dapat menentukan
sendiri dan mengontrol tubuh mereka sendiri bila sakit. Persetujuan,
kehasiaan, dan hak klien untuk menolak pengobatan merupakan aspek
dari penentuan diri sendiri.

Kebutuhan atas hak klien adalah hasil perluasan dari dua keadaan yaitu
kerentanan (vulnerability) klien dari penyakit dan kompleksitas hubungan
dalam tatanan asuhan kesehatan. Ketika sakit, seseorang sering tidak
mampu untuk menyatakan hak-haknya sebagaimana bila ia sakit.
Menyatakan hak memerlukan energi dan kesadaran tentang hak
seseorang dalam situasi tersebut. Oleh karenanya seseorang yang lemah
atau terikat dengan penyakitnya, mungkin tidak mampu menyatakan hak-
haknya.

Selain itu, individu tersebut tidak selalu menyadari hak mereka karena
lingkungan asuhan keperawatan tidak mereka kenal sehingga kebutuhan
untuk merahasiakan informasi tentang kesehatan klien mungkin tidak
ada, dan bahkan mungkin tidak pernah terpikirkan. Kompleksitasi dan
macam hubungan asuhan kesehatan juga meningkatkan kebutuhan atas
hak klien. Pada masa spesialisasi ini, klien sering dibantu oleh bermacam
profesi kesehatan. Oleh karena itu, kebutuhan klien atau prioritasnya
dapat hilang dalam komunikasi di antara profesi kesehatan tersebut

Pola baru dari hubungan asuhan kesehatan muncul sebagai akibat dari
beberapa kekuatan di masyarakat, mencakup konsumen yang lebih
berpengatahuaan dan pengakuan dari peranan gaya kehidupan di dalam
penyakit. Dewasa ini, tujuan kesehatan meliputi pengembalian otonomi
dan kemandirian klien serta penerimaan kesehatan yang baik sebagai
tanggung jawab pemberi asuhan, klien, serta masyarakat. Tujuan ini tidak
dicapai, kecuali klien menerima tanggung jawab secara aktif untuk
kesehatan mereka dan asuhan kesehatan, serta kecuali klien dan
pemberian asuhan saling menghargai.Penggerakan hak-hak klien
meningkatkan hubungan asuhan kesehatan yang baru ini, dan perawat
dewasa ini dicegah untuk mengurangi hak-hak klien dengan
mengidentifikasi dan melindungi hak klien serta membantu klien
menyatakan haknya (Healey,1983).

5. Pernyataan Hak-Hak Pasien


Pernyataan hak-hak pasien (patient’s Bill of Rights) dikeluarkan oleh The
American Hospital Assocation pada 1973 dengan tujuan untuk
meningkatkan kesadaran tentang pentingnya peemahaman hak-hak
pasien yang akan dirawat di rumah sakit.

Pernyataan tentang hak-hak tersebut adalah:


 Pasien mempunyai hak untuk mempertimbangkan dan menghargai
asuhan kesehatan atau keperawatan yang akan diterimanya.
 Pasien berhak memperoleh informasi lengkap dari dokter yang
memeriksanya berkaitan dengan diagnosis, pengobatan, dan
prognosis dalam arti pasien layak untuk mengerti masalah yang
dihadapinya.
 Pasien berhak untuk menerima informasi penting dan memberikan
suatu persetujuan tentang dimulainya suatu prosedur pengobatan,
serta resiko penting yang kemungkinan akan dialaminya, kecuali
dalam situasi darurat.
 Pasien berhak untuk menolak pengobatan sejauh diizinkan oleh
hokum dan diinformasikan tentang konsekuensi tindakan yang akan
diterimanya.
 Pasien berhak mengetahui setiap pertimbangan dari privasinya yang
menyangkut progam asuhan medis, konsultasi, dan pengobatan yang
di lakukan dengan cermat dan dirahasiakan.
 Pasien berhak atas kerahasiaan semua bentuk komunikasi dan
catatan tentang asuhan kesehatan yang diberikan kepadanya.
 Pasien berhak untuk mengerti bila diperlukan rujukan ketempat lain
yang lebih lengkap dan memperoleh informasi yang lengkap tentang
alasan rujukan tersebut dan rumah sakit yang ditunjuk dapat
menerimanya
 Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang hubungan
rumah sakit dengan instansin lain, seperti instansi pendidikan atau
instansi terkait lainnya sehubungan dengan asuhan yang
diterimanya. Contoh: hubungan individu yang merawatnya, nama
yang merawat dan sebagainya.
 Pasien Berhak untuk memperoleh pendapat atau menolak bila bila
diikutsertakan sebagai suatu eksperimen yang berhubungan dengan
asuhan atau pengobatannya.
 Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang pemberian
delegasi dari dokternya kepada dokter lain, bila dibutuhkan dalam
rangka asuhannya.
 Pasien berhak untuk mengetahui dan menerima penjelasaan tentang
biaya yang di perlukan untuk asuhan kesehatannya.
 Pasien berhak untuk mengetahui peraturan-peraturan atau
ketentuan rumah sakit yang harus dipatuhinya sebgai pasien selama
ia dirawat.
6. Kewajiban Pasien

Kewajiban adalah seperangkat tanggung jawab seseorang untuk


melakukan sesuatu yang memang harus dilakukan, agar dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan haknya. Agar pelaksanaan asuhan
kesehatan dan keperawatan dapat dilakukan semaksimal mungkin,
diperlukan suatu kewajiban sebagai berikut:

 Pasien atau keluarganya wajib menaati segala peraturan dan tata


tertib yang ada di institusi kesehatan dan keperawatan yang
memberikan pelayanan kepadanya.
 Pasien diwajibkan untuk mematuhi segala kebijakan yang ada, baik
dari dokter ataupun perawat yang memberikan asuhan.
 Pasien atau keluarganya berkewajiban untuk memberikan informasi
yang lengkap dan jujur tentang penyakit yang dideritanya kepeda
dokter atau perawat yang merawatnya.
 Pasien atau keluarga yang bertanggung jawab terhadapnya,
berkewajiban untuk menyelesaikan biaya pengobatan, perawatan dan
pemeriksaan yang diperlukan selama perawatannya.
 Pasien atau keluarganya berkewajiban untuk memenuhi segala
sesuatu yang diperlukan sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan
yang telah disetujui sebelumnya.

7. Hak dan Kewajiban Menurut UU RI, No. 23 tahun 1992

Berikut ini adalah isi Undang-Undang RI, No. 23 tahun 1992 tentang hak
dan kewajiban tenaga medis,perawat, dan pasien.

BAB 1
Pasal 1,ayat (1)
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB III Hak dan Kewajiban


Pasal 4
Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derejat
kesehatan yang optimal
Pasal 5
Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, dan
lingkungannya.

BAB V Upaya kesehatan


Bagian kedua: Kesehatan Keluarga
Pasal 12
Ayat (1):
Kesehatan keluarga diselengarakan untuk mewujudkan keluarga sheet,
kecil, bahagia dan sejahtera.
Ayat(2)
Kesehatan keluarga melputi kesehatan suami-istri, anak,dan angota
keluarga lainnya.
Pasal 14
Kesehatan istri meliputi kesehatan pada masa perkehamilan, persalinan,
pascapersalinan, dan masa diluar kehamilan dan persalinan.
Pasal 15
Ayat 1:
Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu
hamil dan atau janinnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
Ayat 2:
Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) hanya
dapat dilakukan:
a) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskanya diambilnya
tindakan tersebut.
b) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dilakukan sesuai dengan tanggung jawab
profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli.
c) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau
keluarganya.
d) Pada sarana kesahatan tertentu.

BAB VI Sumber Daya Kesehatan


Bagian kedua: Tenaga Kesehatan
Pasal 53
Ayat 1:
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hokum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
Ayat 2:
Tenaga kesehatan, dalam melakukan tugasnya, berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.
Pasal 54
Ayat 1:
Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian
dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.
Ayat 2 :
Penentuan ada tidaknya kesalahan atau keluarga, ditentukan oleh Majelis
Disiplin Tenaga Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai