PEMBAHASAN
A. PENDEKATAN TEORITIS TERHADAP BIOETIK
1. Pengertian
Pendekatan teleologik
Pendekatan teleologik adalah suatu doktrin yang menjelaskan
fenomena dan akibatnya, di mana seseorang yang melakukan
pendekatan terhadap etika dihadapkan pada konsekuensi dan
keputusan-keputusan etis. Secara singkat, pendekatan tersebut
mengemukakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan the end
justifies the means (pada akhirnya, membenarkan secara hokum
tindakan atau keputusan yang diambil untuk kepentingan medias).
Penggunaan istilah teleologi dan intiutionsim kadang-kadang
dipertukarkan walaupun keduanya dianggap sebagai bagaian dari
teleology dan mempunyai pemikiran yang sama tentang the end
justifies the means and the greatest good for the greatest number
(keputusan moral yang dibuat berdasarkan konsekuensi tindakan dan
bukan kebenaran tindakan). Pada umumnya pelaksanaan riset medis
mendukung dilakukannya pendekatan ini dalam menghadapi
masalah-masalah medis.
Contoh:
a) Dalam situasi dan kondisi dimana seseorang pasien harus
segera dioperasi, sedangkan tidak ada ahli bedah yang
berpengalaman dalam bidang tersebut, dokter ahli bedah yang
belum berpengalaman sekalipun tetap dibenarkan untuk
melakukan tindakan pembedahan sesuai dengan pengetahuan
yang dimilikinya. Hal ini dilakukan demi keselamatan pasien.
b) Seorang perawat yang harus menghadapi kasus kebidanan
karena tidak ada bidan dan jarak untuk rujukan terlalu jauh,
dapat memberikan pertolongan sesuai dengan pengetahuan
dan pengalaman yang dimilikinya demi keselamatan pasien.
Pendekatan Deontologik
Contoh:
Pendekatan Intiutionism
Contoh:
Hak dapat dipandang dari sudut pandang pribadi dan sudut pandang
hukum. Hak yang dipandang dari sudut hukum adalah hak-hak memberi
kekuasaan tentang untuk mengontrol situasi. Contoh: Seseorang
mempunyai hak untuk masuk ke restoran dan membeli makan(dari sudut
hukum,hak mempunyai kewajiban tertentu yang menyertai,individu
dengan hak makan di restoran diwajibkan untuk bertingkah lagu yang
sesuai dan membayar makanannya). Hak dipandang dari sudut pandang
pribadi mengacu pada konsep pribadi dari hak mempunyai banyak hal
yang harus dikerjakan sesuai dengan perkembangan etis. Dengan cara
seseorang mengatur kehidupannya, dengan keputusan yang dibuatnya,
dan dengan konsep benar dan salah, serta baik dan buruk (Fromer, 1981).
2. Peranan Hak
Beberapa peranan hak adalah sebagai berikut.
Hak dapat digunakan untuk mengekspresikan kekuasaan dalam
konflik antara seseorang dengan kelompok. Contoh: Dokter mungkin
dokter berkata pada perawat, “Saya punya hak untuk
menginstruksikan pengobatan yang saya inginkan untuk klien saya.”
Dalam hal ini, dokter mengekspresikan kekuasaannya untuk
menginstruksikan pengobatan.
Hak dapat digunakan untuk menjustifikasi tindakan. Contoh :
perawat yang dikritik karena terlalu banyak menghabiskan waktu
dengan klien mungkin berkata,”Saya mempunyai hak untuk
memberikan keperawatan terbaik yang saya bisa.” Apakah
sebenarnya perawat mempunyai hak tersebut dalam situasi yang
bergantung pada sejumlah variabel dengan cara menuntut
hak,Bagaimanapun perawat memberi alasan tentang waktu yang
digunakan dengan klien tertentu.
Hak dapat digunakan untuk menyelasaikan perselisihan. Seseorang
sering kali dapat menyelasaikan suatu perselisihan dengan menuntut
hak yang juga dapat diakui oleh orang lain .Contoh: Perawat
menyarankan pada klien bahwa seharusnya ia tidak berjalan ke lantai
bawah, tetapi klien marah, tidak setuju dengan perawat dan
berkata,”Saya punya hak untuk pergi ke lantai bawah bila saya mau.”
Dalam hal ini, perawat seharusnya menerima tindakan klien apabila
mereka tidak sampai pada beberapa kesepakatan karena membatasi
klien berarti mengingkari kebebasan klien.
3. Jenis Hak
Hak kesejahteraan
Hak legislatif
Hak legislatif ditetapkan oleh hukum, didasrkan pada konsep
keadilan. Contoh: Seorang wanita mempunyai hak legal untuk tidak
diperkosa oleh suaminya. Hak legeslatif mempunyai empat peranan
di masyarakat, yaitu membuat peraturan, mengubah
peraturan,pembatas moral terhadap peraturan yang tidak adil, dan
keputusan keadilan pengadilan atau menyelasaikan perselisihan
(Badman and Bandman, 1986).
4. Hak Klien/Pasien
Dewasa ini, klien juga dapat meminta untuk lebih dapat menentukan
sendiri dan mengontrol tubuh mereka sendiri bila sakit. Persetujuan,
kehasiaan, dan hak klien untuk menolak pengobatan merupakan aspek
dari penentuan diri sendiri.
Kebutuhan atas hak klien adalah hasil perluasan dari dua keadaan yaitu
kerentanan (vulnerability) klien dari penyakit dan kompleksitas hubungan
dalam tatanan asuhan kesehatan. Ketika sakit, seseorang sering tidak
mampu untuk menyatakan hak-haknya sebagaimana bila ia sakit.
Menyatakan hak memerlukan energi dan kesadaran tentang hak
seseorang dalam situasi tersebut. Oleh karenanya seseorang yang lemah
atau terikat dengan penyakitnya, mungkin tidak mampu menyatakan hak-
haknya.
Selain itu, individu tersebut tidak selalu menyadari hak mereka karena
lingkungan asuhan keperawatan tidak mereka kenal sehingga kebutuhan
untuk merahasiakan informasi tentang kesehatan klien mungkin tidak
ada, dan bahkan mungkin tidak pernah terpikirkan. Kompleksitasi dan
macam hubungan asuhan kesehatan juga meningkatkan kebutuhan atas
hak klien. Pada masa spesialisasi ini, klien sering dibantu oleh bermacam
profesi kesehatan. Oleh karena itu, kebutuhan klien atau prioritasnya
dapat hilang dalam komunikasi di antara profesi kesehatan tersebut
Pola baru dari hubungan asuhan kesehatan muncul sebagai akibat dari
beberapa kekuatan di masyarakat, mencakup konsumen yang lebih
berpengatahuaan dan pengakuan dari peranan gaya kehidupan di dalam
penyakit. Dewasa ini, tujuan kesehatan meliputi pengembalian otonomi
dan kemandirian klien serta penerimaan kesehatan yang baik sebagai
tanggung jawab pemberi asuhan, klien, serta masyarakat. Tujuan ini tidak
dicapai, kecuali klien menerima tanggung jawab secara aktif untuk
kesehatan mereka dan asuhan kesehatan, serta kecuali klien dan
pemberian asuhan saling menghargai.Penggerakan hak-hak klien
meningkatkan hubungan asuhan kesehatan yang baru ini, dan perawat
dewasa ini dicegah untuk mengurangi hak-hak klien dengan
mengidentifikasi dan melindungi hak klien serta membantu klien
menyatakan haknya (Healey,1983).
Berikut ini adalah isi Undang-Undang RI, No. 23 tahun 1992 tentang hak
dan kewajiban tenaga medis,perawat, dan pasien.
BAB 1
Pasal 1,ayat (1)
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.