Anda di halaman 1dari 5

Nama : Pratama Arya Nugraha

Nim : 175030207111043

Absen : 38

UTS Pemeriksaan Akuntansi

1. Auditor perlu memahami dan menguji pengendalian intern klien karena untuk mengetahui
sejauh mana pengendalian internal dari pihak klien atau perusahan terhadap pengelolaan
laporan keuangan mereka. Hal tersebut dilakukan juga untuk mengetahui kemungkinan dapat
atau tidaknya audit dilaksanakan, adakah salah saji material yang potensial dapat terjadi,
berapa tinggi rendah nya suatu risiko audit dan perancangan pengujian substantif. Sehingga
audit dapat menyimpulkan apakah perusahaan itu sehat atau buruk dengan bukti-bukti yang
ada dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan pertimbangan awal tentang
materialitas setiap tingkat yaitu:
 Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama, auditor
menggunakan materialitas dalam perencanaan audit dan kedua, pada saat mengevaluasi
bukti audit dalam pelaksanaan audit. Meski demikian sampai saat ini, tidak terdapat
panduan resmi yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tentang ukuran kuantitatif
materialitas.
 Materialitas pada Tingkat Saldo Akun
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama, auditor
menggunakan materialitas dalam perencanaan audit dan kedua, pada saat mengevaluasi
bukti audit dalam pelaksanaan audit. Meski demikian sampai saat ini, tidak terdapat
panduan resmi yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tentang ukuran kuantitatif
materialitas.
 Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
Bila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan keuangan dikuantifikasikan,
penaksiran awal tentang materialitas untuk setiap akun dapat diperoleh dengan
mengalokasikan materialitas laporan keuangan kea kun secara individual. Dalam
melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya salah saji
dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi akun
tersebut.
 Penggunaan Materialitas dalam Mengevaluasi Bukti Audit
Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan.
Semakin besar atau semakin signifikan suatu saldo akun, semakin banyak jumlah bukti
yang diperlukan.
3. Kertas Kerja harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan:
 Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan telah
direncanakan dan disupervisi dengan baik
 Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua yaitu pemahaman memandai atas
pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat,
dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.
 Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kerja yaitu bukti audit telat diperoleh.
Prosedur audit yang telah diterapkan, dan pengujian telah dilaksanakan, yang memberikan
bukti kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan auditan.
4. Kondisi-kondisi yang menyebabkan penyimpangan dari pendapat wajar tanpa pengecualian :
 Ruang lingkup audit dibatasi (pembatasan ruang lingkup)
Apabila auditor tidak dapat mengumpulkan bukti audit yang mencukupi untuk
menyimpulkan apakah apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan
GAAP/PSAK, maka terjadi pembatasan atas ruang lingkup audit.
 Laporan keuangan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum(penyimpangan GAAP)
Sebagai contoh, jika klien bersikeras menggunakan biaya pengganti (replacement
cost)untuk aktiva tetapnya atau menilai persediaannya pada harga jual ketimbang
biayahistoris, maka diperlukan penyimpangan dari laporan wajar tanpa pengecualian.
 Auditor tidak independen
independensi umumnya ditentukan oleh peraturan 101 dari aturan Kode Perilaku
Profesional.
5. Variabel sampling adalah teknik statistik yang digunakan oleh auditor untuk menguji
kewajaran suatu jumlah atau saldo dan untuk mengestimasi jumlah rupiah suatu saldo akun
atau kuantitas yang lain. Variabel sampling digunakan auditor, apabila ditemukan kondisi
klien tidak dapat menyajikan suatu jumlah yang dapat dianggap benar dan suatu saldo akun
ditentukan dengan sampling statistik.
6. Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang
disajikan dalam laporan keuangan, sehingga hal tersebut juga berhubungan dengan tingkat
kualitas atau keandan data akuntansi dan juga sebagai informasi penguat. Jika bukti
pemeriksaan akuntansi kuat maka tingkat kualitas atau keandalan data akuntansi semakin
tinggi dan informasi penguat tersebut dapat dipertanggungjawabkan yang nantinya dapat
menarik kesimpulan berdasarkan bukti yang tersedia, atau bisa disebut selinear, serta begitu
sebaliknya.
7. Tipe bukti pemeriksaan akuntansi dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan:
a. Tipe data akuntansi
 Pengendalian intern
Pengendalian intern berguna dalam mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
Kesalahan yang timbul akan segera dapat diketahui dengan adanya cross check dan cara
pembuktian lainnya apabila pengendalian intern suatu perushaan terjamin
keandalannya. Pengendalian intern yang baik merupakan bukti audit yang kuat bagi
auditor dalam menjamin keandalan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan
perusahaan. Kuat lemahnya pengendalian intern akan mempengaruhi jumlah bukti audit
yang harus dikumpulkan auditor dimana semakin andal pengendalian intern perusahaan,
maka semakin sedikit data yang dibutuhkan.
 Catatan akuntansi
Jurnal, buku besar, dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi yang digunakan
untuk mengolah transaksi keuanga perusahaan. Jumlah rupiah yang tertera dalam
laporan keuangan perusahaan akan diverifikasi oleh auditor melalui penelusuran
kembali pada catatan akuntansi tersebut. Catatan akuntansi akan menjadi bukti audit
dalam memeriksa kebenaran laporan keuangan perusahaan.
b. Informasi penguat
 Bukti fisik
Bukti yang diperoleh dengan cara inspeksi aatu perhitungan aktiva berwujud. Tipe
bukti ini pada umumnya dikumpulkan oleh auditor dalam pemeriksaan terhadap
persediaan, kas, surat berharga, piutang, dan aktiva berwujud. Pemeriksaan fisik
dilakukan untuk memeriksa secara langsung adanya keberadaan aktiva tersebut.
 Bukti documenter
Tipe bukti audit yang paling penting bagi auditor adalah bukti dokumenter. Tipe bukti
audit ini dibuat dari kertas bertuliskan huruf atau angka atau simbol-simbol yang lain.
 Perhitungan
Perhitungan dilakukan sendiri oleh auditor untuk membuktikan ketelitian perhitungan
yang terdapat dalam catatan klien dan merupakan salah satu bukti audit yang bersifat
kuantitatif. Tipe bukti audit ini antara lain footing, cross-footing, pembuktian
perhitungan depresiasi, pembuktian kerugian piutang usaha, laba, dan pajak.
 Bukti lisan
Dalam melaksanakan audit, auditor tidak hanya berhubungan dengan angka, namun
berhubungan dengan orang, terutama para manajer. Dalam melakukan audit dan
mengumpulkan bukti audit, auditor akan banyak meminta keterangan secara lisan.
 Perbandingan
Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang
lebih insentif, auditor melakukan analisis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang,
penghasilan, dan biaya dengan saldo yang berkaitan dengan tahun sebelumya. Hal ini
untuk mengidentifikasi ketidakwajaran terhadap perubahan saldo dari laporan keuangan
perusahaan.
 Bukti dari spesialis
Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan
khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Bukti ini diperlukan sesuai
pertimbangan auditor untuk mendapat keterangan ahli terhadap suatu bidang yang ingin
diperiksa.
 Konfirmasi
Konfirmasi digambarkan sebagai penerimaan jawaban tertulis maupun lisan dari pihak
ketiga yang independen dalam memverifikasi akurasi informasi yang telah diminta oleh
auditor. Karena konfirmasi berasal dari sumber yang independen dari klien, konfirmasi
menjadi bahan bukti yang dianggap bernilai tinggi dan sering dipakai.
 Bukti Pengamatan
Pengamatan adalah penggunaan perasaan untuk menetapkan aktifitas tertentu dari
operasional perusahaan. Dalam pengamatan akan banyak kesempatan untuk melihat,
mendengar, dan mengevaluasi aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan.
 Pengerjaan Ulang
Pelaksanaan ulang mencangkup pengecekan ulang suatu sampel perhitungan dan
perpindahan informasi yang dilakukan klien selama periode yang diaudit.
8. Asersi merupakan pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan
keuangan dan terdapat 3 klasifikasi asersi yaitu asersi tentang golongan transaksi dan
peristiwa untuk periode yang diaudit, asersi tentang saldo akun pada akhir periode, dan asersi
tentang penyajian dan pengungkapan. Sehingga jika tujuan audit khusus dan asersi
dihubungkan maka dapat memberikan bahan bukti audit yang kompeten dan cukup yang
nantinya dapat menilai kelayakan penyajian laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan
jika semua asersi tersebut dipenuhi. Kemudian setelah menyimpulkan maka dilakukan strategi
audit awal dengan melakukan pengujian subtantif apakah sesuai dengan pihak asersi atau
malah sebaliknya karena di dalam pengujian subtantif auditor akan melakukan pengujian
tersebut secara luas dan tidak memihak kepada asersi atau tidak meletakkan kepercayaan
kepada pengendalian intern.

Anda mungkin juga menyukai