TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Jembatan
3.1.1. Pengertian Jembatan
Jembatan merupakan suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan
jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya
jalan lain (jalan air atau lalu lintas biasa). Jika jembatan itu berada di atas jalan
lalu lintas biasa maka biasanya dinamakan viaduct. (Jembatan, H.J. Struyk &
K.H.C.W. Van Der Veen, 1995)
Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan
menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak sama
tinggi permukaannya. Dalam perencanaan dan perancangan jembatan sebaiknya
mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan
estetika-arsitektural yang meliputi aspek lalu lintas, aspek teknis, aspek estetika
(Jembatan, Bambang Supriyadi dan Agus Setyo Muntohar, 2007).
3.2. Pondasi
3.2.1. Pengertian Pondasi
Pondasi merupakan dasar bangunan yang kuat dan biasanya terletak
dbawah permukaan tanah tempat bangunan didirikan. (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2008: 414).
Pondasi adalah suatu bagian dari konstriksi yang bertugas meletakkan
bangunan dan meneruskan beban bangunan atas (upper structure/super structure)
ke dasar tanah yang cukup kuat mendukungnya. Untuk tujuan itu pondasi
bangunan harus dipertimbangkan dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap
berat sendiri, beban-beban berguna dan gaya-gaya luar, seperti tekanan angin,
gempa bumi dan lain-lain, dan tidak boleh terjadi penurunan pondasi setempat
ataupun penurunan pondasi yang merata lebih dari batas teretntu. (Pengantar
Teknik Pondasi, Rudi Gunawan, 1983).
Pondasi merupakan bagian paling bawah dari suatu konstruksi bangunan.
Fungsi pondasi adalah meneruskan beban konstruksi ke lapisan tanah yang berada
di bawah pondasi dan tidak melampaui kekuatan tanah yang bersangkutan.
Apabila kekuatan tanah dilampaui, maka penurunan yang berlebihan atau
keruntuhan dari tanah akan terjadi, kedua hal tersebut akan menyebabkan
kerusakkan konstruksi yang berada di atas pondasi. (Principles of Foundation
Engineering, Braja M, Das, 1998).
Persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh pondasi antara lain:
1. Terhadap tanah dasar
a. Pondasi harus mempunyai bentuk, ukuran dan struktur sedemikian rupa
sehingga tanah dasar mampu memikul gaya-gaya yang bekerja
b. Penurunan yang terjadi tidak boleh terlalu besar/tidak merata
c. Bangunan tidak boleh bergeser atau mengguling
2. Terhadap struktur pondasi sendiri:
Struktur pondasi harus cukup kuat sehingga tidak pecah akibat gaya yang
bekerja. (Principles of Foundation Engineering, Braja M, Das, 1998).
Untuk itu perlu diadakan pengujian Sondir dan Boring untuk memperoleh
data tanah. Serta perlu dilakukan perhitungan daya dukung berdasarkan metoda
calendering/pemancangan dan test pembebanan.
Secara umum pondasi tiang mempunyai ketentuan-ketentuan:
a. Mampu meneruskan gaya-gaya vertikal yang bekerja padanya untuk
diteruskan ke lapisan tanah pendukung (bearing layers).
b. Dengan adanya hubungan antara kepala-kepala tiang satu dengan lainnya
mampu menahan perubahan-perubahan bentuk tertentu ke arah mendatar
(tegak lurus terhadap as tiang).
Rumus Hiley :
2. W . H W + N 2 . F
R= .
S+K W +P
Keterangan :
R = Kapasitas daya dukung tanah ( ton )
W = Berat hummer( ton )
K = Tinggi jatuh hammer ( cm )
S = Penetrasi tiang pancang pada tumbukan kalendering ( cm )
P = Kedalaman tiang pancang yang tertanam ( cm )
N = Koefisien restitusi ( 0,45 = tiang pancang )
Dan tidak hanya daya dukung, penurunan yang terjadi harus sesuai batas
yang diizinkan (toleransi) yaitu 1” (2,54 cm). Untuk mengevaluasi daya dukung
pondasi tiang pancang dapat dilakukan dengan metode, antara lain :
1. Berdasarkan sifat-sifat teknis tanah
2. Berdasarkan hasil pengujian sondir dan SPT
3. Berdasarkan hasil pengujian PDA
(Analisa dan Desain Pondasi Edisi Keempat Jilid I, Bowles, Joseph E.
1992.)
3.4. Kalendering
Secara umum kalendering digunakan pada pekerjaan pemancangan tiang
pancang (beton maupun pipa baja) yaitu untuk mengetahui daya dukung tiang
melalui perhitungan yang dihasilkan oleh proses pemukulan alat pancang. Alat
pancang bisa berupa Diesel Hammer maupun Hydraulic Hammer.
Kalendering dalam proses pemancangan tiang pancang merupakan pekerjaan
yang harus dilaksanakan dan djadikan laporan proyek. Sebagai tambahan selain
kalendering dilakukan pengecekan dengan PDA test. Perhitungan kalendering
menghasilkan output yang berupa daya dukung tanah dalam Ton. Sebelum
dilaksanakan kalendering basanya juga dilakukan monitoring pemukulan saat
pemancangan yaitu untuk mengetahui jumlah pukulan tiap meter dan total sebagai
salah satu benuk data yang dilampirkan beserta hitungan kalendering. Untuk itu
sebelumnya tiang pancang yang akan dipancang diberikan skala terlebih dahulu
tiap meternya menggunakan penanda misalnya cat semprot/philox. Untuk
mengitungnya disediakanterlebih dahulu counter agar mudah dalam menghitung
jumlah pukulan tiap meter dan totalnya. Sebenarnya metode pelaksanaan
kalendering hanyalah sederhana.
Alat yang disediakan cukup spidol, kertas milimeter block, selotip, dan kayu
pengarah spidol agar selalu pada posisinya. Alat tersebut biasanya juga telah
disediakan oleh Sub-Kontraktor Pemancangan. Dan pelaksanannya pun
merupakan bagian dari kontrak pemancangan. Pelaksanaanya dilakukan pada saat
10 pukulan terakhir. Kapan saat dilaksanakan kalendering adalah saat hampir
mendekati top pile yang disyaratkan, Final Set 3 cm untuk 10 pukulan terakhir,
atau bisa dilihat dari data bore log. Sebenarnya ada beberapa faktor lain
tergantung kondisi dilapangan. (Rekayasa Pondasi. Dr. Bambang Surendro, 2015)
3.5. Pembebanan dengan Metode PDA Test
Pelaksanaan pengujian pembebanan pada tiang pancang dengan metode PDA
test untuk mengetahui dengan pasti daya dukung tiang struktur. Pile Dynamic
Analizer merupakan suatu metode pengujian daya dukung tiang pancang dengan
memanfaatkan rambatan-rambatan gelombang. Rambatan gelombang pada tiang
pancang direkam oleh suatu komputer yang dilengkapi dengan aplikasi khusus
yang dirancang untuk menganalisa refraksi, sefleksi dan diperse gelombang.
komputer pengolah data gelombang untuk mendapatkan informasi daya dukung
total tiang.
High Strain Dynamics Pile Test (HSDPT) atau sering disebut Pile Driving
Analyzer (PDA) test . Uji beban dinamis memiliki beberapa keuntungan antara
lain :
1. Dalam satu hari dapat dilakukan test beberapa tiang sehingga menghemat
waktu
2. HSDPT membutuhkan ruang relatif kecil
3. Mengevaluasi daya dukung dan integritas struktural tiang.
4. Mengevaluasi penurunan (Settlement) tiang.
Pile cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum didirikan
kolom di bagian atasnya. Pile cap tersusun atas tulangan baja berdiameter 16mm,
19mm, 25mm dan 32mm yang membentuk suatu bidang dengan ketebalan 50 mm
dan lebar yang berbeda-beda tergantung dari jumlah tiang yang tertanam.
Pile cap ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar berada dititik pusat
pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan
beban tambahan pada pondasi. Selain itu, seperti halnya kepala kolom, pile cap
juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari pembebanan yang ada. Bentuk dari
pile cap juga bervariasi dengan bentuk segitiga dan persegi panjang. Jumlah
kolom yang diikat pada tiap pile cap pun berbeda tergantung kebutuhan atas
beban yang akan diterimanya. Terdapat pile cap dengan pondasi tunggal, ada yang
mengikat 2 dan 4 buah pondasi yang diikat menjadi satu.
Fungsi dari pile cap adalah untuk menerima beban dari kolom yang
kemudian akan terus disebarkan ke tiang pancang dimana masing-masing pile
menerima 1/N dari beban oleh kolom dan harus ≤ daya dukung yang diijinkan (Y
ton) (N= jumlah kelompok pile). Jadi beban maksimum yang bisa diterima oleh
pile cap dari suatu kolom adalah sebesar N x (Y ton). Pile cap merupakan suatu
cara untuk mengikat pondasi sebelum didirikan kolom di bagian atasnya. Pile cap
ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar berada dititik pusat pondasi seehingga
tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan beban tambahan pada
pondasi. Selain itu, seperti halnya kepala kolom, pile cap juga berfungsi untuk
menahan gaya geser dari pembebanan yang ada. (Struktur Beton Bertulang Tahan
Gempa, Anugerah Pamungkas & Erny Harianti, 2010).