Css Katarak
Css Katarak
KATARAK
OLEH:
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada penurunan ketajaman visual
dan/atau cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien.1 Katarak memiliki derajat kepadatan
yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, biasanya akibat proses
degeneratif. Katarak merupakan penyebab kebutaan utama yang dapat diobati di dunia pada
saat ini. Sebagian besar katarak timbul pada usia tua sebagai akibat pajanan terus menerus
terhadap pengaruh lingkungan dan pengarh lainnya seperti merokok, radiasi ultraviolet, dan
Prevalensi katarak merupakan salah satu penyebab terjadinya kebutaan. 1,47 persen dari
jumlah penduduk atau sebesar 3,5 juta, dan katarak merupakan penyebab utama yang
mencakup 60-70 persen dari total kebutaan. Bahkan, menurut data WHO, penderita buta
katarak bertambah 0,1 persen dari jumlah penduduk. Dalam perhitungan waktu di Indonesia
setiap 3,5 menitnya ada satu orang menjadi buta. Pasien yang melakukan operasi katarak
fakoemulsifikasi di JEC (Jakarta Eye Center) sejak 2004 hingga tahun 2008 sebanyak 70 ribu
pasien. Semua dokter mata, yang berhimpun dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Mata
Indonesia (PERDAMI), bertekad meningkatkan jumlah operasi. Setiap dokter mata, yang kini
mengoperasi dua pasien setiap minggu, akan meningkatkan jumlah operasinya menjadi enam
pasien seminggu. Ini akan mencapai angka 1000 operasi katarak per satu juta penduduk per
tahun.3
Prevalensi nasional katarak pada penduduk umur >30 tahun adalah 1,8% berdasarkan
penduduk umur diatas 30 tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggro Aceh Darussalam,
2
Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, DKI Jakarta, Bali, Nusa Tenggara
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui stadium-stadium klinis dan
penatalaksanaan katarak.
Referat ini membahas secara ringkas tentang stadium-stadium klinis dan penatalaksanaan
katarak.
Referat ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada beberapa
literatur.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering dijumpai pada
orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Penuaan merupakan
penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga factor lain yang mungkin terlibat, antara
lain : trauma, toksin, penyakit sistemik (mis; diabetes), merokok, dan herediter. Kata katarak
berasal dari Yunani “katarraktes” yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut
bular dimana seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak sendiri sebenarnya
merupakan kekeruhan pada lensa akibat hidrasi, denaturasi protein, dan proses
2.2 Klasifikasi
i. Menurut usia :
1) Katarak kongenital ( terlihat pada usia dibawah 1 tahun )
2) Katarak juvenil ( terlihat sesudah usia 1 tahun )
3) Katarak senile ( setelah usia 50 tahun )
ii. Menurut lokasi kekeruhan lensa :
1) Nuklear
2) Kortikal
3) Subkapsular (posterior/anterior) jarang
iii. Menurut derajat kekeruhan lensa :
1) Insipien
2) Imatur
3) Matur
4
4) Hipermatur
iv. Menurut etiologi :
1) Katarak primer
2) Katarak sekunder
5
mulai terjadinya sklerosis lensa yang timbul pada usia dekade 4 dalam bentuk
keluhan presbiopia.9
b. Katarak Menurut Lokasi Kekeruhan6
Dikenal 3 bentuk katarak senil, yaitu katarak nuklear, kortikal, dan
subkapsular posterior.
i. Katarak Nuklear
Inti lensa dewasa selama hidup
bertambah besar dan menjadi sklerotik.
Lama kelamaan inti lensa yang mulanya
menjadi putih kekuningan menjadi cokelat
dan kemudian menjadi kehitaman.
Keadaan ini disebut katarak brunesen atau
nigra.
6
dikeluhkan penderita adalah penglihatan yang silau dan penurunan
penglihatan di bawah sinar terang. Dapat juga terjadi penurunan penglihatan
pada jarak dekat dan terkadang beberapa pasien juga mengalami diplopia
monokular.
7
lensa berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh karena deposit
kalsium. Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.
iv. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks mengkerut dan
berwarna kuning. Akibat pengeriputan lensa dan mencairnya korteks, nukleus
lensa tenggelam ke arah bawah (katarak morgagni). Lensa yang mengecil akan
mengakibatkan bilik mata menjadi dalam. Uji bayangan iris memberikan
gambaran pseudopositif.
Akibat masa lensa yang keluar melalui kapsul lensa dapat menimbulkan
penyulit berupa uveitis fakotoksik atau glaukom fakolitik.
2.3 Epidemiologi
8
Berdasarkan World Health Organization (WHO), katarak banyak menjadi penyebab
kebutaan dan gangguan penglihatan di dunia yaitu 0,7% kebutaan di populasi. Pembentukan
katarak biasanya ditemukan pada pasien diatas umur 50 tahun. Katarak berhubungan dengan
usia terjadi pada 50% pasien dengan usia antara 65-74 tahun dan sekitar 70% pada pasien
berumur di atas 75 tahun. Di Indonesia, katarak merupakan penyebab utama penurunan tajam
dunia, 39 juta diantaranya mengalami kebutaan dan 246 juta lainnya mengalami penurunan
tajam penglihatan. Sekitar 90% gangguan penglihatan terjadi di negara dengan penghasilan
rendah. Sebanyak 82% hidup dalam kebutaan berusia 50 tahun atau lebih. Dari semua
penyebab gangguan penglihatan, sebanyak 33% disebabkan oleh 33% disebabkan oleh
penglihatan dan kebutaan. Di India, katarak bahkan mencapai 82,6% dari penyebab kebutaan.
Berdasarkan ras, katarak unoperatif lebih banyak terjadi pada kulit hitam dibandingkan kulit
putih.13 Katarak pada bayi dan anak-anak jarang. Diperkirakan terjadi 3-4 kasus tiap 10.000
anak di Inggris.14
Katarak pada anak-anak yang tidak terapi, katarak yang telah mengganggu
penglihatan akan mengalami kebutaan seumur hidup sehingga mengganggu kualitas hidup
dan sosioekonomi yang mahal untuk anak keluarga, dan lingkungan sosialnya. Lebih dari
200.00 anak buta karena katarak tidak dioperasi, komplikasi operasi katarak, atau anomali
okular yang berhubungan katarak. Banyak anak yang menderita karena katarak parsial
9
2.4 Etiologi
Penuaan merupakan penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga faktor lain
yang mungkin terlibat, antara lain trauma, toksin, penyakit sistemik (misal: diabetes),
merokok, dan herediter. Katarak akibat penuaan merupakan penyebab umum gangguan
berusia 65-74 tahn sebanyak 50%, prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu diatas
75 tahun.1
2.5 Patogenesis
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan siliar ke sekitar
daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,
satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan sklerosis:
1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitellensa yang berada
di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapatdikeluarkan dari lensa. Air yang
kekeruhan lensa.15
10
2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabutkolagen terus
1. Kapsula
b. Mulai presbiopiac
2. Epitel-makin tipis
3. Serat lensa
a. Serat irregular
11
2.6 Diagnosis
Diagnosis katarak berdasarkan riwayat penyakit yang didapatkan dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Kebanyakan pasien katarak datang sendiri ke dokter. Pasien akan
mengeluhkan pandangan terbatas atau hilang total. Beberapa pasien mengetahui penurunan
ketajaman penglihatan. Beberapa mengaku tidak memiliki gangguan hingga akhirnya sudah
Tipe katarak yang berbeda akan memiliki efek berbeda terhadap ketajaman
penglihtan, bergantung kepada cahaya, ukuran pupil, dan derajat myopia. Efek katarak
12
Adanya katarak posterior subkapsular dapat sangat mengganggu ketajaman membaca
penglihatan lengkap, dimulai dengan refraksi. Perkembangan awal katarak sklerotik nucleus
dapat meningkatkan kekuatan dioptri pada lensa, umumnya menyebabkan miopi derajat
anisometropia. 2
penglihatan dekat dan jauh. Jika pasien mengeluhkan adanya silau, pemeriksaan tajam
penglihatan dilakukan pada tempat ruangan yang terang. Sensivitas terhadap kontras harus
dahulu anamnesa berkaitan dengan etiologi, penyakit lainnya, dan prognosis akhir
penglihatan.
b. Tes mengayunkan senter, deteksi pupil marcus Gunn atau adanya relative afferent
papillary defect (RAPD) indikasi adanya lesi nervus optik atau keterlibatan makula
difus.
c. Pemeriksaan slit lamp, nilai kejernihan lensa dan struktur okular (seperti konjungtiva,
d. Pemeriksaan ukuran nucleus dan brunescence, setelah dilatasi ukuran nucleus dan
brunescence sebagai indikator densitas katarak dapat menentukan bedah primer atau
phacoemulsification.
13
Gambar 2.1. Pemeriksaan relative afferent papillary defect (RAPD) positif
14
Gambar 2.3 Foto slit lamp katarak posterior pole
magnetic resonance imaging (MRI) dilakukan saat terdapat suspek patologi pole posterior
signifikan dan terhambatnya penilaiaan bagian belakang mata akibat densitas katarak.4
secepatnya. Keterlambatan akan mengakibatkan hasil tajam penglihatan buruk. Semua bayi
baru lahir harus dilakukan skrining reflek merah, idealnya diikuti pemeriksaan reflek merah
pada usis 6-8 minggu. Tes reflek merah dilakukan dengan oftalmoskop direk dari jarak 1-2
15
kaki di ruang tertutup. Skrining penglihatan pada pra-sekolah (3 dan 5 tahun) sering
dilakukan. Photo screener digunakan pada anak preverbal dan verbal. Pemeriksaan dilakukan
dengan analisis computer kesamaan reflek merah warna, intensias, atau kejerniha, Cahaya
laser polarisasi lebih akurat untuk mendeteksi penurunan penglihatan. Adanya kekeruhan,
tidak ada reflek merah, atau leukoria harus segera dirujuk ke dokter mata.5
Ketika anak berusia 2 bulan, pemeriksaan penglihatan dapat dilakukan dengan teknik
forced prefential looking (Teller acuity cards, Cardiff cards), fiksasi dan evaluasi dan
mengukur objektif dengan oklusi tiap mata. Ada atau tidaknya nistagmus harus dicatat. Tes
penglihatan subjektif (HOTV matching, symbol LEA, atau tumbling Es) dilakukan
symbol dan huruf. Pemeriksaan ini biasanya dapat dilakukan pada anakn usia 3 tahun atau
lebih.5
Pemeriksaan slit lamp dilakukan untuk menilai keparahann dan morfologi katarak dan
adanya abnoormalitas kornea atau segemen anterior. Pemeriksaan terhadap saudara dan orang
tua dilakukan jika katarak keturunan. Tekanan intraocular dilakukan jika memungkinkan.5
Jika masih nampak retina, pemeriksaan keseluruhan retina terhadap nervus optikus,
retina, dan fovea. Jika tidak nampak, ultrasonografi (B-scan) dilakukan. Jika katarak
unilateral, pemeriksaan laboratorium tidak dibutuhkan. Pada katarak bilateral, jika terdapat
riwayat keluarga dengan katarak juvenile, anak tidak memiliki masalah medis lain, dan lensa
pada orang tua keruh, pemeriksaan sistemik pada anak disarankan karena katarak ini
cytomegalovirus, varisela), Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) untuk sifilis, dan
16
Staging
Staging klinis katarak senilis berdasarkan luas tajam penglihatan sebagai berikut:
a. Katarak hipermatur, umumnya pasien lebih buruk dari hitung jari / count finger (CF)
atau hand movement (HM) dengan densitas putih, brunescent opak hitam dalam, atau
katarak Morgagnian.
b. Katarak Matur, pasien tidak dapat membaca lebih dari 20/200 pada chart tajam
penglihatan.
dioptri lensa. Umumnya menyebabkan miopia sedang hingga berat. Adanya katarak
membaca, namun penglihatan jarak jauh relatif tidak terganggu. Secara keseluruhan, efek
katarak pada fungsi penglihatan merupakan cara yang memungkinkan untuk menentukan
2. Silau
penurunan pada sensitifitas kontras pada lingkungan dengan cahaya terang hingga silau
17
pada siang hari atau dengan lampu mobil. Peningkatan sensitifitas ini terutama jelas pada
katarak subkapsular posterior dan kadang-kadang pada perubahan lensa kortikal anterior.
Pemeriksaan silau dicoba untuk mengukur tingkat gangguna yang disebabkan oleh lokasi
sumber cahaya pada lapangan pandang pasien. Menentukan sensitvitas silau dengan
metode yang konsisten dan dapat dipercaya dan untuk menentukan kehilangan ketajaman
penglihatan keseluruhan.11
ini diperiksa dengan menggunakan kartu yang didesain khusus, dengan gambar dengan
bermacam frekuensi kontras, tingkatan dan jarak. Karena pasien dengan okular tidak
Kehilangan signifikan sensitifitas kontras mungkin terjadi tanpa gangguan ketajaman sama
pada pemeriksaan Snellen. Namun, sensitifitas kontras yang abnormal tidak menjadi
4. Miopia meningkat
membutuhkan kacamata minus karena hal ini yang disebut penglihatan kedua (second
sight). Fenomena ditemukan pada katarak sklerotik nucleus dan menghilang ketika
kualitas optik lensa kristalin bertambah rusak. Perkembagang asimetris miopia akibat
lensa akan mengakibatkan anisometropia yang tidak dapat ditolerasi, disarankan untuk
18
5. Diplopia monokular atau poliopia
Perubahan nukleus terlokalisir pada lapisan dalam nukleus lensa, mengakibatkan area
refraktif multiple pada pusat lensa. Beberapa area mungkin terlihat paling jelas sifatnya
yang ireguler dengan reflek merah pada retinoskopi atau oftalmoskopi direk. Katarak jenis
ini dapat mengakibatkan monokular diplopia atau poliopia, termasuk gambaran hantu dan
kadang-kadang gambaran kedua. Monokular diplopia juga dapat terjadi pada opasitas
media okular atau gangguan mata lain. Jika ketajaman meningkat dengan tes pinhole,
2.8 Tatalaksana
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak
tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti
kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh.
Namun, aldolase reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi glukosa menjadi
sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada
hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan
kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E.11
lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan dipindahkan dari mata
melalui insisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan
hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi
katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer.
ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40
tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi
19
pada pembedahan ini adalah astigmatisme, glaukoma, uveitis, endoftalmitis, dan
perdarahan.
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek
lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak
terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolaps badan kaca,
sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edem, pasca
bedah ablasi, untuk mencegah prnyulit pada saat melakukan pembedahan katarak
seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu
c. Phakoemulsifikasi
Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3 mm) di kornea.
phaco akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa
intra okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena insisi yang
kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang
Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak
senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan insisi
limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun
20
sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan
d. SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik
pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat
Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan
Lensa kontak
Lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata pada
saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat.11
2.9 Komplikasi
postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa intra okular (intra ocular
lens, IOL).7
1. Komplikasi preoperatif
keadaan.
b) Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid dan/atau
gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida oral untuk
mengurangi gejala.
21
d) Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan
antibiotik selama satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2 hari.
2. Komplikasi intraoperatif
b) Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama
c) Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat terjadi
e) Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi akibat
Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk hifema, prolaps iris,
merupakan komplikasi yang dapat terjadi setelah beberapa waktu post operasi.
syndrome (UGH syndrome), malposisi IOL, dan sindrom lensa toksik(toxic lens
syndrome).
22
2.10 Prognosis
penglihatan dan meningkatkan fungsi visual subjektif. Lebih dari 90% koreksi terbaik tajam
penglihatan mencapai 20/40 atau lebih. Keadaan ini ditemukan pada 85%-89% dengan
kondisi komorbid seperti retinopati diabetikum, glaucoma, dan degenerasi makula akiba
usia.2
Ketajaman penglihatan merupakan salah satu tolak ukur kesuksesan dari operasi
katarak. Operasi katarak telah meningkatkan parameter kualitas hidup, termasuk aktivitas
komunitas dan rumah, kesehatan mental, kemampuan menyetir dan kepuasan hidup. Pada
pasien katarak bilateral, kualitas hidup meningkat setelah operasi katarak pada kedua mata.
Berkurangnya resiko jatuh dan fraktur panggul setelah pasien operasi katarak.2
Tabel 2.2 Usia saat operasi katarak dan rekomendasi refraksi residu untuk target refraksi
Pada kasus ketika katarak congenital kurang sukses, rehabilitasi tajam penglihatan
kurang pening untuk dapat menyesuaikan dengan keterbatasan kemampuan penglihatan pada
sebaik prognosis pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan anomali pada nervus optikus
23
atau retina membatasi tingkat pencapaian penglihatan. Prognosis untuk perbaikan ketajaman
penglihatan pascaoperasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik
24