TINJAUAN PUSTAKA
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi
Saat ini dikenal istilah gagal jantung kiri, kanan dan kombinasi atau
kongestif. Pada gagal jantung kiri terdapat bendungan paru, hipotensi, dan
jantung kanan ditandai dengan adanya edema perifer, asites dan peningkatan
karena baik kelainan fungsi jantung kiri maupun kanan sering terjadi secara
Etiologi gagal jantung kongestif menurut Brunner & Suddarth (2013) yaitu :
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
b. Aterosklerosis koroner
otot jantung. Terjadinya hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).
jantung.
mengakibatkan beban kerja jantung meningkat dan hipertrofi otot jantung. Efek
otot jantung tadi lama – kelamaan tidak dapat berfungsi secara normal dan
9
e. Penyakit jantung lain
biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah melalui jantung (stenosis katup
f. Faktor sistemik
sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung.
10
2. Etiologi penurunan curah jantung
menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), adalah sebagai berikut :
c. Perubahan kontraktilitas
d. Perubahan preload
e. Perubahan afterload
jantung kongestif
mellitus dan kardiomiopati. Lebih lanjut dijelaskan bahwa diantara faktor tersebut,
risiko tinggi bermula pada hipertensi sebanyak 75%. Berdasarkan studi dari
Framingham, gagal jantung rata-rata terjadi pada laki-laki dan perempuan yang
rasio setiap tahunnya 10 per 1000 populasi dengan usia diatas 65 tahun (Hurst’s,
Walsh, Fuster, & Fang, 2013). Faktor pencetus terjadinya penyakit gagal jantung
jantung, serangan hipertensi, aritmia akut, infeksi atau demam, anemia, emboli
11
4. Patofisiologi penurunan curah jantung pada gagal jantung kongestif
kembang ruang jantung menjadi berubah, dan ventrikel tidak mampu memompa
Hal ini menyebabkan volume akhir diastolik atau biasa disebut dengan
teregang oleh darah. Semakin berlebih beban awal dari ventrikel, semakin sedikit
darah yang dapat dipompa keluar, sehingga afterload menurun. Akibatnya volume
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) manifestasi klinis dari penurunan
b. Perubahan preload
Pasien mengeluh lelah, terdapat edema, distensi vena jugularis dan pembersaran
organ hati.
12
c. Perubahan afterload
Pasien mengalami dyspnea (sesak nafas), tekanan darah menurun, capillary refill
d. Perubahan kontraktilitas
dalam posisi telentang (ortopnea), batuk, terdengar suara jantung (S3 dan S4) dan
1. Pengkajian
menjadi dua jenis yaitu pengkajian skrining dan pengkajian mendalam. Kedua
kategori fisiologis dan sub kategori sirkulasi. Pengkajian dilakukan sesuai dengan
tanda mayor penurunan curah jantung yaitu dilihat dari data subjektifnya yaitu
paroxysmal nocturnal dyspnea (PND), ortopnea, batuk. Dilihat dari data objektif
13
takikardia, gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi, perubahan afterload
berupa edema, distensi vena jugularis, Central Venous Pressure (CVP), meningkat
meningkat, nadi perifer teraba lemah, capillary refill ime >3 detik, oliguria, warna
kulit pucat dan atau sianosis, perubahan kontraktilitas berupa terdengar suara
jantung S3 atau S4 dan Ejection Fraction (EF) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017).
2. Diagnosa keperawatan
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung aktual maupun potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
metabolisme tubuh. Dimana pada pasien gagal jantung kongestif, penurunan curah
EKG aritmia atau gangguan konduksi), perubahan preload (lelah, edema, distensi
meningkat atau menurun, nadi perifer teaba lemah, capillary refill time >3 detik,
oliguria, warna kulit pucat dana tau sianosis, pulmonary vascular resistance (PVR)
14
meningkat/ menurun, Systemic vascular resistance (SVR) meningkat/ menurun),
terdengar suara jantung S3 dan atau S4, Ejection Fraction (EF) menurun, Cardiac
index (CI) menurun, Left ventricular stroke work index (LVSWI) menurun,
Stroke volume index (SVI) menurun) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
3. Intervensi
keperawatan. Menurut Nurarif & Kusuma (2015) intervensi untuk pasien dengan
1) Keefektifan Pompa
Johnson, Maas, & Swanson, 2016). Kriteria hasil dari keefektifan pompa jantung
antara lain:
15
a) Tekanan darah dalam rentang normal
tekanan diastolic, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai
140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Brunner & Suddarth,
2013).
perifer yang lemah bisa merupakan petunjuk bahwa sedang terjadi penyumbatan
aliran darah. Frekuensi nadi normal bervariasi dari serendah 50 pada orang muda
sehat atletis sampai setinggi lebih dari 100 setelah latihan (Brunner & Suddarth,
2013).
Gangguan irama jantung dimana interval R-R (dari interval terpendek dan interval
terpanjang) pada strip EKG bervariasi > 0,12 detik. Keadaan ini dapat terjadi
indikasi frekuensi 60 – 100 bpm, irama ireguler, variasi kira-kira 0,12 detik atau
antara interval R-R terpendek dan terpanjang, gelombang P normal (selalu ada
sebelum QRS, ukuran dan bentuk sama), interval PR 0,12 – 0,20 detik dan
kompleks QRS < 0,12 detik (detik dan ukuran sama) (Udijanti, 2010).
16
Jantung diauskultasi mengenai adanya bunyi jantung gallop S3 yang jelas
terdengar pada pasen yang berbarig pada sisi kiri dan gallop yang terdengar pada
saat kontraksi atrium yakni suara jantung S4 (Brunner & Suddarth, 2013).
episode atau paroksisma nyeri atau perasaan tertekan di dada depan (Brunner &
Suddarth, 2013).
Bagian bawah tubuh pasien dikaji adanya edema. Edema biasnaya dimulai
pada kaki dan tumit lalu secara bertahap bertambah ke atas tungkai dan paha
hingga akhirnya ke genetalia eksterna dan tubuh bagian bawah (Brunner &
Suddarth, 2013).
Edema paru adalah timbunan cairan abnormal dalam paru, baik di rongga
lain :
1) Perawatan Jantung
17
b) Evaluasi episode nyeri dada (intensitas, lokasi, radiasi, durasi dan faktor yang
perifer, edema, pengisian ulang kapiler, warna dan suhu ekstrimitas) secara
18
s) Monitor toleransi aktivitas pasien
4. Implementasi
direncanakan, dilakukan dengan cara yang tepat, aman, serta sesuai dengan
tindakan dan respon klien terhadap tindakan yang telah dilakukan (Debora, 2012)
5. Evaluasi
dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil. Evaluasi terdiri dari evaluasi
19
Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan
SOAP yaitu S(subyektif) dimana perawat menemukan keluhan klien yang masih
hasil pengukuran atau observasi klien secara langsung dan dirasakan setelah
20