Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum

Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

IMPLIKASI PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PILKADA SERENTAK DALAM


MENINGKATKAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA
(STUDI TERHADAP PELAKSANAAN PILKADA SERENTAK DI PROVINSI SULAWESI
SELATAN TAHUN 2015)
Lisma1, Lita Tyesta A.L.W2
Program Studi Magister Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
litatyestalita@gmail.com

ABSTRAK
Pemilihan Kepala Daerah sebagai salah satu praktek demokrasi Indonesia yang dijalankan di
Daereh merupakan amanat konstitusi yang tertuang dalam pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun. Dasar hukum itulah yang menjadi acuan pilkada yang dilakukan secara
langsung dan tidak langsung namun pada kenyataan mekanisme pilkada yang dilakukan dengan langsung
dan tidak langsung menyisahkan masalah, sehingga pemerintah memutuskan mereformasi sistem pilkada
menjadi pilkada serentak yang rencana dilakukan dengan 7 tahap yakni 2015, 2017, 2018, 2019, 2022,
2023, 2027. Pilkada serentak tahap pertama dilaksanakan pada tahun 2015 dan salah satu daerah yang
melaksanakan ialah Sulawesi selatan dengan 11 kabupaten namun partisipasi masyarakatnya belum
maksimal. maka dari itu penulis merumuskan persoalan sebagai berikut yaitu : (1) Bagaimana partisipasi
masyarakat pada pilkada serentak di Provinsi Sulawesi Selatan. (2) Mengapa partisipasi masyarakat pada
pilkada serentak di Provinsi Sulawesi Selatan belum maksimal ?. (3) Bagaimana upaya meningkatkan
partisipasi masyarakat pada pilkada serentak di masa depan di Provinsi Sulawesi Selata dalam rangka
peningkatan kualitas Demokrasi Konstitusional di Indonesia ?. Penelitian ini bertujuan memberikan
sumbangsi peningkatan partisipasi masyarakat pada pilkada serentak yang akan datang. Metode
penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis. Penelitian hukum non doktrinal ini
bersifat kualitatif karena lebih ditekankan pada pengamatan sosial di masyarakat dan kedalaman kualitas
(data). Penelitian kualitatif ini diupayakan untuk memahami fenomena-fenomen di lapangan kemudian
ditafsrkan dan dideskripsikan untuk menjawab tujuan penelitian. Dari analisis tersebut disimpulkan bahwa
(1) partisipasi masyarakat pada pilkada serentak di Sulawesi Selatan Tahun 2015 cukup bervariasi dan
tidak mengalami peningkatan signifikan bahkan mengalami penurunan (2) faktor-faktor yang menyebabkan
partisipasi masyarakat belum maksimal karena faktor sosial, politik, administrasi,pendidikan, budaya dan
pekerjaan serta sosialisasi yang masih sangat kurang (3) upaya meningkatkan partisipasi masyarakat
dengan memperbaiki regulasi yang sudah tidak sesuai dengan konteks dan melibatkan stakeholder yang
ada serta meningkatkan sosialisasi.

Kata Kunci: Demokrasi; Partisipasi Masyarakat; Pilkada Serentak; Sulawesi Selatan

1
Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum UNDIP
2 Penulis Kedua, Penulis Koresponden

86
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

A. Pendahuluan seorang kepala daerah dan kekuatan politik yang


Masalah Demokrasi merupakan suatu pola menopang.3
pemerintahan yang mengikut sertakan secara aktif Dinamika perkembangan dan peningkatan
semua anggota masyarakat dalam keputusan yang kualitas Demokrasi di Idnonesia dapat kita pahami
diambil oleh mereka yang diberi wewenang. Maka dengan melakukan analisis terhada teorip Linz dan
legitimasi pemerintah adalah kemauan rakyat yang Stepan dalam buku problem of democratic
memilih dan mengontrolnya. Rakyat memilih wakil- transition and consolidation menyebut lima
wakilnya dengan bebas dan melalui mereka ini persyaratan agar konsolidasi demokrasi demokrasi
pemerintahnya. Disamping itu, dalam Negara berhasil. Pertama, adanya masyarakat sipil yang
dengan penduduk jutaan, para warga negara otonom dan jaminan hukum kebebasan berserikat
mengambil bagian juga dalam pemer intahan dan menyatakan pendapat: kedua, adanya
melalui persetujuan dan kritik yang dapat masyrakat politik yang diberi kesempatan untuk
diutarakan dengan bebas dalam media massa. bersaing secara sehat untuk mengontrol dan
Salah satu wujud dan mekanisme demokrasi mnjalankan kekuasaan: ketiga, dianutnya ideologi
di daerah adalah pelaksanaan pemilihan kepala supremasi hukum; keempat adanya birokrasi yang
daerah secara langsung. Pilkada merupakan legal-rasional dan kelima terciptanya masyarakat
sarana manifestasi kedaulatan dan pengukuhan ekonomi yang menjadi perantara antara negara
bahwa pemilih adalah masyarakat di daerah. dan masrakat.4
Pertama, memilih kepala daerah sesuai dengan Pelaksanaan pilkada yang dilakukan secara
kehendak bersama masyarakat di daerah sehingga langsung maupun tidak langsung dengan dipilih
ia diharapkan dapat memahami dan mewujudkan oleh DPRD harus tunduk pada ketentuan konstitusi
kehendak masyrakat di daerah. Kedua, melalui sebagai upaya mewujudkan demokrasi
pilkada diharapkan pilihan masyarakat di daerah konstitusional dalam memilih pemimpin pada level
didasarkan pada misi, visi, program serta kualitas daerah seperti gubernur, bupati dan wali kota.
dan integrasi calon kepala daerah yang sangat Pasal 18 ayat 4 UUD NRI 1945 menyatakan bahwa
menentukan keberhasilan penyelenggaraan gubernur, bupati, dan wali kota dipih secara
pemerintahan di daerah. Ketiga pilkada merupakan demokratis. Makna dari Pasal 18 ayat (4) Undang-
sarana pertanggungjawaban sekaligus sarana Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
evaluasi dan kontrol publik secara politik terhadap 3
Janedjri M Gaffar, Politik Hukum Pemilu, (Jakarta:
Konpress, 2012), hlm 85
4 Janedjri M Gaffar, Loc. Cit, hlm. 86

87
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

1945 ialah bahwa ketentuan tersebut mengandung demokratis, artinya kedaulatan tertinggi berada
arti bahwa pemilihan itu harus dilakukan dengan ditangan rakayat sehingga pemilihan harus
cara yang demokratis, yang menjamin prinsip dilaksanakan secara langsung. Implikasi dari
kedaulatan rakyat, seperti dipilih secara langsung persoalan pilkada langsung yang telah berlangsung
atau cara lain sesuai dengan keistemewaan atau secara tidak efektif terutama untuk menghemat
kekhususan daerah yang diatur dengan undang- anggaran maka disusunlah pelaksanaan pilkada
undang seperti penunjukan kepala daerah pada serentak yang merupakan salah satu inovasi yang
daerah-daerah istimewa yakni Daerah Istimewa diusulkan sebagai penguatan demokrasi lokal dan
Yogyakarta yang melakukan mekanisme dilaksanakan berdasarkan pada kondisi sosial,
penunjukan kepala daerah namun tetap dianggap politik, budaya dan geografis daerah setempat.
demokratis oleh masyarakat setempat, begitupun Pelaksanaan pilkada serentak yang telah digagas
dengan Aceh dan Papua. Frase kata “dipilih secara oleh DPR melalui pembentukan Rancangan
demokratis” diartikan dapat dipilih oleh anggota Undang-Undang Pemilihan Umum Kepala Daerah
DPRD dan dapat pula dipilih langsung oleh rakyat secara Serentak yang pelaksanaanya berlangsung
dalam suatu pemilihan kepala daerah. Pelaksanaan pada tiga tahap yakni 2015, 2017 dan 2019.
pilkada secara demokratis sebagaimana yang Pilkada serentak telah dilaksanakan tahap
termaktub dalam konstitusi tersebut didasarkan pertama pada tahun 2015 akhir, keberhasilan dan
secara fleksibel dengan menyesuaikan kondisi kualitas pelaksanaan pilkada ditentukan oleh
daerah tertentu apakah dilakukan secara langsung persiapan tahapan pilkada serentak dilaksanakan
maupun tidak langsung melalui DPRD. secara konsisten sesuai dengan peraturan
Pelaksanaan pilkada secara langsung perundang-undangan. Beberapa persoalan yang
tersebut dianggap tidak efektif karena sejumlah menganggu dan merisaukan pelaksanaan pilkada
faktor seperti ketidak efektifan anggaran, serentak tahap pertama ialah rendahnya partisipasi
regulasi,waktu persiapan, dan money politik. Upaya publik (partisipasi pemilih).
lain yang dilaksanakan pada pemilukada Provinsi Sulawesi Selatan dengan ibu kota
sebelumnya adalah menggati model pemilihan Makassar telah melaksanakan pilkada serentak
kepala daerah secara tidak langsung yang dipilh tahap peratama pada desember 2015, beberapa
oleh DPRD, akan tetapi pemilihan kepala daerah daerah yang melaksanakan pilkada serentak pada
oleh DPRD juga menuai persoalan,pasalnya tidak tahap pertama diikuti 10 daerah yakni Gowa,
merepresentasikan makna pemilihan secara
88
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Toraja, Lutim,Lutra, Selayar, Bulukumba, Maros, sangat singkat untuk melakukan kampanye hanya
Pangkep, Barru dan Soppeng. 3 bulan, persoalan regulasi oleh PKPU yang bisa
Namun pada pelaksanaan pilkada serentak memberikan suvenir seharga 25 ribu perorang
tahap pertama akhir tahun 2015 masih belum merupakan suatu permainan money, belum lagi
berhasil secara maksimal, hal tersebut dapat dilihat masalah distribusi logistik kampanye yang sangat
dalam tidak tercapainya batas nominal partisipasi terbatas, netralitas PNS dalam pemilihan yang
publik seperti yang ditetapkan oleh KPU pusat berakibat pada keberlangsungan para PNS dalam
yakni 75 % partisipasi dalam pilkada yang pekerjaanya. Berbagai persoalan di atas sekiranya
dilaksankan di Provinsi sulawesi selatan. Partisipasi menjadi evaluasi dalam pelaksanaan pilkada pada
publik dalam pilkada serentak di Provinsi Sulawesi tahap ke dua masa yang datang.
selatan hanya sekitar 2,5 persen dalam setahun Namun dari pelaksanaan pilkada tahap
dan hanya gowa naik 10 persen serta kabupaten pertama di Sulsel mengalami penurunan. Banyak
selayar dengan capaian 83 persen dari jumlah pertanyaan dibenak yang harus dipecahkan terkait
DPT 90.668 orang . 11 kabupaten di sulsel rendahnya partisipasi masyarakt dalam pilkada
melaksanakan pilkada dan partisipasi publik padahal dalam konteks negara Indonesia yang
(pemilih) tidak lebih dari 2,5 persen. Informasi di menganut paham Demokrasi Konstitusional dapat
Kabupaten Bulukumba ada 81 ribu c6 atau dinilai berjalan dan meningkat apabila masyarakat
undangan tidak tersebar dan dua daerah Luwu dapat berpartisipasi dalam ruang publik sperti
Utara dan Soppen partisipasi menurun pada kebebasan menyatakan pendapat dan ikut serta
pilkada serentak tahan pertama 2015. Pilkada di dalam pemilihan kepala daerah. Beranjak dari
Kabupaten Tana Toraja, 40 ribu dari 167.765 polemik pelaksanaan pilkada di Sulsel yang
pemilih yang terdaftar dalam daftar pemilih tetap mengalami penurunan partisipasi oleh masyarakat
(DPT) di Kabupaten Toraja Utara tidak mencoblos maka penulis merumuskan masalah sebagai
saat pemilihan bupati. Dugaan partisipasi publik berikut: Pertama: Bagaimana partisipasi
pada pilkada serentak menurun karena banyak masyarakat pada pilkada serentak di Provinsi
perantau yang tidak pulang ke kampung Sulawesi Selatan Tahun 2015 ?. Kedua: Mengapa
halamanya. partisipasi masyarakat pada pilkada serentak di
Sejumlah kendala yang dihadapai pada Provinsi Sulawesi Selatan belum maksimall
pelaksanaan pilkada serentak 2015 di Sulawesi ?.Ketiga: Bagaimana upaya meningkatkan
Selatan berupa persoalan teknis, waktu yang partisipasi masyarakat pada pilkada serentak
89
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

dimasa depan di Provinsi Sulawesi Selatan dalam masyarakat.5 Partisipasi publik (masyarakat)
rangka peningkatan kualitas Demokrasi menjadi salah satu indikator dalam penerapan
Konstitusional di Indonesia ? demokratisasi di Indonesia, partisipasi publik pada
pilkada serentak sebagai salah satu ciri negara
B. Kerangka Teori
demokrasi menjadi hal yang sangat urgen untuk
Teori hukum yang penulis gunakan dalam dipenuhi karena tingkat partisipasi publik menjadi
penelitian ini adalah teori demokrasi konstitusional devenden variabel dalam meningkatkan kualitas
sebagai hasil dari reformasi bahwa pelaksanaan demokrasi di Indonesia khususnya demokrasi
sistem ketatanegaraan Indonesia berdasarkan atas konstitusional. Tingkat partisipasi publik pada
hukum tidak hanya kekuasaan. Penulis juga pemilihan umum maupun pilkada serentak
menggunakan teori sistem hukum yang mana dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya6:
setiap elemen-elemen sistem hukum yakni partisipasi politik, keragaman pemilih,
substansi, struktur dan kultur hukum saling bekerja penyelenggara pemilu, Kepuasan publik pada
sehingga dapat mempengaruhi tingkat partisipasi pemerintah dan sistem pemilu dan figur calon.
masyarakat dalam pemilu. Selain itu, teori
C. Metode penelitian
bekerjanya hukum dapat kita gunakan untuk
Metode penelitian yang digunakan dalam
menganalisis bagaimana bekerjanya regulasi-
penelitian ini adalah yuridis sosiologis, pendekatan
regulasi dalam masyarakat apa saja yang
yuridis sosiologis bermaksud melakukan
mempengaruhi dan menghambat peningkatan
penjelasan atas permasalah yang diteliti dalam
partisipasi masyarakat dala pilkada ketika regulasi
hubunganya dengan aspek-aspek hukum serta
tersebut diterapkan dalam masyarakat.
mencoba menjelajahi realitas empiris dalam
Menurut pendapat Gaventa dan Valderna masyarakat. Hukum tidak hanya dilihat sebagai
dalam bukunya Dr. Siti Irene Astuti Dwiningrum suatu entitas normatif yang mandiri atau teoritik,
menegaskan bahwa partisipasi publik (masyarakat) melainkan juga dilihat sebagai bagian riil dari
telah mengalihkan konsep partisipasi menuju suatu sistem sosial berkaitan denga variabel sosial yang
kepedulian dengan berbagai bentuk keikutsertaan lain.
warga dalam pembuatan kebijaksanaan dan 5 Siti Irene Astuti Dwiningrum, Desentralisasi dan Partisipasi
pengambilkan keputusan di berbagai gelanggan Masyarakat dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar ,
2015), hlm. 54
kunci yang mempengaruhi kehidupan warga 6 Soewoto Mulyosudarsono, Pembaharuan Ketatanegaraan

melalui Perubahan Konstitusi, (Malang: Asosiasi Pengajar


HTN dan HAN Jawa Timur, 2004), hlm. 354-355
90
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Penelitian ini bersifat deskriftif analitis. Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
Deskriptif yaitu. Penelitian menggunakan survei tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
lapangan.7 Sedangkan analitis dilakukan dengan menjadi Undang-Undang, Peraturan Komisi
adanya suatu analisa terhadap permasalahan yang Pemilihan Umum Nomor 5 Tahun 2015 tentang
telah dikemukakan di muka dengan menggunakan Sosialisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku, Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati
pendapat para ahli, dan teori-teori ilmu hukum yang dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil
berkaitan dengan penelitian ini. Walikota, Peraturan Komisi Pemilihan Umum
Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pemutakhiran Data
Penelitian ini menggunakan 2 jenis data
dan Daftar Pemilih dalam Pemilihan Gubernur dan
yakni data primer dan data sekunder. Pertama:
Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan atau
Data primer ialah hasil wawancara dan data yang
Walikota dan Wakil Walikota.). 2) Bahan hukum
berkaitan dengan penelitian. Wawancara dilakukan
sekunder berupa dasar-dasar teoritik yang relevan.
pada beberapa pihak yakni: 1) Pihak Komisi
3) Bahan hukum tertier berupa bahan hukum dari
Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Selatan, 2)
kamus, ensiklopedia, artikel, jurnal dan koran.
Masyarakat Kabupaten Gowa, Maros, Bulukumba,
Toraja Utara dan Luwu Timur Povinsi Sulawesi Penelitian ini menggunakan metode analisis
Selatan. Kedua: data sekunder adalah data yang kualitatif, analisis data kualitatif ialah menguraikan
sudah dalam bentuk jadi, seperti data dalam data secara bermutu dalam kalimat teratur, runtun,
dokumen dan publikasi.8 Data sekunder meliputi: 1) logis, tidak tumpang tindih dan efektif sehingga
bahan hukum primer berupa: (UUD RI Tahun 1945, memudahkan interpretasi data dan pemahaman
UU No 8 Tahun 2015 tentang perubahan hasil analisis.
penetapan peraturan pemerintah pengganti UU
D. Hasil penelitian dan pembahasan
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur,
1. Partisipasi masyarakat pada pilkada
Bupati dan Walikota, UU No 10 Tahun 2016
serentak di Provinsi Sulawesi Selatan tahun
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
2015
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pilkada serentak merupakan reformasi
7 Altherton & Klemmack (Irawan Soehartono), Metode sistem pemilihan kepala daerah karena
Penelitian Sosial – Suatu Tehnik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial Lainnya, (Bandung: Remaja Rosda menyisahkan persoalan berupa tingginya ongkos
Karya, 1999), hlm. 63
8 Rianto Adi, Metode penelitian sosial dan hukum, demokrasi maka hadirnya pilkada serentak
(Jakarta:Granit, 2010), hlm. 57
91
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

menghemat anggaran dan dan mengefisiensi gesekan dalam masyarakat seperti yang terjadi
waktu. Persoalan-persoala dalam pilkada serentak pada pilkada langsung sebelumnya, intinya pilkada
tersebut tentu akan berimplikasi pada partisipasi serentak efisien dan efektif untuk dilaksanakan.9
masyrakat dalam pilkada, jika pada pilkada
Partisipasi masyarakat di Provinsi Sulawesi
sebelumnya yakni pilkada langsung yang
Selatan dilatarbelakangi oleh alasan-alasan yang
dilaksanakan setiap 5 tahun. Disamping itu
berbeda, Keterlibatan masyarakat dalam proses
pemilihan legislatif dan eksekutif yang juga menyita
demokrasi di daerah tidak bisa dipungikiri adanya
waktu yang banyak akan membuat masyarakat
kepentingan-kepentingan tertentu, tipe masyarakat
merasa jenuh untuk ikut berpartisipasi karena
juga menentukan sikapnya terhadap kegiatan
setiap kali harus mendatangi TPS untuk
pemerintahan. Ada yang apatis, kritis dan memeiliki
mencoblos. Persoalan anggaran juga sangat
kesadaran politik yang tinggi.
berdampak karena negara akan mengeluarkan
biaya yang bersar untuk menugaskan perangkat- Provinsi Sulawesi Selatan telah
perangkat daerah dalam mensosialisasikan dan melaksanakan pilkada serentak tahap awal pada
mendata masyarakat di setiap daerah. Dengan desember tahun 2015 yang dilaksanakan oleh 11
reformasi sistem pilkada serentak diharapkan akan kabupaten, berikut ini data partisipasi masyarakat
memberikan pengaruh pada partisipasi masyarakat (pemilih) pada pilkada serentak 2015, yakni:
karena masyarakat tidak perlu sering ke TPS lagi
No Kabupaten Pilkada Pilkada
dan meninggalkan aktivitasnya yang sangat penting 2010 Serentak
atau jika berada diperantaun tidak perlu lagi bolak- 2015
balik ke daerah untuk mencoblos lagi. 1 Kep. Selayar 82.28 81.22

Seperti yang dijelaskan oleh Ketua KPU 2 Bulukumba 68.42 58.92


Provinsi Sulawesi Selatan bahwa agenda pilkada
serentak merupakan keputusan politik oleh 3 Gowa 74.71 67.75

penguasa dalam menjalankan proses 4 Pangkajene 78.28 72.21


demokratisasi di Negara Indonesia. Pilkada dan Kep

serentak yang dicetuskan pemerintah disambut 5 Maros 75.20 61.51

baik oleh Provinsi Sulawesi Selatan, implikasi


positif yang dirasakan oleh penyelenggara yaitu 9
Wawancara bersama DR. Ikbal Latief SH.M.Hum (Ketua
menekan konflik-konflik horizontal dan gesekan- KPU Provinsi Sulawesi Selatan) 19 Desember 2016
92
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

6 Barru 77.88 77.53 dan faktor eksternal, faktor-faktor tersebut adalah


sebagai berikut:10
7 Soppeng 76.21 77.75

1. Faktor Internal
8 Tana Toraja 78.87 71.82
Faktor internal yakni:

9 Toraja Utara 74.78 72.06


a. Faktor Teknis: adanya kendala yang
bersifat teknis yang dialami oleh pemilih
10 Luwu Utara 78.27 76.43
sehingga menghalanginya untuk
11 Luwu Timur 71.30 69.32 menggunakan hak pilihnya. Seperti saat hari
Sumber: KPU Provinsi Sulawesi Selatan pecoblosan pemilih sedang sakit, pemilih
sedang ada kegiatan yang lain serta
Data tersebut menunjukan sejumlah daerah
berbagai hal lainya yang sifatnya
memiliki keragaman tingkat partisipasi yang
menyangkut pribadi pemilih. kondisi itulah
bervariasi, ada yang meningkat, bahkan rata-rata
yang secara teknis membuat pemilih tidak
mengalami penurunan. Misalnya bulukumba,
datang ke TPS untuk menggunakan hak
tingkat partisipasinya menurun sejak 2010 hingga
pilihnya.
2015 begitupun dengan maros, Gowa dan Luwu
b. Faktor Pekerjaan: Faktor pekerjaan juga
Timur serta Toraja utara. Pilkada serentak yang
merupakan hal yang sangat mendasar
dilaksanakan pada tahun 2015 ini merupakan
pengaruhnya pada partisipasi masyarakat di
inovasi positif pemerintah untuk melakukan
Sulawesi Selatan, beberapa daerah seperti
efisiensi waktu dan anggaran dibandingkan dengan
Toraja Utara, Luwu Timur, Bulukumba,
pilkada langsung ditahun-tahun sebelumnya.
Maros, dan Gowa tidak memilih karena
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi merantau di luar daerah untuk pekerjaan.
masyarakat pada pilkada serentak belum Seperti di Toraja Utara menurut keterangan
maksimal di Provinsi Sulawesi Selatan tahun salah satu responden:
2015 Tingkat golput yang terjadi di toraja
Menurut Bisma Arianto bahwa alasan utara bukanji karena apa, tapi banyak
rendahnya partisipasi masyarakat untuk memiih memang yang merantau. Apalagi di Toraja
diklasifikasikan menjadi 2 hal yakni faktor internal
10
Fadli Ramadhanil, Desain Partisipasi Masyarakat dalam
Pemantauan Pemilihan Umum, (Jakarta: Perludem,2015),
hlm. 40
93
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

kan lebih banyak pertanian sama ternak, dan sama KTPnya tetap juga tidak dibolehkan
mencoblos.11
itu tidak cukup untuk kesejahteraanya
makanya banyak yang ke luar daerah cari b. Faktor Sosialisasi: Persoalan yang paling

pekerjaan terus tidak balik waktu pemilihan. krusial dari sosialisasi yang terjadi di
beberapa daerah ialah persoalan sosialisasi,
begitupun dengan Luwu Timur:
menurut Ketua KPU Provinsi Sulawesi
partisipasi pemilih tahun 2015 Selatan :
menurun sekitar 5 atau penurunanya
Kendala yang terasa pada saat
kurang lebih 1.497.000 menjadi 1.200.000 pilkada serentak ialah kurangya anggaran
untuk sosialisasi, pengajuan anggaran
karena tingkat apatis masyarakat setempat
kepada Pemerintah Daerah tidak sesuai
dan juga banyak masyarakat yang berprofesi sehingga KPU sendiri mengalami kesulitan
dalam memasifkan sosialisasi.12
sebagai penjual sering ke luar daerah.
c. Faktor Pendidikan: Faktor pendidikan
2. Faktor Eksternal
cukup mempengaruhi dengan kuat belum
Faktor eksternal meliputi 5 yakni:
maksimalnya partisipasi masyarakat karena
a. Faktor Administratif: Faktor berikut yang tingkat pendidikan pemilih akan
menjadi penghalang dari aspek administrasi mempengaruhi cara pandang terhadap
adalah permasalahan kartu identitas. Masih keterlibatanya dalam pemilihan kepala
ada masyarakat tidak memiliki KTP. Jika daerah.
masyarakat tidak memiliki KTP maka tidak d. Faktor Figuritas: Faktor figuritas ini kuat
akan terdaftar di DPT (Daftar Pemilih Tetap) mempengaruhi partispasi masyarakat pada
karena secara administratif KTP yang pilkada serentak bahkan meskipun pada
menjadi rujukan dalam mendata dan pilkada sebelumnya, seperti yang terjadi di
membuat DPT. Maka masyarakat baru bisa Kabupaten Gowa yang sebenarnya masih
terdaftar sebagai pemilih menimal sudah merupakan daerah kerajaan namun ada
tinggal 6 bulan di satu tempat. calon kepala daerah yang mencalonkan diri
beberapa kali namun tetap tidak menang
Seperti yang terjadi di Toraja Utara :
Ada bebrapa orang di daerahku tidak 11
Wawancara bersama Wiwin (Masyarakat Kabupaten Toraja
bisaki mencoblos karena tidak ada surat Utara Kota Rantepao) 2 Januari 2017
panggilanya, nabawami kartu keluarganya 12 Wawancara bersama Dr.Iqbal Latief, SH.M.Hum (Ketua

KPU Provinsi Sulawesi Selatan) 9 Januari 2017


94
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

dalam setiap pilkada hal ini dikarenakan ada g. Kerjasama dengan pemantau dan
pembentukan paralegal
sosok figuritas yang telah dikenal dalam
h. Internalisasi partisipasi dalam
masyarakat Kabupaten Gowa sendiri yang pengawasan pemilu.
telah berasal dari keturunan mantan kepala
E. Simpulan dan Saran
daerah sebelumnya dari beberapa periode
yang telah dikenal dengan kuat oleh a. Simpulan

masyarakat setempat. 1) Partisipasi Masyarakat Pada Pilkada Serentak

e. Faktor politik: Faktor politik adalah alasan 2015 di Provinsi Sulawesi Selatan cukup

atau penyebab yang ditimbulkan oleh aspek bervariasi bahkan pilkada serentak tahap

politik masyarakat tidak mau memilih. Seperti pertama ini tidak memberikan pengaruh

ketidakpercayaan dengan partai, tak punya signifikan terhadap peningkatan partisipasi

pilihan dari kandidat yang tersedia atau tidak masyarakat selain itu ada 6 daerah yang

percaya bahwa pemilu ataupun pilkada akan menjadi objek penelitian penulis yakni daerah

membawa perubahan dan perbaikan. yang tingkat partisipasi masyarakat rendah

3. Upaya meningkatkan partisipasi masyarakat bahkan menurun ialah Bulukumba, Toraja

pada pilkada serentak di Provinsi Sulawesi Utara, d Maros Gowa dan Luwu Timur.

Selatan Penurunan partisipasi masyarakat pada pilkada


serentak ini dipengaruhi oleh banyak faktor
Ada beberapa rencana strategis sebagai
namun yang dapat kita analisa bahwa
upaya meningkatkan partisipasi masyarakat
sebenarnya persepsi masyarakat terhadap
dalam pilkada, yaitu:
pilkada serentak tidak ada perbedaan dan
a. Memetakan dan menguatkan partisipan: pengaruhnya bahkan dianggap sama dengan
Kelompok pemilih, kelompok sadar pilkada sebelumnya sehingga partisipasi
politik sebagai mitra strategis
b. Penyampaian informasi yang efektif masyarakat tidak memberikan pengaruh pada
c. Panwaslu sebagai fasilitator pilkada serentak 2015 ini
d. Model pelibatan dan partisipasi
masyarakat 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
e. Pengawasan semesta dan penyediaan partisipasi masyarakat yang belum maksimal
teknologi informasi untuk memudahkan
pelaporan pada pilkada serentak di Sulawesi Selatan
f. Duta pengawasan dan democracy Tahun 2015 ialah faktor sosial, budaya, politik,
heroes
adminsitrasi dan pekerjaan. Faktor-faktor

95
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

tersebut sangat besar perananya dalam dan masyarakat dalam meningkatkan partisipasi
mengukur maksimal atau tidak maksimalnya masyarakat.
partisipasi masyarakat. Misalnya faktor
b. Saran
administrasi karena persoalan tidak memiliki
surat panggilan dan tidak terdaftar dalam DPT 1) Berharap agar regulasi baik Undang-Undang
daerah setempat, faktor pekerjaan dan faktor maupun Perataturan Komisi Pemilihan Umum
politik yang signifikan pengaruhnya karena dapat disesuaikan dan diimplementasikan
kepentingan plitik pragmatis dan transaksional dengan baik oleh pemerintah beserta jajaranya
membuat masyarakat menjadi apatis dan jenuh agar partisipasi masyarakat dapat lebih
untuk ikut berpartisipasi. meningkat dalam pilkada serentak yang akan
3) Upaya-upaya meningkatkan partisipasi digelar 6 tahapan yang akan datang.
masyarakat dapat dilakukan dengan perubahan 2) Membangun relasi yang kuat antara Pemerintah
regulasi. Terbukanya secara luas bagi dan stakeholder lainya dalam pilkada serentak
masyarakat yang ingin bergabung dalam yang akan datang agar tidak tercipta sekat
PPK,PPS, dan KPPS, penguatan kegiatan antara pemerintah dan masyarakat sehingga
berbasis masyarakat seperti jejak pendapat, bersikap tidak apatis.
duta demokrasi. keterlibatan stake holder untuk 3) Semua pihak perlu bekerjasama demi
memberikan pendidikan politik bagi masyarakat, terwujudnya Demokrasi yang berlandaskan atas
KPU sebagai mitra masyarakat telah hukum di level pusat maupun daerah melalui
menyediakan rumah pintar pemilu dan partisipasi dalam pilkada serentak agar dapat
komunitas pemilu yang dapat menghimpun membangun daerah dan menguatkan otonomi
masyarakat yang termarginalkan yaitu daerah demi peningkatan kesejahteraan rakyat.
perempuan dan kaum disabiltas. Perguruan
Tinggi bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Daftar Pustaka
beserta LSM/Ormas dan Orpol membuat
Altherton & Klemmack (Irawan Soehartono),
program kerja untuk berpartisipasi pada pilkada
1999, Metode Penelitian Sosial – Suatu Tehnik
serentak 2017. Pada dasarnya partisipasi Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial Lainnya,
Bandung: Remaja Rosda Karya.
masyarakat di setiap daerah terletak bagaimana
upaya kreativitas Pemda beserta pemerintah Janedjri M Gaffar, 2012, Politik Hukum
Pemilu, Jakarta: Konpress.

96
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Fadli Ramadhanil, 2015, Desain Partisipasi


Masyarakat dalam Pemantauan Pemilihan Umum,
Jakarta: Perludem.
Siti Irene Astuti Dwiningrum, 2015,
Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam
Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Soewoto Mulyosudarsono, 2004,
Pembaharuan Ketatanegaraan melalui Perubahan
Konstitusi, Malang: Asosiasi Pengajar HTN dan
HAN Jawa Timur
Rianto, Adi, 2010, Metode Penelitian Sosial
dan Hukum, Jakarta: Grani.
Wawancara bersama DR. Ikbal Latief
SH.M.Hum (Ketua KPU Provinsi Sulawesi Selatan)
19 Desember 2016
Wawancara bersama Dr.Iqbal Latief,
SH.M.Hum (Ketua KPU Provinsi Sulawesi Selatan)
9 Januari 2017

97

Anda mungkin juga menyukai