Anda di halaman 1dari 5

Nama : Luh Gde Melina Putri Mahardika

NPM : 1733121224
Kelas : D5 Akuntansi

Pengelola Keuangan Negara


Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan
keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan tersebut
meliputi kewenangan yang bersifat umum dan kewenangan yang bersifat khusus. Untuk
membantu Presiden dalam penyelenggaraan kekuasaan pengelolaan keuangan, sebagian
dari kekuasaan tersebut dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku Pengelola Fiskal
dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan, serta
kepada Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.
Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan fiskal dan
kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan, administrasi
kepabeanan, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan.
Kekuasaan pengelolaan Keuangan Negara meliputi kewenangan yang bersifat umum dan
kewenangan yang bersifat khusus. Kewenangan yang bersifat umum meliputi penetapan
arah, kebijakan umum, strategi, dan prioritas dalam pengelolaan APBN, antara lain
penetapan pedoman pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN, penetapan pedoman
penyusunan rencana kerja kementerian negara/lembaga, penetapan gaji dan tunjangan,
serta pedoman pengelolaan Penerimaan Negara. Kewenangan yang bersifat khusus
meliputi keputusan/kebijakan teknis yang berkaitan dengan pengelolaan APBN, antara
lain keputusan sidang kabinet di bidang pengelolaan APBN, keputusan rincian APBN,
keputusan dana perimbangan, dan penghapusan aset dan piutang negara.
Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai tujuan
bernegara. Dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan
bernegara dimaksud setiap tahun disusun APBN dan APBD.

Sistem Akuntansi Pemerintah Indonesia dan Bagiannya


Sistem akuntansi pemerintah adalah sistem akuntansi yang mengolah semua
transaksi keuangan, aset, kewajiaban, dan ekuitas pemerintah yang menghasilkan
informasi akuntansi dan laporan keuangan yang tepat waktu dengan mutu yang dapat
diandalkan, baik yang diperlukan oleh badan-badan diluar eksekutif, maupun oleh
berbagai tingkatan manajemen pada pemerintahan.Penerapan sistem akuntansi
pemerintahan dari suatu negara sangat bergantung kepada konstitusi dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku pada negara yang bersangkutan. Sistem akuntansi
pemerintah harus dapat menyediakan informasi yang akuntabel dan auditable. Selain itu
sistem akuntansi pemerintah harus mampu menyediakan informasi keuangan yang
diperlukan untuk menyusun rencana atau program dan evaluasi pelaksanaan secara fisik
dan keuangan. Sistem akuntansi pemerintah di Indonesia dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1) Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP)
SAPP adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari
pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi
keuangan dan operasi keuangan Pemerintah Pusat.
2) Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD)
SAPD adalah proses mencatat, menilai, dan mengidentifikasi semua transaksi bisnis
yang terjadi pada entitas Pemerintah Daerah, seperti provinsi, kota, atau kabupaten.
Output berupa laporan keuangan dari Akuntansi Keuangan Daerah ditujukan kepada
pihak-pihak seperti Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Badan Pengawas
Keuangan (BPK), kreditor, investor, donatur, dan pihak berkepentingan lainnya.

SAPP dan Subsistem-subsistemnya


Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) berlaku untuk seluruh unit organisasi
Pemerintah Pusat dan unit akuntansi pada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan
Dekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan serta pelaksanaan Anggaran Pembiayaan dan
Perhitungan.
Yang tidak termasuk dalam ruang lingkup SAPP yaitu:
 Pemerintah Daerah (sumber dananya berasal dari APBD)
 Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang terdiri dari:
- Perusahaan Perseroan
- Perusahaan Umum dan Bank Pemerintah
- Lembaga Keuangan Milik Pemerintah.
SAPP terbagi menjadi dua subsistem, yaitu:
1) Sistem akuntansi Pusat (SiAP)
Merupakan bagian SAPP yang dilaksanakan oleh Direktorat Informasi dan Akuntansi
(DIA) yang akan menghasilkan laporan keuangan pemerintah pusat untuk
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
Sistem Akuntansi Pusat sendiri terbagi menjadi 2 subsistem, yaitu:
a. SAKUN (Sistem Akuntansi Kas Umum Negara) yang menghasilkan Laporan
Arus Kas dan Neraca Kas Umum Negara (KUN).
b. SAU (Sistem Akuntansi Umum) yang menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran
dan Neraca SAU.
2) Sistem akuntansi Instansi (SAI)
Merupakan bagian SAPP yang akan menghasilkan laporan keuangan untuk
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran instansi.
Sistem Akuntansi Instansi terbagi menjadi 2 subsistem, yaitu:
a. Sistem Akuntansi keuangan (SAK)
Merupakan subsistem dari SAI yang menghasilkan Laporan Realisasi Aanggaran,
Neraca, dan Catatan atas Laporan keuangan, namun laporan keuangan yang
dihasilkan tersebut merupakan laporan keuangan pada tingkat
kementrian/lembaga.
b. Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN).
Secara umum, barang adalah bagian dari kekayaan yang merupakan satuan
tertentu yang dapat dinilai/dihitung/diukur/ ditimbang, tidak termasuk uang dan
surat berharga. Menurut UU Nomor 1 Tahun 2004, Barang Milik Negara adalah
semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah. Contoh perolehan lainnya yang sah adalah hibah atau
rampasan/sitaan.

Struktur SAPD
Struktur akuntansi di pemerintah daerah menggunakan konsep transaksi Kantor
Pusat – Kantor Cabang atau Home Office – Branch Office (HOBO). Sebagai konsekuensi
dari struktur akuntansi diperlukan kontrol pencatatan antara PPKD dan SKPD melalui
mekanisme akun resiprokal (reciprocal account) yaitu akun Rekening Koran-Pusat (RK-
Pusat) yang ada di SKPD dan akun Rekening Koran-SKPD (RK-SKPD) yang ada di
PPKD. Akuntansi RK-Pusat merupakan akuntansi ekuitas dana di tingkat SKPD. Akun
RK-Pusat setara dengan akun Ekuitas Dana, tetapi penggunanya khusus SKPD. Akun
“RK-Pusat” akan bertambah bila SKPD menerima transfer aset (menerima aset tetap dari
Pemda), pelunasan pembayaran belanja LS, dan akan berkurang bila SKPD mentransfer
aset ke Pemda (seperti penyetoran uang ke Pemda).

Proses Penyusunan Laporan Keuangan SKPD dalam Sistem Akuntansi Pemerintah


Daerah
Langkah 1 (Kertas Kerja)
1) PPK-SKPD menyiapkan kertas kerja (worksheet) 10 lajur sebagai alat untuk
menyusun Laporan Keuangan.
2) PPK-SKPD membuat jurnal penyesuaian. Jurnal ini dibuat dengan tujuan
melakukan penyesuaian atas saldo pada akun-akun tertentu dan pengakuan atas
transaksi-transaksi yang bersifat akrual.
3) PPK-SKPD melakukan penyesusaian terhadap neraca saldo berdasarkan jurnal
penyesuaian yang telah dibuat.
4) PPK-SKPD mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen laporan
Realisasi Anggaran dan memindahkannya ke kolom “Laporan Realisasi Anggaran”
yang terdapat pada Kertas Kerja.
5) PPK-SKPD mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen Neraca dan
memindahkannya ke kolom “Neraca” yang terdapat pada Kertas Kerja.
6) PPK-SKPD dapat menyusun Laporan Keuangan yang terdiri dari Neraca dan
Laporan Realisasi Anggaran. Sebagai catatan, neraca yang dihasilkan belum final
karena PPK-SKPD belum membuat Jurnal Penutup.
Langkah 2 (Jurnal Penutup)
Jurnal Penutup adalah jurnal yang dibuat untuk menutup saldo nominal menjadi nol pada
akhir periode akuntansi.
1) Jurnal Penutup Pendapatan
2) Jurnal Penutup Belanja
3) Jurnal Penutup Surplus/Defisit ke SiLPA jika Surplus
4) Jurnal Penutup Surplus/Defisit ke SiLPA jika Defisit
Langkah 3 (Penyusunan Laporan Keuangan Sebelum Konversi)
Laporan Realisasi Anggaran SKPD (LRA SKPD) disusun setiap semester. Laporan
Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatan dan belanja SKPD yang
masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
Langkah 4 (Konversi SAP)
Laporan keuangan yang dibuat oleh SKPD yang terdiri atas LRA, Neraca, dan Catatan
atas Laporan Keuangan, disusun berdasarkan struktur anggaran APBD sesuai
Permendagri No.13 Tahun 2006.
Langkah 5 (Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Setelah Konversi)
Format Laporan Realisasi Anggaran SKPD setelah dilakuan konversi yang telah sesuai
Permendagri 59 Tahun 2007/Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005.
Langkah 6 (Penyusunan Catatan Atas Laporan Keuangan)
Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus memiliki referensi silang
dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Langkah 7 (Pembuatan Jurnal Balik di Awal Tahun)
Jurnal Balik adalah proses pilihan yang dilakukan setelah pembuatan laporan keuangan.
Jurnal balik adalah proses penjurnalan kembali untuk akun-akun yang dilakukan
penyesuaian agar pada kondisi awal neraca periode berikutnya, nilainya menjadi nihil.
1) Jurnal Balik Persediaan
2) Jurnal Balik Piutang

7)
Daftar Pustaka

https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-17-2003-keuangan-negara
http://widihartawan.blogspot.com/2013/06/sistem-akuntansi-pemerintah-pusat-di.html
http://galuhboys.blogspot.com/2014/02/sistem-akuntansi-pemerintah-pusat-sapp.html
https://docplayer.info/30165506-Bab-v-penyusunan-laporan-keuangan-skpd.html

Anda mungkin juga menyukai