KELOMPOK 11
1
Kata pengantar
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-
Nyalah sehingga kami dapat meyelesaikan makalah dengan judul “Penatalaksanaan Gigitan
Ular” tepat dengan waktunya.
Dalam penyelesaian tugas ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
antara lain dosen dan teman - teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya, yang
telah banyak memberikan sumbangan, masukan, dukungan, dalam penyelesaian tugas ini. Untuk
itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini belum sempurna. Untuk itu segala saran
dan kritikan yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak, demi
kesempurnaan bagi penulisan berikutnya.
Semoga dengan adanya tugas akhir ini akan dapat memberikan manfaat yang besar bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca semua pada umumnya.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan pencernaan adalah masalah yang terjadi pada salah satu organ sistem
pencernaan, atau lebih dari satu organ pencernaan secara bersamaan.
Sistem pencernaan terdiri dari sejumlah organ, mulai dari mulut, kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, dan anus. Organ hati, pankreas, dan kantung empedu
juga berperan dalam mencerna makan, namun tidak dilewati oleh makanan atau terletak
di luar saluran pencernaan.
4
2.3 Macam-macam gangguan pencernaan pada bayi dan anak
Dokter spesialis anak yang, Juffrie, mengatakan, fungsi saluran cerna ada dua, yaitu
untuk mencerna atau disgesti menyerap sisa makanan. Saluran pencernaan yang sehat
adalah saluran pencernaan yang melakukan kedua fungsi itu dengan baik. "Makanan bisa
dipecah (dicerna) dan diserap artinya fungsinya (pencernaan) sudah bagus," ujarnya.
Gangguan pencernaan yang terjadi pada anak dan orang dewasa memiliki efek yang
berbeda. Pada anak-anak, gangguan pencernaan bisa mengarah pada gangguan tumbuh
kembang dan kecerdasan. Hal ini disebabkan ada hubungan antara saluran pencernaan
danperkembanganotak.
Juffrie mengatakan, setidaknya ada tujuh jenis gangguan pencernaan yang terjadi pada
masa awal tumbuh kembang anak. Gangguan tersebut meliputi gumoh, gangguan
mengunyah, muntah berulang, kolik, diare fungsional, dyscechia, dan sembelit
fungsional.
1. Gumoh/regurgitasi/reflux
Gumoh disebut juga gastroeshophagel reflux. Hal ini terjadi akibat kerongkongan
bayi yang belum berkembang sempurna. Dimana cincin otot di ujung atas perut tidak
menutup sempurna. Biasanya gumoh pada bayi akan hilang sebelum bayi mencapai
usia 2 tahun. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi gumoh pada
bayi :
Berikan susu sebelum bayi lapar. Bayi yang lapar cenderung meminum susu
lebih cepat sehingga banyak udara yang tertelan dan terperangkap di dalam
perut sehingga menyebabkan gumoh.
Menyusui bayi dalam keadaan tegak. Berikan posisi tersebut sekitar 20-30
menit setelah menyusui,
Berikan susu sedikit tp sering,
Jika memberikan susu melalui dot, pastikan bahwa dot yang digunakan tidak
terlalu besar.
5
Kebiasaan gumoh dapat berbeda-beda sehingga frekuensi gumoh juga bervariasi.
Selain dari frekuensi gumoh bayi yang tergolong normal dapat diloihat dari :
Tidak ada masalah pada tumbuh kembang si bayi
Bayi tetap nyaman dan tidak rewel
Dan tidak ada gangguan pernafasan
Meskipun gumoh pada bayi cenderung normal, namun ada beberapa tanda gumoh
yang harus diwaspadai :
Bayi terus mengalami gumoh setelah usia 1 tahun
Bayi terlihat kesulitan dan kesakitan saat gumoh
Mengalami demmam hingga 38oC
Rewel berlebihan
Keinginan menyusu menurun
Kesulitan bernafas
Jumlah cairan gumoh terjadi cukup banyak dan terjadi sampai 2 jam setelah
menyusi
Perut bayi tampak penuh dan membucit.
Pada beberapa kasus gumoh pada bayi dapat menandakan gangguan kesehatan seperti
alergi susu sapi, sumbatan atau penyempitan pada kerongkonan dan penyakit refluks.
2. Gangguan menngunyah
Gangguan Menyunyah dan menelan adalah gangguan makan meemasukkan
makanan, menghisap, mengunyah, atau menelannya masuk ke dalam mulut. Sebagai
contoh, seorang anak yang tidak bisa mengambil makanan dan membawanya ke
mulutnya atau tidak dapat sepenuhnya menutup bibirnya untuk menyimpan makanan
dari jatuh keluar dari mulutnya mungkin memiliki kelainan makan.
Gangguan Menelan juga disebut disfagia yang dapat terjadi pada berbagai tahap
dalam proses menelan:
Fase oral : mengisap, mengunyah, dan memindahkan makanan atau cairan ke
dalam tenggorokan
6
Fase Pharyngeal : memulai menelan, menekan makanan ke dalam
tenggorokan, dan penutup dari saluran udara untuk mencegah makanan atau
cairan dari memasuki saluran udara (aspirasi) atau untuk mencegah tersedak
Fase Esophageal : relaksasi dan menguatnya bukaan di bagian atas dan bawah
dari saluran di tenggorokan (kerongkongan atau oesephagus) dan meremas
makanan melalui kerongkongan ke lambung
Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala dari masalah makan dan menelan pada anak
di bawah usia lima tahun :
melengkung atau kekakuan dari tubuh selama menyusui
lekas marah atau kurangnya kewaspadaan selama makan
menolak makanan atau cairan
kegagalan untuk menerima tekstur makanan yang berbeda (misalnya, hanya
bubur sereal makanan atau renyah)
makan lebih lama(e.g., lebih dari 30 menit)
kesulitan mengunyah
kesulitan menyusui
batuk atau muntah selama makan
air liur berlebihan atau makanan / cairan yang keluar dari mulut atau hidung
koordinasi kesulitan bernapas dengan makan dan minum
meningkat kekakuan selama makan
gurgly, serak, atau kualitas suara mendesah
sering muntah atau muntah
berulang pneumonia atau infeksi saluran pernafasan
Kenaikan berat badan kurang kurang dari normal Akibatnya, anak-anak
mungkin akan menghadapi risiko: dehidrasi dan malnutrisi atau kurang gizi
aspirasi (makanan atau cairan memasuki saluran udara) atau penetrasi
pneumonia atau infeksi saluran pernapasan atas ulang yang dapat
menyebabkan penyakit paru-paru kronis
Mengisolasi diri dalam situasi sosial saat makan
7
3. Muntah berulang
Mual muntah biasanya disebabkan radang saluran cerna (gastroenteritis) yang diikuti
dengan diare dan dapat sembuh sendiri. Namun pada kasus tertentu, penyebab lain
perlu diwaspadai.
Biasanya muntah didahului oleh rasa mual. Muntah merupakan proses refleks yang
terkoordinasi, yang diawali dengan meningkatnya jumlah air liur diikuti rasa ingin
muntah.
Penyebab anak mual dan muntah sangat bervariasi, mulai dari yang paling ringan
misalnya stres, keracunan makanan atau obat, infeksi saluran cerna, hingga yang
berbahaya dan memerlukan tindakan perawatan.
Mual muntah yang berbahaya bisa disebabkan gejala dari saluran cerna atau bisa juga
bukan. Misalnya dari organ telinga ataupun ginjal.
Muntah yang perlu diwaspadai :
Malrotasi (usus terpeluntir)
Kista koledokus (terdapat kista di saluran empedu, biasanya dari lahir)
Intususepsi berulang (saluran usus yang saling menjepit)
Kelainan susunan saraf (tumor, epilepsi, gangguan keseimbangan)
Kelainan sistemik lain: gangguan ginjal, saluran empedu, keracunan
Bila mual muntah tidak kunjung berhenti, muntah berwarna hijau atau
hitam, atau anak terlihat dehidrasi, bawa segera ke rumah sakit terdekat.
Pemeriksaan yang menyeluruh dari mulai fisik, laboratorium, ataupun
pencitraan mungkin diperlukan untuk mencari penyebabnya.
Biasanya muntah berwarna kehijauan merupakan petunjuk adanya sumbatan
saluran cerna bagian bawah duodenum, sedangkan muntah berwarna hitam
menunjukkan adanya perdarahan dari saluran cerna atas atau lambung.
Bila anak muntah di waktu yang sama, bersifat ringan, dan tidak menyebabkan
gangguan kesehatan berarti, mungkin ini adalah suatu sindrom muntah berulang
(cyclic vomiting syndrome/CVS).
Muntah biasanya terjadi pada jam-jam yang sama
8
Berakhir setelah periode yang sama
Gejalanya serupa pada tiap kambuhnya dengan berat yang sama
CVS bisa terjadi pada berbagai usia, biasanya pada anak usia 3-7 tahun.
Frekuensinya cenderung berkurang setelah usia dewasa, namun ada berbagai
kejadian atau situasi yang bisa mencetuskan, tetapi tak selalu mudah diketahui
penyebabnya.
Semua kejadian dapat mencetuskan CVS pada anak, antara lain infeksi, alergi,
gejala flu, makanan, kebanyakan makan, dehidrasi, udara panas, kelelahan,
menstruasi, stres, tidak cukup tidur.
4. Kolik
Kolik adalah ketika bayi menangis terus menerus tanpa penyebab apapun.
Kondisi ini bukan termasuk penyakit dan tidak membahayakn bayi. Bayi dengan
kolik sering kali menangis lebih dari 3 jam sehari 3 hari seminggu atau 3 minggu bisa
lebih.
Kondisi ini biasanya paling parah saat bayi di sekitar 6-8 minggu dan menghilang
dengan sendirinya pada usia antara minggu ke-8 hingga minggu ke-14. Kondisi ini
dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Diskusikan dengan dokter
untuk informasi lebih lanjut.
9
Menangis tanpa alasan yang jelas
Normal untuk bayi menangis kadang-kadang. Namun, menangis biasanya berarti bayi
memerlukan sesuatu, seperti makanan atau popok bersih. Menangis yang terkait dengan
menangis terus menerus terjadi tanpa penyebab yang jelas.
Perubahan postur
Kaki yang melingkar, tangan mengepal dan otot perut yang kencang umum terjadi saat
episode kolik.
Diagnosis dan perawatan dini dapat menghentikan kondisi ini dari memburuk dan mencegah
kondisi medis darurat lainnya, maka itu bicaralah pada dokter segera untuk mencegah kondisi
serius ini.
Bayi yang menangis tanpa sebab tidak selalu kolik. Langkah pertama yang perlu Anda lakukan
adalah memastikan bahwa bayi Anda tidak punya alasan kesehatan untuk menangis.
Demam hingga 38℃
Muntah
10
Jika bayi memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya,
konsultasikanlah dengan dokter. Tubuh masing-masing orang berbeda. Selalu konsultasikan ke
dokter untuk menangani kondisi kesehatan bayi.
Penyebab kolik
Bagaimana variasi kondisi di antara bayi, mengapa kondisi terjadi pada waktu-waktu tertentu,
dan mengapa kondisi dapat diselesaikan dengan sendirinya juga sulit untuk diteliti.
Namun, beberapa ahli telah menelusuri beberapa teori soal penyebab kolik, yaitu:
Alergi
Intoleransi laktosa
Namun, masih tidak jelas mengapa beberapa bayi memiliki kolik dan beberapa lain
tidak. Kondisi ini terjadi tidak tergantung pada kelahiran bayi, yaitu anak pertama, kedua, ketiga,
atau seterusnya. Kondisi ini juga bisa terjadi pada bayi yang disusui ASI ataupun susu formula.
Ibu bayi yang merokok selama kehamilan atau setelah persalinan memiliki risiko yang
lebih besar terkena kolik.
11
Banyak teori lain tentang apa yang menyebabkan anak rentan terhadap kolik, namun
tidak ada satupun yang telah dibuktikan. Sebagai contoh kolik lebih jarang terjadi pada
anak pertama atau bayi yang diberikan susu formula, pola makan ibu yang menyusui
tidak memicu kolik, dan anak perempuan dan laki-laki, apapun urutan kelahiran atau
bagaimana diberikan makan, mengalami kolik dengan angka yang serupa.
Kolik tidak menimbulkan masalah kesehatan jangka pendek atau panjang pada anak-anak.
Namun, kondisi ini dapat mengakibatkan stres pada orang tua.
Penelitian menunjukkan ada hubungan antara kolik dengan masalah-masalah di bawah ini:
Mengguncang bayi dapat menyebabkan kerusakan serius pada otak, bahkan kematian. Risiko
reaksi yang tidak terkontrol ini lebih besar jika orang tua tidak memiliki informasi tentang
menenangkan anak yang menangis, pendidikan tentang kolik, dan dukungan yang diperlukan
untuk merawat bayi dengan kolik.
12
Biasamya juga akan ditanyakan bagaimana tangisan mempengaruhi orang tua dan menunjukkan
bagaimana untuk memberi makan dan membuat bayi sendawa. Dokter juga dapat menyarankan
orang tua mencatat kapan dan seberapa sering bayi menangis.
Apabila bayi memiliki gejala yang mengkhawatirkan seperti muntah atau demam, dokter dapat
melakukan tes laboratorium atau rontgen untuk menemukan penyebab.
Pengobatan
Kolik dapat membaik dengan sendirinya, seringnya pada usia 3 bulan. Namun tidak ada
perawatan yang terbukti yang konsisten ampuh pada setiap bayi. Beberapa pilihan perawatan
dapat meliputi:
Obat-obatan ini tergolong aman, kecuali pada bayi yang harus menggunakan obat pengganti
tiroid.
Probiotik
Probiotik adalah zat yang membantu menjaga keseimbangan alami bakteri “baik” pada saluran
pencernaan. Karena bayi dengan kolik dapat memiliki ketidakseimbangan bakteri ini, peneliti
telah mencoba untuk mengganti beberapa probiotik ini dalam beberapa studi.
Salah satunya, Lactobacillus reuteri, secara signifikan mengurangi gejala kondisi ini. Namun,
hasil studi telah beragam. Beberapa menunjukkan manfaat, beberapa lagi tidak menemukan
manfaat apapun.
Namun, para ahli tidak menemukan bukti yang cukup untuk merekomendasikan probiotik untuk
mengatasi kondisi ini.
5. Diare fungsional
13
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek
sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa,
yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau
tinja yang berdarah.
Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun
pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat
(Simatupang, 2004).
Klasifikasi diare
Menurut Simadibrata (2009), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :
a. Lama waktu diare
Berdasarkan lama atau durasi waktu diare, penyakit diare dapat dibedakan
menjadi (1) Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari.
Sedangkan menurut World Gastroenterology 2 Organization Global
Guidelines (2005) diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair atau
lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14
hari. Diare akut biasanya sembuh sendiri, lamanya sakit kurang dari 14 hari,
dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi (Wong,
2009). (2) Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari
b. Mekanisme patofisologik
Berdasarkan mekanisme patofisiologik yang mendasari terjadinya diare,
diare dapat diklasifikasikan menjadi diare oleh karena : Osmolalitas
intraluminal yang meninggi, disebut diare sekretorik, diare tipe ini desebabkan
oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus serta menurunnya
absorbsi. Secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja banyak sekali.
Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan dan
minum.
Penyebab diare tipe ini antara lain karena enterotoksin pada infeksi Vibrio
cholerae atau Escherichia coli, penyakit yang mengahasilkan hormon
14
(VIPoma), reseksi ileum (gangguan absorbsi garam empedu) dan efek obat
laksatif. Sekresi cairan dan elektrolit meninggi atau diare osmotik, diare tipe
ini disebabkan oleh meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus
yang disebabkan obat-obat atau zat kimia yang hiperosmotik, malabsorbsi
umum, dan defek dalam absorbsi mukosa 3 usus, misal pada defisiensi
disakaridase, malabsorbsi glukosa atau galaktosa. Malabsorbsi asam empedu,
diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan atau produksi micelle
empedu dan penyakitpenyakit saluran bilier hati. Infeksi dinding usus, disebut
diare infeksi, nfeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare.
Dari sudut kelainan usus, 4 diare oleh bakteri dibagi menjadi invasif (merusak
mukosa) dan bakteri non invasive
Etiologi Diare
Diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor infeksi, malabsorpsi
(gangguan penyerapan zat gizi), makanan dan faktor psikologis. (Bodhidatta L, 2010)
1. Factor infeksi
15
Infeksi enternal yaitu infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama
diare pada anak. Jenis-jenis infeksi enternal bisa disebakan oleh bakteri, virus, parasit,
serta jamur
Infeksi oleh bakteri dapat disebabkan oleh Escherichia coli, Salmonella thyposa,
Vibrio cholerae (kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan
patogenik seperti pseudomonas. Infeksi virus yakni Rotavirus yang merupakan
etiologi paling penting yang menyebabkan diare pada anak dan balita. Infeksi
Rotavirus biasanya terdapat pada anak-anak umur 6 bulan-2 tahun. Infeksi Rotavirus
menyebabkan sebagian besar perawatan rumah sakit karena diare berat pada anak-
anak kecil dan merupakan infeksi nosokomial yang signifikan oleh mikroorganisme
patogen. Selain Rotavirus, telah ditemukan juga virus baru yaitu Norwalk virus. Virus
ini lebih banyak terjadi kasusnya pada orang dewasa dibandingkan anak-anak.
(Suharyono, 2008)
2. Factor malabsorpsi
Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi karbohidrat dan lemak.
Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi yang sensitif terhadap lactoglobulis (protein susu
sapi) dalam susu formula dapat menyebabkan diare. Sedangkan malabsorpsi lemak,
terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida,
dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap
diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat
muncul karena lemak tidak terserap dengan baik
3. Factor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun,
terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang matang. Makanan yang
terkontaminasi, jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak dan balita.
4. Factor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare
kronis. Tetapi jarang terjadi pada balita, umumnya terjadi pada anak yang lebih besar
6. Dyschesia
16
Dyschesia pada bayi merupakan gangguan dimana bayi menangis dan mengejan
selama kurang lebih 10 menit sebelum berhasil buang air besar yang tidak keras. Hal
ini biasanya tidak disertai adanya masalah kesehatan yang lain.
7. Sembelit fungsional
Sembelit merupakan keluhan utama sebesar 3% dari kunjungan rawat jalan anak.
Sekitar 40% dari anak-anak dengan sembelit fungsional mengalami gejala selama
tahun pertama dari kehidupannya.
Kriteria diagnosis untuk sembelit fungsional mengacu pada kriteria Rome III yang
harus mencakup 1 bulan minimal 2 dari berikut pada bayi sampai usia 4 tahun:
a. Dua atau lebih buang air besar per minggu
b. Setidaknya 1 episode per minggu inkontinensia setelah toilet training
c. Retensi feses yang berlebihan
d. Riwayat nyeri gerakan usus
e. Adanya massa tinja besar dalam rektum f. Riwayat tinja berdiameter besar
yang dapat menghambat toilet.
Gejala tambahan adalah lekas marah, nafsu makan menurun dan/atau cepat
kenyang. Sembelit fungsional bayi adalah diagnosis yang dibuat berdasar riwayat dan
pemeriksaan fisik. Tidak diperlukan pemeriksaan tambahan.
Penyebab sembelit fungsional bayi bervariasi. Pada bayi dengan tinja yang keras,
seringkali sesuai dengan perubahan dari ASI ke susu formula komersial atau pengenalan
makanan padat. Perbedaan komposisi asam lemak antara ASI dan susu formula menjadi
penyebab sembelit fungsional pada bayi. Beta-palmitat adalah asam lemak yang sangat
penting yang mencegah feses keras pada bayi. Bayi dengan riwayat atopik kadangkadang
menderita sembelit fungsional karena peradangan pada usus yang lebih memudahkan
dalam kontraksi otot sphrincter ani
Manajemen sembelit fungsional, langkah pertama adalah pendidikan keluarga
selama kunjungan awal. Keluarga akan menghargai dokter yang menjelaskan masalah,
tidak adanya penyakit, dan pengelolaan yang aman dan efektif. Langkah selanjutnya
adalah orangtua perlu bantuan untuk memahami sembelit pada anaknya. Dokter dan
orangtua menyepakati rencana untuk mengevakuasi massa feses lewat dubur. Manajemen
17
diet bisa diberikan susu formula beta palmitat dan formula protein hidrolisat parsial. Ini
akan meningkatkan frekuensi buang air besar dan pelembut stool.
BAB III
KONSEP ASKEP
Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus
merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insiden
penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai
terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enterik
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi
encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7
hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA,
ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang
diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak
usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan
dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat
tinggal.
2. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
Kenaikan BB karena umur 1 -3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg),
PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
18
Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan
seterusnya.
Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring,
seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan
keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas
utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru
dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri :
Umur 2-3 tahun :
1. berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)
2. Meniru membuat garis lurus (GH)
3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4. Melepasa pakaian sendiri (BM)
3. Pemeriksaan Fisik
pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1
tahun lebih
Mata : cekung, kering, sangat cekung
Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau
tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa
minum
Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
19
Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada
diare sedang .
Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat >
375 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time
memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ),
frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang
berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon
yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3
menurun )
Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopneumoni
Penatalaksanaan Diare
Rehidrasi
1. Jenis cairan
a. Cara rehidrasi oral
Formula lengkap seperti oralit, pedyalit setiap kali diare.
Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
b. Cara parenteral
Cairan I : RL dan NS
Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL
D5 : RL = 4 : 1 + KCL
D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus pada diare usia > 3 bulan.
2. Jalan pemberian
Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)
3. Jumlah Cairan ; tergantung pada :
Defisit ( derajat dehidrasi)
Kehilangan sesaat (concurrent less)
Rumatan (maintenance).
4. Jadwal / kecepatan cairan
a) Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya kurang lebih
13 kg : maka pemberianya adalah :
- BB (kg) x 50 cc
20
- BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.
b) Terapi standar pada anak dengan diare sedang :
- + 50 cc/kg/3 jam atau 5 tetes/kg/mnt
Terapi
a) obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
b) obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
Antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta dietetic
a) Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan padat / makanan cair atau susu
b) Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi
elemen atau semi elemental formula.
Supportif
Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 – 5 tahun
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 jam diharapkan keseimbangan cairan
dapat dipertahankan.
Kriteria Hasil :
INTERVENSI RASIONAL
21
cairan dalam tubuh.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam diharapkan dapat
meningkatkan kebutuhan nutrisi
Kriteria hasil:
1. Intake makanan lewat mulut yang tidak adekuat ditingkatkan ke cukup adekuat
2. Intake cairan lewat mulut yang tidak adekuat ditingkatkan ke cukup adekuat
INTERVENSI RASIONAL
22
perkembangannya 3. Untuk mengetahui berat badan yang
3. Timbang pasien secara berkala seimbang
4. Perhatian orangtua sangat membantu
4. Dukung orangtua untuk berpartisipasi dalam kesembuhan pasien
dalam aktivitas perawatan (misalnya
memandikan, memberikan makan,
memberikan obat, atau mengganti
balutan) 5. Untuk mengetahui kandungan nutrisi
5. Evaluasi kandungan nutrisi dari yang seimbang
makanan yang sudah dikonsumsi
sebelumnya 6. Untuk mengetahui jumlah pengeluaran
cairan dan dari dalam tubuh
6. Ganti popok
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 jam diharapkan kualitas tidur tidak
terganggu
INTERVENSI RASIONAL
23
keluarga mengenai teknik untuk pasien
meningkatkan tidur.
Intervemnsi Rasional
1.diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga 1.kebersihan menjaga dari perkembang biakan
kebersihan tempat tidur kuman
2.demonstrasikan serta libatkan keluarga dalam 2.mencegah terjadinya iritasi kulit yang
merawat perianal semakin parah
3.atur posisi tidur atau duduk denga selang 3.mengurangi penekanan yang lama sehingga
waktu 2-3 jam tidak terjadi iskemi
24
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
I. BIODATA
A. Identitas Klien
Nama/ nama panggilan : An. C.K
Tempat Tanggal Lahir/usia : malang, 15 Desember 2014/ 11
bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan :-
Agama : islam
Tanggal Masuk : 03 Desember 2017 Jam 04.00 wib
Tanggal pengkajian : 04 Desember 2017 Jam 11.00 Wib
Diagnose Medik : Diare akut
B. Identitas Orang Tua
1. Ayah
Nama : Tn. P.K
Usia : 31 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan/Sumber Penghasilan : Securiti
Agama : islam
Alamat : malang
2. Ibu
Nama :Ny. J.P
Usia : 31 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan/sumber penghasilan : Honorer
Agama : islam
Alamat : malang
25
C. Identitas Saudara Kandung
No Nama Usia Hubungan Status
Kesehatan
1 Sheril 6 tahun kakak sehat
II. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit
Muntah 4x/hari, BAB cair ± 7x/hari
III. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Muntah 4x/hari, BAB cair ± 7x/hari
B. Riwayat Kesehatan Lalu ( Khusus unuk anak usia 0-5 tahun)
1. Pre natal care
a. Pemeriksaan kehamilan : ± 5 kali
b. Keluhan selama kehamilan : Ngidam, muntah
c. Kenaikan BB selama hanil : 55 kg
d. Imunisasi TT : 2 kali
e. Golongan darah ibu ; O. Golongan darah Ayah O
2. Natal
a. Tempat melahirkan : RS Samratulangi Tondano
b. Lama dan jenis persalinan : Spontan
c. Penolong persalinan : Bidan
d. Cara untuk memudahkan persalinan : obat perangsang
e. Komplikasi waktu lahir : Robek perineum
3. Post Natal
a. Kondisi Bayi: BB Lahir: 2.700 Gram, PB: 48 cm
(Untuk semua usia )
1. Penyakit yang pernah dialami : Batuk dan panas
2. Kecelakaan yang dialami : (-)
3. Dirawat di Rumah Sakit : Tidak Pernah
4. Alergi : Tidak ada riwayat alergi
5. Perkembangan anak disbanding saudara-saudaranya: Sama
26
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
6. Penyakit anggota keluarga: alergi (-), asma (-), TBC (-), hipertens (-),
penyakit Jantung (-), stroke (-), anemia (-), hemophilia (-), arthritis (-),
migraine (-), DM (-), kanker (-), jiwa (-).
7. Genogram
Keterangan :
p Pasien
Laki-laki
Perempuan
B. Cairan
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Jenis minuman Susu SGM Susu LLM
2. Frekuensi minum ± 6X/hari ±4x/hari
3. Kebutuhan cairan Baik menurun
4. Cara pemenuhan Dengan dot/gelas Dengan dot/gelas
D. Istirahat Tidur
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Jam tidur
a. Siang ± 3 jam ±2 jam
b. Malam 20:00 - 06:00 19:00 - 04:00
2. Pola tidur
a. Kebiasaan Minum susu Minum susu
sebelum tidur
29
b. Kesulitan tidur Tidak ada Sering terbangun
E. Olah Raga
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Program olah raga Bercanda dengan Bercanda dengan
ibunya ibunya
2. Jenis dan frekuensi Bermain, saat Bermain, selalu
waktu luang
F. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Mandi
a. Cara Menyirami seluruh Hanya
b. Frekuensi tubuh dibersihkan
c. Alat mandi 1 hari 2x mandi dengan
2. Cuci rambut Sabun, air, wascom menggunakan
a. Frekuensi Tiap hari tissu basah
b. Cara Keramas dengan
3. Gunting kuku shampoo
a. frekuensi 2 minggu 1x
b. cara Dilakukan oleh
ibunya
4. Gosok Gigi
a. Frekuensi Tidak
b. cara Tidak
H. Rekreasi
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
30
1. Perasaan saat Belum sekolah Belum sekolah
sekolah
2. Waktu luang Selalu Selalu
3. Perasaan setelah Senang Senang
rekreasi
4. Waktu senggang Sore hari – malam Setiap hari
keluarga
5. Kegiatran hari libur Tamasya Istirahat
B. Tanda-tanda vital
Suhu : 39ºc
Nadi : 90x;menit
Repirasi :32x/menit
Tekanan darah : -
C. Atropometri
1. Tinggi badan : 55 cm
2. Berat badan : 7.500 Gram
3. Lingkar lengan atas : 12 cm
4. Lingkar kepala : 41 cm
5. Lingkar dada : 43 cm
6. Lingkar perut : 44 cm
7. Skin fold :-
D. Sistem Pernapasan
1. Hidung simetris : kanan – kiri
2. Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-), tumor (-)
3. Dada
a. Bentuk dada: Normal
b. Gerakan dada : simetris kanan – kiri, terdapat retraksi (-), otot bantu (-)
c. Suara nafas: vocal fremitus kanan-kiri, ronchi (-), wheezing (-), stidor (-),
rales(-)
31
1. Sklera : tidak icterus, bibir kering (+), labio skizis (-)
2. Mulut : simetris, palato skiziz (-), jumlah gigi, kemampuan menelan: baik
3. Gaster : kembung (+), gerakan peristaltic 35x/menit
4. Abdomen : hati: teraba(), lien(-), ginjal (-),
5. Anus : adanya kemerahan pada sekitar daerah anus
6. fases: cair sedikit ± 5x warna kuning
G. System Indra
1. Mata
a. Kelopak mata: Normal, bulu mata :Normal, alis: Sedikit
b. Lapang pandang: Normal
2. Hidung
c. Penciuman: normal, perih dihidung (-), trauma (-)
d. Secret yang mengalami penciuman (-)
3. Telinga
e. Keadaan daun telinga: Normal, kanal auditoris : bersih, serumen (-)
f. Fungsi pendengaran: Normal
H. Sistem Muskuloskeletal
1. Kepala: Bentuk Kepala: bulat, gerakan baik tidak ada gangguan
2. Pelvis : Gaya jalan: tegak, gerakan (+)
3. Lutut : Bengkak(-) , kaku (-)
4. Kaki: Bengkak: (-), gerakan(+), kemampuan jalan(+)
5. Tangan : Bengkak(-), gerakan (+)
I. Sistem Integumen
1. Rambut : Warna:hitam
2. Kulit : warna : putih langsat ,bulu(+), kulit: turgor kulit buruk, erupsi(-), tahi
lalat(-) , ruam(-)
3. Kuku:warna : putih, permukaan kuku:, mudah patah(tidak), kebersihan :
bersih
J. Sistem Endokrin
1. Kelenjar thyroid: tidak ada pembengkakan
2. Ekskresi urin berlebihan: (-), polydipsi (-), polyphagia(-)
3. Suhu tubuh yang tidak seimbang: keringat berlebihan: (tidak)
4. Riwayat bekas air seni dikeliling semut: (-)
K. Sistem Perkemihan
1. Odema palpebral: (-), moon face: (-), odema anasarca (-)
2. Keadaan kandung kemih: kosong
3. Nocturia: (-), dysuria: (-), kencing batu (-)
L. System Reproduksi
1. Wanita
32
Payudara : putting (+)
Labia mayora dan minora: bersih, secret (-), bau (+)
ANALISA DATA
33
Peradangan mukosa usus
Do : Tekanan osmotik
Bibir pucat meningkat
Gerakan peristaltik usus >
30x/m
Anak tampak pucat Pergeseran air dan
Hasil Lab : elektrolit dalam lumen usus
- HB 11.3 %
- Granulosit 79%
Peningkatan isi lumen usus
- Monosit 4%
Diare
3 Ds : Diare Ansietas
Orang tua pasien
mengatakan cemas dengan
kondisi anak yang sedang Pergerakkan usus
sakit berlebihan
Orang tua pasien
mengatakan sebelum sakit
anak aktif bermain dengan Ketidaknyamanan abdomen
kakaknya, sejak sakit anak
34
tidak bersemangat
Orang tua pasien Ketidaktahuan orang tua
mengatakan sebelumnya
tidak pernah masuk RS
Do : Kurangnya terpapar
Orang tua tampak khawatir linformasi’
Orang tua tampak bertanya-
tanya dengan penyakit
anaknya
Intervensi keperawatan
Hari/ Tujuan/
Diagnosa
No Tang Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
gal Hasil
35
dari cukup normal
terganggu
menjadi 3. Berikan
tidak kompres
terganggu hangat 4. Mukosa bibir dan hidung
- Perubahan yang kering dapat terjadi
warna kulit pecah-pecah sebagai tanda
dari sedang awal dehidrasi
menjadi
ringan 4. Lembabkan
bibir dan 5. Antipiretik dapat
mukosa menurunkan demam
hidung yang
kering
5. Kolaborasi
dalam
berikan
antipiretik
36
kemampuan
orangtua pasien
dalam
mengambil 3. Melihat
keputusan seberapa jauh
tingkat
kemampuan
keluarga
dalam
mengambil
4. Dorong keputusan
keluarga untuk
mendampingi 4. Adanya
pasien dengan keluarga
cara yang tepat dapat
membuat
pasien lebih
merasa
nyaman dan
NO Hari/ Dx Tujuan dan Intervensi Rasionallebih tenang
Tanggal Keperawata kriteria hasil
n
37
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Penyakit gangguan pecernaan dapat terjadi karena pola makan yang tidak sehat
2. Diantara penyakit gangguan pencernaan yang biasa terjadi pada anak adalah diare,
muntah berulang, kolik, dan gangguan menelan.
3. Penyakit pencernaan ada yang lumrah terjadi pada anak-anak dan bayi dan ada juga
yang perlu penanganan khusus
3.2 Kritik dan saran
Dalam penyusunan makalah ini, tim penyusun merasa masih banyak kekurangan. Untuk
itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan
38
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/10224457/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_ANAK_DENGAN
_GANGGUAN_SISTEM_PENCERNAAN_ROSALIA_. Diakses pada tanggal 10 maret 2020
pukul 19.00
https://mypickyeaters.wordpress.com/2009/12/06/gangguan-mengunyah-dan-menelan-pada-
anak/. Diakses pada 10 maret 2020 pukul 19.00
39