Anda di halaman 1dari 39

TUGAS MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN PENCERNAAN

KELOMPOK 11

1. Ayu lidya wati (181071)


2. Galuh rendy (181092)
3. Sherlya neo melina setiawan (181111)

POLTEKKES RS. Dr SOEPRAOEN MALANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020

1
Kata pengantar

            Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-
Nyalah sehingga kami dapat meyelesaikan makalah dengan judul “Penatalaksanaan Gigitan
Ular” tepat dengan waktunya.           
Dalam penyelesaian tugas ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
antara lain dosen dan teman - teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya, yang
telah banyak memberikan sumbangan, masukan, dukungan, dalam penyelesaian tugas ini. Untuk
itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya.
            Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini belum sempurna. Untuk itu segala saran
dan kritikan yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak, demi
kesempurnaan bagi penulisan berikutnya.
            Semoga dengan adanya tugas akhir ini akan dapat memberikan manfaat yang besar bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca semua pada umumnya.

Malang, 20 Maret 2020

       
Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, dan ekonomis.[1] Pemeliharaan
kesehatan adalah upaya penaggulangan, dan pencegahan gangguan kesehatan yang
memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan, dan
persalinan.[2] Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak
secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan
pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya, dan orang lain.
Anak merupakan asset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan di suatu
Negara. Masa perkembangan tercepat adalah pada saat balita. Masa balita adalah masa
yang paling rentan terserang penyakit. Pada umunya penyakit yang sering terjadi pada
anak adalah ispa, dhf, diare, typoid, dll. Dari berbagai macam penyakit tersebut yang
sering terjadi pada anak adalah diare.
Angka kejadian diare pada anak di dunia mencapai 1 miliar kasus setiap tahun,
engan korban meninggal sekitar 5 juta jiwa. Sedangkan data statistic di Indonesia
mencapai 50 juta setiap tahun dua sepertiganya adalah balita dengan korban meninggal
sekitar 600.000 jiwa (Depkes RI 2010)

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian anak dan bayi
2. Apa pengertian gangguan pencernaan
3. Apa sajakah macam-macam gangguan pencernaan pada anak dan bayi
4. Bagaimana cara mengatasi
5. Bagaimana konsep askep pada anak dengan gangguan pencernaan
1.3 Tujuan

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian anak dan bayi


Masa bayi adalah masa keemasan sekaligus masa kritis perkembangan seseorang.
Dikatakan masa kritis karena pada masa ini bayi sangat peka terhadap lingkungan dan
dikatakan masa keemasan karena masa bayi berlangsung sangat singkat dan tidak dapat
diulang kembali (Departemen Kesehatan, 2009).
Bayi adalah individu yang lemah dan memerlukan proses adaptasi. Bayi harus
dapat melakukan 4 penyesuaian agar dapat tetap hidup yaitu penyesuaian perubahan
suhu, menghisap dan menelan, bernafas dan pembuangan kotoran. Kesulitan penyesuaian
atau adaptasi akan menyebabkan bayi mengalami penurunan berat badan, keterlambatan
perkembangan bahkan bisa sampai meniggal dunia (Mansur, 2009).
Menurut Haditono anak adalah makhlyuk yang membutuhkan pemeliharaan,
kasih saying dan tempat bagi perkembangannya.

2.2 Pengertian gangguan pencernaan

Gangguan pencernaan adalah masalah yang terjadi pada salah satu organ sistem
pencernaan, atau lebih dari satu organ pencernaan secara bersamaan.

Sistem pencernaan terdiri dari sejumlah organ, mulai dari mulut, kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, dan anus. Organ hati, pankreas, dan kantung empedu
juga berperan dalam mencerna makan, namun tidak dilewati oleh makanan atau terletak
di luar saluran pencernaan.

Sistem pencernaan berfungsi menerima dan mencerna makanan menjadi nutrisi


yang dapat diserap. Nutrisi tersebut kemudian disalurkan ke seluruh tubuh melalui aliran
darah. Sistem pencernaan juga berfungsi memisahkan dan membuang bagian makanan
yang tidak bisa dicerna oleh tubuh.

4
2.3 Macam-macam gangguan pencernaan pada bayi dan anak
Dokter spesialis anak yang, Juffrie, mengatakan, fungsi saluran cerna ada dua, yaitu
untuk mencerna atau disgesti menyerap sisa makanan. Saluran pencernaan yang sehat
adalah saluran pencernaan yang melakukan kedua fungsi itu dengan baik. "Makanan bisa
dipecah (dicerna) dan diserap artinya fungsinya (pencernaan) sudah bagus," ujarnya.

Gangguan pencernaan yang terjadi pada anak dan orang dewasa memiliki efek yang
berbeda. Pada anak-anak, gangguan pencernaan bisa mengarah pada gangguan tumbuh
kembang dan kecerdasan. Hal ini disebabkan ada hubungan antara saluran pencernaan
danperkembanganotak.

Juffrie mengatakan, setidaknya ada tujuh jenis gangguan pencernaan yang terjadi pada
masa awal tumbuh kembang anak.  Gangguan tersebut meliputi gumoh, gangguan
mengunyah, muntah berulang, kolik, diare fungsional, dyscechia, dan sembelit
fungsional.

1. Gumoh/regurgitasi/reflux
Gumoh disebut juga gastroeshophagel reflux. Hal ini terjadi akibat kerongkongan
bayi yang belum berkembang sempurna. Dimana cincin otot di ujung atas perut tidak
menutup sempurna. Biasanya gumoh pada bayi akan hilang sebelum bayi mencapai
usia 2 tahun. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi gumoh pada
bayi :
 Berikan susu sebelum bayi lapar. Bayi yang lapar cenderung meminum susu
lebih cepat sehingga banyak udara yang tertelan dan terperangkap di dalam
perut sehingga menyebabkan gumoh.
 Menyusui bayi dalam keadaan tegak. Berikan posisi tersebut sekitar 20-30
menit setelah menyusui,
 Berikan susu sedikit tp sering,
 Jika memberikan susu melalui dot, pastikan bahwa dot yang digunakan tidak
terlalu besar.

5
Kebiasaan gumoh dapat berbeda-beda sehingga frekuensi gumoh juga bervariasi.
Selain dari frekuensi gumoh bayi yang tergolong normal dapat diloihat dari :
 Tidak ada masalah pada tumbuh kembang si bayi
 Bayi tetap nyaman dan tidak rewel
 Dan tidak ada gangguan pernafasan
Meskipun gumoh pada bayi cenderung normal, namun ada beberapa tanda gumoh
yang harus diwaspadai :
 Bayi terus mengalami gumoh setelah usia 1 tahun
 Bayi terlihat kesulitan dan kesakitan saat gumoh
 Mengalami demmam hingga 38oC
 Rewel berlebihan
 Keinginan menyusu menurun
 Kesulitan bernafas
 Jumlah cairan gumoh terjadi cukup banyak dan terjadi sampai 2 jam setelah
menyusi
 Perut bayi tampak penuh dan membucit.
Pada beberapa kasus gumoh pada bayi dapat menandakan gangguan kesehatan seperti
alergi susu sapi, sumbatan atau penyempitan pada kerongkonan dan penyakit refluks.

2. Gangguan menngunyah
Gangguan Menyunyah dan menelan adalah gangguan makan meemasukkan
makanan, menghisap, mengunyah, atau menelannya masuk ke dalam mulut. Sebagai
contoh, seorang anak yang tidak bisa mengambil makanan dan membawanya ke
mulutnya atau tidak dapat sepenuhnya menutup bibirnya untuk menyimpan makanan
dari jatuh keluar dari mulutnya mungkin memiliki kelainan makan.
Gangguan Menelan juga disebut disfagia yang dapat terjadi pada berbagai tahap
dalam proses menelan:
 Fase oral : mengisap, mengunyah, dan memindahkan makanan atau cairan ke
dalam tenggorokan

6
 Fase Pharyngeal : memulai menelan, menekan makanan ke dalam
tenggorokan, dan penutup dari saluran udara untuk mencegah makanan atau
cairan dari memasuki saluran udara (aspirasi) atau untuk mencegah tersedak
 Fase Esophageal : relaksasi dan menguatnya bukaan di bagian atas dan bawah
dari saluran di tenggorokan (kerongkongan atau oesephagus) dan meremas
makanan melalui kerongkongan ke lambung

Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala dari masalah makan dan menelan pada anak
di bawah usia lima tahun :
 melengkung atau kekakuan dari tubuh selama menyusui
 lekas marah atau kurangnya kewaspadaan selama makan
 menolak makanan atau cairan
 kegagalan untuk menerima tekstur makanan yang berbeda (misalnya, hanya
bubur sereal makanan atau renyah)
 makan lebih lama(e.g., lebih dari 30 menit)
 kesulitan mengunyah
 kesulitan menyusui
 batuk atau muntah selama makan
 air liur berlebihan atau makanan / cairan yang keluar dari mulut atau hidung
 koordinasi kesulitan bernapas dengan makan dan minum
 meningkat kekakuan selama makan
 gurgly, serak, atau kualitas suara mendesah
 sering muntah atau muntah
 berulang pneumonia atau infeksi saluran pernafasan
 Kenaikan berat badan kurang kurang dari normal Akibatnya, anak-anak
mungkin akan menghadapi risiko: dehidrasi dan malnutrisi atau kurang gizi
 aspirasi (makanan atau cairan memasuki saluran udara) atau penetrasi
 pneumonia atau infeksi saluran pernapasan atas ulang yang dapat
menyebabkan penyakit paru-paru kronis
 Mengisolasi diri dalam situasi sosial saat makan

7
3. Muntah berulang

Mual muntah biasanya disebabkan radang saluran cerna (gastroenteritis) yang diikuti
dengan diare dan dapat sembuh sendiri. Namun pada kasus tertentu, penyebab lain
perlu diwaspadai.
Biasanya muntah didahului oleh rasa mual. Muntah merupakan proses refleks yang
terkoordinasi, yang diawali dengan meningkatnya jumlah air liur diikuti rasa ingin
muntah.
Penyebab anak mual dan muntah sangat bervariasi, mulai dari yang paling ringan
misalnya stres, keracunan makanan atau obat, infeksi saluran cerna, hingga yang
berbahaya dan memerlukan tindakan perawatan.
Mual muntah yang berbahaya bisa disebabkan gejala dari saluran cerna atau bisa juga
bukan. Misalnya dari organ telinga ataupun ginjal.
Muntah yang perlu diwaspadai :
 Malrotasi (usus terpeluntir)
 Kista koledokus (terdapat kista di saluran empedu, biasanya dari lahir)
 Intususepsi berulang (saluran usus yang saling menjepit)
 Kelainan susunan saraf (tumor, epilepsi, gangguan keseimbangan)
 Kelainan sistemik lain:  gangguan ginjal, saluran empedu, keracunan
 Bila mual muntah tidak kunjung berhenti, muntah berwarna hijau atau
hitam, atau anak terlihat dehidrasi, bawa segera ke rumah sakit terdekat.
Pemeriksaan yang menyeluruh dari mulai fisik, laboratorium, ataupun
pencitraan mungkin diperlukan untuk mencari penyebabnya.
Biasanya muntah berwarna kehijauan merupakan petunjuk adanya sumbatan
saluran cerna bagian bawah duodenum, sedangkan muntah berwarna hitam
menunjukkan adanya perdarahan dari saluran cerna atas atau lambung.
Bila anak muntah di waktu yang sama, bersifat ringan, dan tidak menyebabkan
gangguan kesehatan berarti, mungkin ini adalah suatu sindrom muntah berulang
(cyclic vomiting syndrome/CVS).
 Muntah biasanya terjadi pada jam-jam yang sama

8
 Berakhir setelah periode yang sama
 Gejalanya serupa pada tiap kambuhnya dengan berat yang sama
CVS bisa terjadi pada berbagai usia, biasanya pada anak usia 3-7 tahun.
Frekuensinya cenderung berkurang setelah usia dewasa, namun ada berbagai
kejadian atau situasi yang bisa mencetuskan, tetapi tak selalu mudah diketahui
penyebabnya.
Semua kejadian dapat mencetuskan CVS pada anak, antara lain infeksi, alergi,
gejala flu, makanan, kebanyakan makan, dehidrasi, udara panas, kelelahan,
menstruasi, stres, tidak cukup tidur.

4. Kolik

Kolik adalah ketika bayi menangis terus menerus tanpa penyebab apapun.
Kondisi ini bukan termasuk penyakit dan tidak membahayakn bayi. Bayi dengan
kolik sering kali menangis lebih dari 3 jam sehari 3 hari seminggu atau 3 minggu bisa
lebih.

Kondisi ini biasanya paling parah saat bayi di sekitar 6-8 minggu dan menghilang
dengan sendirinya pada usia antara minggu ke-8 hingga minggu ke-14. Kondisi ini
dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Diskusikan dengan dokter
untuk informasi lebih lanjut.

Tanda gejala kolik antara lain :

 Episode menangis yang terprediksi


Bayi yang memiliki kondisi ini seringkali menangis pada waktu yang sama setiap hari,
biasanya pada sore atau malam hari. Episode kondisi tersebut dapat berlangsung dari
beberapa menit hingga tiga jam atau lebih dalam sehari. Bayi dapat buang air besar atau
buang angin pada akhir episode kolik.
 Menangis yang intens dan tidak dapat di hentikan
Menangis akibat kolik intens, terdengar sengsara dan seringkali bernada tinggi. Wajah
bayi dapat memerah, dan sulit untuk ditenangkan.

9
 Menangis tanpa alasan yang jelas
Normal untuk bayi menangis kadang-kadang. Namun, menangis biasanya berarti bayi
memerlukan sesuatu, seperti makanan atau popok bersih. Menangis yang terkait dengan
menangis terus menerus terjadi tanpa penyebab yang jelas.
 Perubahan postur
Kaki yang melingkar, tangan mengepal dan otot perut yang kencang umum terjadi saat
episode kolik.

Diagnosis dan perawatan dini dapat menghentikan kondisi ini dari memburuk dan mencegah
kondisi medis darurat lainnya, maka itu bicaralah pada dokter segera untuk mencegah kondisi
serius ini.

Bayi yang menangis tanpa sebab tidak selalu kolik. Langkah pertama yang perlu Anda lakukan
adalah memastikan bahwa bayi Anda tidak punya alasan kesehatan untuk menangis. 

Segera hubungi dokter jika kondisi bayi mengalami :

 Demam hingga 38℃

 Kurang aktif dari biasanya

 Tidak menyusu dengan benar

 Tidak mengisap payudara atau botol dengan kuat saat menyusu

 Tinja encer atau terdapat darah 

 Muntah

 Mengalami pertambahan atau pengurangan berat badan

 Tidak dapat tenang, apapun yang Anda lakukan. 

10
Jika bayi memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya,
konsultasikanlah dengan dokter. Tubuh masing-masing orang berbeda. Selalu konsultasikan ke
dokter untuk menangani kondisi kesehatan bayi.

Penyebab kolik

Hingga kini penyebab kolik masih tidak dapat diketahui secara pasti. Mayo


Clinic menyebut peneliti mengalami kesulitan menjelaskan kondisi ini, seperti mengapa kondisi
ini biasanya dimulai pada akhir bulan pertama kehidupan. 

Bagaimana variasi kondisi di antara bayi, mengapa kondisi terjadi pada waktu-waktu tertentu,
dan mengapa kondisi dapat diselesaikan dengan sendirinya juga sulit untuk diteliti.  

Namun, beberapa ahli telah menelusuri beberapa teori soal penyebab kolik, yaitu:

 Alergi

 Intoleransi laktosa

 Perubahan bakteri normal pada sistem pencernaan

 Sistem pencernaan yang belum berkembang sempurna

 Orang tua yang cemas

 Perbedaan pada cara bayi diberi makan atau ditenangkan. 

Namun, masih tidak jelas mengapa beberapa bayi memiliki kolik dan beberapa lain
tidak. Kondisi ini terjadi tidak tergantung pada kelahiran bayi, yaitu anak pertama, kedua, ketiga,
atau seterusnya. Kondisi ini juga bisa terjadi pada bayi yang disusui ASI ataupun susu formula.

Berikut factor-faktor yang dapat meningkatkan bayi terkena kolik :

 Ibu bayi yang merokok selama kehamilan atau setelah persalinan memiliki risiko yang
lebih besar terkena kolik.

11
 Banyak teori lain tentang apa yang menyebabkan anak rentan terhadap kolik, namun
tidak ada satupun yang telah dibuktikan. Sebagai contoh kolik lebih jarang terjadi pada
anak pertama atau bayi yang diberikan susu formula, pola makan ibu yang menyusui
tidak memicu kolik, dan anak perempuan dan laki-laki, apapun urutan kelahiran atau
bagaimana diberikan makan, mengalami kolik dengan angka yang serupa.

Apa komplikasi yang timbul dari bayi dengan kolik?

Kolik tidak menimbulkan masalah kesehatan jangka pendek atau panjang pada anak-anak.
Namun, kondisi ini dapat mengakibatkan stres pada orang tua. 

Penelitian menunjukkan ada hubungan antara kolik dengan masalah-masalah di bawah ini:

 Peningkatan risiko depresi pasca-persalinan pada ibu


 Penghentian menyusui dini
 Perasaan bersalah, kelelahan, tidak berdaya atau marah. 

Stres saat menenangkan bayi yang menangis kadang-kadang mendorong orang tua untuk


mengguncang kepada atau membahayakan anak mereka. 

Mengguncang bayi dapat menyebabkan kerusakan serius pada otak, bahkan kematian. Risiko
reaksi yang tidak terkontrol ini lebih besar jika orang tua tidak memiliki informasi tentang
menenangkan anak yang menangis, pendidikan tentang kolik, dan dukungan yang diperlukan
untuk merawat bayi dengan kolik. 

Pemeriksaan fisik yang akan dilakukan jika bayi terkena kolik :

 Mengukur tinggi, berat badan, dan lingkar kepala bayi Anda


 Mendengarkan suara jantung, paru-paru, dan perut bayi Anda
 Meneliti anggota tubuh, termasuk jemari tangan dan kaki, mata, telinga, dan alat kelamin
 Menilai reaksi terhadap sentuhan atau gerakan
 Mencari tanda-tanda ruam, peradangan, atau tanda-tanda infeksi atau alergi lainnya. 

12
Biasamya juga akan ditanyakan bagaimana tangisan mempengaruhi orang tua dan menunjukkan
bagaimana untuk memberi makan dan membuat bayi sendawa. Dokter juga dapat menyarankan
orang tua mencatat kapan dan seberapa sering bayi menangis.

Apabila bayi memiliki gejala yang mengkhawatirkan seperti muntah atau demam, dokter dapat
melakukan tes laboratorium atau rontgen untuk menemukan penyebab.

Pengobatan

Bagaimana kolik ditangani?

Kolik dapat membaik dengan sendirinya, seringnya pada usia 3 bulan. Namun tidak ada
perawatan yang terbukti yang konsisten ampuh pada setiap bayi. Beberapa pilihan perawatan
dapat meliputi:

Obat pereda gas

Obat-obatan ini tergolong aman, kecuali pada bayi yang harus menggunakan obat pengganti
tiroid.

Probiotik

Probiotik adalah zat yang membantu menjaga keseimbangan alami bakteri “baik” pada saluran
pencernaan. Karena bayi dengan kolik dapat memiliki ketidakseimbangan bakteri ini, peneliti
telah mencoba untuk mengganti beberapa probiotik ini dalam beberapa studi.

Salah satunya, Lactobacillus reuteri, secara signifikan mengurangi gejala kondisi ini. Namun,
hasil studi telah beragam. Beberapa menunjukkan manfaat, beberapa lagi tidak menemukan
manfaat apapun. 

Namun, para ahli tidak menemukan bukti yang cukup untuk merekomendasikan probiotik untuk
mengatasi kondisi ini.

5. Diare fungsional

13
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek
sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa,
yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau
tinja yang berdarah.
Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun
pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat
(Simatupang, 2004).

Klasifikasi diare
Menurut Simadibrata (2009), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :
a. Lama waktu diare
Berdasarkan lama atau durasi waktu diare, penyakit diare dapat dibedakan
menjadi (1) Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari.
Sedangkan menurut World Gastroenterology 2 Organization Global
Guidelines (2005) diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair atau
lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14
hari. Diare akut biasanya sembuh sendiri, lamanya sakit kurang dari 14 hari,
dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi (Wong,
2009). (2) Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari

b. Mekanisme patofisologik
Berdasarkan mekanisme patofisiologik yang mendasari terjadinya diare,
diare dapat diklasifikasikan menjadi diare oleh karena : Osmolalitas
intraluminal yang meninggi, disebut diare sekretorik, diare tipe ini desebabkan
oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus serta menurunnya
absorbsi. Secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja banyak sekali.
Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan dan
minum.
Penyebab diare tipe ini antara lain karena enterotoksin pada infeksi Vibrio
cholerae atau Escherichia coli, penyakit yang mengahasilkan hormon

14
(VIPoma), reseksi ileum (gangguan absorbsi garam empedu) dan efek obat
laksatif. Sekresi cairan dan elektrolit meninggi atau diare osmotik, diare tipe
ini disebabkan oleh meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus
yang disebabkan obat-obat atau zat kimia yang hiperosmotik, malabsorbsi
umum, dan defek dalam absorbsi mukosa 3 usus, misal pada defisiensi
disakaridase, malabsorbsi glukosa atau galaktosa. Malabsorbsi asam empedu,
diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan atau produksi micelle
empedu dan penyakitpenyakit saluran bilier hati. Infeksi dinding usus, disebut
diare infeksi, nfeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare.
Dari sudut kelainan usus, 4 diare oleh bakteri dibagi menjadi invasif (merusak
mukosa) dan bakteri non invasive

c. Penyakit infektif atau non infektif


Diare infektif adalah diare yang disebabkan oleh infeksi. Agen infeksi
dalam hal ini bisa diakibatkan oleh bakteri, virus, parasit, jamur, maupun
infeksi oleh organ lain seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang
tenggorokan. Diare non-infektif adalah diare yang tidak ditemukan agen
infeksi sebagai penyebabnya. Dalam hal ini diare tersebut kemungkinan
disebabkan oleh faktor malabsorbsi, faktor makanan, maupun faktor
psikologis.

d. Penyakit organic atau fungsional


Berdasarkan penyakit organik dan fungsional, diare dapat diklasifikasikan
menjadi (1) Diare organik, adalah diare yang ditemukan penyebab anatomik,
bakteriologik, hormonal ataupun toksikologi. (2) Diare fungsional, adalah
diare yang tidak dapat ditemukan penyebab organik.

Etiologi Diare
Diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor infeksi, malabsorpsi
(gangguan penyerapan zat gizi), makanan dan faktor psikologis. (Bodhidatta L, 2010)
1. Factor infeksi

15
Infeksi enternal yaitu infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama
diare pada anak. Jenis-jenis infeksi enternal bisa disebakan oleh bakteri, virus, parasit,
serta jamur
Infeksi oleh bakteri dapat disebabkan oleh Escherichia coli, Salmonella thyposa,
Vibrio cholerae (kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan
patogenik seperti pseudomonas. Infeksi virus yakni Rotavirus yang merupakan
etiologi paling penting yang menyebabkan diare pada anak dan balita. Infeksi
Rotavirus biasanya terdapat pada anak-anak umur 6 bulan-2 tahun. Infeksi Rotavirus
menyebabkan sebagian besar perawatan rumah sakit karena diare berat pada anak-
anak kecil dan merupakan infeksi nosokomial yang signifikan oleh mikroorganisme
patogen. Selain Rotavirus, telah ditemukan juga virus baru yaitu Norwalk virus. Virus
ini lebih banyak terjadi kasusnya pada orang dewasa dibandingkan anak-anak.
(Suharyono, 2008)
2. Factor malabsorpsi
Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi karbohidrat dan lemak.
Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi yang sensitif terhadap lactoglobulis (protein susu
sapi) dalam susu formula dapat menyebabkan diare. Sedangkan malabsorpsi lemak,
terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida,
dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap
diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat
muncul karena lemak tidak terserap dengan baik
3. Factor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun,
terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang matang. Makanan yang
terkontaminasi, jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak dan balita.
4. Factor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare
kronis. Tetapi jarang terjadi pada balita, umumnya terjadi pada anak yang lebih besar

6. Dyschesia

16
Dyschesia pada bayi merupakan gangguan dimana bayi menangis dan mengejan
selama kurang lebih 10 menit sebelum berhasil buang air besar yang tidak keras. Hal
ini biasanya tidak disertai adanya masalah kesehatan yang lain.

7. Sembelit fungsional
Sembelit merupakan keluhan utama sebesar 3% dari kunjungan rawat jalan anak.
Sekitar 40% dari anak-anak dengan sembelit fungsional mengalami gejala selama
tahun pertama dari kehidupannya.
Kriteria diagnosis untuk sembelit fungsional mengacu pada kriteria Rome III yang
harus mencakup 1 bulan minimal 2 dari berikut pada bayi sampai usia 4 tahun:
a. Dua atau lebih buang air besar per minggu
b. Setidaknya 1 episode per minggu inkontinensia setelah toilet training
c. Retensi feses yang berlebihan
d. Riwayat nyeri gerakan usus
e. Adanya massa tinja besar dalam rektum f. Riwayat tinja berdiameter besar
yang dapat menghambat toilet.
Gejala tambahan adalah lekas marah, nafsu makan menurun dan/atau cepat
kenyang. Sembelit fungsional bayi adalah diagnosis yang dibuat berdasar riwayat dan
pemeriksaan fisik. Tidak diperlukan pemeriksaan tambahan.
Penyebab sembelit fungsional bayi bervariasi. Pada bayi dengan tinja yang keras,
seringkali sesuai dengan perubahan dari ASI ke susu formula komersial atau pengenalan
makanan padat. Perbedaan komposisi asam lemak antara ASI dan susu formula menjadi
penyebab sembelit fungsional pada bayi. Beta-palmitat adalah asam lemak yang sangat
penting yang mencegah feses keras pada bayi. Bayi dengan riwayat atopik kadangkadang
menderita sembelit fungsional karena peradangan pada usus yang lebih memudahkan
dalam kontraksi otot sphrincter ani
Manajemen sembelit fungsional, langkah pertama adalah pendidikan keluarga
selama kunjungan awal. Keluarga akan menghargai dokter yang menjelaskan masalah,
tidak adanya penyakit, dan pengelolaan yang aman dan efektif. Langkah selanjutnya
adalah orangtua perlu bantuan untuk memahami sembelit pada anaknya. Dokter dan
orangtua menyepakati rencana untuk mengevakuasi massa feses lewat dubur. Manajemen

17
diet bisa diberikan susu formula beta palmitat dan formula protein hidrolisat parsial. Ini
akan meningkatkan frekuensi buang air besar dan pelembut stool.

BAB III
KONSEP ASKEP

Pengkajian Keperawatan

1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus
merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insiden
penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai
terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enterik
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi
encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7
hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA,
ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang
diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak
usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan
dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat
tinggal.
2. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
 Kenaikan BB karena umur 1 -3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg),
PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.

18
 Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan
seterusnya.
 Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring,
seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
 Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
 Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan
keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas
utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru
dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).

 Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.


Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari
lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk
mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian,
BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag
terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya
perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.

Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri :
Umur 2-3 tahun :
1. berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)
2. Meniru membuat garis lurus (GH)
3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4. Melepasa pakaian sendiri (BM)
3. Pemeriksaan Fisik
 pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
 keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
 Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1
tahun lebih
 Mata : cekung, kering, sangat cekung
 Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau
tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa
minum
 Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)

19
Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada
diare sedang .
 Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat >
375 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time
memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
 Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ),
frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
 Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang
berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon
yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
 Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3
menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopneumoni
Penatalaksanaan Diare

Rehidrasi

1. Jenis cairan
a. Cara rehidrasi oral
 Formula lengkap seperti oralit, pedyalit setiap kali diare.
 Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
b. Cara parenteral
 Cairan I : RL dan NS
 Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL
D5 : RL = 4 : 1 + KCL
D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
 HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus pada diare usia > 3 bulan.
2. Jalan pemberian
 Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
 Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)
3. Jumlah Cairan ; tergantung pada :
 Defisit ( derajat dehidrasi)
 Kehilangan sesaat (concurrent less)
 Rumatan (maintenance).
4. Jadwal / kecepatan cairan
a) Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya kurang lebih
13 kg : maka pemberianya adalah :
- BB (kg) x 50 cc
20
- BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.
b) Terapi standar pada anak dengan diare sedang :
- + 50 cc/kg/3 jam atau 5 tetes/kg/mnt
Terapi
a) obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
b) obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
Antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta dietetic
a) Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan padat / makanan cair atau susu
b) Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi
elemen atau semi elemental formula.
Supportif
Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 – 5 tahun

DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Resiko Ketidakseimbangan Cairan


2. Defisit Nutrisi
3. Gangguan Pola Tidur
4. Ansietas
5. Gangguan integritas kulit
Intervensi
 Dx. Resiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan peningkatan frekuensi BAB

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 jam diharapkan keseimbangan cairan
dapat dipertahankan.

Kriteria Hasil :

1. Intake dan Output seimbang


2. Vital sign dalam batas normal
3. Tidak ada tanda dehidrasi
4. Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab.

INTERVENSI RASIONAL

1. Monitor vital sign 1. Vital sign merupakan acuan untuk


mengetahui keadaan umum pasien
2. Timbang berat badan setiap hari dan 2. Untuk mengetahui kenaikan BB dan
monitor status pasien keseimbangan cairan yang masuk.
3. Untuk mengetahui hasil dari
3. Hitung atau timbang popok dengan pengeluaran metabolism tubuh
baik 4. Pemasukan intake yang adekuat untuk
4. monitor intake dan output. mengetahui kepatenan masuknya

21
cairan dalam tubuh.

5. Monitor status hidrasi


5. Untuk mengetahui adanya tanda-tanda
6. Monitor hasil laboratorium yang hidrasi.
relevan dengan retensi cairan.
6. Hasil laboratorium untuk mengetahui
7. Monitor status hidrasi masalah yang ada dalam tubuh.
7. Untuk mengetahui apakah ada tanda-
8. Berikan cairan dengan tepat tanda hidrasi

9. Berikan diuretic yang diresepkan 8. Cairan yang tepat untuk mengatasi


10. Dukung pasien dan keluarga untuk kurangnya cairan dalam tubuh.
membantu dalam pemberian makan
dengan baik. 9. Sesuai dengan instruksi dengan
11. Tawari makanan ringan dokter.
10. Dukungan dari keluarga dapat
12. Anjurkan untuk minum sedikit namun membantu dalam pemberian asupan
sering makan.
11. Makanan ringan untuk selingan dalam
13. Berikan obat antimietik membantu kenaikan BB
12. Minum sedikit namun sering dapat
membantu dalam pemenuhan cairan
13. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat antimietik untuk
mengurangi rasa muntah yang dialami
pasien

 Dx. Defisit Nutrisi berhubungan dengan penurunan napsu makan / diare

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam diharapkan dapat
meningkatkan kebutuhan nutrisi

Kriteria hasil:

1. Intake makanan lewat mulut yang tidak adekuat ditingkatkan ke cukup adekuat
2. Intake cairan lewat mulut yang tidak adekuat ditingkatkan ke cukup adekuat

INTERVENSI RASIONAL

1. Monitor intake dan output 1. Keseimbangan cairan dapat


menentukan status hidrasi dari pasien
2. Untuk meningkatkan asupan nutrisi
2. Berikan makanan pada anak sesuai usia yang sesuai

22
perkembangannya 3. Untuk mengetahui berat badan yang
3. Timbang pasien secara berkala seimbang
4. Perhatian orangtua sangat membantu
4. Dukung orangtua untuk berpartisipasi dalam kesembuhan pasien
dalam aktivitas perawatan (misalnya
memandikan, memberikan makan,
memberikan obat, atau mengganti
balutan) 5. Untuk mengetahui kandungan nutrisi
5. Evaluasi kandungan nutrisi dari yang seimbang
makanan yang sudah dikonsumsi
sebelumnya 6. Untuk mengetahui jumlah pengeluaran
cairan dan dari dalam tubuh
6. Ganti popok

 Dx. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan proses penyakit

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 jam diharapkan kualitas tidur tidak
terganggu

Kriteria Hasil : 1. Tempat tidur yang nyaman

2. suhu ruangan yang nyaman

3. kualitas tidur tidak terganggu

4. jam tidur tidak terganggu

INTERVENSI RASIONAL

1. Tentukan pola tidur/aktivitas pasien 1. Memonitor pola tidur untuk


ditentukan intervensi yang tepat
2. Monitor pola tidur, dan catat kondisi 2. Mengkaji status yang menganggu
fisik, keadaan yang menggangu tidur keadaan tidur dan melakukan
intervensi untuk mengatasi pola tidur
3. Sesuaikan lingkungan untuk jika ada
meningkatkan tidur 3. Lingkungan yang aman dan tenang
membuat siklus tidur lebih efektif
4. Monitor makanan sebelum tidur dan 4. Intake makanan/minuman yang
intake minuman yang dapat berlebihan dapat menganggu tidur
memfasilitasi/menggangu tidur klien
5. Mulai terapkan langkah-langkah 5. Posisi nyaman, dan pijat membuat
kenyamanan seperti pijat, pemberian tubuh menjadi lebih rileks
posisi, dan sentuhan afektif.
6. Anjurkan tidur siang untuk memenuhi 6. Menambah kebutuhan tidur jika pola
kebutuhan tidur. tidur kurang dari kebutuhan
7. Membantu menetapkan intervensi
7. Diskusikan dengan pasien dan yang menambah kebutuhan tidur pada

23
keluarga mengenai teknik untuk pasien
meningkatkan tidur.

 Dx : gangguan integritas kulot


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan masalah
keperawatan dapat teratasi
Kriteria hasil :
1. Tidak terjadi iritasi, kemerahan dan kebersihan terjada
2. Keluarga mampu mendemostrasikan merawat kebersihan perianal
dengan baik

Intervemnsi Rasional
1.diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga 1.kebersihan menjaga dari perkembang biakan
kebersihan tempat tidur kuman

2.demonstrasikan serta libatkan keluarga dalam 2.mencegah terjadinya iritasi kulit yang
merawat perianal semakin parah

3.atur posisi tidur atau duduk denga selang 3.mengurangi penekanan yang lama sehingga
waktu 2-3 jam tidak terjadi iskemi

24
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

I. BIODATA
A. Identitas Klien
Nama/ nama panggilan : An. C.K
Tempat Tanggal Lahir/usia : malang, 15 Desember 2014/ 11
bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan :-
Agama : islam
Tanggal Masuk : 03 Desember 2017 Jam 04.00 wib
Tanggal pengkajian : 04 Desember 2017 Jam 11.00 Wib
Diagnose Medik : Diare akut
B. Identitas Orang Tua
1. Ayah
Nama : Tn. P.K
Usia : 31 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan/Sumber Penghasilan : Securiti
Agama : islam
Alamat : malang
2. Ibu
Nama :Ny. J.P
Usia : 31 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan/sumber penghasilan : Honorer
Agama : islam
Alamat : malang

25
C. Identitas Saudara Kandung
No Nama Usia Hubungan Status
Kesehatan
1 Sheril 6 tahun kakak sehat
II. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit
Muntah 4x/hari, BAB cair ± 7x/hari
III. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Muntah 4x/hari, BAB cair ± 7x/hari
B. Riwayat Kesehatan Lalu ( Khusus unuk anak usia 0-5 tahun)
1. Pre natal care
a. Pemeriksaan kehamilan : ± 5 kali
b. Keluhan selama kehamilan : Ngidam, muntah
c. Kenaikan BB selama hanil : 55 kg
d. Imunisasi TT : 2 kali
e. Golongan darah ibu ; O. Golongan darah Ayah O
2. Natal
a. Tempat melahirkan : RS Samratulangi Tondano
b. Lama dan jenis persalinan : Spontan
c. Penolong persalinan : Bidan
d. Cara untuk memudahkan persalinan : obat perangsang
e. Komplikasi waktu lahir : Robek perineum
3. Post Natal
a. Kondisi Bayi: BB Lahir: 2.700 Gram, PB: 48 cm
(Untuk semua usia )
1. Penyakit yang pernah dialami : Batuk dan panas
2. Kecelakaan yang dialami : (-)
3. Dirawat di Rumah Sakit : Tidak Pernah
4. Alergi : Tidak ada riwayat alergi
5. Perkembangan anak disbanding saudara-saudaranya: Sama

26
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
6. Penyakit anggota keluarga: alergi (-), asma (-), TBC (-), hipertens (-),
penyakit Jantung (-), stroke (-), anemia (-), hemophilia (-), arthritis (-),
migraine (-), DM (-), kanker (-), jiwa (-).
7. Genogram

Keterangan :

p Pasien
Laki-laki

Perempuan

IV. Riwayat Persalinan


No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi setelah
pemberian
1 BCG Anak baru lahir Badan terasa hangat
2 DPT ( I,II,III) Bulan ke-2, 4 dan 6 Tidak ada
3 Polio (I,II,III,IV) Bulan ke-2, 4 dan 6 Tidak ada
4 Campak Bulan ke-9 Tidak ada
5 Hepatitis Anak baru lahir Tidak ada

V. Riwayat tumbuh kembang


a. Pertumbuhan Fisik
a. BB : 7,5 Kg
b. Tinggi Badan: 55 cm
c. Waktu tumbuh gigi: 6 bulan, Tanggal gigi (-) Tahun
b. Perkembangan tiap tahap
a. Berguling : 6 bulan
27
b. Duduk : 8 bulan
c. Merangkak : 8 bulan
d. Berdiri :10 bulan
e. Berjalan : 11 bulan
f. Senyum kepada orang lain pertama kali : 10 bulan
g. Bicara pertama kali : 8 bulan
h. Berpakaian tanpa bantuan : 10 bulan
VI. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
a. Pertama kali disusui : Waktu lahir
b. Cara pemberian : Setiap kali menangis
c. Lama pemberian : 3 bulan
b. Pemberian susu formula
a. Alasan pemberian : Sebagai asupan nutrisi tambahan
b. Jumlah pemberian : ± 250-300 ml
c. Cara memberikan : Menggunakan dot
c. Pemberian makanan tambahan
a. Pertama kali diberikan usia : 6 bulan
b. Jenis : bubur susu, regal
Pola pemberian nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini

Usia Jenis Nutrisi Lama pemberian

0 - 4 bulan Asi, Bubur susu 0-4 bulan


4 - 12 bulan Susu formula 4-11 bulan
Saat ini Bubur beras, sayur, regal 4-11 bulan

VII. Riwayat Psichososial


a. Apakah anak tinggal di : Rumah sendiri
b. Lingkungan berada di : Desa
c. Apakah rumah dekat : Sekolah
d. Apakah ada tangga yang bisa berbahaya (tidak), apakah anak punya ruang
bermain (tidak)
e. Hubungan antara anggota keluarga: Harmonis
f. Pengasuh anak : orang tua
VIII. Riwayat Spriritual
a. Kegiatan keagamaan: Beribadah
IX. Reaksi Hospitalisasi
1. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawaat inap
1. Mengapa ibu membawa anaknya ke RS? Muntah dan BAB cair
2. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak: ya
3. Bagaimana perasaan orang tua saat ini: cemas, khawatir
4. Apakah orang tua akan selalu berkunjung: ya
28
5. Siapa yang tinggal dengan anak: ayah, ibu
X. Aktivitas Sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Selera makan Baik Baik
2. Menu makan Regal, bubur Regal, bubur
3. Frekuensi makan 3x sehari 3x sehari
4. Makanan yang disukai Bubur Bubur, regal
5. Makanan pantangan Tidak ada Nasi
6. Pembatasan pola makan Tidak ada Tidak ada
7. Cara makan Disuapi oleh ibunya Disuapi oleh ibunya
8. Ritual saat makan Berdoa Berdoa

B. Cairan
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Jenis minuman Susu SGM Susu LLM
2. Frekuensi minum ± 6X/hari ±4x/hari
3. Kebutuhan cairan Baik menurun
4. Cara pemenuhan Dengan dot/gelas Dengan dot/gelas

C. Eliminasi (BAB dan BAK)


Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Tempat Popok Popok
pembuangan
2. Frekuensi (waktu) BAB (pagi dan BAB ( ±7x/hari)
siang) BAK (2x ganti
BAK (2x ganti pampers (±400))
pampers(±400 ml))
3. Konsistensi BAB (lembek) BAB (Cair)
4. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
5. Obat pencahar Tidak ada Tidak ada

D. Istirahat Tidur
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Jam tidur
a. Siang ± 3 jam ±2 jam
b. Malam 20:00 - 06:00 19:00 - 04:00
2. Pola tidur
a. Kebiasaan Minum susu Minum susu
sebelum tidur

29
b. Kesulitan tidur Tidak ada Sering terbangun

E. Olah Raga
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Program olah raga Bercanda dengan Bercanda dengan
ibunya ibunya
2. Jenis dan frekuensi Bermain, saat Bermain, selalu
waktu luang

3. Kondisi setelah olah Senang Senang


raga

F. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Mandi
a. Cara Menyirami seluruh Hanya
b. Frekuensi tubuh dibersihkan
c. Alat mandi 1 hari 2x mandi dengan
2. Cuci rambut Sabun, air, wascom menggunakan
a. Frekuensi Tiap hari tissu basah
b. Cara Keramas dengan
3. Gunting kuku shampoo
a. frekuensi 2 minggu 1x
b. cara Dilakukan oleh
ibunya
4. Gosok Gigi
a. Frekuensi Tidak
b. cara Tidak

G. Aktivitas/ Mobilitas Fisik


Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Kegiatan sehari-hari Bermain dengan Bermain dengan
kakak kakak
2. Pengaturan jadwal Makan, minum Makan, minum
harian susu, tidur susu, tidur
3. Penggunaan alat
bantu Tidak Tidak
4. Kesulitan
pergerakan tubh Tidak Tidak

H. Rekreasi
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
30
1. Perasaan saat Belum sekolah Belum sekolah
sekolah
2. Waktu luang Selalu Selalu
3. Perasaan setelah Senang Senang
rekreasi
4. Waktu senggang Sore hari – malam Setiap hari
keluarga
5. Kegiatran hari libur Tamasya Istirahat

XI. Pemeriksaan Fisik


A. Keadaaan umum klien: Lemah

B. Tanda-tanda vital
Suhu : 39ºc
Nadi : 90x;menit
Repirasi :32x/menit
Tekanan darah : -

C. Atropometri
1. Tinggi badan : 55 cm
2. Berat badan : 7.500 Gram
3. Lingkar lengan atas : 12 cm
4. Lingkar kepala : 41 cm
5. Lingkar dada : 43 cm
6. Lingkar perut : 44 cm
7. Skin fold :-
D. Sistem Pernapasan
1. Hidung simetris : kanan – kiri
2. Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-), tumor (-)
3. Dada
a. Bentuk dada: Normal
b. Gerakan dada : simetris kanan – kiri, terdapat retraksi (-), otot bantu (-)
c. Suara nafas: vocal fremitus kanan-kiri, ronchi (-), wheezing (-), stidor (-),
rales(-)

E. Sistem Kardio Vaskuler


1. Congjutiva: tidak anemia, bibir pucat/cyanosis (+)
Arteri carotis: kuat, tekanan vena jugularis: tidak meninggi
2. Ukuran jantung: normal, membesar (-), ictus cordis/apex teraba
3. Suara jantung S1 (ya), S2 (ya), bising aorta (-), mur-mur (-), gallop (-)
4. Capillary refilling Time: > 2 detik
F. Sistem pencernaan

31
1. Sklera : tidak icterus, bibir kering (+), labio skizis (-)
2. Mulut : simetris, palato skiziz (-), jumlah gigi, kemampuan menelan: baik
3. Gaster : kembung (+), gerakan peristaltic 35x/menit
4. Abdomen : hati: teraba(), lien(-), ginjal (-),
5. Anus : adanya kemerahan pada sekitar daerah anus
6. fases: cair sedikit ± 5x warna kuning
G. System Indra
1. Mata
a. Kelopak mata: Normal, bulu mata :Normal, alis: Sedikit
b. Lapang pandang: Normal
2. Hidung
c. Penciuman: normal, perih dihidung (-), trauma (-)
d. Secret yang mengalami penciuman (-)
3. Telinga
e. Keadaan daun telinga: Normal, kanal auditoris : bersih, serumen (-)
f. Fungsi pendengaran: Normal

H. Sistem Muskuloskeletal
1. Kepala: Bentuk Kepala: bulat, gerakan baik tidak ada gangguan
2. Pelvis : Gaya jalan: tegak, gerakan (+)
3. Lutut : Bengkak(-) , kaku (-)
4. Kaki: Bengkak: (-), gerakan(+), kemampuan jalan(+)
5. Tangan : Bengkak(-), gerakan (+)

I. Sistem Integumen
1. Rambut : Warna:hitam
2. Kulit : warna : putih langsat ,bulu(+), kulit: turgor kulit buruk, erupsi(-), tahi
lalat(-) , ruam(-)
3. Kuku:warna : putih, permukaan kuku:, mudah patah(tidak), kebersihan :
bersih

J. Sistem Endokrin
1. Kelenjar thyroid: tidak ada pembengkakan
2. Ekskresi urin berlebihan: (-), polydipsi (-), polyphagia(-)
3. Suhu tubuh yang tidak seimbang: keringat berlebihan: (tidak)
4. Riwayat bekas air seni dikeliling semut: (-)

K. Sistem Perkemihan
1. Odema palpebral: (-), moon face: (-), odema anasarca (-)
2. Keadaan kandung kemih: kosong
3. Nocturia: (-), dysuria: (-), kencing batu (-)

L. System Reproduksi
1. Wanita
32
Payudara : putting (+)
Labia mayora dan minora: bersih, secret (-), bau (+)

XII. Test Diagnostik


1. Laboratorium :
HEMATOLOGI HASIL NILAI NORMAL
Hemoglobin 11.3 gr% L:13,5-17,5 / P:11,5-16,5
Eritrosit 4.12 juta/mm3 L: 4,4-6,5 / P: 3,8-5,8
Leukosit 8.100 /mm3 4.000 – 10.000
Laju endap darah
Diff. count: Granulosit 79% (40-75%) 40 – 75 %
Limfosit 17% (20-25%) 20 - 45 %
Monosit 4% (2-8%) 2–8%
Golongan darah
Masa pembekuan/CT
Masa pendarahan/BT
Thrombocyt 212.000 /mm3 150.000 – 450.000
PCV 31% L:> 45– 52 / P:< 40 – 48%
Malaria
Wildal
HBs Ag
Dengue IgG/IgM

XIII. Therapy Saat Ini


1. Sanmol 3x3/4
2. Domperidon 3x1/3
3. Oralit 3x1 sachet

ANALISA DATA

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O KEPERAWATAN

1. Ds : Internal (bakteri, virus, Hipertermia


 Orang tua pasien mengatakan parasit, protozoa, cacing
panas naik turun. perut)
Do :
 KU : Lemah
 TTV : SB=390C N=90x/m Masuk saluran cerna
R = 32x/m

Berkembang biak di usus

33
Peradangan mukosa usus

Agregasi makrofag &


pengeluaran mediator kimia

Mempengaruhi sel point


pada hipotalamus

Suhu tubuh meningkat

2. Ds : Malabsorbsi (KH, Protein, Resiko


 Orang tua pasien Lemak) Ketidakseimbangan
mengatakan anaknya sudah Cairan
4x muntah dalam sehari
 BAB ± 7x dalam sehari, Makanan tidak diserap
konsistensi BAB cair.

Do : Tekanan osmotik
 Bibir pucat meningkat
 Gerakan peristaltik usus >
30x/m
 Anak tampak pucat Pergeseran air dan
 Hasil Lab : elektrolit dalam lumen usus
- HB 11.3 %
- Granulosit 79%
Peningkatan isi lumen usus
- Monosit 4%

Diare

Peningkatan frekuensi BAB

3 Ds : Diare Ansietas
 Orang tua pasien
mengatakan cemas dengan
kondisi anak yang sedang Pergerakkan usus
sakit berlebihan
 Orang tua pasien
mengatakan sebelum sakit
anak aktif bermain dengan Ketidaknyamanan abdomen
kakaknya, sejak sakit anak

34
tidak bersemangat
 Orang tua pasien Ketidaktahuan orang tua
mengatakan sebelumnya
tidak pernah masuk RS
Do : Kurangnya terpapar
 Orang tua tampak khawatir linformasi’
 Orang tua tampak bertanya-
tanya dengan penyakit
anaknya

Bab sering dengan


4. DO : klien Nampak rewel dan tidak Gangguan integritas
mau minum susu konsistensi cair
kulit b.d sering BAB
Turgor kulit Nampak buruk
Nampak ada sedikit lecet di area
anus kulit di sekitar anus lecet
Ds : orang tua mengatakan si anak
teriritasi
terus rewel dan mengaruk garuk
bagian anusnya
Dan orang tua mengatakan ada
Nampak kemerahan pada pantat

kemerahan dam gatal

Intervensi keperawatan

Hari/ Tujuan/
Diagnosa
No Tang Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
gal Hasil

1. Selasa Hipertermi Setelah


, berhubungan dilakukan 1. Monitor 1. Untuk mengetahui status
5/12/2 dengan proses tindakan Tanda-tanda termoregulasi
keperawatan vital dan
017 penyakit
selama 3x24 warna kulit
jam 2. Pakaian yang ringan dapat
diharapkan menstabilkan suhu tubuh
suhu badan serta menyerap keringat
dalam batas 2. Tutup pasien
normal. dengan
Kriteria hasil: selimut, atau
- Peningkatan pakaian
suhu kulit ringan 3. Untuk menurunkan suhu
tubuh pasien dalam batas

35
dari cukup normal
terganggu
menjadi 3. Berikan
tidak kompres
terganggu hangat 4. Mukosa bibir dan hidung
- Perubahan yang kering dapat terjadi
warna kulit pecah-pecah sebagai tanda
dari sedang awal dehidrasi
menjadi
ringan 4. Lembabkan
bibir dan 5. Antipiretik dapat
mukosa menurunkan demam
hidung yang
kering

5. Kolaborasi
dalam
berikan
antipiretik

NO Hari/ Dx Tujuan dan Intervensi Rasional


Tanggal Keperawata kriteria hasil
n

2 Selasa/ Ansietas Setelah 1. Lakukan 1. Pendekatan


5-12-2017 berhubungan dilakukan pendekatan yang baik
dengan tindakan yang tenang antara
keperawaatan dan oranftua
kurang
selama 1x24 jam meyakinkan dapat
terpapar diharapkan membangun
informasi masalah ansietas hubungan
dapat teratasi saling
dengan kriteria percaya
hasil:
- Orangtua
pasien dari 2. Berikan
cemas sedang informasi
ditingkatkan faktual terkait 2. Meningkatka
menajadi diagnosis, n pemahaman
ringan perawatan, dan
- Orangtua tidak prognosis pemecahan
mondar-mandir masalah
bertanya sehingga
kecemasan
dapat teratasi
3. Pertimbangkan

36
kemampuan
orangtua pasien
dalam
mengambil 3. Melihat
keputusan seberapa jauh
tingkat
kemampuan
keluarga
dalam
mengambil
4. Dorong keputusan
keluarga untuk
mendampingi 4. Adanya
pasien dengan keluarga
cara yang tepat dapat
membuat
pasien lebih
merasa
nyaman dan
NO Hari/ Dx Tujuan dan Intervensi Rasionallebih tenang
Tanggal Keperawata kriteria hasil
n

3 Selasa/ Gangguan Setelah 1.jelaskan 1.kebersihan


5-12-2017 interitas kulit dilakukan pentingnya menjaga dari
tindakan menjaga perkembangbiak
keperawaatan kebersihan tempat an kuman
selama 1x24 jam tidur
diharapkan
masalah dapat 2.demonstrasikan 2.mencegah
teratasi dengan serta libatkan terjadinya iritasi
kriteria hasil: keluarga dalam kulit lebih parah
- Kebersihan merawat perianal
terjaga (bila basah dan
- Tidak terjadi mengganti pakaian
kemeraham bawahnya)
dan iritasi
3.atur posisi tidur 3.mengurangi
atau duduk dengan penekanan yang
selang waktu 2-3 lama sehingga
jam tak terjadi iskemi
dan iritasi

37
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Penyakit gangguan pecernaan dapat terjadi karena pola makan yang tidak sehat
2. Diantara penyakit gangguan pencernaan yang biasa terjadi pada anak adalah diare,
muntah berulang, kolik, dan gangguan menelan.
3. Penyakit pencernaan ada yang lumrah terjadi pada anak-anak dan bayi dan ada juga
yang perlu penanganan khusus
3.2 Kritik dan saran
Dalam penyusunan makalah ini, tim penyusun merasa masih banyak kekurangan. Untuk
itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan

38
DAFTAR PUSTAKA

Aorbiansyah.2008.asuhan keperawatan kebutuhan nutrisi.

Alter perawat Indonesia

https://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan. Diakses pada tanggal 10 maret 2020. Pukul 19.00

https://www.academia.edu/10224457/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_ANAK_DENGAN
_GANGGUAN_SISTEM_PENCERNAAN_ROSALIA_. Diakses pada tanggal 10 maret 2020
pukul 19.00

https://mypickyeaters.wordpress.com/2009/12/06/gangguan-mengunyah-dan-menelan-pada-
anak/. Diakses pada 10 maret 2020 pukul 19.00

39

Anda mungkin juga menyukai