A. Latar belakang
1. Umum
Nehemia adalah orang Yehuda, tetapi pada saat itu ia ada di istana raja di puri Susan, dan
menjabat sebagai juru minuman Raja (Nehemia 1:11b). Kota ini ada di luar wilayah Kanaan,
dan ada di bawah kekuasaan raja kafir. Nehemia adalah orang yang saleh, penuh doa dan
bergantung pada Allah. Ia tidak takut pada apapun, kecuali Allah. Ia menasihati orang-orang
Yahudi agar tidak menyerah pada rencana jahat musuh-musuh mereka. Ciri lain dari
kesalehan Nehemia yang menonjol ialah inisiatif dan semangat yang menandai misinya. Rasa
bersatu dengan bangsanya mendorong Nehemia untuk segera bertindak. Ia menaruh perhatian
kepada hal-hal praktis dan mempertimbangkan situasi dengan cermat sebelum bertindak.
[1] Nehemia adalah orang yang tegas, tetapi tidak pernah memaksa. Ia perhatian kepada
kaumnya, sampai bersedia mengorbankan kepentingannya sendiri. Pandangannya tentang
komunitas mencakup pria maupun wanita.
Israel masuk ke dalam pembuangan pada tahun 722 BCE, dan Yehuda menyusul masuk ke
dalam pembuangan pada tahun 587 BCE. Misi Nehemia ke Yehuda mendapat kewenangan
dari perlindungan takhta Persia, sebagaimana misi Zerubabel pada tahun 538 BCE, dan Ezra
458 BCE. Pada saat itu, Nehemia masih hidup dalam pembuangan, dan ia hidup ditengah-
tengah orang kafir. Penunjukan Nehemia sebagai gubernur provinsi Yehuda memberi dia
kesempatan untuk berhubungan dengan para pembesar di wilayah-wilayah tetangga dan
dengan pemimpin komunitas Yahudi yang bakal diajak bertindak. Meskipun sudah hampir
satu abad setelah orang Yahudi kembali dari pembuangan di Babel, mereka tetap hidup
sebagai bangsa yang hancur, suatu keadaan yang dilambangkan dengan kehancuran tembok
disekeliling Yerusalem, pusat mereka. Pada awal kitab ini, kita mendapati memoir Nehemia.
Nehemia sedang berada di Susan, tempat tinggal musim dingin Raja Artahsasta, yang
dilayaninya. Ia bertemu dengan sekelompok orang Yahudi, dengan alasan yang tidak jelas.
Mungkin mereka memohon bantuan takhta Persia atau kepada Nehemia, atau bisa juga
mereka sedang dalam urusan perjalanan rutin dalam wilayah kekaisaran dan sekaligus sebgai
jalinan komunikasi informal antara orang Yahudi di Yehuda, maupun orang Yahudi di tempat
lain. Di antara rombongan itu, ada adik dari Nehemia, yang bernama Hanani. Tidak
dijelaskan secara rinci, apakah Hanani merupakan saudara kandung Nehemia atau bukan.
Kabar dari Yehuda itu sangat buruk dan menyedihkan hatinya. Nehemia mengajak
komunitas Yahudi di Yerusalem untuk mengakui hubungan antara kota dengan diri mereka,
untuk menghadapi situasi secara jujur dan menetapkan penilaian yang jelas, untuk bertindak
secara konstruktif. Ia meyakinkan mereka bahwa usaha itu jelas merupakan panggilan Allah
dan juga mendapat dukungan dari Kaisar. Dan bangsa itu menjawab dengan sepenuh hati.
Musuh-musuh Nehemia juga beraksi, seperti Gesyem: memimpin orang Arab, menguasai
wilayah seberang Yordan, Edom, dan Neget (sebelah selatan dan tenggara Yehuda).[2] Ada
juga Sanbalat dan Tobia. Sanbalat adalah bupati Samaria, sikapnya ini pastinya karena alasan
politik, karena Samaria tidak lagi mengatur Yehuda.[3]
Dalam beberapa buku yang saya baca, dijelaskan bahwa ada kaitan antara kitab Ezra-
Nehemia, dan antara kedua kitab ini dengan Tawarikh. Ezra dan Nehemia adalah pembaharu
yang hidup sezaman pada periode pembuangan. Seperti saudara-saudara setanah air mereka
yang lebih dulu, yaitu Hagai dan Zakharia, mereka mempunyai pelayanan yang saling
melengkapi di Yerusalem, baik yang bersifat fisik maupun yang rohani. Ezra, seorang imam
dan ahli Kitab yang mahir dalam hukum Musa, sangat diingat karena pembacaan Taurat yang
dilakukannya di hadapan masyarakat pasca pembuangan dan kebangunan rohani yang
diakibatkan oleh pembacaan tersebut (Neh. 8:1-12). Sedangkan Nehemia sangat terkenal
karena kemampuan administratifnya yang ditunjukan dalam mengorganisir masyarakat yang
kembali itu, untuk memperbaiki dan membangun kembali sebagian besar tembok Yerusalem
yang dihancurkan oleh orang Babel pada tahun 587 BCE. Ezra dan Nehemia datang ke
Yerusalem dari Susan selama masa pemerintahan Artahsasta I (464-424 SM), dan kedua-
dunya adalah orang yang terhormat di kalangan istana Persia. Nehemia telah dijelaskan
diatas, sebagai juru minuman Raja, sedangkan Ezra karena ia berasal dari keturunan Lewi,
maka ia bertugas sebagai sekretaris atau penasihat untuk urusan orang-orang Yahudi dalam
kabinet kerajaan (Ezra 7:1-6).[4] Perjalanan Nehemia ke Yerusalem tidak dijelaskan secara
rinci, tetapi ada dua hal signifikan yang kontras dengan perjalanan Ezra (2: 9-11). Pertama, ia
memiliki surat dari raja ke gubernur dari satrapy Ebir-nari. Isinya selain mengizinkan dia ke
Yehuda, mereka juga menunjukkan bahwa ia telah diangkat menjadi Gubernur provinsi
Yehuda. Ini menjelaskan mengapa ia diterima dengan baik di Yerusalem meskipun tidak ada
yang tahu misinya (2:12), dan itu menjelaskan mengapa Sanbalat dan Tobia mencurigai
kedatangan Nehemia. Mereka tidak akan khawatir jika seseorang hanya datang dan
mengunjungi kerabat, tetapi mereka telah mendengar atau diberi surat resmi tentang kantor
Nehemia, mereka akan melihat dia sebagai saingan yang berpotensi. Hal yang menarik kedua
tentang perjalanan Nehemia adalah bahwa ia memiliki penjaga bersenjata untuk
menemaninya, sedangkan Ezra tidak memiliki penjaga. Dalam kasus ini, situasi Nehemia
terlihat lebih realistis dibandingkan dengan Ezra.[5]
Ezra dan Nehemia merupakan satu kitab dalam Perjanjian Lama Ibrani. Pandangan dari
mayoritas di antara para ahli Alkitab dewasa ini, menghubungkan gabungan Kitab Ezra-
Nehemia dengan penulis Tawarikh dari masa pasca pembuangan, karena dianggap bahwa
penyusun kitab-kitab Tawarikh juga menyunting kitab Ezra-Nehemia.[6] II Tawarikh 36: 22-
23 merupakan suatu kolofon, atau tulisan penutup, yang mensyaratkan ayat-ayat pembukaan
dari Ezra 1:1-2. Jelaslah bahwa kitab Ezra dan Nehemia merupakan suatu kesatuan. Baik
dalam kitab Ibrani, maupun dalam terjemahan Septuaginta. Kitab Tawarikh – Ezra- Nehemia
membicarakan sejarah yang dimulai dari Adam sampai dengan abad kelima BCE. Satu kitab
yang patut diberi nama ‘kitab Tawarikh-Raja’.[7]suatu kolofon, atau tulisan penutup, yang
mensyaratkan ayat-ayat pembukaan dari Ezra 1:1-2. Karena adanya hubungan ini, sampai
akhir abad kedua puluh, para sarjana modern umumnya mengasumsikan bahwa, penulis
umum untuk kitab Tawarikh, Ezra, dan Nehemia adalah “The Chronicler”. Namun, baru-baru
ini, bagaimanapun, kesepakatan telah berkembang di kalangan sarjana bahwa kitab Tawarikh,
tidak memiliki penulis yang sama dengan kitab Ezra dan Nehemia, dan mereka
menggunakan “The Chronicler” hanya untuk penulis kitab Tawarikh. Salah satu alasan untuk
penilaian ilmiah ini adalah perbedaan bahasa, gaya, dan isi. misalnya, penulis kitab Tawarikh
ini tidak peduli dengan perkawinan dari orang-orang Yahudi, seperti penulis kitab Ezra-
Nehemia. Juga sikap penulis kitab Tawarikh terhadap bekas kerajaan utara Israel jauh lebih
sedikit antagonis dibandingkan dengan kitab Ezra-Nehemia.[8]
2. Spesifik
Begitu mutlaknya kekuasaan raja pada zaman itu, sehingga tampil bersedih di hadapan raja
bisa berakibat pemecatan atau kematian. Dalam menghadapi masalah bangsanya, Nehemia
masih tetap mempertahankan ketenangan, dan memperlihatkan keberaniannya untuk
mengemukakan penyebab kesedihannya dengan kata-kata biasa. Raja Artahsasta cukup arif
untuk mengerti, bahwa ada permintaan di balik uraian Nehemia itu.[9] Pengangkatan
Nehemia sebagai Gubernur Yehuda (dari tahun kedua puluh sampai pada tahun ketiga puluh
dua pemerintahan Artahsasta), ini mencakup pemisahan Yehuda dan Samaria. Ada bukti
bahwa tidak lama sebelum Nehemia menjadi gubernur, terjadi pemberontakan yang dipimpin
oleh Megabyzos (wakil raja dari seberang barat sungai). Justru pengangkatan itu dinilai
sebagai tindakan yang bijaksana dari raja Artahsasta. Ia menjadikan Yehuda sebagai kekuatan
yang merdeka, dengan mengangkat gubernur yang setia pada raja.[10] Tindakan pertama
Nehemia setelah tiba adalah untuk menyelinap keluar dari kota pada malam hari untuk
menilai keadaan dinding (2: 12-16).[11] Meskipun ini adalah alasannya untuk datang ke
Yerusalem, ia tampaknya tidak mengatakan kepada siapa pun. Penyelidikannya secara diam-
diam ini, memberikan kepadanya pengenalan situasi yang benar dan dengan demikian
menjadikannya mampu menghadapi tiap perlawanan dari para musuhnya seperti, Gesyem,
Sanbalat, dan Tobia.[12]
3. Tafsiran
Ayat 1.
Ayat 2.
Ayat 3.
(HOT) (KJV) TB LAI
Ayat 4.
Then the king said unto me, Lalu kata raja kepadaku: “Jadi,
ויאמר לי המלך על־מה־זה
For what dost thou make apa yang kauinginkan?” Maka
אתה מבקׁש ואתפלל אל־אלהי
request? So I prayed to the aku berdoa kepada Allah
הׁשמים׃
God of heaven. semesta langit,
Tafsiran: Lalu kata raja kepadaku: Raja Artahsasta menjawab atau menanyakan sesuatu
kepada Nehemia. “Jadi, apa yang kauinginkan?”: raja menanyakan kemauan
Nehemia. Maka aku berdoa kepada Allah semesta langit,: Desakan hati pertama yang selalu
terbit dalam diri Nehemia ialah berdoa. Sebelum menjawab pertanyaan raja, ia memanjatkan
doa kepada Allah memohon pertolongan dan hikmat. Salah satu di antara sekian peristiwa di
kitab itu ketika Nehemia berdoa secara spontan kepada Allah. Waktu yang dimilikinya sangat
singkat, namun ia tetap menjadikan Allah sebagai kekuatan yang tidak tertandingi.
Ayat 5.
Ayat 6.
Ayat 7.
Ayat 8.
And a letter unto Asaph the Pula sepucuk surat bagi Asaf,
keeper of the king’s forest, pengawas taman raja, supaya
that he may give me timber to dia memberikan aku kayu
ואגרת אל־אסף ׁשמר הפרדסmake beams for the gates of untuk memasang balok-balok
אׁשר למלך אׁשר יתן־לי עציםthe palace pada pintu-pintu gerbang di
הבירה את־ׁשערי לקרותwhich appertainedto the benteng bait suci, untuk
העיר ולחומת אׁשר־לביתhouse, and for the wall of the tembok kota dan untuk
ולבית אׁשר־אבוא אליו ויתן־ליcity, and for the house that I rumah yang akan kudiami.”
המלך כיד־אלהי הטובה עלי׃ shall enter into. And the king Dan raja mengabulkan
granted me, according to the permintaanku itu, karena
good hand of my God upon tangan Allahku yang murah
me. melindungi aku.
Tafsiran: Pula sepucuk surat bagi Asaf, pengawas taman raja: Taman raja. Bahasa Ibrani
aslinya secara harafiah berarti taman atau kebun buah-buahan. supaya dia memberikan aku
kayu untuk memasang balok-balok pada pintu-pintu gerbang di benteng bait suci: balok-
balok ialah batang kayu yg telah dirimbas, tetapi belum dijadikan papan; untuk dijadikan
tiang-tiang rumah, dalam kasus Nehemia, untuk diletakan pada pintu-pintu gerbang di
benteng bait suci. Benteng: bangunan tempat berlindung atau bertahan (dari serangan
musuh). Dan raja mengabulkan permintaanku itu: mengabulkan : meluluskan (permintaan,
doa, dsb); mengiyakan. karena tangan Allahku yang murah melindungi aku: karena Allah
selalu penuh kasih dan melindungi Nehemia.
Ayat 9.
(HOT) (KJV) TB LAI
Ayat 10.
4. Kesimpulan
Kesedihan Nehemia yang tampak di hadapan raja menimbulkan pertanyaan yang penting
yang membuat Nehemia mengajukan permohonan izin untuk pergi ke Yerusalem agar dapat
membangun kembali tembok-temboknya. Raja bukan hanya mengabulkan permohonan ini,
namun juga permohonan Nehemia berupa surat-surat pengantar bagi para penguasa di barat
dan juga akan bahan-bahan bangunan untuk membangun pintu-pintu gerbang bagi kota,
istana dan kubu pertahanan di Yerusalem. Maksud penulis dalam menyampaikan cerita ini
ialah untuk melengkapi catatan sejarah pasca pembuangan, yang diawali dalam kitab Ezra,
dan untuk menunjukan hal apa saja yang Allah lakukan, demi umat-Nya, melalui
kepemimpinan yang saleh dari Nehemia, selama tahap ketiga dari pasca pembuangan.
** Keterangan Singkatan:
[1] Dianne Bergant dan Robert J. Karris, “Tafsir Alkitab Perjanjian Lama”, (Yogyakarta:
Kanisius, 2002), 369.
[2] Ibid., 372.
[3] “Tafsiran Alkitab Masa Kini: Kejadian-Ester”, (Jakarta: Gunung Mulia, 1976), 660.
[4] Andrew E. Hill, dan John H. Walton, “Survei Perjanjian Lama”, (Malang: Gandum Mas,
2008), 367.
[7] D.C. Mulder, “Pembimbing kedalam Perdjandjian Lama”, (Jakarta: BPK, 1963), 237.
[8] Michael D. Coogan, “The Old Testament: A Historical and Literary Introduction to the
Hebrew Scriptures”, (New York: Oxford University Press, 2011), 369.
[9] “Tafsiran Alkitab Masa Kini: Kejadian-Ester”, (Jakarta: Gunung Mulia, 1976), 660.
[10] Ibid.
[12] Ibid.
[13] Michael D. Coogan, “The Old Testament: A Historical and Literary Introduction to the
Hebrew Scriptures”, (New York: Oxford University Press, 2011), 348.
Daftar Pustaka