Tasawuf

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

8.

Maqamat

Taubat

Makna tobat dalam bahasa arab adalah “kembali”. “ia bertobat” berarti “ia kembali”. Jadi tobat adalah
kembali dari sesuatu yang dicela oleh syara’ menuju sesuatu yang dipuji olehnya

Zuhud

Secara etimologis, zuhud berarti ragaba ‘ansyai’in wa tarakahu, artinya tidak tertarik terhadap sesuatu
dan meninggalkannya. Zuhada fi al-dunya, berarti mengosongkan diri dari kesenangan dunia untuk
ibadah

Sabar

Sabar secara harfiah , berarti tabah hati. Secara terminologi, sabar adalah suatu keadaan jiwa yang
kokoh, stabil dan konsekuen dalam pendirian. Sedangkan menurut pandangan Dzun Nun al-Misri, sabar
berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah, tetap tenang ketika
mendapat cobaan dan menampakkan sikap cukup, walaupun sebenarnya berada dalam kefakiran.

Wara’

Wara’, secara harfiah, berarti saleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa atau maksiat. Sedangkan
pengertian wara’ dalam pandangan sufi adalah meninggalkan segala sesuatu yang tidak jelas hukumnya,
baik yang menyangkut makanan, pakaian, maupun persoalan lainnya

.Faqr

Secara harfiah fakir biasanya diartikan sebagai orang yang berhajat, butuh atau orang miskin. Sedangkan
dalam pandangan sufi fakir adalah tidak meminta lebih dari apa yang telah ada pada diri kita[11]

f. Tawakkal

Secara harfiah tawakkal berarti menyerahkan diri. Al-Qusyairi mengatakan bahwa tawakkal tempatnya
di dalam hati, dan timbulnya gerak dalam perbuatan tidak mengubah tawakkal yang terdapat dalam hati
itu.

Ridla

Ridha, secara harfiah, berarti rela, senang dan suka. Sedangkan pengertiannya secara umum adalah
tidak menentang qadha dan qadar Allah, menerima qadha dan qadar dengan hati senang.

Mahabbah

Mahabbah berasal dari kata ahabba-yuhibbu-mahabbatan yang berarti mencintai secara mendalam.
Mahabbah pada tingkatan selanjutnya dapat diartikan suatu usaha sungguh-sungguh dari seseorang
untuk mencapai tingkat rohaniah tertinggi dengan terwujudnya kecintaan yang mendalam kepada Allah.
Ma’rifat

Ma’rifat berasal dari kata ‘arafa-ya’rifu-irfan-ma’rifat yang berarti pengetahuan atau pengalaman.
Dikalangan sufi, ma’rifat adalah sifat dari orang yang mengenal Allah SWT, melalui nama-nama serta
sifatNya dan berlaku tulus kepada Allah SWT dengan muamalatnya, kemudian meenyucikan dirinya dari
sifat-sifat yang rendah dan cacat, yang terpaku lama di pintu (rohani) dan yang senantiasa I’tikaf dalam
hatinya.

Al akmal

Waspada dan mawas diri (Muhasabah dan Muraqabah)

Waspada dan mawas diri merupakan dua hal yang saling berkaitan erat .Oleh karena itu ,ada sufi yang
mengupasnya secara bersamaan.Waspada dan mawas diri merupakan dua sisi dari tugas yang sama
dalam menundukkan perasaan jasmani yang berupa kombinasi dari pembawaan nafsu dan amarah
.Waspada (muhasabah) dapat diartikan menyakini bahwa Allah SWT

Cinta (hubb)

Dalam pandangan tasawuf, mahabbah (cinta) merupakan pijakan bagi segenap kemuliaan hal ,sama
seperti tobat yang menjadi dasar bagi kemuliaan maqam.Karena mahabbah pada dasarnya adalah
kecendrungan hati untuk memperhatikan keindahan atau kecantikan.

Berharap dan takut (Raja’ dan Khauf)

Bagi kalangan sufi ,raja’ dan khauf berjalan seimbang dan saling mempengaruhi.Raja’berarti berharap
atau optimism .Raja’ atau optimisme adalah perasaan hati yang senang karena menanti sesuatu yang
diinginkan dan disenangi.Raja’ atau optimism ini telah ditegaskan dalam Al-qur’an;(Q.S.Al-
Baqarah(2)218)

Rindu(syauq)

Selama masih ada cinta ,syauq tetap diperlukan dalam lubuk jiwa ,rasa rindu hidup dengan subur,yaitu
rindu ingin segera bertemu dengan Tuhan.Ada orang yang mengatakan bahwa maut merupakan bukti
cinta yang benar.Lupa kepada Allah SWT.Lebih berbahaya daripada maut .Bagi sufi yang rindu kepada
Tuhan,mati dapat berarti bertemu dengan Tuhan.

e. Intim(uns)

Dalam pandangan kaum sufi ,sifat uns (intim )adalah sifat merasa selalu berteman, tak pernah merasa
sepi .Ungkapan berikut ini melukiskan sifat uns: ‘’Ada orang yang merasa sepi dalam keramaian.ia
adalah orang yang selalu memikirkan kekasihnya sebab sedang dimabuk cinta, seperti halnya sepasang
pemuda dan pemudi. Adapula orang yang merasa bising dalam kesepian .

9. TRENDING NOW: Puisi Gus Mus: Talbiyah dalam KesendirianGagal Paham Membandingkan Takut
Corona dengan Takut Allah WAWANCARA Tasawuf, Oase Spiritualitas di Zaman Modern Selasa 31
Oktober 2017 10:33 WIB Bagikan: KH Ali M. Abdillah. Di era modern seperti saat ini, manusia seringkali
terbius akan godaan-godaan dunia dan acapkali abai akan kehidupan akhirat dan Tuhan semesta alam.
Hedonisme, konsumerisme, dan materialisme adalah deretan ‘penyakit dunia’ yang menggerogoti nilai-
nilai spiritualitas manusia. Sehingga manusia hanya mementingkan sesuatu yang tampak lahiriah saja.
Batiniahnya terkikis. Kesadaran akan nilai-nilai spiritualitas berada pada titik nadir –bahkan minus. Tak
hanya itu. Terorisme dan radikalisme atas nama agama juga terus bertransformasi. Mereka berdalih
melakukan itu karena membela dan ingin menegakkan Islam secara kaffah. Biasanya, mereka
berpedoman kepada ‘fikih saja’ yang menilai segala sesuatunya hitam-putih, halal-haram, dan
cenderung hanya dua sisi. Tasawuf bisa menjadi sumber akan nilai-nilai spiritualitas seseorang yang
terkikis habis itu. Tasawuf membekali seseorang bahwa segala sesuatunya harus dilakukan hanya karena
dan untuk Allah saja. Bukan yang lain. Dengan bertasawuf, hati seseorang juga akan menjadi lembut dan
penuh akan cinta. Sehingga tidak sampai menyalah-nyalahkan, mengkafir-kafirkan, dan bahkan
membunuh yang liyan. Belajar tasawuf bisa menjadi oase di zaman yang tandus seperti zaman modern
ini. Namun, yang menjadi soal selanjutnya adalah ada yang menilai sesat tasawuf. Bahkan, tasawuf
dianggap sebuah bid’ah karena hal itu tidak ada pada zaman Nabi Muhammad. Umumnya, mereka yang
berpendapat seperti ini hanya berpegang pada ‘fikih saja.’ Bukan kan ajaran agama yang disampaikan
Nabi Muhammad mencakup tiga dimensi: Iman, Islam, dan Ihsan. Dimensi Iman melahirkan ilmu kalam
atau teologi. Dimensi Islam melahirkan ilmu fikih atau syariat. Sedangkan Dimensi Ihsan melahirkan ilmu
tasawuf. Ketiganya saling terkait. Bukan untuk dipertentangkan. Untuk mengurai lebih lanjut, Jurnalis
NU Online Ahmad Muchlishon Rochmat mewawancarai Ketua Lajnah Muwasholah Jam'iyyah Ahlit
Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) dan Ketua Mahasiswa Ahlit Thariqah Al-Mu'tabarah
An-Nahdliyyah (MATAN) DKI Jakarta KH Ali M. Abdillah. Berikut wawancaranya: Ada yang menilai
Tasawuf itu sesat dan bid’ah karena pada zaman Nabi Muhammad tidak ada. Bagaimana tanggapan
Anda? Istilah tasawuf dan tarekat itu muncul pada abad kedua atau ketiga Hijriyah. Memang pada
zaman Nabi Muhammad dua istilah ini belum ada. Namun, rujukan ajaran tarekat dan tasawuf itu adalah
Al-Qur’an dan hadis. Bahkan, Rasulullah adalah teladan dalam bertasawuf. Al-Qur’an menyatakan di
dalam Surat Al-A’la:14-15 bahwa sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya dengan
berdzikir kepada Allah secara kontinuitas. Demikian juga yang ada dalam Surat As-Syams ayat sembilan.
Apa saja yang dicontohkan Rasulullah dalam bertasawuf? Rasulullah sendiri juga mencontohkan praktif-
praktik bertasawuf. Sejak usia dua puluh lima hingga empat puluh tahun, Rasulullah sudah ‘tidak
melakukan aktifitas duniawi.’ Masih namun tidak seperti sebelum nikah. Khadijah sebagai seorang istri
yang kaya –dan mengetahui bahwa Rasulullah adalah utusan Allah- selalu mendukung apa yang
dilakukan oleh Rasulullah, termasuk saat menyendiri di Gua Hira. Dalam tasawuf ini disebut sebagai
proses takhalli yakni menyucikan diri dari jiwa-jiwa yang buruk. Dipilihnya Gua Hira oleh Rasulullah
untuk menyendiri meski perjalanan ke sana sangat terjal menunjukkan bahwa Rasulullah memiliki
semangat yang tinggi. Di Gua Hira ini, Rasulullah bermunajah atau riyadlah-mujahadah kepada Allah
dalam bahasa tasawunya. Riyadlahnya adalah dengan mengurangi makan dan dengan selalu mengingat
kepada Tuhan. Sehingga pada usia empat puluh tahun, diangkat menjadi seorang Nabi dan Rasul. Serta
menjadi seorang yang bisa mengendalikan hawa dan nafsunya. Ini menjadi acuan bagi orang yang
bertasawuf. Rasulullah sendiri memberikan contoh. Beliau orang yang suci dan maksum, namun proses
untuk mencapai penyucian itu beliau mempraktikkan secara nyata. Hal ini dilakukan agar umatnya tahu
bahwa untuk mencapai tahapan itu harus dibarengi dengan riyadlah dan mujahadah. Itukan proses
takhalli yang dialami Rasulullah, di Tasawuf sendiri kan ada istilah tahalli dan tajalli. Tahalli adalah proses
merasakan kenikmatan proses ilmu yang sudah dirasakan setelah hawa nafsu bisa dikendalikan. Pada
periode Mekkah, Rasulullah mengalami fase tahalli ini. Meski ia dilempari batu, kotoran, dan dicaci maki,
namun ia tetap sabar. Di dalam proses tahalli, seseorang akan memilikim jiwa yang bersih dan
memandang segala sesuatunya itu digerakkan oleh Allah. Sedangkan, pada periode Madinah Rasulullah
istilahnya mencapai pada tahapan tajalli. Yakni secara ruhani Rasulullah senantiasa ingat kepada Allah
namun beliau melengkapinya dengan aspek syariat. Jika diMekkah belum ada syariat dan dominan pada
hakikat, maka di Madinah hakikatnya sebagai rahasia pribadi dan syariat sebagai ‘bungkusnya.’ Itulah
simbol takhalli, tahalli, dan tajalli yang dicontohkan oleh Rasulullah. Itu dasar bertasawuf. Dalam konteks
era modern seperti saat ini. Apa urgensi dari tasawuf? Kehidupan terus berkembang, namun aspek
kejiwaan masih tetap sama. Dari dulu hingga saat ini, nafsu ammarah dan lawwamah masih tetap sama.
Hanya model dan rupanya yang berbeda. Penyakit orang modern adalah hedonisme. Mereka hidup
berfoya-foya, lupa kepada Allah dan lupa mengembalikan rezeki dari Allah. Lalu, konsumerisme yaitu
memiliki uang dan belanja terus, tapi untuk zakat, infak, dan sedekah susah sekali. Selanjutnya adalah
materialisme. Yakni semuanya dihitung memakai materi. Penyakit-penyakit ini hanya bisa disembuhkan
dengan praktik tasawuf dan tarekat. Ini adalah penyakit-penyakit jiwa yang dikuasai oleh ammarah dan
lawwamah. Lalu, agar tidak terjebak kepada hedonisme, konsumerisme, dan meterialisme maka belajar
tasawuf sehingga menjadi orang yang zuhud dan wara. Tapi zuhud dan wara’ kan selalu diidentikkan
dengan menjauhi dan membenci dunia. Pengertian zuhud dan wara dalam dunia modern tidak seperti
dulu. Dalam kehidupan modern, boleh memiliki jabatan tinggi tapi jabatan tersebut dianggap sebagai
amanah Allah dan tidak memasukannya ke dalam hati. Pun, memiliki harta yang melimpah silahkan,
namun itu jangan dimasukkan ke dalam hati. Ketika harta dan jabatan diambil oleh Allah, ia tidak ada
beban karena itu memang titipan dari Allah. Orang yang mengamalkan tasawuf itu memiliki ketenangan
batin yang luar biasa. Dia memiliki rasa tidak memiliki. Kalau orang modern bisa mengamalkan nilai-nilai
tasawuf, maka akan terbangun kesalehan sosial dan kepedulian terhadap sesama.

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/82776/tasawuf-oase-spiritualitas-di-zaman-modern

Akhlak tasawuf pada zaman sekarang dengan zaman yang dahulu memang sangat beda jauh dari segi
budaya ekonomi dan politik. Di karenakan adanya kemajuan serta alat alat canggih yang mudah di
lakukan dan di akses oleh masyarakat kita seperti halnya hp,leptop dan lain lain. Oleh karena itu akan
dampak bagi kita sendiri terutama pada manusia karena terdapat dampak segi positif dan dampak
negatifnya. Yang dimana diera globalisasi sekarang lebih mementingkan hal hal yang bersifat
kesenangan seperti menikmati semua yang ada di alam bumi ini dengan cara tindakan atau prilaku yang
melenceng dari agama islam.

Halnya anak muda zaman sekarang remaja dan anak kecil sekarang. yang dimana pada zaman era
globalisasi sekarang tidak memilih etika sopan santun yang benar terhadap lingkungan masyarakat
sekitar. Dan melakukan perbuatan perbuatan yg jelek sehingga merugikan diri kita sendiri, seperti
contoh kenakalan anak remaja zaman sekarang yang tambah rusak yang di karenakan salah memilih
pergaulan teman dan salah dalam melakukan atau mempergunakan kehidupan kita sehari hari, tampa
mementingkan kebelakangnya hingga bisa membedakan mana yang perbuatan baik dan mana yang
perbuatan buruk. Sehingga kita bisa berfikir lebih jauh lagi bahwa hidup di dunia ini hanya sementara
karena semua manusia akan mati dan tak lupa bahwa manusia akan di cabut nyawanya oleh malaikat
izrail.

Maka dari itu kita sebagai manusia yang beragama islam atau umat muslim kita harus menjaga
etika prilaku sopan santun dan selalu saling menolong saling membantu satu sama lain. Terutama di era
globalisasi zaman moderen sekarang kita harus berfikir lebih matang lagi dan tidak melakukan
perbuatan yg merugikan diri kita sendiri, dan tak lupa selalu momohon perlindungan petunjuk dan
pertolongan kepada allah swt. Untuk bekal nanti di akhirat

Akhlak tasawuf pada zaman sekarang dengan zaman yang dahulu memang sangat beda jauh dari segi
budaya ekonomi dan politik. Di karenakan adanya kemajuan serta alat alat canggih yang mudah di
lakukan dan di akses oleh masyarakat kita seperti halnya hp,leptop dan lain lain. Oleh karena itu akan
dampak bagi kita sendiri terutama pada manusia karena terdapat dampak segi positif dan dampak
negatifnya. Yang dimana diera globalisasi sekarang lebih mementingkan hal hal yang bersifat
kesenangan seperti menikmati semua yang ada di alam bumi ini dengan cara tindakan atau prilaku yang
melenceng dari agama islam.

Halnya anak muda zaman sekarang remaja dan anak kecil sekarang. yang dimana pada zaman era
globalisasi sekarang tidak memilih etika sopan santun yang benar terhadap lingkungan masyarakat
sekitar. Dan melakukan perbuatan perbuatan yg jelek sehingga merugikan diri kita sendiri, seperti
contoh kenakalan anak remaja zaman sekarang yang tambah rusak yang di karenakan salah memilih
pergaulan teman dan salah dalam melakukan atau mempergunakan kehidupan kita sehari hari, tampa
mementingkan kebelakangnya hingga bisa membedakan mana yang perbuatan baik dan mana yang
perbuatan buruk. Sehingga kita bisa berfikir lebih jauh lagi bahwa hidup di dunia ini hanya sementara
karena semua manusia akan mati dan tak lupa bahwa manusia akan di cabut nyawanya oleh malaikat
izrail.

Maka dari itu kita sebagai manusia yang beragama islam atau umat muslim kita harus menjaga
etika prilaku sopan santun dan selalu saling menolong saling membantu satu sama lain. Terutama di era
globalisasi zaman moderen sekarang kita harus berfikir lebih matang lagi dan tidak melakukan
perbuatan yg merugikan diri kita sendiri, dan tak lupa selalu momohon perlindungan petunjuk dan
pertolongan kepada allah swt. Untuk bekal nanti di akhirat

Itu bisa diamati dari aspek sejarah. Belanda menjajah Indonesia selama tiga setengah abad, namun
Belanda tidak bisa menguasai seluruh wilayah Nusantara. Lalu, kemudian Belanda menunjuk Snouck
Hurgonje untuk mempelajari seluk beluk Islam untuk menaklukkan Nusantara yang memang mayoritas
beragama Islam. Ia mempelajari kitab-kitab ulama Nusantara. Kemudian ditemukan bahwa penyebab
Indonesia tidak bisa ditaklukkan adalah ajaran tasawuf dan tarekat. Sebab jika seseorang sudah terkena
ilmu tasawuf dan tarekat, maka yang ditakuti hanyalah Allah. Mereka yang bertasawuf dan bertarekat
tidak akan bersedia menjadi pion-pion Belanda. Kemudian, Snouck Hurgonje bekerjasama dengan ulama
dan menciptakan imaje bahwa ajaran hakikat adalah sesat dan kitab-kitab tasawuf dibawa ke Belanda.
Akhirnya, semakin jauh masyarakat Indonesia dengan ilmu hakikat. Hal itu bisa dilihat pada abad
delapan belas hingga dua puluh bahwa tasawuf dan tarekat hanya dipraktikkan oleh orang-orang tua.
Lalu, bagaimana dengan abad saat ini? Di abad dua puluh satu ini semangat untuk bertasawuf itu sudah
mulai tumbuh. Di kalangan kaum muda, tasawuf mulai bangkit. Begitupun di kalangan intelektual.
Bahkan juga sudah terbentuk komunitas-komunitas tasawuf, baik di dalam maupun luar negeri. Di Eropa
dan Amerika ada Ibnu Arabi Society. Komunitas penggiat tasawuf. Di Indonesia, ada Jam'iyyah Ahlit
Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) yang menaungi tarekat-tarekat muktabarah. Bahkan,
JATMAN memiliki organisasi regenrasi di tingkat mahasiswa yakni Mahasiswa Ahlit Thariqah Al-
Mu'tabarah An-Nahdliyyah (MATAN). Organisasi ini sudah tersebar di seluruh kampus besar di
Nusantara. Mereka yang ikut adalah mahasiswa muda yang memiliki ketertarikan dengan dunia batiniah
atau sufisme. Ini menunjukkan meski berada dalam tekanan, tarekat tetap eksis karena orang bertarekat
akan semakin yakin dengan keimanannya dan dekat dengan Allah.

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/82776/tasawuf-oase-spiritualitas-di-zaman-modern

Anda mungkin juga menyukai