Anda di halaman 1dari 12

METODE PENENTUAN POSISI HORIZONTAL

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ilmu Ukur Tanah yang diampu oleh:

Nanin Trianawati Sugito, M.T.

Muhammad Ihsan, S.T., M.T

Dibuat Oleh :

Rafi’i Diva Sephana


(1904378)
SAIG 2B

PROGRAM STUDI SAINS INFORMASI GEOGRAFI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga saya dapat
menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Metode Penentuan Posisi Horizontal”

Pada mulanya penyusunan makalah ini mengalami banyak kesulitan dalam menyatukan
berbagai materi penting untuk disusun agar menjadi sebuah bacaan yang menarik untuk
dibaca, namun akhirnya makalah ini dapat diselesaikan . Tersirat pengharapan dan terima
kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan makalah ini.

Besar harapan agar makalah ini dapat menjadi salah satu sumber belajar yang baik serta
mendatangkan manfaat untuk seluruh pembaca . Saya menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, adanya
kritik dan masukan dari berbagai pihak sangat saya butuhkan untuk menyempurnakan
makalah ini sangat dinantikan. Semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat bagi
semua.

Bandung, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................... 1
1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................. 2
2.1 Poligon.............................................................................................................................. 2
2.2 Metode Polar ................................................................................................................... 5
2.3 Metode Mengikat Kemuka ............................................................................................. 6
2.4 Metode Mengikat Kebelakang ....................................................................................... 6
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 8
Daftar Pustaka ................................................................................................................................ 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu ukur tanah adalah ilmu, seni dan teknologi untuk menyajikan informasi bentuk
permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia pada bidang yang
dianggap datar. Ilmu ukur tanah sering disebut plan surveying. Ilmu ukur tanah bagian dari
geodesi (geodetic surveying). Definisi sederhana dari ukur tanah adalah menentukan posisi
atau letak titik di atas atau pada permukaan bumi. Definisi yang lebih berkembang adalah
pekerjaan untuk menggambarkan keadaan fisik sebagian permukaan bumi menyerupai
keadaan sebenarnya dilapangan (Iskandar, 2008).
Pengukuran-pengukuran dibagi dalam pengukuran yang mendatar untuk mendapat
hubungan titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi (pengukuran kerangka dasar
horizontal) dan pengukuran-pengukuran tegak guna mendapat hubungan tegak antara titik-
titik yang diukur (pengukuran kerangka dasar vertikal) serta pengukuran titik-titik detail
(Mulyo dan Supriatna, 2008).
Kerangka dasar pemetaan untuk pekerjaan rekayasa sipil pada kawasan yang tidak luas,
sehingga bumi masih bisa dianggap sebagai bidang datar, umumnya merupakan bagian
pekerjaan pengukuran dan pemetaan dari satu kesatuan paket pekerjaan perencanaan dan
atau perancangan bangunan teknik sipil. Titik-titik kerangka dasar pemetaan yang akan
ditentukan tebih dahulu koordinat dan ketinggiannya itu dibuat tersebar merata dengan
kerapatan tertentu, permanen, mudah dikendalikan dan didokumentasikan secara baik
sehingga memudahkan penggunaan selanjutnya (Suharto, 2011).
Kerangka dasar horizontal adalah sejumlah titik yang telah diketahui koordinatnya
dalam suatu koordinat titik tertentu. Sistem koordinat disini adalah sistem koordinat
kartesian dimana bidang datarnya merupakan sebagian kecil dari permukaan elipsioda
bumi. Untuk mendapatkan hubungan mendatar titik - titik yang diukur di atas permukaan
bumi maka perlu dilakukan pengukuran mendatar yang disebut dengan istilah pengukuran
kerangka dasar Horizontal. Jadi untuk hubungan mendatar diperlukan data sudut mendatar
yang diukur pada skafa lingkaran yang letaknya mendatar.
Kerangka dasar horizontal merupakan teknik dan cara pengukuran peta yang terdiri
dari hubungan titik-titik yang diukur di atas bumi, dan data-data pengukuran yang didapat
harus mempunya referensi atau acuan dari titik-titik yang mempunyai nilai koordinat.
Dalam proses pengukurannya, kerangka dasar horizontal dapat diukur melalui 4 cara yaitu
metode poligon atau traves metode pengukuran pengikatan ke muka, metode polar dan
metode pengukuran pengikatan ke belakang.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Metode apa saja yang bisa digunakan untuk menentukan posisi horizontal?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami metode apa
saja yang digunakan untuk menentukan posisi horizontal.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Poligon
Metode poligon adalah metode penentuan posisi lebih dari satu titik dipermukaan bumi,
yang terletak memanjang sehingga membentuk segi banyak, (Wongsotjitro,1980). Unsur-
unsur yang diukur adalah unsur sudut dan jarak, jika koordinat awal diketahui, maka titik-
titik yang lain pada poligon tersebut dapat ditentukan koordinatnya. Pengukuran dengan
metode poligon ini terbagi menjadi dua bentuk yaitu:
➢ Poligon Terbuka : Poligon yang tidak mempunyai syarat geometris
➢ Poligon Tertutup : Poligon yang mempunyai syarat geometris

1) Poligon Tertutup

Poligon tertutup adalah poligon dengan titik awal sama dengan titik akhir, jadi
dimulai dan diakhiri dengan titik yang sama.

α 1-2

Poligon Tertutup

Syarat-syarat geometris poligon tertutup adalah sebagi berikut:


Σδ = ( n – 2 ) . 180º ( untuk sudut dalam )
Σδ = ( n + 2 ) . 180º ( untuk sudut luar ) Σ
( D . sin α ) = ΣΔX = 0
Σ ( D . cos α ) = ΣΔY = 0

2
2) Poligon Terbuka
Poligon terbuka adalah poligon dimana titik awal dan titik akhir tidak berimpit atau titik
awal tidak bertemu dengan titik akhir. Poligon terbuka ditinjau dari sistem pengukuran dan
cara perhitungannya dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :
a) Poligon Terikat Sempurna
Poligon terbuka terikat sempurna adalah poligon yang titik awal dan titik akhir terikat
oleh koordinat dan azimuth atau terikat oleh dua koordinat pada awal dan akhir
pengukuran. Poligon jenis ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan poligon
lainnya. Pada poligon ini kesalahan sudut serta kesalahan jaraknya dapat dikoreksi dengan
diketahuinya azimuth dan koordinat awal serta azimuth dan koordinat akhir.

Poligon Terbuka Terikat Sempurna

Dalam poligon terbuka terikat sempurna, besaran - besaran yang harus diukur :
1. Semua sisi jarak = dB-1, d1-2 , .......... , d3-P
2. Semua sudut horizontal = δB, δ1, δ2, ……, δP
Syarat-syarat geometris poligon terbuka terikat sempurna :
Σ δ = ( α P-Q - α A-B ) + n . 180º ( untuk sudut kanan )
Σ δ = ( α A-B - α P-Q ) + n . 180º ( untuk sudut kiri ) Σ
( D . sin α ) = ΣΔX = XP - XB
Σ ( D . cos α ) = ΣΔY = YP - YB

3
b) Poligon Terbuka Terikat Koordinat
Poligon terikat koordinat adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya terikat
oleh koordinat, nilai azimuth awal dan akhir tidak diketahui. Misal poligon terbuka
terikat koordinat A123

Poligon Terbuka Terikat Kordinat

Dalam poligon terbuka terikat koordinat, besaran-besaran yang harus diukur :


1. Semua sisi/jarak = d A-1 , d 1-2 , .......... , d 3-B
2. Semua sudut horizontal = δ1, δ2, δ3

c) Poligon Terbuka Terikat Sepihak

Poligon terbuka terikat sepihak adalah poligon yang hanya terikat salah satu titiknya
saja, bisa terikat pada titik awalnya atau titik akhirnya saja. Misal poligon terbuka
terikat sepihak A123

Poligon Terbuka Terikat Sepihak

4
d) Poligon Terbuka Bebas
Poligon terbuka bebas adalah poligon lepas atau poligon yang tidak terikat kedua
ujungnya. Untuk menghitung koordinat masing-masing titiknya maka harus ditentukan
terlebih dahulu koordinat salah satu titik sebagai acuann menghitung koordinat titik
lainnya. Pada poligon ini tidak ada koreksi sudut maupun koreksi jarak.

Poligon Terbuka Bebas


2.2 Metode Polar
Metode polar digunakan untuk menentukan suatu titik berdasarkan pengukuran sudut
dan jarak, baik jarak langsung maupun jarak optis.

dP1- dP3-

β
dP2- β
dP2-
3
β

Pengukuran Detil Metode Polar


Keterangan gambar:
• 1, 2, 3, 4 : titik detil
• β1, β2, β3, β4 : sudut horizontal
• P1, P2, P3 : titik-titik polygon
• Dp1-1, dP2-2, dP2-3, dP3-4 : Jarak

5
2.3 Metode Mengikat Kemuka
Suatu metode penentuan posisi dari dua buah titik di lapangan tempat berdiri
alat untuk memperoleh suatu titik lain di lapangan tempat berdiri target
(prisma atau jalon) yang akan diketahui koordinatnya dari titik tersebut.
Garis antara kedua titik yang diketahui koordinatnya dinamakan garis absis.
Sudut dalam yang dibentuk absis terhadap target di titik B dinamakan sudut
beta. Sudut beta dan alfa diperoleh dari lapangan.

(Penentuan posisi metode pengikatan ke muka: alat berdiri di dua titik acuan
yang diketahui koordinatnya.)

Karakteristik penentuan posisi dengan pengikatan ke muka:


• Bentuk yang digunakan segitiga.
• Dilakukan pengukuran dua sudut (alfa dan beta).
• Salah satu panjang sisi harus diukur untuk mengetahui bentuk dan
besar segitiga.
Pemotongan ke muka banyak digunakan pada pengukuran titik triangulasi
dan konstruksi.

2.4 Metode Mengikat Kebelakang


Suatu metode penentuan posisi sebuah titik terhadap dua buah atau lebih titik
yang diketahui koordinatnya. Bedanya dengan pengikatan ke muka adalah
pada metode ini alat berdiri pada titik yang akan ditentukan posisinya. Sudut
yang diukur adalah sudut alfa dan beta. Ada 2 macam metode yaitu metode
Collins dan Cassini.

1.1 Metode Collins


Metode Collins merupakan model perhitungan yang berfungsi untuk
mengetahui letak titik koordinat, yang diukur melalui titik-titik koordinat
lain yang sudah diketahui. Pada pengukuran pengikatan ke belakang
metode Collins, alat theodolite ditegakkan di atas titik yang ingin atau
belum diketahui koordinatnya.

6
Metode Collins

2.1 Metode Cassini


Metode Cassini adalah cara pengikatan kebelakang yang menggunakan
mesin hitung atau kalkulator. Pada cara ini theodolit diletakkan diatas
titik yang belum diketahui koordinatnya.

Metode Cassini

Untuk menentukan koordinat titik P, titik tersebut diikatkan pada titik yang
sudah diketahui koordinatnya, misalnya titik A(Xa;Ya), B(Xb;Yb), dan
C(Xc;Yc).
Pada cara ini diperlukan dua titik penolong, cara ini membuat garis yang
melalui titik A, tegak lurus pada AB dan garis ini memotong lingkaran di
Titik R, demikian pula dari titik C dibuat garis tegak lurus BC dan memotong
lingkaran di titik S

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerangka dasar horizontal merupakan kumpulan titik-titik yang telah
diketahui atauditentukan posisi horizontalnya berupa koordinat pada bidang
datar (X ,Y ) dalam sistem proyeksi tertentu. Pemilihan metode penentuan
posisi horizontal dipengaruhi oleh bentuk medan lapangan dan ketelitian
yang dikehendaki.

8
Daftar Pustaka
Purwaamijaya, Iskandar Muda (2008). Teknik Survey dan Pemetaan. Jakarta
: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Mulyo, J dan Supriatna. 2008. Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Fakultas
MIPA. Universitas Indonesia :Depok.
Suharto. 2011. Pekerjaan Survei dan Pemetaan.
Wongsotjitro, S. 1980. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta. Kanisiu,
Purworhardjo, U., 1986, Ilmu Ukur Tanah Seri C - Pengukuran Topografi,
Jurusan. Teknik Geodesi ITB, Bandung

Anda mungkin juga menyukai