PENDAHULUAN
Kehilangan adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat unik secara individual.
Hidup adalah serangkaian kehilangan dan pencapaian. Seorang anak yang mulai belajar berjalan
mencapai kemandiriannya dengan mobilisasi. Seorang lansia dengan perubahan visual dan
pendengaran mungkin kehilangan keterandalan-dirinya. Penyakit dan perawatan di rumah sakit
sering melibatkan berbagai kehilangan. (potter dan perry)
Dalam kehidupan setiap individu hanya ada satu hal yang pasti, yaitu individu tersebut akan
meninggal dunia. Kematian merupakan suatu hal yang alami. Saat terjadinya kematian
merupakan saat-saat yang tidak diketahui waktunya. Kematian dapat terjadi singkat dan tidak
terduga seperti seorang anak yang meninggal akibat kecelakaan, kematiaan dapat berlangsung
mendadak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya seseorang yang pingsan dan dalam
waktu 24 jam sudah meninggal, kematian dapat diperkirakan sebelumnya melalui diagnosis
medis tetapi saat kematian itu sendiri biasa terjadi mendadak,atau pasien dapat mengalami dahulu
stadium terminal penyakit dalam waktu yang bervariasi mulai dari berapa hari hingga berbulan-
bulan.
Kematian dari masa lampau sampai saat ini selalu dikhaskan dengan kondisi terhentinya
pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai
dengan terhentinya kerja otak secara menetap. Namun demikian, kemajuan dalam teknologi
kedokteran berlangsung sedemikian cepat sehingga kalau satu atau lebih sistem tubuh tidak
berfungsi, pasien mungkin masih dapat dipertahankan “hidupnya” dengan bantuan mesin,
tindakan ini dapat dilakukan sehubungan dengan pengangkatan organ tubuh untuk bedah
transplantasi.
Dengan memahami bahwa kematian merupakan suatu yang alami dari proses kehidupan
akan membantu perawat dalam memberikan respon terhadap kebutuhan pasien dengan lebih
murah hati.
1
1.2 Rumusan masalah
4) Apa tindakan perawatan jenazah yang harus dilakukan berdasarakan agama pasien?
1.3 Tujuan
4) Mengetahui tindakan perawatan jenazah yang harus dilakukan berdasarkan agama pasien
1.4 Manfaat
Untuk menambah wawasan mahasiswa khususnya kebidanan tentang asuhan pada pasien
post mortem dan jenazah
BAB II
2
PEMBAHASAN
Kematian suatu keadaan alamiah yang setiap individu pasti akan mengalaminya. Secara
umum, setiap manusia berkembang dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, lansia dan akhirnya
mati.
Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta
hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas listrik otak,
atau dapat juga dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau terhentinya
kerja otak secara menetap.Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah kematian, diantaranya :
Algor mortis merupakan salah satu tanda kematian yaitu terhentinya produksi panas,
sedangkan pengeluaran berlangsung terus menerus, akibat adanya perbedaan panas antara
mayat dan lingkungan.
a. Faktor lingkungan
3
Livor mortis (lebam mayat) terjadi akibat peredaran darah terhenti mengakibatkan
stagnasi maka darah menempati daerah terbawah sehingaa tampak bintik merah kebiruan.
Rigor mortis adalah kekakuan pada otot tanpa atau disertai pemendekan serabut otot.
4. 36 am : relaksasi sekunder
Hal ini merupakan suatu keadaan dimana bahan-bahan organik tubuh mengalami
dekomposisi baik yang disebabkan karena adanya aktifitas bakteri, maupun karena autolisis.
Skala waktu terjadinya pembusukan.
Mulai terjadi setelah kematian seluler. Lebih dari 24 jam mulai tampak warna
kehijauan di perut kanan bawah (caecum).
Mekanisme:
a. Mikroorganisme
c. Kelembaban tinggi→cepat
4
e. Umur bayi, anak, ortu → lambat
1. Mati klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan) ditambah henti sirkulasi
(jantung) total dengan semua aktivitas otak terhenti, tetapi tidak ireversibel. Pada masa dini
kematian inilah, pemulaian resusitasi dapat diikuti dengan pemulihan semua fungsi sistem
organ vital termasuk fungsi otak normal, asalkan diberi terapi optimal.
2. Mati biologis (kematian semua organ) selalu mengikuti mati klinis bila tidak dilakukan
resusitasi jantung paru (RJP) atau bila upaya resusitasi dihentikan. Mati biologis merupakan
proses nekrotisasi semua jaringan, dimulai dengan neuron otak yang menjadi nekrotik
setelah kira-kira 1 jam tanpa sirkulasi, diikuti oaleh jantung, ginjal, paru dan hati yang
menjadi nekrotik selama beberapa jam atau hari.
Pada kematian, seperti yang biasa terjadi pada penyakit akut atau kronik yang berat,
denyut jantung dan nadi berhenti pertama kali pada suatu saat, ketika tidak hanya jantung,
tetapi organisme secara keseluruhan begitu terpengaruh oleh penyakit tersebut sehingga tidak
mungkin untuk tetap hidup lebih lama lagi. Upaya resusitasi pada kematian normal seperti
ini tidak bertujuan dan tidak berarti.
Henti jantung ( cardiac arrest) berarti penghentian tiba-tiba kerja pompa jantung pada
organisme yang utuh atau hampir utuh. Henti jantung yang terus berlangsung sesudah
jantung pertama kali berhenti mengakibatkan kematian dalam beberapa menit. Dengan
perkataan lain, hasil akhir henti jantung yang berlangsung lebih lama adalah mati mendadak
( sudden death). Diagnosis mati jantung (henti jantung ireversibel) ditegakkan bila telah ada
asistol listrik membandel ( intractable, garis datar pada EKG) selama paling sedikit 30 menit,
walaupun telah dilakukan RJP dan terapi obat yang optimal.
5
3. Mati serebral (kematian korteks) adalah kerusakan ireversibel (nekrosis) serebrum,
terutama neokorteks. Mati otak (MO,kematian otak total) adalah mati serebral ditambah
dengan nekrosis sisa otak lainnya, termasuk serebelum, otak tengah dan batang otak.
Penyebab kematian menurut ilmu kedokteran tidak berhubungan dengan jatuhnya manusia
ke dalam dosa atau dengan Allah, melainkan diakibatkan tidak berfungsinya organ tertentu
dari tubuh manusia.
1) berhentinya pernafasan
Seseorang dinyatakan mati menurut Dr. Sunatrio bilamana fungsi pernafasan/paru-paru dan
jantung telah berhenti secara pasti atau telah terbukti terjadi kematian batang otak. Dengan
demikian, kematian berarti berhentinya bekerja secara total paru-paru dan jantung atau otak pada
suatu makhluk. Dalam ilmu kedokteran, jiwa dan tubuh tidak dapat dipisahkan. Belum dapat
dibuktikan bahwa tubuh dapat dipisahkan dari jiwa dan jiwa itu baka.
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian masalah ini antara lain adanya tanda klinis saat menghadapi kematian
(sekarat), seperti perlu dikaji adanya hilangnya tonus otot, relaksasi wajah, kesulitan untuk
berbicara, kesulitan menelan, penurunan aktivitas gastrointestinal, melemahnya tanda
sirkulasi, melemahnya sensasi, terjadinya sianosis pada ekstremitas, kulit teraba dingin,
terdapat perubahan tanda vital seperti nadi melambat dan melemah, penurunan tekanan darah,
pernapasan tidak teratur melalui mulut, adanya kegagalan sensori seperti pandangan kabur dan
menurunnya tingkat kecerdasan. Pasien yang mendekati kematian ditandai dengan dilatasi
pupil, tidak mampu bergerak, refleks hilang, nadi naik kemudian turun, respirasi cheyne stokes
(napas terdengar kasar), dan tekanan darah menurun. Kematian ditandai dengan terhentinya
6
pernapasan, nadi, dan tekanan darah, hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, hilangnya
pergerakan otot, dan terhentinya aktivitas otak.
2.2.2 Diagnosis
Hal yang dapat dilakukan dalam perencanaan tujuan keperawatan adalah membantu
mengurangi depresi, mempertahankan harapan, membantu pasien dan keluarga menerima
kenyataan. Rencana yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, antara lain:
1) Memberikan dukungan dan mengembalikan kontrol diri pasien dengan cara mengatur
tempat perawata, mengatur kunjungan, jadwal aktivitas, dan penggunaan sumber
pelayanan kesehatan.
3) Membantu pasien mempertahankan rasa aman, percaya diri, dan harga diri.
Dalam menangani jenazah perawat harus melakukannya dengan hormat dan sebaik-
baiknya. Rasa hormat ini dapat dijadikan prinsip, dengan kata lain, seseorang telah
diperlakukan secara manusiawi dan sama seperti orang lain. Seorang perawat harus
memperlakukan tubuh jenazah dengan hormat. Sebelum kematian terjadi, anggota tubuh
harus diikat dan kepala dinaikkan ke atas bantal. Tubuh harus dibersihkan dengan
7
membasuhnya dengan air hangat secara perlahan. Segala sesuatu yang keluar dari tubuh
pasien harus dicuci dan dibersihkan rawatan posmortem,
Perawatan tubuh setelah kematian disebut perawatan postmortem. Hal ini dapat menjadi
tanggung jawab perawat. Perawat akan lebih mudah melakukannya apabila bekerja sama
dengan staf kesehatan lainnya. Adapun hal yang harus diperhatikan :
1) Perlakukan tubuh dengan rasa hormat yang sama perawat lakukan terhadap orang yang
masih hidup.
2) Beberapa fasilitas memilih untuk meninggalkan pasien sendiri sampai petugas kamar
jenazah tiba.
a. Perawatan Jenazah
7) Tutup kelopak mata, jika tidak bisa tertutup bisa menggunakan kapas basah.
8) Katupkan rahang atau mulut, kemudian ikat dan letakkan gulungan handuk di bawah
dagu.
Tindakan di ruangan
9
f. Pasang label identitas jenazah pada kaki.
h. Memberitahukan kepada petugas kamar jenazah bahwa jenazah adalah penderita penyakit
“menular”.
1) Jenazah dimandikan oleh petugas kamar jenazah yang telah mengetahui cara memandikan
jenazah yang infeksius.
2) Menggunakan air pencuci yang telah dibubuhi desinfektan, antara lain kaporit.
3) Mencuci tangan dengan sabun setelah membersihkan jenazah (sebelum dan sesudah
sarung tangan dilepaskan)
4) Jenazah dibungkus dengan kain kafan atau kain pembungkus lain sesuai dengan
kepercayaan/agamanya.
a. Segera mencuci kulit dan permukaan lain dengan air bila terkena darah atau cairan
tubuh lain.
10
b. Dilarang menutup atau memanipulasi jarum suntik, buang dalam wadah khusus
alat tajam
Evaluasi terhadap masalah sekarat dan kematian secara umum dapat dinilai dari
kemampuan individu untuk menerima makna kematian, reaksi terhadap kematian, dan
perubahan perilaku, yaitu menerima arti kematian.
Orang disebut “mati” apabila nyawanya telah meniggalkan tubuh. Oleh karena itu,
manusia dan hewan juga mengalami kematian. Dalam ajaran islam, mati hanyalah masa istirahat
untuk mejelang hidup yang abadi di akhirat nanti. Suatu masa hidup yang tidak berkesudahan.
11
Seperti yang tercantum dalam ayat “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS. 29:57) tiap orang yang pernah
hidup di muka bumi ini ditakdirkan untuk mati. Tanpa kecuali, mereka semua akan mati, tiap
orang. Saat ini, kita tidak pernah menemukan jejak orang-orang yang telah meninggal dunia.
Mereka yang saat ini masih hidup dan mereka yang akan hidup juga akan menghadapi kematian
pada hari yang telah ditentukan. Walaupun demikian, masyarakat pada umumnya cenderung
melihat kematian sebagai suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan saja.
Ketika kematian dialami oleh seorang manusia, semua “kenyataan” dalam hidup tiba-tiba
lenyap. Tidak ada lagi kenangan akan “hari-hari indah” di dunia ini. Renungkanlah segala sesuatu
yang anda dapat lakukan saat ini: anda dapat mengedipkan mata anda, menggerakkan badan
anda, berbicara, tertawa; semua ini merupakan fungsi tubuh anda. Sekarang renungkan
bagaimana keadaan dan bentuk tubuh anda setelah anda mati nanti.
Manusia yang diciptakan seorang diri haruslah waspada bahwa ia juga akan mati seorang
diri. Namun selama hidupnya, ia hampir selalu hidup untuk memenuhi segala keinginannya.
Tujuan utamanya dalam hidup adalah untuk memenuhi hawa nafsunya. Namun, tidak seorang
pun dapat membawa harta bendanya ke dalam kuburan. Jenazah dikuburkan hanya dengan
dibungkus kain kafan yang dibuat dari bahan yang murah. Tubuh datang ke dunia ini seorang diri
dan pergi darinya pun dengan cara yang sama. Modal yang dapat di bawa seseorang ketika mati
hanyalah amal-amalnya saja.
Antropologi Perjanjian Lama menjelaskan bahwa manusia bukan berasal dari Allah
melainkan diciptakan oleh Allah (Kej 1:27) atau dibentuk oleh Allah dari debu tanah dan diberi
kehidupan setelah Allah menghembus nafas hidup ke dalam hidungnya (Kej. 2:7). Bila manusia
disebut ciptaan maka di dalam manusia ada unsur ketidakkekalan (mortality). Dalam Kej. 2:16-
17 terdapat larangan makan buah pengetahuan yang baik dan jahat dengan akibat ”mati. Perintah
Allah itu itu dilanggar sssmanusia sehingga manusia mati dalam pengertian terpisah dengan
Allah atau mati rohani. Rasul Paulus juga berbicara bahwa manusia mati (nekros) karena
pelanggaran dan dosa (Ef 2:1, Rm 7:9). Selain itu dalam Roma 6:23, Rasul Paulus mengatakan
bahwa upah dosa adalah maut(thanatos) . Akibat dosa, manusia terputus hubungannya dengan
Allah. Dalam Kej 2:7 dikatakan bahwa Tuhan Allah membentuk manusia dari debu tanah. Allah
12
memasukkan nafas (neshamah) ke dalam bentuk jasmani, dan dengan cara itu manusia menjadi
makhluk hidup (nefesh chayyah). Tetapi bukan berarti manusia menerima jiwa atau roh ilahi
(divine soul or spirit).
Paham immortalitas jiwa tidak dikenal dalam Alkitab. Manusia mengalami kematian
bukan karena Tuhan, tetapi karena kemauan manusia sendiri yang hendak menjadi sama seperti
Allah. Dosa utama ini yang membawa kematian dalam hidup manusia. Pandangan rohani yang
dalam ini berasal dari konflik antara tradisi Yahwis berhadapan dengan konsepsi dunia Timur
kuno. Manusia yang terdiri dari tubuh, roh dan jiwa disebut sebagai manusia seutuhnya; manusia
sebagai suatu totalitas. Manusia yang utuh ini yang Allah ciptakan dan sekaligus diselamatkan
Allah setelah jatuh dalam dosa. Keselamatan yang Allah berikan bukanlah keselamatan untuk
jiwanya saja, tetapi keselamatan untuk tubuhnya juga. Kalau manusia mati, ia mati seluruhnya
sebagai tubuh dan jiwa. Ia mati sebagai diri yang rohani dan badani. Maka kematian badani
adalah lambang yang tepat yang menjelaskan lebih mendalam bahwa maut adalah akibat dosa
dan tidak terelakkan. Bila dosa mengakibatkan kematian, maka Kristus telah diutus Allah untuk
menghapuskan dosa manusia sehingga di dalam Kristus manusia didamaikan dengan Allah.
Dengan jalan itu, Allah memberikan kepada manusia kemungkinan baru untuk hidup sebagai
partnerNya.
Memandikan jenazah
e) Orang yang meninggal karena kecelakaan yang fatal sehingga tubuhnya nyaris
rusak/hancur.
Bila jenazah disemayamkan lebih dari 24 jam sebaiknya tidak dimandikan tetapi cukup
dilap dengan kain yang agak basah sampai kering, kemudian diberi borehan dengan alkohol atau
spiritus. Sesudah itu diberi bedak dengan maksud agar mayat tetap kering an tidak mendatangkan
bau yang kurang sedap.
e. Membersihkan hidung dan mulut serta menutupnya dengan kapas ketika dimandikan
lalu dibuang setelah selesai.
b) Jenazah dimandikan di tempat tertutup & Ketika dimandikan dipakaikan kain basah.
d) Jenazah dibersihkan dari nazis yang melekat di tubuhnya atau yang keluar dari
duburnya.
14
e) Setelah dibersihkan lalu dengan menggunakan air, sabun mandi, seluruh tubuh dari
rambut sampai telapak kaki dimandikan sampai bersih. Disunnahkan jenazah tersebut
dimandikan tiga kali atau lima kali.
Mengkafani jenazah
Jenazah laki-laki atau wanita minimal dibungkus dengan selapis kain kafan yang
menutupi seluruh tubuhnya. Namun untuk jenazah laki-laki sebaiknya dibungkus tiga lapis dan
untuk wanita lima lapis yaitu kain basahan, baju, tutup kepala, kerudung dan kain kafan yang
menutupi seluruh tubuhnya.
Menyolatkan jenazah
a. Menutup aurat, suci dari hadas besar dan kecil, suci badan, pakaian dan tempatnya
serta menghadap kiblat.
c. Letak mayat sebelah kiblat orang yang menyolatinya, kecuali kalau sholat dilakukan di
atas kubur atau sholat gaib.
Tindakan ini dilakukan untuk menjaga privasi keluarga sekaligus merawat jenazah supaya
tahan lama dan kelihatan bersih dan menghargai jenazah.
e. Handuk untuk mengeringkan badan atau tubuh jenazah setelah selesai dimandikan
a. Bujurkan jenazah di tempat yang tertutup, tetapi jika jenazah dapat didudukkan di
kursi bisa didudukan dikursi.
i. Diusahakan menyiram air mulai dari anggota yang kanan, diawali dari kepala
bagian kanan terus ke bawah, kemudian bagian kiri terus kebawah dan diulang
sampai bersih
a) Mulai menyiram anggota tubuh secara urut, tertib segera dan rata hingga bersih
minimal 3 kali serta dimulai anggota tubuh sebelah kanan.
b) Menggosok seluruh tubuh dengan air sabun lalu Menyiram beberapa kali sampai
bersih.
c) Setelah bersih seluruh tubuh dikeringkan dengan handuk kering hingga kering.
16
d) Pakailah baju jenazah dengan warna gelap atau pakaian kesukaannya.
b. Saat menyiram air pada wajah dan muka tutuplah lubang mata, hidung, mulut dan
telinganya agar tidak kemasukan air.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kehilangan adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat unik secara
individual. Hidup adalah serangkaian kehilangan dan pencapaian. Seorang anak yang mulai
17
belajarKehilangan mencapai kemandiriannya dengan mobilisasi. Seorang lansia dengan
perubahan visual dan pendengaran mungkin kehilangan keterandalan-dirinya. Penyakit dan
perawatan di rumah sakit sering melibatkan berbagai kehilangan. Kematian merupakan salah satu
contoh kehilangan yang nyata.
Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah,
serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas listrik
otak, atau dapat juga dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau
terhentinya kerja otak secara menetap.
DAFTAR PUSTAKA
18