Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

EKSTRAKSI MINYAK NABATI SECARA MEKANIS

DWI ELVIA KOMALSARI


201710220311064

Instruktur : Desiana N.P.,S.TP.,M.Sc


Asisten : Anggun Nurani

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lemak dan minyak merupakan trigliserida yang bersifat tidak larut air dan memiliki
fungsi utama sebagai penyedia terbesar energy bagi tubuh, yaitu dua setengah kali lebih besar
dari energy yang dihasilkan karbohidrat maupun protein. Lemak bersumber dari lemak hewani
dan lemak nabati. Perbedaan antara lemak dan minyak terletak pada perbedaan bentuk pada suhu
ruang yaitu lemak berbentuk padat dan minyak berbentuk cair. Berdasarkan asam lemak
penyusunnya, lemak didominasi oleh asam lemak jenuh sedangkan minyak tersusun oleh asam
lemak tidak jenuh.
Bahan bakar nabati merupakan salah satu sumber utama dari kebutuhan minyak
dimasyarakat. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat dipenuhi jika pengolahan minyak dari biji
dapat dilakukan dengan baik dan terkendali. Pentingnya proses pengolahan minyak merupakan
perhatian utama dalam industri pengolahan biji. Ekstraksi minyak yang berasal dari biji dapat
dilakukan secara mekanik dan secara kimiawi. Pengepresan mekanik dilakukan dengan cara
memberikan perlakuan fisik berupa penekanan kepada bahan dengan tujuan mengeluarkan
kandungan minyak di dalamnya. Ekstraksi secara kimiawi dapat memberikan hasil yang lebih
banyak daripada pengepresan mekanik. Hal ini dikarenakan bahan kimia yang dipakai dapat
membebaskan minyak terikat yang tidak dapat dipisahkan dari bahan secara mekanis. Metode
kimiawi jarang digunakan pada proses industri karena biaya bahannya tinggi. Solusi yang masih
lebih baik adalah ekstraksi secara mekanik yang dilanjutkan dengan ekstraksi kimiawi. Oleh
karena itu, pemilihan metode pemisahan merupakan salah satu cara untuk menghemat anggaran
pengolahan biji menjadi minyak dan menjadi kunci dari terciptanya turunan-turunan produk
minyak yang beerasal dari bahan nabati.

1.2 Tujuan Praktikum


a. Mengetahui proses ekstraksi minyak kelapa dengan metode pengepresan mekanis
b. Mengetahui rendemen, Asam lemak bebas, densitas dan warna minyak kelapa yang
dihasilkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 kelapa
            Kelapa (Cocos nucifera) termasuk genus Cocos yang merupakan anggota dari famili
Palmae dan kelas Monocotyledone yang banyak terdapat di daerah tropis. Kelapa sudah dikenal
luas penggunaannya oleh masyarakat. Secara umum buah kelapa terdiri dari empat bagian yaitu :
Sabut (exocarp dan mesocarp) 35%, Tempurung (endocarp) 12 %, Daging buah (endosperm)
28 %, Air buah (ketaren) 25 %.   Bagian buah kelapa yang paling sering dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari adalah daging kelapa. Selain dikonsumsi langsung, daging kelapa juga
dimanfaatkan dalam proses pembuatan minyak kelapa (Sastrosayono,2010).
Minyak kelapa adalah hasil dari proses pemasakan santan kelapa yang membentuk dua
lapisan, dimana bagian atas dari lapisan tersebut berupa minyak. Minyak kelapa berdasarkan
kandungan asam lemak digolongkan ke dalam minyak asam laurat, karena kandungan asam
lauratnya paling besar jika dibandingkan dengan asam lemak lainnya (budi, 2008). Minyak
kelapa digolongkan ke dalam jenis minyak asam laurat. Berdasarkan tingkat ketidakjenuhannya
yang dinyatakan dengan bilangan Iod (Iodine value), maka minyak kelapa dapat dimasukkan ke
dalam golongan non drying oils, karena bilangan Iod minyak tersebut berkisar antara 7,5-
10,5.Asam laurat yang merupakan asam lemak jenuh rantai sedang yang terkandung dalam
minyak kelapa murni mudah pecah dan lebih banyak menghasilkan energi, sehingga mampu
melancarkan sistem metabolisme. Hal ini dikarenakan asam laurat dalam tubuh manusia akan
diubah menjadi monolaurin yang bersifat antivirus, antibakteri, antiprotozoal (Rindengan, 2006).

2.2 Minyak Kelapa


Minyak kelapa merupakan salah satu jenis minyak makan yang telah lama dikenal dan
dikonsumsi masyarakat, dibuat dari daging buah kelapa dengan cara ekstraksi. Pemanfaatan
minyak buah kelapa terutama sebagai minyak goreng untuk makanan atau bahan baku
pembuatan produk seperti sabun, margarine, kosmetika, obat-obatan dan lain-lain. Menurut SNI
01-2902-1992 tentang Mutu dan Cara Uji Minyak Kelapa, minyak kelapa adalah minyak yang
diperoleh dengan cara mengepres kopra yang telah dikeringkan atau hasil ekstraksi bungkil
kopra. Minyak kelapa merupakan bagian paling berharga dari buah kelapa. Kandungan minyak
pada daging buah kelapa tua adalah sebanyak 34,7%. Minyak kelapa digunakan sebagai bahan
baku industri, atau sebagai minyak goreng. Minyak kelapa dapat diekstrak dari daging kelapa
segar, atau diekstrak dari daging kelapa yang telah dikeringkan (kopra) (Sukardjo, 2007).
Minyak kelapa merupakan minyak yang diperoleh dari kopra (daging buah kelapa yang
dikeringkan) atau dari perasan santannya. Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua
diperkirakan mencapai 30%-35%, atau kandungan minyak dalam kopra mencapai 63-72%.
Minyak kelapa sebagaimana minyak nabati lainnya merupakan senyawa trigliserida yang
tersusun atas berbagai asam lemak dan 90% diantaranya merupakan asam lemak jenuh. Minyak
kelapa yang belum dimurnikan mengandung sejumlah kecil komponen bukan lemak seperti
fosfatida, gum, sterol (0,06-0,08%), tokoferol (0,003%), dan asam lemak bebas (< 5%) dan
sedikit protein dan karoten. Sterol berfungsi sebagai stabilizer dalam minyak dan tokoferol
sebagai antioksidan (Keetaren, 2009). Minyak kelapa kaya akan asam lemak berantai sedang (C8
± C14), khususnya asam laurat dan asam meristat.Adanya asam lemak rantai sedang ini (medium
chain fat) yang relatif tinggi membuat minyak kelapa mempunyai beberapa sifat daya bunuh
terhadap beberapa senyawaan yang berbahaya di dalam tubuh manusia. Sifat inilah yang
digunakan pada pembuatan minyak kelapa murni (VCO, virgin coconut oil) (Retno, 2007).

2.3 Karakteristik dan syarat mutu minyak kelapa


Pohon dengan batang tunggal atau kadang-kadang bercabang. Akar serabut, tebal dan
berkayu, berkerumun membentuk bonggol, adaptif pada lahan berpasir pantai. Batang beruas-
ruas namun bila sudah tua tidak terlalu tampak, khas tipe monokotil dengan pembuluh menyebar
(tidak konsentrik), berkayu. Kayunya kurang baik digunakan untuk bangunan. Daun merupakan
daun tunggal dengan pertulangan menyirip, daun bertoreh sangat dalam sehingga nampak seperti
daun majemuk. Bunga tersusun majemuk pada rangkaian yang dilindungi oleh bractea; terdapat
bunga jantan dan betina, berumah satu, bunga betina terletak di pangkal karangan, sedangkan
bunga jantan di bagian yang jauh dari pangkal. Buah besar, diameter 10 cm sampai 20 cm atau
bahkan lebih, berwarna kuning, hijau, atau coklat; buah tersusun dari mesokarp berupa serat
yang berlignin, disebut sabut, melindungi bagian endokarp yang keras (disebut batok) dan kedap
air; endokarp melindungi biji yang hanya dilindungi oleh membran yang melekat pada sisi dalam
endokarp. Endospermium berupa cairan yang mengandung banyak enzim, dan fase padatannya
mengendap pada dinding endokarp seiring dengan semakin tuanya buah; embrio kecil dan baru
membesar ketika buah siap untuk berkecambah (disebut kentos) (Pahan, 2006).

Untuk penentuan BPT Kelapa Dalam, buah dan biji harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Bentuk buah bulat atau agak bulat, sedangkan buah tanpa sabut (biji) berbentuk bulat,
dengan dasar rata dan agak bulat.
b. Ukuran buah paling sedikit 22 x 17 cm
c. Berasal dari buah yang telah masak, berwarna coklat, licin dan cukup mengandung
air.
d. Berat buah paling sedikit 1,5 Kg.
e. Contoh buah yang dianalisa paling sedikit mengandung 470 gram daging buah basah
atau 235 gram kopra per butir.
f. Tebal daging buah paling sedikit 11 mm
g. Tangkai buah pendek dan kekar, sehingga mampu menopang buah
h. Bebas dari hama dan penyakit 
i. Keragaman sifat buah tidak lebih dari 20 persen ( Sunarko, 2008).
2.4 Macam-macam metode ekstraksi minyak dan lemak
Ekstraksi minyak merupakan suatu cara untuk mendapatkan minyak dari bahan yang
diduga mengandung minyak. Cara ekstraksi ini bermacam-macam yaitu :
2.4.1 Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak dari kelapa sawit dengan kadar air
yang tinggi. Pada semua cara rendering, penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifik
yang bertujuan untuk mengumpulkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan
dinding sel tersebut sehingga mudah di tembus oleh minyak atau lemak yang terkandung di
dalam kelapa sawit (Setyowati, 2009).
a. Wet Rendering
Merupakan proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama proses
berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel terbuka atau tertutup dengan
menggunakan temperature yang tinggi serta tekanan 40-60 pound (tekanan uap 40-60 psi).
Penggunaan temperature rendah dalam proses wet rendering dilakukan jika diinginkan flavor
netral dari minyak. Kelapa sawit yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang
dilengkapi dengan pengaduk, lalu air ditambahkan dan campuran dipanaskan perlahan-lahan
sampai suhu 50oC sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik ke atas lalu dipisahkan.
Air dan kelapa sawit dimasukkan ke dalam digester dengan tekanan uap air 40-60 pound
selama 4-6 jam (Burnham,2006).
b. Dry Rendering
Merupakan proses rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung. Dry
rendering dilakukan pada ketel terbuka dan dilengkapi steam jacket serta alat pengaduk
(agitator). Kelapa sawit dimasukkan dalam ketel tanpa penambahan air lalu dipanasi dan
diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 220oF (105oC - 110oC). Ampas kelapa sawit yang
telah diambil minyaknya diendapkan pada dasar ketel.

2.4.2 Pengepresan Mekanik (Mechanical Expresion)


Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama
untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari
bahan yang berkadar minyak tinggi (30% – 70%). Pada pengepresan mekanis ini diperlukan
perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan
pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta
tempering atau pemasakan. Dua cara yang umum dalam pengepresan mekanis, yaitu
pengepresan hidraulik ( hydraulic pressing) dan pengepresan berulir (expeller pressing)
(Nandya, 2009)
a. Pengepresan Hidraulik (Hydraulic Pressing)
Pengepresan hidrolik adalah pengepresan dengan menggunakan tekanan. Tekanan
yang digunakan sekitar 140,6 kg/cm. Besarnya tekanan akan mempengaruhi minyak yang
dihasilkan. Selain itu viskositas, densitas dan porositas dari biji dan minyak juga
mempengaruhi perolehan minyak yang akan diekstrak. Banyaknya minyak atau lemak yang
dapat diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan tekanan yang dipergunakan, serta
kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya minyak yang tersisa pada
bungkil bervariasi sekitar 4-6%, tergantung dari lamanya bungkil ditekandi bawah tekanan
hidraulik.
b. Pengepresan Berulir (Ekspeller Pressing)
Cara ini ada yang memerlukan perlakuan pendahuluan yaitu proses pemasakan,
namun ada juga yang tidak memerlukan proses pendahuluan seperti biji jarak . Pada
perlakuan pendahuluan, proses pemasakan berlangsung pada temperature 240oF dengan
tekanan 15-20 ton/in. Kadar minyak yang dihasilkan sekitar 2.5-3.5 %. Sedangkan bungkil
yang dihasilkan masih mengandung minyak sekitar 4-5 %. Ekstraksi secara kimiawi dapat
dilakukan dengan menggunakan pelarut yang dapat memisahkan zat yang akan diekstrak
dengan senyawa yang terkanding dalam biji. Metode ekstraksi ini dikenal dengan ekstraksi
pelarut dan umumnya digunakan pelarut yang memiliki kepolaran yang mirip dengan
senyawa yang akan dipisahkanKetaren,2009).
Ekstraksi secara kimiawi umumnya dapat dilakukan secara batch namun prosesnya
kontinu menggunakan soxhlet. Ekstraksi secara kimiawi dapat memberikan hasil yang lebih
banyak daripada pengepresan mekanik. Hal ini dikarenakan bahan kimia yang dipakai dapat
membebaskan minyak terikat yang tidak dapat dipisahkan dari bahan secara mekanis.
Metode kimiawi jarang digunakan pada proses industri karena biaya bahannya tinggi. Solusi
yang masih lebih baik adalah ekstraksi secara mekanik yang dilanjutkan dengan ekstraksi
kimiawi (Soeparman, 2012). Kelebihan dari teknik pengempaan menggunakan alat
pengepress tipe berulir (screw) adalah sebagai berikut:
a. Kapasitas produksi menjadi lebih besar karena proses pengepresan dapat diakukan
secara kontinyu.
b. Menghemat waktu proses produksi karena tidak diperlukan perlakuan pendahuluan yaitu
pegecilan ukuran dan pemasakan pemanasan.
c. Rendemen yang dihasilkan tinggi.
d. Ekstraksi dengan Pelarut (sudradjat, 2003).

2.4.3 Ekstraksi dengan Pelarut


Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang
paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam
tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat pelarut
dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur , seperti
benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasan nya adalah zat terlarut dapat ditransfer
pada jumlah yang berbada dalam kedua fase pelarut (Anonim, 2009).
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran
berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling
bercampur. Ekstraksi pelarut umumnya digunakan untuk memisahkan sejumlah gugus yang
diinginkan dan mungkin merupakan gugus pengganggu dalam analisis secara keseluruhan.
Kadang-kadang gugus-gugs pengganggu ini diekstraksi secara selektif (Kurnia, 2009).
Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air yang mengandung
gugus yang bersangkutan. Dalam pemilihan pelarut organik agar kedua jenis pelarut (dalam
hal ini pelarut organik dan air) tidak saling tercampur satu sama lain. Selanjutnya proses
pemisahan dilakukan dalam corong pisah dengan jalan pengocokan beberapa kali
(Alip,2010).
BAB III ALAT, BAHAN DAN METODE

3.1 Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan pada praktikum adalah kelapa parut kering 16 kg, NaOH 0,1N ,
aquades, etanol 95%,indicator PP dan minyak kelapa (2kg/sampel) , KOH, dan HCL. Sedangkan
alat yang digubakan yaitu hidrolic press, timbangan analitik, beaker glass, pipet tetes,
thermometer, oven, piknometer, gelas ukur, sendok, buret, Erlenmeyer 250 ml, kain press (2
buah), solet plastic(2 buah), kabel olor (1 buah), botol gelap 1L (4 buah), aluminium foil, alat
pemarut kelapa (1 buah), plastic, color reader, hot plate, pipet tetes,(2 buah), gelas ukur 100 ml
dan buret.

3.2 prosedur kerja


Adapun prosedur kerja pada praktikum adalah sebagai berikut :

3.2.1 Ekstraksi minyak

Buah kelapa

Pemurnian

Pengeringan (T=900C,
t= 5 jam)

Penimbangan (1 kg)
T=400C
T=500C Ampas kelapa
Pengepresan
T=800C
T=900C
Minyak kelapa

Minyak kelapa
1.rendemen 2.
Intensitas warna
Analisis 3.ALB
4.densitas

( Damat, 2020)
3.2.2 pengujian asam lemak bebas
Minyak kelapa (2 gr

Masukkan Erlenmeyer ukuran


250 ml

Etanol 95% Indicator pp 2


Larutkan
50ml(panas tetes
)
Titrasi dengan NaOH
0,1N (sampai pink)

(Damat, 2020)
IV PEMBAHASAN

4.1 Tabulasi data dan Pembahasan Hasil Praktikum

Tabel 1. Data kuantitatif


kelompok Suhu Rendemen Densitas Asam Warna
(0C) Kelapa Minyak Lemak L a b
kering kelapa Bebas
1 400C 800 g 10,06 % 0,902g/ml 0,8% 32,7 0,2 1,2
0
2 50 C 800 g 10,79% 0,905g/ml 0,6% 26,7 8,6 +2,0
3 800C 800 g 14,18% 0,89g/ml 0,7% 28,4 1,2 +3,5
4 900C 800 g 11,32% 0,902g/ml 0,74% 29,2 2,4 3,3

Berdasarkan hasil pengamatan, rendemen minyak kelapa yang dihasilkan yaitu kisaran
10,06-14,18%. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa rendemen tertinggi terdapat pada suhu 80ºC,
rendemen meningkat seiring dengan peningkatan suhu. Menurut Arlene et al. (2010) rendemen
akan meningkat seiring dengan meningkatnya suhu karena makin tinggi temperatur, viskositas
minyak akan turun sehingga minyak lebih mudah keluar dari sel biji. Sedangkan pada suhu 90ºC,
rendemen minyak kelapa mengalami penurunan yaitu sebesar 11,32 %. Ketaren (2008)
menyatakan bahwa hal ini disebabkan proses pengepresan yang kurang maksimal. Terbukti
dengan apabila ampas tersebut dipegang akan terasa licin di tangan. Hal ini menandakan bahwa
masih banyak minyak di ampas tersebut. Proses pengepresan yang kurang maksimal dapat
dipengaruhi beberapa hal diantaranya variabel yang kurang tepat atau dalam proses pembuatan
alat masih ada yang perlu diperbaiki.
Analisa densitas dilakukan dengan menggunakan piknometer. Nilai densitas yang
didapat berkisar dari 0,89-0,905 gr/ml. nilai densitas terkcil terdapat pada perlakuan dengan
suhu 800C yaitu sebesar 0,88 gr/ml. Sedangkan pada syarat baku mutu yang disebutkan Ketaren
(2008) nilai densitas berkisar 0,924-0,929 gr/ml. Maka nilai densitas pada suhu tidak memenuhi
syarat karena kurang dari 0,924 gr/ml. Kadar asam lemak bebas pada penelitian ini berkisaran
antara 0,6-0,8%. Sesuai dengan standar Codex yaitu ≤ 5%. Menurut ( Onyeike, 2002) minyak
yang diekstrak dari berbagai jenis biji-bijian dengan kadar FFA rendah menunujukkan minyak
tersebut dapat digunakan sebagai minyak makan dan dapat disimpan untuk waktu yang lama
tanpa mengalami ketengikan oksidasi. Asam lemak tertinggi adalah pada perlakuan 40 0C yaitu
sebesar 0,8%.
Peningkatan asam lemak bebas disebabkan terbentuknya persenyawaan peroksida akibat
proses hidrolisis asam-asam lemak jenuh dan proses oksidasi asam-asam lemak tak jenuh.
Kenaikan suhu dapat meningkatkan nilai asam lemak bebas tetapi pada perlakuan pada suhu 30
°C, nilai asam lemak bebasnya lebih tinggi daripada pada suhu 50 °C dan 80 °C, 90 °C.
Tingginya nilai asam lemak bebas pada suhu 40 °C disebabkan kontaminasi yang terjadi selama
penyimpanan. Kontaminasi terjadi karena ada penyimpanan mikroorganisme dengan contoh
minyak dalam satu inkubator. Mikroorganisme tersebut dapat menghasilkan asam yang dapat
meningkatkan nilai asam lemak bebas (Setiaji, 2006).
Kandungan asam lemak bebas menunjukkan mutu dari suatu minyak goreng sesuai
dengan SNI 7709:2012 tentang standar mutu minyak  goreng yang telah ditetapkan oleh
Badan Standar Nasional Indonesia (BSNI), dimana batas maksimum kandungan ALB pada
minyak goreng adalah 0,3 %. Tingginya kandungan ALB  pada minyak kelapa menandakan
bahwa mutu minyak kelapa rendah disebabkan karena pada proses pembuatan minyak yang
mengalami penyaringan. Warna keruh pada minyak hasil pengempaan dapat disebabkan oleh
beberapa faktor. Adanya pengotor berupa ampas hasil pengempaan yang ikut terbawa oleh
minyak, pengaruh getah (fosfotida dan fosfolipid) yang terdapat di dalam biji, serta pengaruh zat
warna (beta karoten) dan anti-oksidan (tocopherol) pada biji yang mengalami proses oksidasi
selama proses pengempaan memberika pengaruh terhadap warna minyak yang keruh (Ketaren,
2008)
V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :

1. Metode ekstraksi tergantung dari komposisi bahan baku/ bahan yang diduga mengandung
minyak yang akan di ekstraksi. Jika bahan yang diduga mengandung minyak tersebut
memiliki kadar air yang tinggi maka lebih baik menggunakan cara Rendering, apabila bahan
tersebut memiliki kadar minyak yang tinggi (30-70%) maka lebih baik menggunakan cara
Pengepresan mekanik yang sederhana dan biayanya murah, dan cara ekstraksi dengan
pelarut bisa untuk segala jenis minyak, namun menggunakan biaya yang cukup tinggi.
2. Rendemen Minyak yang dihasilkan dengan cara pengepresan menghasilkan minyak sebesar
10,06-14,18%, asam lemak bebas 0,89-0,905 gr/ml, 0,89-0,905 gr/ml. Peningkatan
rendemen minyak kelapa meningkat seiring dengan meningkatnya suhu karena makin tinggi
temperatur, viskositas minyak akan turun sehingga minyak lebih mudah keluar dari sel biji.
Sedangkan peningkatan asam lemak bebas disebabkan terbentuknya persenyawaan
peroksida akibat proses hidrolisis asam-asam lemak jenuh dan proses oksidasi asam-asam
lemak tak jenuh.
Daftar Pustaka

Alip, raden. 2010. Ekstraksi Pelarut. Alipart.blogspot.com


Anonim. 2009. Ekstraksi Pelarut. Bersamafbri.blogspot.com.
Badan Standar Nasional Indonesia (BSNI). SNI 7709:2012. Syarat Mutu Minyak Kelapa Sawit.
Dewan standar nasional : Jakarta.
Budi. 2008. Definisi Virgin Coconut Oil. http://vco.baliwae.com.:Denpasar.
Burnham, F A. 2006. The Rendering Industry. Washington DC .
Ketaren, 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit Universitas Indonesia:
Jakarta.
Kurnia, risky. 2009. Ekstraksi dengan Pelarut. Lordbroken.wordpress.com.
Nandya, devy. 2009. Ekstraksi. Majarimegazine.com.
Onyeike, E.N and N.A Gloria.2002. Chemical compositionof selected Nigerian oil seeds and
physicochemical properties of the oil extracts. Food Chemistry 77: 431-437.
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya : Jakarta. 410
Retno, W, et,al. 2007, Pembuatan Virgin Coconut Oil(VCO) Secara Enzimatis, www.Liptan
BPTP Kaltim.com, Departemen Pertanian Kalimantan Timur, Kalimantan Timur.
Rindengan, B. dan Novarianto, H., 2004, Pembuatan dan Pemanfaatan Minyak Kelapa Murni,
Penebar Swadaya: Jakarta.
Sastrosayono, S. 2010. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka,: Jakarta.
Setiaji dan Prayugo, 2006. Membuat VCO Berkualitas Tinggi. Penebar Swadaya,
Depok
Setyowati, supami. 2009.Pelaksanaan Proses Ekstraksi. Chem-is-try.org.
Soeparman, Sudjito., Jatmiko, Putut., et al. 2012. Kinerja Ekstraksi Biji Jarak Pagar Dengan
Proeses Pelarutan. http://balittas.litbang.deptan.go.id
Sudradjat, R. Dan D. Setiawan. 2003. Teknologi pembuatan bidiesel dari minyak biji jarak
pagar. Laporan hasil penelitian. Pusat Litbang Teknologi Hasil Hutan. Bogor.
Sukardjo. 2007, Kimia Fisika edisi ketiga, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Sunarko, 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka,
Jakarta
LAMPIRAN
Gel 1. Kelompok 1
Suhu 400C
 Menghitung rendemen :
b.akhir
Rendemen = b.awal x 100%
80,53
= 800 x 100%
= 10,066 %

 Densitas warna
m 45,1g
= v = 50ml = 0,902 g/ml

 ALB
V . NaOHxN . NaOHxBM .asamlemak
= m.sampelx 1000 x 100%
0,8x 0,1x 200
= 2,013 x 1000 x 100
16
= 2. 013
= 0,8 = 80%
Intensitas warna :
a+ 2,4 b+ 3,3 L 29,2
0
Suhu 50 C
 Menghitung rendemen :
b.akhir
Rendemen = b.awal x 100%
86 ,3904
= 800 x 100%
= 10,79 %
 Densitas warna
m 45 ,284
= v = 50 = 0,905 g/ml

 ALB
V . NaOHxN . NaOHxBM .asamlemak
= m.sampelx 1000 x 100%
0,6x 0,1 x200
= 2x 1000 x 100
= 0,6 %
Suhu 800C
 Menghitung rendemen :
b.akhir
Rendemen = b.awal x 100%
113,44
= 800 x 100%
= 14,18 %
 Densitas warna
m 44 .5004
= v = 50 = 0,89 g/ml

 ALB
V . NaOHxN . NaOHxBM .asamlemak
= m.sampelx 1000 x 100%
0,7x 0,1 x200
= 2,007 x 1000 x 100
14
= 2.007 x 100
= 0,69 = 0,7%
Suhu 900C
 Menghitung rendemen :
b.akhir
Rendemen = b.awal x 100%
90,59
= 800 x 100%
= 11,32 %

 Densitas warna
m 45,169
= v = 50 = 0,902 g/ml
 ALB
V . NaOHxN . NaOHxBM .asamlemak
= m.sampelx 1000 x 100%
0,75 x 0,1x200
= 2,0151 x1000 x 100
15
= 2015,1 x 100
= 0,744 %
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai