Anda di halaman 1dari 4

a.

Waktu dan Tempat

1. Waktu :

2. Tempat :

b. Alat dan Bahan

a) Alat

1. Mikroskop

2. Pipet tetes

3. Gelas akua

4. Objek glass

5. Jarum ose

6. Penyangga

7. Bunsen

8. Stopwatch

b) Bahan

1. Sputum (dahak)

2. Aquades

3. Alkohol asam 3%

4. Methylen blue

5. Carbol fuchsin 3%

6. Minyak Imersi

7. Tusuk gigi
c. Prosedur Kerja

a. Mensterilkan alat-alat yang akan digunakan.

b. Mengambil sputum menggunakan jarum ose dan diletakkan di atas objek glass,
meratakannya dengan lidi.

c. Mendiamkan di atas penyangga, kemudian menfiksasi di atas bunsen.

d. Menteteskan dengan larutan carbol fuchsin 3% hingga menutup permukaan sampel,


kemudian menfiksasi lagi di atas bunsen dan mencucinya dengan alkohol asam,
didiamkan selama 5 menit.

e. Membersihkan sampel dengan air hingga larutan merahnya hilang dan dikeringkan.

f. Menteteskan larutan methylen blue hingga menutupi bagian yang telah dibatasi,
mendiamkan selama 20 sampai 30 detik, kemudian dicuci menggunakan aquades.

g. Mengamati sampel di bawah mikroskop yang sebelumnya sudah ditetesi dengan


minyak mersi, bila warnanya biru berarti negatif dan bila warnanya merah berarti
positif.

PEMBAHASAN

Percobaan kali ini menggunakan sputum (dahak), tujuan dari percobaan ini ialah untuk
mengetahui teknik pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA) dan untuk mengamati
Mycobacterium tuberculosis serta mengetahui tingkat infeksi dari sputum. Sebelum
praktikum dimulai terlebih dahulu dilakukan sterilisasi terhadap alat-alat yang akan
digunakan.

Larutan yang ditetesi pada sampel pertama ialah carbol fuchsin 3% hingga menutupi
permukaan sampel, kemudian sampel tersebut dipanasi di atas bunsen hingga menguap dan
tidak sampai mendidih, karena bila sampai mendidih bakterinya akan terbuka dinding selnya
atau lisis. Semua sampel dibersihkan kemudian dimasukkan alkohol asam untuk
membersihkan carbol fuchsin 3%. Apabila tidak terdapat bakteri maka semua warna merah
yang terdapat disampel akan hilang.
Larutan selanjutnya ialah methylen blue yang didiamkan selama 20 detik sampai 30 detik.
Setelah dicuci bersih dengan aquades yang berfungsi untuk merapatkan kembali lapisan lilin
yang terbuka, sampel selanjutnya diamati di bawah mikroskop. Sebelum diamati, terlebih
dahulu sampel ditetesi minyak imersi yang berfungsi untuk memperluas lapangan pandang
saat mengamati sampel di bawah mikroskop.

Percobaan yang dilakukan menunjukkan hasil pada gambar 1, 2 dan 4 hanya terdapat warna
biru yang menunjukkan tidak adanya bakteri, sedangkan pada gambar 3 terdapat beberapa
bentuk bakteri yang ditandai warna merah yang tidak hilang ketika dicuci dengan alkohol
asam. Hal ini sesuai dengan literatur yaitu sesuai pewarnaan Ziehl-Neelsen akan
menampakkan bakteri tahan asam yang berwarna merah dengan latar berwarna biru. Bakteri
tahan asam akan mempertahankan warna pertama yang diberikan. Hasil yang didapat adalah
terdapatnya bakteri tahan asam.

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Micobacterium
tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga
sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch
pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama
baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum
(KP).

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Micobacterium
tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber
infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan
terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang
dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh
organ tubuh seperti paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening,
dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

Saat Micobacterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan
tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi
imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di
sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat
jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant
(istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada
pemeriksaan foto rontgen.

Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang
hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri
ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang
banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi
sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat
diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.

Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan
beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya
fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak
mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan
tubuh yang lemah atau menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang
memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.

Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan masyarakat terhadap penularan bakteri TBC
ialah tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan penderita, kontak atau suspect gambas,
sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi penderita, perawatan. Pengobatan
preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap penyakit inaktif dengan
pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan. Pemberian BCG, vaksinasi, diberikan
pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan bagi ibunya dan keluarganya. Diulang 5
tahun kemudian pada 12 tahun ditingkat tersebut berupa tempat pencegahan. Memberantas
penyakit TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi, dan pasteurisasi air susu sapi.
Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karena menghirup udara yang tercemar
debu para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya. Pemeriksaan bakteriologis dahak
pada orang dengan gejala TBC paru. Pemeriksaan screening dengan tubercullin test pada
kelompok beresiko tinggi, seperti para emigran, orang-orang kontak dengan penderita,
petugas dirumah sakit, petugas atau guru di sekolah, petugas foto rontgen. Pemeriksaan foto
rontgen pada orang-orang yang positif dari hasil pemeriksaan tuberculin test.

Anda mungkin juga menyukai