Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Penatalaksanaan gagal ginjal kronik dapat dilakukan dua tahap yaitu dengan terapi
konservatif dan terapi pengganti ginjal. Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah
memburuknya faal ginjal secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi
toksin azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal, dan memelihara keseimbangan
cairan elektrolit. Beberapa tindakan konservatif yang dapat dilakukan dengan pengaturan diet
pada pasien dengan gagal ginjal kronik diantaranya yaitu :
4. Kontrol hipertensi
Pada pasien hipertensi dengan gagal ginjal kronik, keseimbangan garam dan cairan diatur
tersendiri tanpa tergantung tekanan darah sering diperlukan diuretik loop, selain obat
antihipertensi.
Fokus Pengkajian
Pengkajian focus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita gagal ginjal kronik
menurut Doeges (2000), dan Smeltzer dan Bare (2002) ada berbagai macam, meliputi :
a. Demografi
Lingkungan yang tercemar, sumber air tinggi kalsium beresiko untuk gagal ginjal kronik,
kebanyakan menyerang umur 20-50 tahun, jenis kelamin lebih banyak perempuan,
kebanyakan ras kulit hitam.
1) Pemeliharaan kesehatan
Personal hygiene kurang, konsumsi toxik, konsumsi makanan tinggi kalsium, purin,
oksalat, fosfat, protein, kebiasaan minum suplemen, kontrol tekanan darah dan gula
darah tidak teratur pada penderita tekanan darah tinggi dan diabetes mellitus.
3) Pola eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut), abdomen kembung,
diare konstipasi, perubahan warna urin.
Perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah,
mudah terangsang, perubahan kepribadian, kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu
bekerja, mempertahankan fungsi peran.
Pengkajian Fisik
7). Dada dab toraks : penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan dangkal dan kusmaul
serta krekels, nafas dangkal, pneumonitis, edema pulmoner, friction rub pericardial.
10). Ekstremitas : capirally refill time > 3 detik,kuku rapuh dan kusam serta tipis, kelemahan
pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, foot drop, kekuatan otot.
11). Kulit : ecimosis, kulit kering, bersisik, warnakulit abu-abu, mengkilat atau hiper
pigmentasi, gatal (pruritas), kuku tipis dan rapuh, memar (purpura), edema.
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada gagal ginjal kronik menurut Doenges (2000) adalah :
1) Urine
a) Volume, biasnya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada (anuria).
b) Warna, secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus, bakteri, lemak,
pertikel koloid, fosfat atau urat.
c) Berat jenis urine, kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal
berat)
e) Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak mampu mereabsobsi natrium.
2) Darah
a) Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adaya anemia, Hb biasanya kurang dari 7-8 gr
c) GDA, pH menurun, asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena kehilangan
kemampuan ginjal untuk mengeksresi hydrogen dan amonia atau hasil akhir
katabolisme protein, bikarbonat menurun, PaCO2 menurun.
f) Kalsium menurun
g) Protein (khusus albumin), kadar serum menurun dapat menunjukkan kehilangan protein
melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan atau sintesa karena kurang
asam amino esensial.
h) Osmolaritas serum: lebih beasr dari 285 mOsm/kg, sering sama dengan urin.
3) Pemeriksaan radiologik
a) Foto ginjal, ureter dan kandung kemih (kidney, ureter dan bladder/KUB): menunjukkan
ukuran ginjal, ureter, kandung kemih, dan adanya obstruksi (batu).
d) Ultrasonografi ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi pada
saluran perkemuhan bagian atas.
f) Endoskopi ginjal dan nefroskopi: dilakukan untuk menentukan pelis ginjal (keluar batu,
hematuria dan pengangkatan tumor selektif).
i) Pielogram intravena (IVP), menunjukkan keberadaan dan posisi ginjal, ukuran dan
bentuk ginjal.
k) Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk mendeteksi struktur ginjal, luasnya lesi
invasif ginjal
DAFTAR PUSTAKA
Adhiatma dkk. 2014. Analisis Faktor–faktor yang berhubungan dengan kejadian gagal ginjal
kronik pada pasien hemodialisis di RSUD Tugurejo Semarang. Fakultas kedokteran
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Ali dkk. 2017. Perbandingan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan Comorbid
Faktor Diabetes Mellitus Dan Hipertensi di Ruangan Hemodialisa RSUP. Prof. Dr. R. D.
Kandou. Manado. E-Jurnal Keperawatan ( e-Kp). Vol. 5 no. 2.
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta.
Salemba Medika. Edisi 2.Nursalam. 2014. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Pendekatan Praktis. Jakarta Selatan : Salemba Medika. Edisi 3.
Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika.
Pradesya. 2015. Hubungan gagal ginjal kronik dengan edema paru ditinjau dari gambaran
radiologi di RS PKU Muhamadiyah Gamping Yogyakarta.
Pranandari & Supadmi. 2015. Faktor Resiko Gagal Ginjal Kronik di Unit Hemodialisis
RSUD Wates Kulon Progo. Majalah Farmaseutik, Vol. 11 No. 2. Priyanti&Farhana. 2016.
Dalam Firdaus : Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuan diitpasien gagal ginja kronik
di RSUD Pandan Arang Boyolali.
Firdaus, RB. 2018. Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuan diit pasien gagal ginjal
kronik di RSUD Pandan Arang Boyolali.
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan untuk mengatasi penyakit gagal ginjal kronik menurut Corwin (2001)
adalah:
1. Pada penurunan cadangan ginjal dan insufisiensi ginjal, tujuan penatalaksanaan adalah
memperlambat kerusakan nefron lebih lanjut, terutama dengan restriksi protein dan obat-
obat antihipertensi.
2. Pada gagal ginjal, terapi ditujukan untuk mengoreksi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit.
3. Pada penyakit ginjal stadium-akhir, terapi berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
4. Pada semua stadium, pencegahan infeksi perlu dilakukan. Penatalaksanaan penyakit ginjal
kronik menurut FKUI (2006) meliputi :