Bab 1 Komposisi Penduduk
Bab 1 Komposisi Penduduk
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Struktur penduduk di suatu wilayah meliputi jumlah, persebaran, dan
komposisi penduduk. Struktur penduduk di suatu wilayah tersebut selalu mengalami
perubahan dari waktu ke waktu dikarenakan proses demografi yaitu kelahiran,
kematian, dan migrasi. Oleh karena struktur penduduk yang dinamis atau senantiasa
mengalami perubahan dari waktu ke waktu, maka perlu sekali untuk mengetahui
komposisi penduduk di suatu wilayah. Hal ini dikarenakan komposisi penduduk
dapat memberikan gambaran mengenai pengelompokan penduduk berdasarkan
kriteria tertentu. Sejalan dengan pendapat Ida Bagoes Mantra yang mengungkapkan
bahwa komposisi penduduk sendiri adalah pengelompokan penduduk atas variabel-
variabel tertentu ( Mantra, Bagoes Ida, 2000 : 23).
Melalui komposisi penduduk akan diperoleh berbagai data mengenai
penduduk menurut jenis kelamin dan pengelompokkan umur. Demikian nantinya
akan dapat diketahui kelompok umur produktif dan tidak produktif. Hal ini akan
memudahkan pemerintah disuatu Negara untuk meramalkan kebijakan apa yang akan
diambil ketika melakukan pembangunan. Oleh karena itu penyusun berusaha untuk
menyusun makalah yang berjudul “Komposisi Penduduk”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi diri dengan hanya
mengkaji masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pengertian Komposisi Penduduk?
2. Bagaimana Elemen Komposisi Penduduk?
3. Bagaimana Klasifikasi Komposisi Penduduk?
1
4. Bagaimana Penyajian Data Komposisi Penduduk?
5. Bagaimana Manfaat Komposisi Penduduk Untuk Perencanaan Pembangunan di
Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat tujuan masalah sebagai
berikut:
1. Menjelaskan Pengertian Komposisi Penduduk
2. Menjelaskan Elemen Komposisi Penduduk
3. Menjelaskan Klasifikasi Komposisi Penduduk
4. Menjelaskan Penyajian Data Komposisi Penduduk
5. Menjelaskan Manfaat Komposisi Penduduk Untuk Perencanaan Pembangunan di
Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Elemen-Elemen Komposisi Penduduk
1. Kelahiran (Natalitas)
Kelahiran merupakan salah satu faktor kependudukan yang bersifat
menambah jumlah penduduk. Faktor-faktor Pendukung/Pronatalitas :
a. Nikah usia muda.
Apabila seorang perempuan nikah usia muda maka masa reproduksi
perempuan tersebut menjadi lebih lama.Artinya,kesempatan bagi perempuan
itu untuk mempunyai anak akan lebih besar dibandingkan perempuan yang
nikah pada usia dewasa.
b. Tingkat kesehatan.
Banyaknya bayi yang meninggal menyebabkan orag tua cendrung
memilih mempunyai banyak anak. Hal ini bertujuan apabila ada satu anak
yang meninggal masih ada anak yang lain.
c. Tanggapan banyak anak banyak rezeki.
Pada kehidupan masyarakat agraris kuno,semboyan banyak anak
banyak rezeki memang beralasan kuat.Karena masyarakat agraris
kuno,bekerja dengan lebih banyak mengandalkan tenaga manusia dan hewan.
Faktor-faktor Penghambat/Antinatalitas
a. Pembatasan usia menikah
DiIndonesia,batas usia menikah bagi perempuan minimal 16 tahun
sedangkan bagi laki-laki minimal 19.
b. Program keluarga berencana(kb)
Pemerintah membatasi jumlah kelahiran dengan memasyarakatkan
program keluarga berencana dan menyediakan berbagai peralatan kontrasepsi.
c. Pembatasan tunjangan anak
Pada pegawai negri dan karyawan perusahaan tertentu,diberlakukan
pembatasan tunjangan anak. Pembatasan tunjangan ini akan mendorong para
4
pegawai untuk memiliki jumlah anak sesuai syarat untuk mendapatka
tunjangan.
d. Anak merupakan beban
Pada kehidupan masyarakat modern,muncul anggapan sebagian orang
tua bahwa anak merupakan beban bagi orang tua.Orang tua harus menyiapkan
berbagai fasilitas seperti kesehatan,social.pendidikan bagi anak-anak.
2. Kematian (Mortalitas)
Kematian merupakan salah satu faktor kependudukan yang bersifat
mengurangi jumlah penduduk.
Faktor-faktor Promortalitas
a. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.
b. Kurangnya fasilitas yang memadai.
c. Sering terjadi kecelakaan lalu lintas.
d. Terjadi bencana alam.
e. Terjadi peperangan.
Faktor-faktor Antimortalitas
a. Fasilitas kesehatan yang memadai.
b. Lingkungan yang bersih dan teratur.
c. Ajaran agama yang melarang bunuh diri.
d. Tingkat kesehatan yang tinggi
5
Mantra, 2000:24). Pada masa Pemerintahan Orde baru Kantor Menteri Negara
Kependudukan/ Kepala BKKBN dalam mempersiapkan alat kontrasepsi
membutuhkan data pasangan usia subur. Kantor Menteri Pendidikan Nasional
membutuhkan data penduduk usia sekolah dalam merencanakan wajib belajar
atau pembangunan sarana pendidikan. Komposisi penduduk dalam
pengelompokan usia dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu:
Usia 0-14 tahun dinamakan usia belum/nonproduktif dimana usia yang dapat
dikatakan belum kerja atau belum siap bekerja.
Usia 15-64 tahun dinamakan usia produktif dimana kelompok penduduk usia
kerja yang siap bekerja.
Usia 64 tahun ke atas disebut usia pasca/nonproduktif atau tidak produktif.
Dari pengelompokan penduduk usia, maka dapat diketahui penduduk
produktif dan non produktif penduduk untuk mengetahui angka ketergantungan
( depedency rasio ) sehingga untuk beban ketergantungan dari non produktif,
dapat dipenuhi oleh usia produktif.
2. Komposisi Penduduk Sosial
Komposisi Penduduk Menurut Pekerjaan Penduduk dapat dikelompokkan
berdasarkan pekerjaan yang dilakukan oleh tiap-tiap orang. Pekerjaan-pekerjaan
tersebut antara lain pegawai negeri sipil, TNI, POLRI, buruh, pedagang, petani,
pengusaha dan sopir.
3. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan
Komposisi penduduk menurut pendidikan Berdasarkan tingkat atau
jenjang pendidikan yang telah ditamatkan penduduk dapat dikelompokkan dalam
tingkat SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Pengelompokkan ini dapat
digunakan untuk menentukan besarnya tingkat pendidikan penduduk.
6
4. Komposisi Penduduk menurut Agama
Komposisi Penduduk menurut Agama Pengelompokkan ini berdasarkan
kepada agama yang dianut penduduk yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan
Budha.
5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Aspek Geografis
Komposisi Penduduk Berdasarkan aspek geografis. Misalnya : penduduk
di golongkan berdasarkan lokasi tempat tinggal. Tempat tinggal yang sering
digunakan dalam komposisi ini adalah tempat tinggal penduduk di desa dan di
kota. Ciri khas negara agraris seperti Indonesia adalah sebagian besar penduduk
tinggal di desa.
6. Komposisi Penduduk Menurut Tempat Tinggal
Komposisi Penduduk Menurut Tempat Tinggal. Tempat tinggal yang
sering digunakan dalam komposisi ini adalah tempat tinggal penduduk di desa
dan di kota. Ciri khas negara agraris seperti Indonesia adalah sebagian besar
penduduknya tinggal di desa.
7
1. Klasifikasi Piramida Penduduk
a. Piramida Ekspansif, disebut juga piramida penduduk muda. Piramida muda
berbentuk kerucut Piramida ini menggambarkan jumlah penduduk usia muda
lebih besar dibanding usia dewasa. Di waktu yang akan datang jumlah
penduduk bertambah lebih banyak. Jadi penduduk sedang mengalami
pertumbuhan, terdapat dinegara berkembang. Ciri-ciri:
Angka kelahiran sangat tinggi
Kelompok terbesar adalah penduduk usia muda
Contoh : negara berkembang Indonesia, Kenya, India
8
c. Piramida Konstruktif, disebut juga piramida penduduk tua. Piramida
penduduk tua berbentuk batu nisan Piramida bentuk ini menunjukkan jumlah
penduduk usia muda lebih sedikit bila dibandingkan dengan usia dewasa.
Diwaktu yang akan datang jumlah penduduk mengalami penurunan karena
tingkat kelahiran yang rendah dan kematian yang tinggi, terdapat dinegara
maju. Ciri-ciri
Angka kelahiran lebih tinggi dibandingkan kematian
Jumlah penduduk usia tua lebih banyak
Contoh negara: negara maju. Jepang, Jerman, Swedia
9
Dengan membuat piramida penduduk maka dapat diketahui informasi tentang
jumlah penduduk produktif dan non produktif, jumlah usia angkatan kerja dan
perbandingan laki-laki dengan perempuan.
2. Fungsi Piramida Penduduk
a. Untuk menggambarkan keadaan umum penduduk suatu Negara
b. Mengetahui perbandingan jumlah penduduk laki dan perempuan
c. Meramalakan keadaan penduduk di masa yang akan dating
10
sebagai beban sekaligus juga modal dalam pembangunan. Selain itu, dengan
mengetahui komposisi penduduk dapat juga diketahui penduduk usia produktif,
belum produktif dan tidak lagi produktif, sehingga dapat diketahui berapa angka
beban ketergantungan (dependency ratio) suatu negara serta angka harapan hidup
suatu negara. Harapannya, dengan mengetahui dependency ratio akan diketahui
bagaimana solusi pemecahan masalah dari jumlah penduduk Indonesia yang
merupakan modal tenaga kerja kerja yang luar biasa, bukan malah akan menjadi dua
sisi mata uang yang menjadi pertumbuhan penduduk besar sebagai beban bagi
pembangunan di Indonesia. Hal ini karena jumlah penduduk yang besar juga berarti
pelayanan umum dan segala aspek kebutuhan dasr yang harus dipenuhi oleh suatu
negara menjadi besar. Namun, dengan perencanaan pembangunan yang tepat
permasalahan kependudukan akan diramalkan sejak dini, sehingga tidak akan
mengganggu jalannya pembangunan nasional Indonesia dalam bidang material
maupun spiritualnya.
Di bidang kesehatan masyarakat misalnya, penghitungan komposisi penduduk
berfungsi untuk mengetahui jumlah kelahiran serta kematian yang dialami di sebuah
wilayah. Secara otomatis pemerintah lebih mudah dalam memantau pertumbuhan
penduduk. Pengendalian pertumbuhan penduduk terutama dilakukan melalui upaya
penurunan tingkat kelahiran serta penurunan tingkat kematian khususnya kematian
bayi dan anak. Penurunan tingkat kelahiran terutama dilakukan melalui gerakan
keluarga berencana (KB).
Selain itu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam
rangka mewujudkan keluarga bahagia sejahtera. Tercapainya kegiatan ini akan
meningkatkan juga status kesehatan masyarakat pada umumnya. Salah satu upaya
penurunan tingkat kematian pada ibu bersalin dan kematian bayi baru lahir dilakukan
upaya safe motherhood. Upaya safe motherhood merupakan upaya untuk
menyelamatkan wanita agar kehamilan dan persalinannya dapat dilalui dengan sehat
dan aman serta melahirkan bayi yang sehat. Di bidang pendidikan misalnya, dengan
11
mengetahui komposisi penduduk menurut umur, dapat diketahui berapa jumlah
kelompok umur usia sekolah, sehingga pemerintah dapat mengantisipasi pemenuhan
kebutuhan akan pendidikan dasar seperti penyiapan sarana prasarana, pemberian
beasiswa, atau pemerataan tenaga kependidikan di seluruh wilayah Indonesia.
Demikian, diharapkan nantinya pendidikan menjadi maju layaknya bidang
pembangunan yang lain. Selain itu, di bidang ekonomi dan sosial, dengan
menganalisis komposisi penduduk dapat diperkirakan berapa banyak jumlah
penduduk usia produktif dan angka beban ketergantungan di suatu wilayah, sehingga
pemerintah dalam kebijakannya dapat memperkirakan jumlah lapangan kerja yang
harus dibangun. Hal ini agar semua angkatan kerja dapat ditampung di lapangan kerja
yang akan disediakan pemerintah. Selain itu, agar pemerintah juga menyiapkan
langkah-langkah tertentu untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan di Indonesia.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komposisi penduduk menggambarkan pengelompokan penduduk atas dasar
kriteria tertentu. Ada bermacam-macam komposisi penduduk di lihat dari berbagai
aspek antara lain: aspek biologis, aspek social, ekonomi, aspek georafis.
Pengelompokkan penduduk atau komposisi penduduk dapat di gunakan untuk dasar
pengambilan kebijakan dan pembuatan program dalam mengatasi masalah-masalah di
bidang kepandudukan.
B. Komentar
Komposisi penduduk yang lazim digunakan untuk mengetahui struktur
penduduk di Indonesia adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin.
Namun, selain menurut umur dan jenis kelamin, komposisi penduduk dapat juga
dibedakan menurut tempat tinggalnya misalnya desa atau kota, komposisi menurut
agama, pekerjaan, status pernikahan, dan lain sebagainya. Komposisi penduduk
memiliki berbagai manfaat untuk analisis data kependudukan bagi peletakan
kebijakan pembangunan yang ada di suatu wilayah/negara di Indonesia. Hal ini
karena komposisi penduduk dapat memproyeksikan keadaan penduduk di suatu
wilayah, mengetahui angka beban kertegantungan, dan harapan hidup di negara
Indonesia.
13
DAFTAR PUSTAKA
Mantra, Bagoes Ida. 2000. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Belajar Sanjaya,
Sanjaya, Windu. 2013. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin.
Tersedia pada http://www.sumberilmu.blogspot.com, diakses tanggal 7 Maret 2017.
14