Anda di halaman 1dari 2

PROSES EMBRIOGENESIS DAN KEHAMILAN PADA MANUSIA

A. Identitas
Nama / NIM : Yakuti Afifah / 1808086003
Prodi / Kelas : Pendidikan Biologi / 4A
Waktu Pertemuan : Senin, 16 Maret 2020, pertemuan ke-6
Dosen Pembina : Widi Cahya Adi, M.Pd

B. Isi Resume
Hasil Bacaan (Reading)
Berbeda dengan telur burung, reptil lain, dan monotremata yang berukuran besar dan
memiliki kuning telur, sel telur pada mamalia biasanya berukuran sangat kecil dan hanya
menyimpan sedikit cadangan makanan. Pada manusia, fertilisasi terjadi secara internal yaitu
di dalam oviduk, dan tahap-tahap awal perkembangan terjadi saat embrio telah
menyelesaikan perjalanannya menyusuri oviduk menuju ke uterus.
Perkembangan embrio dimulai dari pembelahan zigot (cleavage), stadium morula
(morulasi), stadium blastula (blastulasi), satdium gastrula (gastrulas), dan stadium
organogenesis.
Pada manusia, pembelahan pertama selesai pada sekitar 36 jam setelah fertilisasi,
pembelahan kedua sekitar 60 jam setelah pembelahan pertama, dan pembelahan ketiga
terjadi setelah sekitar 72 jam setelah pembelahan ketiga. Blastomer-blastomer berukuran
setara. Pada tahap delapan sel, blastomer-blastomer melekat erat satu sama lain
(Campbell,2008)
Segera setelah spermatozoa masuk ke oosit, sel telur merespon dalam 3 cara :
1. Reaksi korteks dan zona. Yaitu pelepasan granula oosit korteks yang mengandung
lisosom untuk mencegah polispermi ( penetrasi lebih dari satu spermatozoa ke
dalam oosit)
2. Melanjutkan pembelahan meiosis kedua.
3. Pengaktifan metabolik sel telur.
Ketika zigot mencapai tahap dua-sel, zigot akan mengalami serangkaian pembelahan
mitosis, yang meningkatkan jumlah sel. Sel-sel ini yang menjadi lebih kecil setiap kali
pembelahan, dikenal sebagai blastomer. Hingga tahap delapan-sel, blastomer membentuk
gumpalan yang tersusun secara longgar. Namun, setelah pembelahan ketiga, blastomer
memaksimalkan kontaknya dengan satu sama lain, membentuk sebuah gulungan sel padat
yang disatukan dengan ikatan yang erat. Proses pemadatan ini memisahkan sel-sel bagian
dalam dengan sel-sel bagian luar. Sekitar 3 haris setelah fertilisasi, sel-sel mudigah yang
dipadatkan membelah lagi membentuk morulla 16 sel.
Morulla merupakan pembelahan sel yang terjadi setelah sel berjumlah 32 sel dan
berakhir apabila sel sudah menghasilkan sejumlah blastomer yang berukuran sama, akan
tetapi ukurannya lebih kecil. Stadium morula berakhir apabila pembelahan sel sudah
menghasilkan blastomer. Blastomer kemudian memadat menjadi blastodisk kecil
membentuk dua lapis sel. Pada akhir pembelahan akan dihasilkan dua kelompok sel. Pertama
kelompok sel-sel utama (blastoderm) yang meliputi sel-sel formatik atau gumpalan sel-sel
dalam (inner mass cells), fungsinya membentuk tubuh embrio. Kedua adalah kelompok sel-sel
pelengkap, yang meliputi trophoblast, periblast, dan auxilliary cells, fungsinya untuk
melindungi dan menghubungi antara embrio dengan induk atau lingkungan luar.
Blastulasi adalah proses yang menghasilkan blastula yaitu campuran sel-sel blastoderm
yang membentuk rongga penuh cairan sebagai blastocoel. Pada akhir blastulasi, sel-sel
blastoderm akan terdiri dari neural, epidermal, notochordal, mesodermal, dan endodermal
yang merupakan bekal pembentuk organ-organ. Pada blastula sudah terdapat daerah yang
berdiferensiasi membentuk organ-organ tertentu seperti sel saluran pencernaan,
notochorda, syaraf, epiderm, ektoderm, mesoderm dan endoderm.
Saat penyibakan selesai, embrio telah memiliki lebih dari 100 sel yang tersusun di
sekeliling rongga sentral dan telah menuruni oviduk menuju ke uterus. Tahap embrionik ini,
disebut blastosit ( blastocyte), merupakan versi mamalia dari blastula. Yang menggugus di
salah satu ujung rongga blastosit adalah sekelompok sel yang disebut massa sel dalam (inner
cel mass), yang kemudian akan berkembang menjadi embrio itu sendiri dan membentuk atau
berkontribusi terhadap semua membran ekstraembrionik. Sel-sel dari tahap blastosit yang
paling awal-lah yang merupakan sumber sel punca embrionik. Trofoblas, epitel blastosit
terluar, tidak berkontribusi terhadap embrio itu sendiri namun menyediakan jasa
pendukung. Pertama-tama trofoblas menginisiasi implantasi dengan menyekresi enzim-
enzim yang memecah molekul-molekul endometrium. Saat trofoblas menebal melalui melalui
pembelahan sel, trofoblas mengulurkan penjuluran-penjuluran serupa jari ke dalam jaringan
maternal di sekitarnya. Invasi oleh trofoblas menyebabkan erosi oleh kapiler-kapiler dalam
endometrium. Di sekitar waktu implantasi, massa sel dalam dan blastosit membentuk cakram
pipih dengan lapisan sel bagian atas, epiblas, dan lapisan sel bagian bawah, hipoblas, yang
homolog dengan epiblas dan hipoblas burung.
Setelah embrio menjalani tahap pembelahan dan tahap blastula, embrio akan masuk
kedalam tahapan yang paling kritis selama tahap perkembangannya, yaitu stadium gastrula.
Gastrulasi ditandai dengan terjadinya perubahan susunan yang sangat besar serta rapi dari
sel-sel di dalam embrio. Salah satu perubahan utama dalam yang terjadi selama masa
gastrulasi adalah bahwa sel-sel memperoleh dan mencapai suatu kemampuan untuk
melakukan gerakan morfogenetik, sehingga terjadi reorganisasi seluruh atau sebagian
didaerah kecil didalam embrio. Gastrulasi adalah proses perkembangan embrio dimana sel
bakal organ yang telah terbentuk pada stadium blastula mengalami perkembangan lebih
lanjut. Gastrulasi berakhir pada saat kuning telur telah tertutupi oleh lapisan sel.
Trofoblas yang menginvasi, sel-sel mesodermal yang berasal dari epiblas, dan jaringan
endometrium yang berdekatan turut berkontribusi dalam pembentukan plasenta. Plasenta
merupakan bagian vital sebagai perantara pertukaran nutrien, gas, dan zat-zat buangan
antara embrio dengan induknya. Plasenta juga menghasilkan hormon dan melindungi embrio
dari respon kekebalan ibu.
Di akhir gastrulasi, lapisan-lapisan germinal embrionik telah terbentuk. Embrio berlapis
tiga kini dikelilingi oleh mesoderm ekstraembrionik yang berpoliferasi dan keempat
membran ekstraembrionik.

C. Refleksi Diri
Setelah meresume materi ini saya dapat lebih memahami tentang proses-proses
embriogenesis yang terjadi pada manusia. Yang sebenarnya tidak jauh berbeda tahapannya
dengan embriogenesis pada hewan. Namun ada beberapa perbedaan mendasar yang
membedakan antara embriogenesis pada manusia dan hewan. Hal tersebut dipengaruhi oleh
jenis telur yang berbeda, letak pembuahan, dan lain-lain.

D. Daftar Rujukan
Salder, T. W. 2019. Langman’s Medical Embriology 12th Edition. London: Wolters Kluwer

Campbell, N.A., Reece, J.B., Urry, L.A., Cain, M.L., Wasserman, S.A., Minorsky, P.V., Jackson,
R.B., 2008. Biologi Edisi 8 Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai