PROFESIONALISASI GURU
DISUSUN OLEH :
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis berupa kesehatan rohani dan
jasmani sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Profesi Kependidikan ini
dengan judul “Profesinalisasi Guru” ini dengan baik.
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Profesi Kependidikan dan juga untuk menambah pengetahuan
mahasiswa atau pembaca mengenai Profesinalisasi Guru.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, untuk perbaikan makalah ini penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca khususnya. Atas perhatiannya penulis
mengucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................2
1.3 TUJUAN...................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 LATAR BELAKANG PROFESI KEPENDIDIKAN...............................3
2.2 PROFESIONALISASI GURU.................................................................4
2.3 PERLINDUNGAN PROFESI.................................................................12
BAB III..................................................................................................................16
PENUTUP..............................................................................................................16
3.1 KESIMPULAN.......................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Guru sebagai pihak yang terlibat langsung dalam roses pembelajaran di kelas,
memiliki peran yang sangat vital dalam meningkatakan kualitas anak didiknya.
Keberhasilan pendidikan dapat dikatan sangat bergantung kepada peran guru di
sekolah. Melihat peran dan posisi strategis yang dihadapi guru dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut, maka sudah selayaknya jika
guru senantiasa meningkatkan kemampuan profesionalnya dalam menjalankan
tugas dan kewajibannya(Muhson, 2004).
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang melatar belakangi pentingnya profesi kependidikan?
2. Bagaimanakah profesionalisasi guru di Indonesia?
3. Bagaimanakah perlindungan profesio guru di Indonesia?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui latar belakang pentingnya profesi pendidikan.
2. Mengetahui profesionalisasi guru di Indonesia.
3. Mengetahui perlindungan profesi guru di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Guru sebagai jabatan dan/atau pekerjaan adalah jenis pekerjaan yang menuntut
setiap orang yang ingin mengerjakannya memiliki keahlian, kecakapan,
keterampilan, dibidang kependidikan dan pembelajaran, yang diperoleh melalui
proses pendidikan dan latihan dalam waktu yang relatif lama untuk memberikan
pelayanan yang profesional kepada warga/peserta belajar. Pekjaan ini menuntut
pengembannya menjadi pelayan bagi orang lain dengan mengandalkan ilmu
penegtahuan, keterampilan, sikap, kecakapan, yang telah dimiliki. Kepemillikan
ilmu pengetahuan, sikap, kecakapan di bidang pendidikan dan pembelajaran
tersebut dapat dibuktikan melalui ijazah, sertifikat kependidikan dan keguruan
yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan tenaga kependidikan yang telah teruji
keberadaannya.
4
Proses yang harus dialami atau dijalani sesorang yang memiliki niat
menjadi guru sejak memiliki niat menjadi guru, lalu memasuki lembaga
pendidikan (baik formal, nonformal, dan informal) untuk mengalami proses
pendidikan dan latihan dalam kurun waktu tertentu, kemudian memperoleh
pengakuan sebagai guru yang profesional (dapat ijazah, sertifikat sebagai guru),
kemudian terus belajar-belajar an belajar sampai menemukan sosok guru yang
benar-benar profesional, dan akhirnya kembali menyadari bahwa dirinya tidak
mampu lagi menjadi seorang guru lagi (karena sudah pensiun, sudah tamat
riwayat hidupnya) itulah yang dimaksud dengan profesionalisasi guru.
5
pendagogi secara umum. Melalui refleksi ini diharapkan guru sennatiasa berusaha
meningkatkan ilmu pengetahuannnya, sikap dan keterampilannnya dalam
memberikan pelayanan yang profesional kepada warga belajar . Dalam hal ini
pihak-pihak yang langsung berperan dan bertanggungjawab dalam pemberdayaan
guru, seperti Dinas Pendidikan bersama LPTK, diharapkan dapat memikirkan dan
menyelenggarakan program-program peningkatan profesionalitas guru.
Profesionalisme seorang guru secara garis besar ditentukan oleh tiga faktor, yakni:
(1) faktor internal dari guru itu sendiri, (2) kondisi lingkungan tempat kerja, dan
(3) kebijakan pemerintah.
6
1) Faktor internal guru.
Faktor internal guru, yakni kemauan guru untuk menjadi seorang guru
yang profesional memegang peranan sangat penting. Faktor internal ini justru
yang mempercepat proses terwujudnya guru-guru yang profesional. Dengan kata
lain, profesionalisasi guru profesional tidak akan terwujud apabila tidak dimulai
dari faktor internal ini. Jadi, upaya yang dilakukan dalam profesionalisasi guru
perlu diarahkan pada terbentuknya kesadaran pada diri setiap guru agar mereka
secara sukarela meningkatkan profesionalismenya sehingga menjadi guru
profesional.
(2) Kondisi lingkungan tempat kerja.
Kondisi lingkungan tempat kerja juga sangat menentukan keberhasilan
profesionalisasi guru profesional. Sebab, meskipun sudah dilakukan
profesionalisasi agar guru menjadi profesional, namun apabila lingkungan tempat
kerja tidak kondusif–apalagi tidak memberikan penghargaan kepada guru
profesional–maka upaya profesionalisasi tadi juga akan menemui jalan buntu.
Akibatnya, guru yang semula memiliki semangat juang yang tinggi dalam
mengemban profesinya menjadi tak berdaya dan acuh tak acuh dengan profesinya
itu. Hasilnya, guru tidak lagi menjadi profesional, apalagi berusaha untuk menjadi
profesional.
(3) Kebijakan pemerintah.
Kebijakan pemerintah dalam profesionalisasi guru profesional ini terutama
terkait dengan award and punishment. Award diberikan kepada para guru
profesional (yang telah menunjukkan kinerja dengan profesionalisme tinggi),
sekaligus diberikan kepada mereka yang selalu berusaha untuk meningkatkan
keprofesionalannya. Punishment diberikan kepada guru yang tidak bekerja secara
profesional. Apabila kebijakan pemerintah ini dijalankan, maka profesionalisasi
guru profesional akan semakin mudah mencapai sasaran. Ya, profesionalisasi guru
agar profesional memang harus dilakukan secara profesional juga.
Penilaian kinerja adalah menilai hasil kerja nyata dari standar kualitas
maupun kuantitas yang dihasilkan. Hasil dari penilaian kinerja guru dapat
7
menggambarkan sosok keprofesionalan yang dapat ditampilkan oleh guru, secara
nyata, selama melaksanakan tugas keguruannya dalam kehidupan nyata. Melalui
penilaian kinerja guru dapat diketahui sejauh mana ciri-ciri guru yang profesional,
sejumlah ciri-ciri guru yang profesional dapat menyimpulkan sejauhmana
keefektifan guru bekerja.Guru yang efektif mempunyai ciri-ciri yang meliputi :
1. Memiliki Kemampuan Interpersonal, khususnya kemampuan untuk
menunjukkan emphaty, penghargaan dan ketulusan kepada siswa
8
Seorang Guru hendaknya secara terus menerus mengembangkan dirinya
dengan meningkatkan penguasaan pengetahuan secara terus menerus sehingga
pengetahuan yang dimilikinya senantiasa berkembang mengikuti perkembangan
jaman.
Menguasai Kurikulum
Kurikulum dapat berubah sesuai dengan kebutuhan pengguna lulusan dan
masukan para pakar. Saat ini di semua satuan tingkat pendidikan menerapkan
KBK/KTSP, sehingga dalam implementasi KBK guru memposisikan sebagai
fasilisator dalam proses pembelajaran.
Penguasaan teknologi
Jika seorang pendidik mempunyai karakter seperti diatas, akan disenangi oleh
peserta didik, dengan sendirinya akan disenangi ilmu yang diajarkannya juga.
Banyak siswa yang membenci suatu ilmu atau materi pembelajaran karena watak
gurunya yang keras, kasar dan cara mengajar guru yang sulit. Nah dan disisi lain
pula siswa menyukai dan terarik untuk mempelajari suatu ilmu atau mata
pelajaran, karena cara perlakuan yang baik, kelembutan, keteladanannya yang
indah dari gurunya.
9
Menjadi teladan yang baik
Guru hendaknya menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya. Untuk
memperoleh jawaban tentang ciri-ciri ideal seorang guru yang dapat dijadikan
teladan oleh peserta didik, peling tidak harus melakukan pendekatan terhadap
peserta didiknya.
10
b. Melaksanakan pembelajaran
c. Menilai hasil pembelajaran
d. Membimbing dan melatih
e. Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada tugas pokok
Beban tugas yang menjadi kewajiban guru profesional pada masing-masing
jenis adalah :
a. Beban kerja guru paling sedikit memenuhi 24 jam tatap muka dan paling
banyak 40 jam dalam satu minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan
yang memiliki izin pendirian dari pemerintah atau pemerintah daerah
b. Pemenuhan beban kerja paling sedikit 24 jam tatap muka dan paling
banyak 40 jam dalam satu minggu tersebut, dilaksanakan dengan
ketentuan paling sedikit 6 jam tatap muka dalam satu minggu pada satuan
pendidikan tempat tugas sebagai guru tetap.
c. Guru bimbingan dan konseling wajib memenuhi beban mengajar yang
setara dengan membimbing paling sedikit 150 orang siswa per tahun pada
satu atau lebih satuan pendidikan
d. Guru pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu wajib memenuhi beban
mengajar yang setara, yaitu paling sedikit melaksanakan 6 jam tatap muka
per minggu
e. Menteri dapat menetapkan “ekivalensi” beban kerja untuk memenuhi
ketentuan beban kerja dimaksud, khusus untuk guru yang bertugas pada
satuan pendidikan “layanan khusus, keahlian khusus, dan/atau dibutuhkan
atas dasar pertimbangan kepentingan nasional”
11
3. Promosi. Kegiatan Pembinaan dan pengembangan karir guru yang terakhir
adalah promosi. Promosi merupakan pemberian tugas kepada guru sebagai
guru pembina, guru inti, instruktur, wakil kepala sekolah, kepala sekolah,
pengawas sekolah, dan sebagainya. Kegiatan pembinaan ini didasarkan pada
pertimbangan prestasi dan dedikasi tertentu yang dimilikioleh guru. Dalam PP
Nomor 74 tentang Guru diamanatkan bahwa dalam melaksanakan tugas
keprofesian, guru berhak mendapatkan promosi sesuai dengan tugas dan
prestasi kerja. Promosi tersebut meliputi kenaikan pangkat dan/atau kenaikan
jabatan fungsional.
12
8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; dan
9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal –
hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru(Harun, 2016).
1. Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum mencakup perlindungan terhadap tindakan
kekerasan, ancaman, intimidasi, perlakuan diskriminatif, atau perlakuan
tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat,
birokrasi, atau pihak lain.
2. Perlindungan Profesi
Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap pemutusan
hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundang –
undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatan dalam
penyampaian pandangan, pelecehan profesi, pembatasan/ larangan lain
yang dapat menghambat guru dalma melaksanakan tugas, serta hambatan
melaksanakan studi lanjut.
13
Secara rinci, sub-ranah perlindungan profesi dijelaskan berikut ini:
(1) Penugasan guru pada satuan pendidikan harus sesuai dengan bidang
keahlian, minat, dan bakatnya;
(2) Penetapan salah atau benarnya tindakan guru dalam menjalankan
tugas-tugas profesional dilakukan dengan mempertimbangkan pendapat
Dewan Kehormatan Guru Indonesia;
(3) Penempatan dan penugasan guru didasari atas perjanjian kerja atau
kesepakatan kerja bersama;
(4) Pemberian sanksi pemutusan hubungan kerja bagi guru harus
mengikuti prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan atau perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama;
(5) Penyelenggara atau kepala satuan pendidikan formal wajib melindungi
guru dari praktik pembayaran imbalan yang tidak wajar;
(6) Setiap guru memiliki kebebasan akademik untuk menyampaikan
pandangan;
(7) Setiap guru memiliki kebebasan untuk: mengungkapkan ekspresi,
mengembangkan kreativitas, dan melakukan inovasi baru yang memiliki
nilai tambah tinggi dalam proses pendidikan dan pembelajaran;
(8) Setiap guru harus terbebas dari tindakan pelecehan atas profesinya dari
peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak
lain;
(9) Setiap guru yang bertugas di daerah konflik harus terbebas dari
berbagai ancaman, tekanan, dan rasa tidak aman;
(10) Kebebasan dalam memberikan penilaian kepada peserta didik,
meliputi: substansi, prosedur, instrumen penilaian, dan keputusan akhir
dalam penilaian;
(11) Ikut menentukan kelulusan peserta didik, meliputi: penetapan taraf
penguasaan kompetensi, standar kelulusan mata pelajaran atau mata
pelatihan, dan menentukan kelulusan ujian keterampilan atau kecakapan
khusus;
14
(12) Kebebasan untuk berserikat dalam organisasi atau asosiasi profesi,
meliputi: mengeluarkan pendapat secara lisan atau tulisan atas dasar
keyakinan akademik, memilih dan dipilih sebagai pengurus organisasi atau
asosiasi profesi guru, dan bersikap kritis dan objektif terhadap organisasi
profesi; serta
(13) Kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan
formal, meliputi: akses terhadap sumber informasi kebijakan, partisipasi
dalam pengambilan kebijakan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan
formal, dan memberikan masukan dalam penentuan kebijakan pada tingkat
yang lebih tinggi atas dasar pengalaman yang terpetik dari lapangan.
3. Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan
terhadapresiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran
pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja dan/ atau
resiko lain.
4. HKI (hak Kekayaan Intelektual)
Perlindungan HKI mencakup hak cipta atau copyright dan hak kekayaan
industri. Bagi guru, perlindungan HKI dapat mencakup: (1) hak cipta atas
penulisan buku; (2) hak cipta atas makalah; (3) hak cipta atas karangan
ilmiah; (4) hak cipta atas hasil penelitian; (5) hak cipta atas hasil
penciptaan; (6) hak cipta, baik atas hasil karya seni maupun penemuan
dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta sejenisnya; serta
(7) hak paten atas hasil karya teknologi(Komara, 2016).
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
17