Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH : PROFESI KEPENDIDIKAN

PROFESIONALISASI GURU

DISUSUN OLEH :

FEBRINA S. T. SIREGAR (4143131014)

TRIA MENTARI (4143131035)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis berupa kesehatan rohani dan
jasmani sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Profesi Kependidikan ini
dengan judul “Profesinalisasi Guru” ini dengan baik.
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Profesi Kependidikan dan juga untuk menambah pengetahuan
mahasiswa atau pembaca mengenai Profesinalisasi Guru.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, untuk perbaikan makalah ini penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca khususnya. Atas perhatiannya penulis
mengucapkan terima kasih.

Medan, Februari 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................2
1.3 TUJUAN...................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 LATAR BELAKANG PROFESI KEPENDIDIKAN...............................3
2.2 PROFESIONALISASI GURU.................................................................4
2.3 PERLINDUNGAN PROFESI.................................................................12
BAB III..................................................................................................................16
PENUTUP..............................................................................................................16
3.1 KESIMPULAN.......................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Posisi kualitas sumber daya manusia Indonesia bila dibandingkan dengan
negara lain cukup memprihatinkan. Guna meningkatkan sumber daya manusia,
pendidikaan memiliki peran dan tugas yang sangat strategis. Melalui pendidikan
manusia akan belajar memahami hidup dan mampu merencanakan hidupnya di
masa yang akan datang dengan matang. Driyarkara dalam Muhson (2004)
mengemukakan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah suatu perbuatan
fundamental dalam bentuk komunikasi antarpribadi, dan dalam komunikasi
tersebut terjadi proses pemanusiaan manusia muda dalam arti proses humanisasi
(pengembangan kemampuan manusia). Dengan demikian, pendidikan harus
membantu orang agar seseorang secara tahu dan mau bertindak sebagai manusia
dan bukan hanya bertindak secara instinktif saja.

Guru sebagai pihak yang terlibat langsung dalam roses pembelajaran di kelas,
memiliki peran yang sangat vital dalam meningkatakan kualitas anak didiknya.
Keberhasilan pendidikan dapat dikatan sangat bergantung kepada peran guru di
sekolah. Melihat peran dan posisi strategis yang dihadapi guru dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut, maka sudah selayaknya jika
guru senantiasa meningkatkan kemampuan profesionalnya dalam menjalankan
tugas dan kewajibannya(Muhson, 2004).

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang melatar belakangi pentingnya profesi kependidikan?
2. Bagaimanakah profesionalisasi guru di Indonesia?
3. Bagaimanakah perlindungan profesio guru di Indonesia?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui latar belakang pentingnya profesi pendidikan.
2. Mengetahui profesionalisasi guru di Indonesia.
3. Mengetahui perlindungan profesi guru di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 LATAR BELAKANG PROFESI KEPENDIDIKAN

Meningkatnya taraf dan mutu kehidupan menyebabkan meingkatnya


kebutuhan hidup,yang pada gilirannya meningkat usaha untuk menciptakan ragam
dan mutu pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan itu. Ratusan bahkan ribuan jenis
pekerjaan yang telah tercipta di tengah masyarakat. Dari demikian banyaknya
pekerjaan para ahli mencoba menyederhanakannya ke dalam golongan pekerjaan.
Ada yang membuat penggolongan kepemilikannya yaitu (1) pekerja kasar, (2)
petani atau buruh tani, (3) pekerja jasa, (4) manajer dan (5) profesional. Ada juga
yang menggolongkannya sebagai berikut (1) Unskilled laborer, (2) Semi skilled
laborer, (3) Skilled laborer, (4) Semi professional, dan (5) Professional.

Kedua penggolongan tersebut menunjukkan adanya tingkatan dan kesejajaran


pekerjaan, mulai dari golongan pekerjaan yang paling sederhana sampai ke
golongan pekerjaan yang paling tinggi. Golongan pekerjaan yang paling tinggi
adalah pekerjaan yang berkualifikasi profesional dan golongan pekerjaan yang
paling rnedah adalah pekerja kasar atau Unskilled laborer. Dalam lingkungan
masyarakat, guru adalah salah satu pekerjaan yang sudah lama dikenal dan tetap
akan dibutuhkan, terutama masyarakat yang sudah semakin maju, yang ditandai
dengan sifat rasional dalam berkarya, mengutamakan efisiensi, menuntut disiplin
sosial dan kemampuan kerja sama atau berorganisasi yang tinggi di antara
warganya, serta menuntut warganya untuk menguasai ilmu dan teknologi untuk
dapat meningkatkan hidupnya. Di dalam masyarakat guru adalah warga yang
diinginkan sebagai pemberi inspirasi, penggerak dan pelatih dalam penguasaan
kecakapan tertentu bagi anak warga agar siap membangun hidup beserta
lingkungan sosialnya.

3
Guru sebagai jabatan dan/atau pekerjaan adalah jenis pekerjaan yang menuntut
setiap orang yang ingin mengerjakannya memiliki keahlian, kecakapan,
keterampilan, dibidang kependidikan dan pembelajaran, yang diperoleh melalui
proses pendidikan dan latihan dalam waktu yang relatif lama untuk memberikan
pelayanan yang profesional kepada warga/peserta belajar. Pekjaan ini menuntut
pengembannya menjadi pelayan bagi orang lain dengan mengandalkan ilmu
penegtahuan, keterampilan, sikap, kecakapan, yang telah dimiliki. Kepemillikan
ilmu pengetahuan, sikap, kecakapan di bidang pendidikan dan pembelajaran
tersebut dapat dibuktikan melalui ijazah, sertifikat kependidikan dan keguruan
yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan tenaga kependidikan yang telah teruji
keberadaannya.

Pekerjaan yang menuntut orang memenuhi kriteria – kriteria ini disebut


sebagai “profesi”. Dengan demikian dikatan bahwa guru adalah salah satu profesi,
yang mewajibkan pengembannya “profesional”. Guru sebagai jabatan dan/atau
pekerjaan sudah diakui sebagai profesi di Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) yang dinyatakan secara tegas dan jelas pada Undang – Undang (UU)
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang mewajibkan setiap pengembannya
harus memenuhi kriteria dan/atau persyaratan – persayaratan tertentu, diantaranya
adalah (1) memiliki kualifikasi, (2) memiliki kompetensi, (3) memiliki sertifikat
pendidik, (4) sehat jasmani dan rohani, dan (5) memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional(Wau, dkk., 2017).

2.2 PROFESIONALISASI GURU

Kata Profesionalisasi mengacu pada kata proses. Kata proses mengandung


arti runtunan perubahan (peristiwa) di perkembangan sesuatu, kemajuan sosial
berjalan terus, rangkaian tindakan, pembuatan atau pengelolaan yang
menghasilkan produk. Keprofesionalan seseorang terbentuk melalui proses yang
harus dijalani dalam waktu yang lama. Proses pembentukan sosok seseorang
menjadi profesional secara singkat dapat disebut sebagai profesionalisasi.

4
Proses yang harus dialami atau dijalani sesorang yang memiliki niat
menjadi guru sejak memiliki niat menjadi guru, lalu memasuki lembaga
pendidikan (baik formal, nonformal, dan informal) untuk mengalami proses
pendidikan dan latihan dalam kurun waktu tertentu, kemudian memperoleh
pengakuan sebagai guru yang profesional (dapat ijazah, sertifikat sebagai guru),
kemudian terus belajar-belajar an belajar sampai menemukan sosok guru yang
benar-benar profesional, dan akhirnya kembali menyadari bahwa dirinya tidak
mampu lagi menjadi seorang guru lagi (karena sudah pensiun, sudah tamat
riwayat hidupnya) itulah yang dimaksud dengan profesionalisasi guru.

2.2.1 Profesionalisasi jabatan guru

Profesionalisasi jabatan guru ialah keseluruhan tahapan proses yang harus


dialami atau diikuti oleh guru mulai dari ada niat menjadi guru hingga benar-
benar menjadi guru yang profesional. Dengan kata lain profesionalisasi jabatan
guru adalah proses yang harus yang ditempuh untuk memegang profesi guru atau
menjabat sebagai guru yang profesional. Profesionalisasi tidak diawali oleh
keluarnya surat pengangkatan (SK) sebagai guru setelah menjadi lulusan LPTK,
tetapi dimulai dari sejak adanya “niat menjadi guru”. Niat inilah yang dapat
menjadi dasar pernyataan bahwa pekerjaan guru adalah pekerjaan mulia,
panggilan hati untuk mengabdi, melayani karena pendidikan itu adalah diri
manusia itu sendiri. Setelah memasuki kehidupan nyata di tengah-tengah
masyarakat nyata, guru ditantang melaksanakan tugas pelayanannya sedemikian
rupa sesuai dengan tuntutan pekerjaan gurur profesional.

Di Indonesia banyak wahana yang dapat digunakan untuk meningkatkan


profesionalisme guru, misalnya dengan memperdayakan Pusat Kegiatan Guru
(PKG), Kelompok Kerja Guru (KKG) yang memungkinkan guru untuk berbagai
pengalaman dalam memecahkan masalah-masalahyang mereka hadapi dalam
kegiatan mengajarnya. Usaha lain yang dilakukan untuk meningkatnkan
kompetensi profesional guru adalah memberi kesempatan kepada guru
merenungkan atau merefleksikan sejauh mana ia telah menguasai kemampuan

5
pendagogi secara umum. Melalui refleksi ini diharapkan guru sennatiasa berusaha
meningkatkan ilmu pengetahuannnya, sikap dan keterampilannnya dalam
memberikan pelayanan yang profesional kepada warga belajar . Dalam hal ini
pihak-pihak yang langsung berperan dan bertanggungjawab dalam pemberdayaan
guru, seperti Dinas Pendidikan bersama LPTK, diharapkan dapat memikirkan dan
menyelenggarakan program-program peningkatan profesionalitas guru.

2.2.2 Pengembangan Kinerja Guru

Kinerja guru merupakan salah satu indikator penentu ketercapaian tujuan


pendidikan dan pembelajaran baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Kinerja
guru adalah hasil kerja yang dicapai guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya yang didasarkan pada kecakapan, pengalaman, dan
kesungguhannya dalam bekerja.Kinerja guru dapat diketahui melalui tampilan-
tampilan guru dalam mengimplementasikan seluruh kompetensi yang
dipersyaratkan sebagai jabatan guru.

Kompetensi adalah kemampuan yang seyogyanya atau seharusnya


ditampilan dalam berbuat atau dalam bekerja. Bagi guru yang profesional
kompetensi tersebut diklasifikasikan atas empat bidang, yaitu pedagogik,
kepribadian, profesional, dan sosial. Keempat kompetensi tersebut mengandung
segala hal-hal yang harus ditampilkan guru saat melaksanakan tugas
keprofesionalannya dibidang pendidikan dan pembelajaran. Setelah keempat
kompetensi tersebut dimiliki oleh seorang guru maka tuntutan selanjutanya adalah
mewujudnyatakan dalam melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran bagi
peserta didik. Proses dan hasil kerja yang dapat ditampilkan guru melalui keempat
kompetensi tersebut dijadikan sebagai tolak ukur untuk menggambarkan tingkat
atau derajat kinerja guru.

2.2.3. Faktor Penentu Dan Penilaian Profesionalisasi Guru

Profesionalisme seorang guru secara garis besar ditentukan oleh tiga faktor, yakni:
(1) faktor internal dari guru itu sendiri, (2) kondisi lingkungan tempat kerja, dan
(3) kebijakan pemerintah. 

6
1) Faktor internal guru. 
Faktor internal guru, yakni kemauan guru untuk menjadi seorang guru
yang profesional memegang peranan sangat penting. Faktor internal ini justru
yang mempercepat proses terwujudnya guru-guru yang profesional. Dengan kata
lain, profesionalisasi guru profesional tidak akan terwujud apabila tidak dimulai
dari faktor internal ini. Jadi, upaya yang dilakukan dalam profesionalisasi guru
perlu diarahkan pada terbentuknya kesadaran pada diri setiap guru agar mereka
secara sukarela meningkatkan profesionalismenya sehingga menjadi guru
profesional.
(2) Kondisi lingkungan tempat kerja. 
Kondisi lingkungan tempat kerja juga sangat menentukan keberhasilan
profesionalisasi guru profesional. Sebab, meskipun sudah dilakukan
profesionalisasi agar guru menjadi profesional, namun apabila lingkungan tempat
kerja tidak kondusif–apalagi tidak memberikan penghargaan kepada guru
profesional–maka upaya profesionalisasi tadi juga akan menemui jalan buntu.
Akibatnya, guru yang semula memiliki semangat juang yang tinggi dalam
mengemban profesinya menjadi tak berdaya dan acuh tak acuh dengan profesinya
itu. Hasilnya, guru tidak lagi menjadi profesional, apalagi berusaha untuk menjadi
profesional.
(3) Kebijakan pemerintah. 
Kebijakan pemerintah dalam profesionalisasi guru profesional ini terutama
terkait dengan award and punishment. Award diberikan kepada para guru
profesional (yang telah menunjukkan kinerja dengan profesionalisme tinggi),
sekaligus diberikan kepada mereka yang selalu berusaha untuk meningkatkan
keprofesionalannya. Punishment diberikan kepada guru yang tidak bekerja secara
profesional. Apabila kebijakan pemerintah ini dijalankan, maka profesionalisasi
guru profesional akan semakin mudah mencapai sasaran. Ya, profesionalisasi guru
agar profesional memang harus dilakukan secara profesional juga.

Penilaian kinerja adalah menilai hasil kerja nyata dari standar kualitas
maupun kuantitas yang dihasilkan. Hasil dari penilaian kinerja guru dapat

7
menggambarkan sosok keprofesionalan yang dapat ditampilkan oleh guru, secara
nyata, selama melaksanakan tugas keguruannya dalam kehidupan nyata. Melalui
penilaian kinerja guru dapat diketahui sejauh mana ciri-ciri guru yang profesional,
sejumlah ciri-ciri guru yang profesional dapat menyimpulkan sejauhmana
keefektifan guru bekerja.Guru yang efektif mempunyai ciri-ciri yang meliputi :
1.     Memiliki Kemampuan Interpersonal, khususnya kemampuan untuk
menunjukkan emphaty, penghargaan dan ketulusan  kepada siswa

2.     Memiliki hubungan baik dengan siswa

3.     Mampu menerima, mengakui dan memperhataikan siswa secara tulus

4.     Menunjukkan minat dan antosias yang tinggi dalam mengajar

5.     Mampu menciptakan tumbuhnya kerjasama dan keharmonisan anggota


kelompok.

6.     Mampu melibatkan siswa dalam  mengorganisasikan dan  merencana-kan


kegiatan pembelajaran

7.     Mampu mendengarkan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk


berbicara

8.     Mampu meminimalkan friksi-friksi di kelas.

Dalam penilaian kinerja guru dapat dibandingkan dengan indikator guru


profesional. Ada 7 indikator guru yang profesional yakni :

 Memiliki Ketrampilan mengajar yang baik


Guru yang mempunyai kompetensi pedagogik tinggi adalah guru yang
senantiasa mempunyai ketrampilan mengajar yang sangat baik, yaitu dengan
berbagai cara dalam memilih model, strategi dan metode pembelajaran yang tepat
sesuai dengan karakteristik Kompetensi Dasar dan karakteristik peserta didiknya.

 Memiliki Wawasan yang luas

8
Seorang Guru hendaknya secara terus menerus mengembangkan dirinya
dengan meningkatkan penguasaan pengetahuan secara terus menerus sehingga
pengetahuan yang dimilikinya senantiasa berkembang mengikuti perkembangan
jaman.

 Menguasai Kurikulum
Kurikulum dapat berubah sesuai dengan kebutuhan pengguna lulusan dan
masukan para pakar. Saat ini di semua satuan tingkat pendidikan menerapkan
KBK/KTSP, sehingga dalam implementasi KBK guru memposisikan sebagai
fasilisator dalam proses pembelajaran.    

 Menguasai media pembelajaran

Guru profesional harus mampu menguasai media pembelajaran,


Pengembangan alat/media pembeljaran dapat berbasis kompetensi lokal maupun
modern dan berbasi ICT. Saat ini Dinas Pendidikan Kota / Kabupaten telah
mewajibkan guru tersertifikasi memiliki laptop guna meningkatkan kuaitas
pembelajaran.

 Penguasaan teknologi

Penguasaan teknologi mutlak diperlukan oleh guru. Guru hendaknya


menguasai materi dan sekaligus metode penelitiannya sesuai dengan kedalaman
materi yang diajarkan. jaringan dengan Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian
dan Instansi yang terkait lainnya.

 Memiliki kepribadian yang baik 

Jika seorang pendidik mempunyai karakter seperti diatas, akan disenangi oleh
peserta didik, dengan sendirinya akan disenangi ilmu yang diajarkannya juga.
Banyak siswa yang membenci suatu ilmu atau materi pembelajaran karena watak
gurunya yang keras, kasar dan cara mengajar guru yang sulit. Nah dan disisi lain
pula siswa menyukai dan terarik untuk mempelajari suatu ilmu atau mata
pelajaran, karena cara perlakuan yang baik, kelembutan, keteladanannya yang
indah dari gurunya.

9
 Menjadi teladan yang baik
Guru hendaknya menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya. Untuk
memperoleh jawaban tentang ciri-ciri ideal seorang guru yang dapat dijadikan
teladan oleh peserta didik, peling tidak harus melakukan pendekatan terhadap
peserta didiknya.

2.2.4. Pengembangan Karier Guru

Tugas guru sebagai pendidik profesional terdiri dari mendidik, mengajar,


membimbing, mengarahkan, melatih, menilai keberhasilan peserta didik. Tugas
tersebut akan efektif pelakasanaanya jika guru yang melaksanakan memiliki
derajat keprofesionalan yang tercermin dari kompetensi, keahlian, kemahiran, dan
keterampilan yang memenuhu standar mutu dan norma etik tertentu. Di Indonesia
derajat keprofesionalan guru diukur dari pemenuhan kualifikasi akademik. Untuk
menjadi guru harus memiliki kulaifikasi minimum S-1/D-4 dan bersertifikasi
pendidik. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional Pasal 42 disebutkan bahwa “ Pendidik harus memiliki
kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar,
sehat jasmani, dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional” dan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen pasal 8 dan 9 ditegaskan bahwa “ Guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional

Pembinaan dan pengembangan karir guru dilakukan melalui tiga upaya,


meliputi: penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi.
1. Penugasan. Penugasan merupakanpenentuan beban tugas yang menjadi
kewajiban dan tanggung jawab di bidang pendidikan dan pengajaran.
Penentuan beban tugas guru didasarkan pada jenis kedudukan guru, yang
meliputi guru kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan konseling. Tugas
pokok dari guru profesional adalah :
a. Merencanakan pembelajaran

10
b. Melaksanakan pembelajaran
c. Menilai hasil pembelajaran
d. Membimbing dan melatih
e. Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada tugas pokok
Beban tugas yang menjadi kewajiban guru profesional pada masing-masing
jenis adalah :
a. Beban kerja guru paling sedikit memenuhi 24 jam tatap muka dan paling
banyak 40 jam dalam satu minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan
yang memiliki izin pendirian dari pemerintah atau pemerintah daerah
b. Pemenuhan beban kerja paling sedikit 24 jam tatap muka dan paling
banyak 40 jam dalam satu minggu tersebut, dilaksanakan dengan
ketentuan paling sedikit 6 jam tatap muka dalam satu minggu pada satuan
pendidikan tempat tugas sebagai guru tetap.
c. Guru bimbingan dan konseling wajib memenuhi beban mengajar yang
setara dengan membimbing paling sedikit 150 orang siswa per tahun pada
satu atau lebih satuan pendidikan
d. Guru pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu wajib memenuhi beban
mengajar yang setara, yaitu paling sedikit melaksanakan 6 jam tatap muka
per minggu
e. Menteri dapat menetapkan “ekivalensi” beban kerja untuk memenuhi
ketentuan beban kerja dimaksud, khusus untuk guru yang bertugas pada
satuan pendidikan “layanan khusus, keahlian khusus, dan/atau dibutuhkan
atas dasar pertimbangan kepentingan nasional”

2. Kenaikan Pangkat. Dalam uapaya pengembangan karir guru, peraturan Menteri


Negara Pemberdayaan Aparatur Negara (Permeneg PAN dan RB) Nomor 16
Tahun 2009 telah menetapkan empat jenjang jabatan fungsional guru dari yang
terendah sampai yang tertinggi, yakni guru pertama, guru muda, guru madya,
dan guru utama.

11
3. Promosi. Kegiatan Pembinaan dan pengembangan karir guru yang terakhir
adalah promosi. Promosi merupakan pemberian tugas kepada guru sebagai
guru pembina, guru inti, instruktur, wakil kepala sekolah, kepala sekolah,
pengawas sekolah, dan sebagainya. Kegiatan pembinaan ini didasarkan pada
pertimbangan prestasi dan dedikasi tertentu yang dimilikioleh guru. Dalam PP
Nomor 74 tentang Guru diamanatkan bahwa dalam melaksanakan tugas
keprofesian, guru berhak mendapatkan promosi sesuai dengan tugas dan
prestasi kerja. Promosi tersebut meliputi kenaikan pangkat dan/atau kenaikan
jabatan fungsional.

2.3 PERLINDUNGAN PROFESI GURU


Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan
sertifikat pendidik dan hanya guru yang memenuhi syarat yang memiliki sertifikat
pendidik. Adapun sertifikat pendidik hanya dapat dikeluarkan, berdasar pada pasal
11 Undang - Undang Nomor 14 tahun 2005, yakni :

1. Diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan


tenaga kerja kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh
pemerintah.
2. Sertifikat pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan dan akuntabel.

Pasal 7 Undang – Undang Nomor14 tahun 2005

1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;


2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia;
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas;
4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;

12
8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; dan
9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal –
hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru(Harun, 2016).

Langkah pemerintah memberlakukan Undang – Undang Nomor 14 Tahun


2005 tentang Guru dan Dosen dimaksudkan untuk membangun profesionalisme
guru. Substansi materi yang diatur dalam undang – undang ini adalah
memberdayakan dan meningkatkan kualitas guru secara terencana, terarah dan
berkesinambungan, sehingga profesi guru perlu dikembangkan sebagai profesi
yang sejahtera, bermartabat, dan terlindungi. Dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan, guru memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut
menentukan kelulusan, penghargaan, dan/ atau sanksi kepada peserta didik, sesuai
dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang – undangan.

Perlindungan bagi guru merupakan perintah undang – undang. Dalam


melaksanakan tugas keprofesiannya, guru berhak memperoleh perlindungan
dalam melaksanakan tugas dan hak kekayaan intelektual (pasal 14, ayat 1, butir e).
perlindungan sebagai mana dimaksudkan dalam ketentuan tersebut meliputi :

1. Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum mencakup perlindungan terhadap tindakan
kekerasan, ancaman, intimidasi, perlakuan diskriminatif, atau perlakuan
tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat,
birokrasi, atau pihak lain.
2. Perlindungan Profesi
Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap pemutusan
hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundang –
undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatan dalam
penyampaian pandangan, pelecehan profesi, pembatasan/ larangan lain
yang dapat menghambat guru dalma melaksanakan tugas, serta hambatan
melaksanakan studi lanjut.

13
Secara rinci, sub-ranah perlindungan profesi dijelaskan berikut ini:
(1) Penugasan guru pada satuan pendidikan harus sesuai dengan bidang
keahlian, minat, dan bakatnya;
(2) Penetapan salah atau benarnya tindakan guru dalam menjalankan
tugas-tugas profesional dilakukan dengan mempertimbangkan pendapat
Dewan Kehormatan Guru Indonesia;
(3) Penempatan dan penugasan guru didasari atas perjanjian kerja atau
kesepakatan kerja bersama;
(4) Pemberian sanksi pemutusan hubungan kerja bagi guru harus
mengikuti prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan atau perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama;
(5) Penyelenggara atau kepala satuan pendidikan formal wajib melindungi
guru dari praktik pembayaran imbalan yang tidak wajar;
(6) Setiap guru memiliki kebebasan akademik untuk menyampaikan
pandangan;
(7) Setiap guru memiliki kebebasan untuk: mengungkapkan ekspresi,
mengembangkan kreativitas, dan melakukan inovasi baru yang memiliki
nilai tambah tinggi dalam proses pendidikan dan pembelajaran;
(8) Setiap guru harus terbebas dari tindakan pelecehan atas profesinya dari
peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak
lain;
(9) Setiap guru yang bertugas di daerah konflik harus terbebas dari
berbagai ancaman, tekanan, dan rasa tidak aman;
(10) Kebebasan dalam memberikan penilaian kepada peserta didik,
meliputi: substansi, prosedur, instrumen penilaian, dan keputusan akhir
dalam penilaian;
(11) Ikut menentukan kelulusan peserta didik, meliputi: penetapan taraf
penguasaan kompetensi, standar kelulusan mata pelajaran atau mata
pelatihan, dan menentukan kelulusan ujian keterampilan atau kecakapan
khusus;

14
(12) Kebebasan untuk berserikat dalam organisasi atau asosiasi profesi,
meliputi: mengeluarkan pendapat secara lisan atau tulisan atas dasar
keyakinan akademik, memilih dan dipilih sebagai pengurus organisasi atau
asosiasi profesi guru, dan bersikap kritis dan objektif terhadap organisasi
profesi; serta
(13) Kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan
formal, meliputi: akses terhadap sumber informasi kebijakan, partisipasi
dalam pengambilan kebijakan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan
formal, dan memberikan masukan dalam penentuan kebijakan pada tingkat
yang lebih tinggi atas dasar pengalaman yang terpetik dari lapangan.
3. Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan
terhadapresiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran
pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja dan/ atau
resiko lain.
4. HKI (hak Kekayaan Intelektual)
Perlindungan HKI mencakup hak cipta atau copyright dan hak kekayaan
industri. Bagi guru, perlindungan HKI dapat mencakup: (1) hak cipta atas
penulisan buku; (2) hak cipta atas makalah; (3) hak cipta atas karangan
ilmiah; (4) hak cipta atas hasil penelitian; (5) hak cipta atas hasil
penciptaan; (6) hak cipta, baik atas hasil karya seni maupun penemuan
dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta sejenisnya; serta
(7) hak paten atas hasil karya teknologi(Komara, 2016).

15
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

1. Guru sebagai jabatan dan/atau pekerjaan adalah jenis spekerjaan yang


menuntut setiap orang yang ingin mengerjakannya memiliki keahlian,
kecakapan, keterampilan, dibidang kependidikan dan pembelajaran, yang
diperoleh melalui proses pendidikan dan latihan dalam waktu yang relatif
lama untuk memberikan pelayanan yang profesional kepada warga/peserta
belajar. Pekerjaan yang menuntut orang memenuhi kriteria – kriteria ini
disebut sebagai “profesi”. Dengan demikian dikatan bahwa guru adalah
salah satu profesi, yang mewajibkan pengembannya “profesional”.
2. Proses yang harus dialami atau dijalani sesorang yang memiliki niat
menjadi guru sejak memiliki niat menjadi guru, lalu memasuki lembaga
pendidikan untuk mengalami proses pendidikan dan latihan dalam kurun
waktu tertentu, kemudian memperoleh pengakuan sebagai guru yang
profesional (dapat ijazah, sertifikat sebagai guru), kemudian terus belajar-
belajar dan belajar sampai menemukan sosok guru yang benar-benar
profesional, dan akhirnya kembali menyadari bahwa dirinya tidak mampu
lagi menjadi seorang guru lagi (karena sudah pensiun, sudah tamat riwayat
hidupnya) itulah yang dimaksud dengan profesionalisasi guru.
3. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan
sertifikat pendidik dan hanya guru yang memenuhi syarat yang memiliki
sertifikat pendidik. Adapun sertifikat pendidik hanya dapat dikeluarkan,
berdasar pada pasal 11 Undang - Undang Nomor 14 tahun 2005.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2014), https://www.gurusukses.com/profesionalisasi-guru-profesional

Harun, (2016), Perlindungan Hukum Profesi Guru dalam Perspektif Hukum


Positif , Jurnal Law and Justice Vol. 1 No. 1.
Kunandar, (2007), Guru Profesional, PT Rajagrafindo, Bandung.

Komara, E., (2016), Perlindungan Profesi Guru di Indonesia, MIMBAR


PENDIDIKAN: Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan, Vol. 1 No. 2
ISSN 2527-3868.
Muhson, A., (2004), Meningkatkan Profesionalisme Guru, Jurnal Ekonomi dan
Pendidikan, Vol II No. 1
Wau, Y., dkk., (2017), Profesi Kependidikan Edisi Revisi, UNIMED Press,
Medan.

17

Anda mungkin juga menyukai