Anda di halaman 1dari 1

Perbaikan Genetik Sapi Peranakan Ongole (PO)

Indonesia memiliki beberapa bangsa sapi potong yang bereperan dalam pemenuhan
protein hewani, salah satunya adalah sapi Peranakan Ongole (PO). Populasi sapi Peranakan
Ongole (PO) dari tahun ketahun cenderung mengalami penurunan sekitar 3 persen
pertahunnya, untuk menjaga populasinya perlu dilakukan pengembangan. Pengembangan
dilakukan terutama di luar Pulau Jawa dimana banyak peternak yang memelihara sapi
Peranakan Ongole (PO). Potensi yang dimiliki dan reproduksi sapi Peranakan Ongole
menunjukkan variasi yang cukup besar, terutama dalam rata – rata permormance yang
dilaporkan menunjukkan peranan yang cukup besar.
Sumber daya manusia juga merupakan salah satu kendala yang dialami dalam
meningkatan mutu genetic sapi potong local Indonesia. Ciri khas sistem peternakan sapi
potong di Indonesia adalah small holder farming system, dimana rata-rata peternakan
mempunyai tingkat pendidikan yang tergolong rendah sehingga kurang responsive terhadap
faktor-faktor penting dalam manajemen breeding (Hakim, L, dkk. 2010). Kondisi yang
dialami peternak kecil ini apabila dibiarkan secara terus – menerus dapat menyebkan
kepunahan terhadap ternak potong local Indonesia.
Dalam meningkatkan populasi ternak dikakukan dengan cara memperbaiki mutu
genetiknya melalui seleksi ternak dan perkawinan. Keragaman genetik ternak dimungkinkan
untuk membentuk bangsa ternak baru. Dengan Teknologi DNA maka keragaman genetik ,
kesamaan genetik dan jarak genetik populasi sapi Peranakan Ongole (PO) yang berasal dari
berbagai wilayah dapat dipelajari. Agar dapat dipelajari sebagai bahan pertimbangan untuk
melakukan outbreeding dengan mempergunakan pejantan dari wilayah lain. Balai Pembibitan
Ternak Unggul (BPTU) dan Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul (BBPTU) dalam
pengadaan pejantan unggul hendaknya berperan dalam uji performans dan uji keturunan.
Selanjutnya diperlukan keterlibatan Balai Inseminasi Buatan (BIB) yang akan bertindak
sebagai ujung tombak dalam disiminasi materi genetik unggul.
Persilangan sapi PO hendaknya dilakukan di luar wilayah yang ditentukan untuk
pembibitan dan pengembangan sapi PO murni. Kalau tidak maka persilangan akan merusak
keragaman sumberdaya genetik sapi PO. Pada populasi sapi PO cara pembentukan yang
sederhana adalah dengan seleksi jantan dan betina pada F1 kemudian dihasilkan F2, dan
dilakukan seleksi dan sistem perkawinan untuk menghasilkan generasi berikutnya. Pejantan
unggul bangsa baru yang dihasilkan akan dipergunakan untuk menghasilkan semen beku
untuk selalu meningkatkan mutu sapi bangsa baru yang dihasilkan di peternakan komersial
(multiplier). Kebutuhan sapi bangsa baru untuk peternakan rakyat akan diperoleh dari
peternakan multiplier.
Sumber:
Hakim,L., G.Ciptadi, dan V.M.A. Nurgiartiningsih. 2010. Model Rekording Data Performans
Sapi Potong Lokal Di Indonesia. Jurnal Ternak Tropika. 11 (2) :-61-73.
Supartini,N. dan H. Darmawan. 2014. Profil Genetik Dan Peternak Sapi Peranakan Ongole Sebagai
Strategi Dasar Pengembangan Desa Pusat Bibit Ternak. Buana Sains. 14 (1): 71-84.

Anda mungkin juga menyukai