A. DEFINISI
darah, yakni keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein
pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah batas normal. Sel darah
ditetapkan World Health Organization adalah pada laki-laki Hb < 13 gr% kadar Ht
<41% , pada perempuan < 12 gr% kadar Ht <37% serta pada bayi usia 6 bulan sampai 6
tahun ialah Hb <11g/d kadar hematokrit (Ht) 32% (Sekartini, dkk., 2005)
B. KLASIFIKASI
Adalah suatu keadaan yang terjadi karena kekurangan zat besi yang merupakan
bahan utama pembentukan sel dalah merah. Penyebab anemia defisiensi zat besi adalah:
asupan yang kurang mengandung zat besi terutama pada fase pertumbuhan, penurunan
absorbsi karena kelainan pada usus atau karena banyak mengkonsumsi teh, kebutuhan
yang meningkat pada anak sehingga memerlukan nutrisi yang lebih banyak.
2. Anemia Megaloblastik
folat.Disebut juga dengan anemia defisiensi asam folat. Asam folat berfungsi sebagai
sintesis DNA dan RNA yang penting untuk metabolism inti sel. Beberapa penyebab dari
anemia megaloblastik adalah karena asupan asam folat yang kurang (pemberian nutrisi
yang tidak seimbang), gangguan absorbs atau adanya gangguan pada gastrointestinal,
3. Anemia Aplastik
sel darah) dan menurunnya selularitas sumsum tulang. Sehingga hal tersebut akan
menghambat produksi sel darah merah. Adapun beberapa penyebab terjadinya anemia
aplastik adalah:
a) Menurunnya jumlah sel induk yang merupakan bahan dasar sel darah.
b) Adanya radiasi dan kemoterapi yang lama yang mengakibatkan infiltrasi sel.
c) Penurunan poitin yang berfungsi untuk merangsang sel-sel darah dalam sumsum
tulang.
d) Adanya sel inhibitor (T. Limphosit) sehingga menghambat maturase sela dalam
sumsum tulang.
4. Anemia Hemolitik
mempunyai waktu hidup 100- 120 hari.Penyebab anemia hemolitik diduga karena adanya
5. Anemia Pernisiosa
untuk metabolism jaringan saraf dan pematangan normoblas. Selain asupan yang kurang,
anemia pernisiosa disebabkan karena adanya kerusakan lambung, sehingga lambung
Anemia yang terjadi karena sintesa Hemoglobin (Hb) abnormal dan mudah
rusak.Anemia jenis ini merupakan penyakit keturunan.Secara garis besar anemia Sickle
C. FAKTOR PENYEBAB
3. Perdarahan
Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total sel darah merah
dalam sirkulasi.
Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat, takikardi, sakit
dada, dyspnea, nafas pendek, cepat lelah, pusing, kelemahan, tinitus, penderita defisiensi
yang berat mempunyai rambut rapuh dan halus, kuku tipis rata mudah patah, atropi papila
lidah mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah daging meradang dan
sakit. Manifestasi klinis anemia besi adalah pusing, cepat lelah, takikardi, sakit kepala,
edema mata kaki dan dispnea waktu bekerja (Pamungkas, Wahyuni, dan Dayaningsih,
2014).
E. PATOFISIOLOGI
hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin dilepas pada proses penuaan serta
kematian sel dan diangkat melalui transferin plasma ke sumsum tulang untuk
eritropoiesis. Pada peredaran zat besi berkurang, maka besi dari diet tersebut diserap oleh
lebih banyak. Besi yang dimakan diubah menjadi besi keto dalam lambung dan
duodenum, penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejenum proksimal, kemudian
besi diangkat oleh tranferin plasma ke sumsum tulang, untuk sintesis hemoglobin atau ke
Pembentukan Hb terjadi pada sumsum tulang melalui semua stadium pematangan besi
merupakan susunan atau sebuah molekul dan hemoglobin, jika zat besi rendah dalam
tubuh maka pembentukan eritrosit atau eritropoetin akan mengganggu sehingga produksi
sel darah merah berkurang, sel darah merah yang berkurang atau menurun
Tujuan Terapi :
kualitas hidup
Mencukupkan asupan nutrisi Fe, asam folat, dan vitamin B12. Misalnya dari sayur-
b. Terapi Farmakologi
Terapi : Besi
Mekanisme : zat besi membentuk inti dari cincin heme Fe-porfirin yang
a) Besi Oral
Interaksi obat :
fluoroquinolon
turun
b) Besi Parenteral
Na – Besi
Besi Dekstran Besi Sukrosa
Karbonat
62,5 mg besi / 5
Kandungan Besi 50 mg besi / mL 20 mg besi / mL
mL
Anemia defisiensi Anemia defisiensi
besi pada pasien Anemia defisiensi besi pada pasien
yang menjalani besi pada pasien yang menjalani
hemodialisis yang tidak hemodialisis
Indikasi
kronis dan memungkinkan kronis dan
menerima terapi diberikan terapi menerima terapi
suplemen dan oral suplemen
eritropoietin epoietin alfa
Hipersensitivitas. Hipersensitivitas.
Infeksi ginjal akut. Kelebihan besi.
Kontraindikasi Hipersensitivitas.
Anemia non Anemia non
defisiensi besi. defisiensi besi.
Black box Black box
Reaksi warning. warning.
Peringatan
hipersensitivitas Reaksi Reaksi
hipersensitivitas. hipersensitivitas.
Rute Parenteral Intravena Intramuskular Intravena
Pengobatan 8 X 125 mg 10 X 100 mg 10 X 100 mg
Rasa sakit, noda
coklat pada
Kram, mual,
tempat injeksi,
muntah, flushing, Kram kaki,
Efek Samping flushing,
hipotensi, hipotensi.
hipotensi,
pruritus.
demam,
anafilaksis.
Kloramfenikol Menurunkan
Inkompatibilitas
meningkatkan absorpsi besi oral
Interaksi Obat dengan benzil
konsentrasi besi bila diberikan
alkohol.
plasma. bersamaan.
eritropoiesis normal.
Indikasi :
metilasi pada saluran pencernaan agar dapat diabsorpsi. Perubahan asam folat
(sianokobalamin).
Interaksi Obat :
Indikasi :
Anemia pernisiosa
cukup.
Dosis : Kobalamin oral 2 mg per hari selama 1 – 2 minggu, dilanjutkan 1
Efek Samping :
o edema pulmonary
o syok anafilaktik
Interaksi Obat :
Indikasi :
setelah 6 – 8 minggu. Pada pasien AIDS, dosis epoetin adalah 300 unit/kg,
seminggu 3 kali.
Perhatian :
Trombositosis
Riwayat konvulsi
Efek Samping :
menit
Konvulsi
Anafilaksis
a. PIRIDOKSIN / Vit B6
b. KOBAL
Meningkatkan :
o Hematokrit
o Hemoglobin
o Eritrosit
o Talasemia
o Infeksi kronik
o Penyakit ginjal
Erupsi kulit
Tinitus
Struma
Tuli
Payah jantung
Sianosis
Koma
Angina
Malaise
Anoreksia
Mual dan muntah
DAFTAR PUSTAKA
Sekartini, R., Oedjatmiko, Wawolumaya, C., Yuniar, I., Dewi, R., Nycane, Imam, D., dan
Adam., 2005, Prevalensi Anemia Defisiensi Besi pada Bayi Usia 4 – 12 Bulan di Kecamatan
Matraman dan Sekitarnya, Jakarta Timur., Sari Pediatri, Volume 7, Nomor 1, Halaman: 2-8,
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI, Jakarta.
Pamungkas, S., Wahyuni, dan Dayaningsih, S., 2014, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang Tablet Penambah Darah Dengan Kejadian Anemia Di Puskesmas Sragen, Indonsian
Journal on Medical Science, Volume 1, No 2, Sukoharjo.
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta: Salemba Medika; h. 124-128.
Mulyana, A. 2011. Anemia Kehamilan. .Jakarta: Salemba Medika.