Disusun oleh:
Oktariani (1800013300)
Fakultas Psikologi
2019
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang berjudul
Islam dan Nasionalisme serta Tantangan Nasionalisme di Era Globalisasi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai
kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan itu
masyarakat suatu bangsa akan merasakan adanya kesetiaan yang mendalam kepada bangsa
itu sendiri.
PEMBAHASAN
Sikap nasionalisme memang penting, jauh dari itu wajib bagi umat Islam
mengikuti petunjuk alquran adalah mutlak. Maka dari itu Islam mempunyai
pandangan sendiri tentang nasionalisme. Nasionalisme dengan pengertian paham
(ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri dan kesadaran keanggotan dalam
suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai,
mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan
bangsa bukan hanya tidak bertentangan, tapi juga bagian tak terpisahkan dari Islam.
Relasi antara keduanya, khususnya pada Negara dunia ketiga, yang pada abad
ke 19 secara kolektif tengah dijajah oleh Negara-negara Barat, terjalin dalam makna
bagaimana keduanya -antara islam dan nasionalisme- bisa berkontribusi untuk
pembebasan territorial mereka dari penjajahan barat tersebut. Artinya, hubungan
antara islam dan nasionalisme, bukanlah sebuah hubungan yang berasal dari ruang
hampa. Ada pasang-surut yang terjadi antara keduanya. Jika kita ingin melacak
hubungan pasang-surut tersebut, kita bisa melihatnya pada skala perkembangan
pergerakan nasional di Indonesia
Jika kita menggali sumber sejarah, maka akan ditemukan fakta-fakta bahwa gerakan
perlawanan Ulama dan Santri di Indonesia pada abad 19 sangat dipengaruhi oleh
pemikiran dari Jamaluddin Al Afghani. Menurut Soekarno, Al Afghani adalah
harimau Pan Islamisme yang gagah berani. Bekerja tanpa henti menanamkan benih
keislaman di mana saja. Menumbuhkan rasa perlawanan terhadap Barat.
Menanamkan kesadaran bahwa untuk perlawanan itu, kaum islam harus “mengambil
tekbiknya kemajuan barat” dan mempelajari rahasia-rahasia kekuatan barat.
Sebenarnya, ajaran Al Afghani yang dinamakan Pan Islamisme ini bukanlah
penamaan yang dibuat oleh Al Afghani sendiri. Ini adalah istilah yang diciptakan
Barat dalam menamai sebuah gerakan perlawanan secara kolektif. Pan berasal dari
kata Latin yang artinya bersama-sama, atau dalam bahasa inggris all. Jadi,
sederhananya, ajaran Al Afghani ini adalah tentang membangkitkan kesadaran umat
muslim untuk membuat sebuah gerakan kolektif solidaritas muslim yang anti dengan
pemerintahan barat. Al Afghani mencoba memberikan penyadaran secara pemikiran
bahwa muslim harus bertindak atas penghinaan imperialis Barat terhadap perjuangan
nasionalisme dan patriotism Ulama dan santri atau umat islam.
B. TANTANGAN NASIONALISME DI ERA GLOBALISASI
Berbicara tentang Nasionalisme tentu tidak terlepas dengan hal ikhwal yang berkaitan
dengan jati diri bangsa itu sendiri. Faham tentang kebangsaan secara ideologis akan
mengikat komunitas suatu masyarakat yang membangsa dan menegara dengan ciri-
ciri dan identitas khas bangsa tersebut. Jati diri ke-Indonesiaan itu harus
dipertahankan sebagai nilai-nilai budaya dan peradaban yang bersumber dari tanah air
sendiri yang membuat bangsa Indonesia tidak menjadi bangsa yang mudah terapung
diatas gelombang arus dan buihnya perubahan dunia.
Banyak pakar menilai bahwa globalisasi itu adalah suatu proses yang
misterius, bahkan teka-teki yang dapat memancing diskusi berkepanjangan.
Fenomena sosial yang mencuat yakni tumbuhnya sifat inter-koneksitas, inter-
dependensi antar bangsa dan sifat-sifat saling mempengaruhi kian lama makin
menguat.
Bisa dikatakan teka-teki karena sukar diprediksi. Berbagai antisipasi yang
dilakukan suatu bangsa menghadapi perkembangan politik, ekonomi, budaya dan
keamanan cenderung meleset. Isu sentral tentang Hak Asasi Manusia (HAM),
demokratisasi dan lingkungan hidup yang dulu dipelopori oleh bangsa-bangsa
barat/Eropa dengan menempatkan dirinya seolah-olah sebagai negara maju, kampiun
HAM dan demokrasi, ternyata di awal abad 21 ini semuanya memudar dan diingkari
sendiri.
Dengan politik luar negeri yang bebas dan aktif, senantiasa terus menggalang
persatuan dunia menuju pada tata kehidupan dunia yang lebih damai dan sejahtera.
Itulah jati diri Bangsa Indonesia sebagai lambang Nasionalisme dan sekaligus
Internasionalisme sebagai bangsa yang aktif dan turut serta untuk menciptakan
perdamaian dunia yang abadi.
Di dalam situasi seperti sekarang ini dimana dunia sedang “terancam perang” di
berbagai belahan benua, maka di pandang perlu Indonesia tampil dan memelopori
usaha-usaha perdamaian melalui berbagai forum Internasional bersama-sama bangsa
lain yang sejalan.
Keluhuran budaya Indonesia terletak pada karakter dan citra bangsa yang ramah dan
bersahabat. Karena kita anti penjajah dan cinta perdamaian, maka memupuk
pesahabatan antar bangsa menjadi motivasi dan langkah-langkah kongkrit untuk
merealisasikan cita-cita perdamaian. Budaya demikian itu terus di pupuk, di
kembangkan dan dipromosikan ke semua bangsa di dunia ini, agar keberadaan
Indonesia dan perannya dapat mengangkat derajat dan martabat bangsa Indonesia.
Budaya Nasional yang merupakan akumulasi dari puncak-puncak budaya daerah,
hendaknya terus dapat dipelihara dan dijaga kelestariannya. Hanya bangsa yang bisa
mempertahankan jati diri dan budaya Nasionalnya yang akan bisa menjadi bangsa
yang besar.
Demikianlah makalah yang kami buat ini, Semoga dapat bermanfaat dan menambah
wawasan para pembaca. Kami mohon maaf apabila masih ada kesalahan dalam
penulisan dan penyampaian yang masih kurang jelas atau dimengerti oleh
pembaca.Sekian penutup dari kami sekian dan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
https://rifkiarifiyanto19.wordpress.com/2016/06/14/nasionalisme-dalam-era-
globalisasi/
https://alipdp.wordpress.com/2015/02/09/islam-dan-nasionalisme/
http://js.ugm.ac.id/2017/03/29/islam-dan-nasionalisme/
http://sejarah.upi.edu/artikel/dosen/tantangan-nasionalisme-indonesia-dalam-era-
globalisasi/