Perencanaan Bendungan Anjani Tirtaloka
Perencanaan Bendungan Anjani Tirtaloka
LOMBA RANCANG
BENDUNGAN
NASIONAL
CIVILZONE
UNIVERSITAS MATARAM
PREPARED BY
“TIRTA GANGGA
TEAM”
INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER
i|Page
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat rahmat dan kuasa-Nya
lah penulis mampu menyelesaikan proposal Lomba Rancang Bendung Nasional (LRBN) ke-
IV ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad saw. Dan pengikut beliau hingga akhir zaman.
Konstruksi bendungan merupakan kebutuhan yang tidak bisa terelakkan. Bendungan
memiliki peranan yang sangat vital di daerah aliran sungai yang memadai. Banyak sekali
manfaat dibangunnya bendungan bagi alam maupun masyarakat sekitar. Akan tetapi,
bendungan juga harus dibangun dengan baik agar kesalahan-kesalahan dalam konstruksi
dapat diminimalisir.
Dalam pembuatan proposal ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang terkait yang telah membantu dalam proses penyelesaian proposal ini. Adapun pihak-
pihak yang dimaksud antara lain sebagai berikut.
1. Ir. Wasis Wardojo, M.Sc, Ph.D, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
ilmu dan bimbingan kepada penulis.
2. Mohamad Bagus Ansori, S.T., M.T., M.Sc selaku dosen asistensi penulis yang telah
banyak membimbing sekaligus mengevaluasi kerja penulis.
3. Dr. Trihanyndio Rendy Satrya, S.T., M.T., selaku dosen asistensi penulis yang
banyak memberikan ilmu dan evaluasi disaat proses penyususnan proposal.
4. Orang tua penulis yang dengan ikhlas memberikan bantuan doa dan motivasi
sehingga penulis lebih giat dalam menyelesaikan proposal.
5. Teman-teman penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang dengan
rela meluangkan waktu untuk sharing bersama.
Penulis sadar bahwa tiada langit akan selamanya bersih biru. Begitu juga dengan
proposal ini yang jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca guna terciptanya kepenulisan yang lebih baik lagi di
kemudian hari.
Surabaya, 2 September 2019
Penulis,
i|Page
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi iii
Daftar Gambar v
Daftar Tabel vii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
1.4 Rumusan masalah
BAB II LANDASAN TEORI 3
2.1 Pemilihan Alternatif Lokasi Bendungan 3
2.2 Analisa Hidrologi 3
2.2.1 Analisis distribusi frekuensi 3
2.2.2 Analisis curah hujan efektif 4
2.2.3 Lengkung kapasitas waduk 5
2.2.4 Perhitungan Reservoar Routing 5
2.3 Perencanaan Tubuh Bendung 7
2.3.1 Perencanaan tinggi bebas bendungan 7
2.3.2 Lebar mercu bendungan 8
2.3.3 Kemiringan lereng bendungan 9
2.4 Perencanaan Pengelakan Sungai 9
2.4.1 Saluran Pengelak 9
2.4.2 Perencanaan Cofferdam 10
2.5 Perencanaan Spillway Dam 10
2.5.1 Perencanaan Design Hidrolis Pelimpah 11
2.5.2 Kondisi Aliran pada Spillway Morning Glory 11
2.5.3 Perencanaan Profil Puncak Pelimpah (Mercu / Ambang) 12
2.5.4 Design Pada Bagian Transisi 14
2.5.5 Perencanaan Discharge Conduit 14
2.5.6 Menghitung dimensi Pilar 14
2.5.7 Perencanaan Tebal Tunnel 14
2.5.8 Kehilangan Tinggi Tekanan 16
2.5.9 Perencanaan Pintu Penguras 19
2.5.10 Perencanaan Intake 19
ii | P a g e
2.5.11 Perencanaan Surge Tank 20
2.5.12 Perencanaan Trashrack 21
2.5.13 Perencanaan Penstock 22
2.5.14 Bangunan Peredam Energi 23
2.6 Perencanaan PLTA 26
2.6.1 Jenis – jenis tenaga air 26
2.6.2 Tinggi jatuh efektif 27
2.6.3 Daya 28
2.6.4 Energi Listrik 28
2.6.5 Perencanaan Bangunan Pembangkit 28
2.7 Analisis Stabilitas Tubuh Bendungan 29
2.7.1 Gaya-gaya yang bekerja 29
2.7.2 Kontrol stabilitas 30
2.7.3 Daya dukung pondasi menerus 31
2.8 Perhitungan Rembesan (Seepage Analysis) 32
2.8.1 Jaringan aliran 32
2.8.2 Garis freatik 33
2.8.3 Garis Flownett 33
2.8.4 Perencanaan formasi garis depresi 33
2.9 Manual Operasi Waduk 35
2.9.1 Pola Operasi Waduk (POW) 35
2.9.2 Rencana Tahunan Operasi Waduk (RTOW) 35
2.9.3 Jenis Operasi Waduk 35
2.9.4 Kesetimbangan air waduk 35
2.9.5 Perencanaan RAB 36
2.9.6 Biaya Langsung 36
2.9.7 Biaya tidak langsung 36
2.9.8 Biaya lain 36
2.9.9 Biaya ekonomi 37
2.9.10 Estimasi biaya 37
2.9.11 Estimasi mendetail (Definitive Estimate) 38
2.9.12 Aspek Finansial 38
iii | P a g e
BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 40
BAB IV ANALISIS PERENCANAAN 42
1.1 Kesimpulan 95
1.2 Saran 96
DAFTAR PUSTAKA 97
iv | P a g e
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Yn pada distribusi Gumbel 4
Tabel 2.2 Tabel Sn pada distribusi Gumbel 4
Tabel 2.3 Koefisien Pengaliran 4
Tabel 2.4 Kerusakan-Kerusakan Yang Dapat Terjadi Pada Bendungan 7
Tabel 2.5 Standar Tinggi Ruang Bebas Menurut JANCOLDS 7
Tabel 2.6 Nilai Intesitas Sesmik Gempa 9
Tabel 2.7 Koefisien Kontraksi Pilar 14
Tabel 2.8 Perencanaan Tebal Tunnel 15
Tabel 2.9 Koefisien Kekasaran Manning 16
Tabel 2.10 koefisien C 17
Tabel 2.11 Nilai sudut , , 29
Tabel 2.12 Koefisien Nc,Nɣ, dan Nq dari Caquot &Kerisel 32
Tabel 2.13 Faktor Konversi Biaya Proyek 36
Tabel 2.14 Estimasi Biaya 36
Tabel 4.1 Parameter tanah material bendungan 42
Tabel 4.2 Data debit banjir inflow 43
Tabel 4.3 Perhitungan Flood Routing 45
Tabel 4.4 Hubungan antara Waktu, Inflow, dan Outflow 46
Tabel 4.5 Data Inlet dan Outlet 49
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan untuk Mendeain Intake Weir 50
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Kontrol Dimensi Headrace Tunnel 52
Tabel 4.8 Data Perhitungan Potensi Daya Listrik PLTA (a) 53
Tabel 4.9 Data Perhitungan Potensi Daya Listrik PLTA (b) 55
Tabel 4.10 Desain Surge Tank Bendungan 56
Tabel 4.11 Perhitungan Koordinat X dan Y (a) 59
Tabel 4.12 Perhitungan Koordinat X dan Y (b) 59
Tabel 4.13 Perhitungan Saluran Transisi 61
Tabel 4.14 Perhitungan Kehilangan Energi 63
Tabel 4.15 Parameter Spektral Percepatan Gempa Periode 0,2 detik 70
Tabel 4.16 Parameter Spektral Percepatan Gempa Periode 1 detik 71
Tabel 4.17 Perhitungan T dan Sa 71
Tabel 4.18 Tipe Struktur Pada Bendungan 72
Tabel 4.19 Hubungan Parameter Percepatan Rspons Spektral dengan Cu 73
Tabel 4.20 Hubungan Kategori Risiko dan Faktor Keutamaan Gempa (Ie) 73
v|Page
Tabel 4.21 Nilai Koefisien-koefisien Gempa 73
Tabel 4.22 Perencanaan Pondasi pada Spillway 78
Tabel 4.23 Perencanaan Pondasi pada Maindam 79
Tabel 4.24 Data-data Tanah di Wilayah Sekitar Rencana Konstruksi Bendungan 80
Tabel 4.25 Hubungan Faktor Keamanan Dengan Risiko 82
Tabel 4.26 Hasil Analisa Geostudio untuk Perencanaan Tubuh Maindam 82
Tabel 4.27 Hasil Analisa Geostudio untuk Perencanaan Tubuh Cofferdam 84
Tabel 5.1 Biaya Operasional dan Pemeliharaan Bendungan 86
Tabel 5.2 Analisa Kelayakan Ekonomi Pembangunan Bendungan (a) 87
Tabel 5.3 Analisa Kelayakan Ekonomi Pembangunan Bendungan (b) 89
Tabel 5.4 Analisa Kelayakan Ekonomi Pembangunan Bendungan (c) 90
Tabel 5.5 Perhitungan Pendapatan Bendungan 91
Tabel 5.6 Analisa pendapatan petani 92
Tabel 5.7 Pendapatan Air Baku 92
vi | P a g e
DAFTAR GAMBAR
vii | P a g e
Gambar 4.11 Moody Diagram 64
Gambar 4.12 Sketsa Penampang Spilway 64
Gambar 4.13 Grafik Perencanaan Kolam Olak 68
Gambar 4.14 Grafik Angka Froud 68
Gambar 4.15 Peta Ss 69
Gambar 4.16 Peta S1 70
Gambar 4.17 Grafik Hasil Respons Spektrum 71
Gambar 4.18 Sketsa Dimensi Pilar Spillway 75
Gambar 4.19 Sketsa Pintu Penguras Bendungan 75
Gambar 4.20 Sketsa Perletakan Inti Miring 81
Gambar 4.21 Sketsa Rembesan pada Tubuh Main dam 81
Gambar 4.22 Sketsa Bidang Kelongsoran pada Tubuh Maindam Bagian Hilir 82
Gambar 4.23 Sketsa Umum Cofferdam Tampak Samping 83
Gambar 4.24 Sketsa Rembesan pada Tubuh Cofferdam 83
Gambar 4.25 Sketsa Bidang Kelongsoran pada Tubuh Cofferdam Bagian Hilir 85
viii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bendungan merupakan konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air.
Pembangunan sebuah bendungan harus memperhatikan data di lapangan dari lokasi
yang dipilih untuk pembangunan. Data tersebut meliputi data topografi lahan, data
curah hujan, data geologi tanah, dst. Data-data tersebut dianalisa sedemikian hingga
dapat dipergunakan untuk menentukan tata letak bendungan, ukuran bendungan yang
diperlukan, serta ukuran bagian – bagian bendungan yang diperlukan. Selain itu
bendungan yang direncanakan harus aman dari segala aspek yang menentukan.
Dilansir dari Perpres No. 58 Tahun 2017, terdapat 53 Proyek Strategis Nasional
bidang bendungan yang terbagi dalam 6 koridor, yaitu Koridor Sumatera, Koridor Jawa
– Madura, Koridor Kalimantan, Koridor Bali dan Nusa Tenggara, Koridor Sulawesi
serta Koridor Maluku dan Papua. Proyek Strategis Nasional 2014 – 2019 utamanya di
bidang Perairan adalah untuk mendukung program Nasional Swasembada pangan yang
pernah diraih oleh Indonesia pada tahu 1984 – 1996 pada era Presiden Soeharto serta
mendapat penghargaan dari Food Agricultural Organization (FAO) atas keberhasilan
Indonesia mewujudkan swasembada pangan dan Pengendalian penduduk (Program
KB). Ditahun 2013 Indonesia juga mendapatkan penghargaan yang serupa yang
diserahkan oleh Dirjen FAO Graziano da Silva di Italia yang diterima oleh Menko
Perekonomian Ir. H. Muhammad Hatta Radjasa yang mewakili pemerintah Indonesia
dikarenakan Indonesia ndonesia dinilai berhasil mencapai target pertama Millenium
Development Goals (MDGs) dalam mengentaskan kelaparan dan kemiskinan serta
mengatasi kekurangan gizi sebelum tahun 2015.
Untuk itu pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
menargetkan dapat menyelesaikan sebanyak 53 bendungan yang diharapkan dapat
menambah volume tampungan sebesar 1,8 miliar m3 untuk dapat memberi manfaat bagi
irigasi seluas 172.991 hektar, mereduksi banjir 5.194,17 m3/detik, menambah air baku
714,48 m3/detik, dan potensi tenaga listrik 142,52 MW. Saat ini dari 7,1 juta hektar luas
irigasi permukaan, baru sekitar 761.542 hektar atau 10,7 persen yang sumber air-nya
berasal dari bendungan, sementara sebagian besar masih mengandalkan air dari sungai.
Untuk itu pemerintah mengeluarkan Perpres No. 58 tahun 2017 untuk mempercapat
penyelesaian Proyek RPJMN tersebut.
1|Page
Dari penjelasan di atas maka dapat direncanakan sebuah bendungan tipe urugan
yang kami beri nama Bendungan Anjani Tirtaloka yang direncanakan berada di
Wilayah Nusa Tenggara Barat dengan tema “Bendungan yang Inovatif, Implementatif,
dan Tahan Gempa“. Diharapkan hasil dari perencanaan bendungan ini dapat
diwujudkan dalam kehidupan nyata sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat di
daerah tersebut.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan proposal adalah sebagai berikut:
Menganalisis data yang telah diberikan untuk merencanakan sebuah bendungan
yang ekonomis, implementatif, dan tahan gempa
Merencanakan sebuah bendungan dan bagian – bagiannya yang ekonomis,
implementatif dan tahan gempa.
Mengetahui stabilitas dan keamanan bendungan.
1.3 Manfaat
Manfaat penyusunan proposal adalah sebagai berikut :
Sebagai salah satu persyaratan administratif untuk mengikuti Lomba Rancang
Bendungan Nasional di Universitas Mataram dengan tema “Bendungan yang
Inovatif, Implementatif, dan Tahan Gempa”.
Menambah wawasan bagi para pembaca yang budiman mengenai tata cara
perencanaan bendungan.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang adalah :
Bagaimana menganalisis data yang diberikan untuk merencanakan sebuah
bendungan yang ekonomis, implementatif, tahan gempa serta ramah lingkungan ?
Bagaimana tata cara merencanakan sebuah bendungan yang ekonomis,
implementatif, tahan gempa serta ramah lingkungan dari data yang telah diberikan ?
Bagaimana mengetahui stabilitas atau keamanan sebuah bendungan ?
2|Page
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pemilihan Alternatif Lokasi Bendungan
Tujuan Pembangunan, yaitu maksud dibangunnya bendungan itu sendiri.
Kondisi Topografi yaitu lokasi bendungan pada sungai dengan lembah yang lebar
dengan tebing di kanan dan kirinya sebagai tumpuan.
Kondisi Geologi, yaitu tanah kondisi baik sehingga tidak memerlukan perbaikan
pondasi yang sulit, dan tebing sebagai tumpuan samping bendungan juga stabil.
Keadaan klimatologi dan hidrologi, besarnya inflow memenuhi kebutuhan air
untuk tampungan.
Keadaan lingkungan setempat, bendungan dibangun tanpa perlu adanya
pembebasan lahan pemukiman penduduk.
Biaya proyek, bendungan dapat dibangun dengan biaya yang relatif lebih murah.
2.2 Analisa Hidrologi
Untuk perhitungan hidrologi yang diperlukan dalam perencanaan dimensi
bendungan dan bagian - bagiannya.
2.2.1 Analisis distribusi frekuensi
Untuk mendapatkan intensitas hujan yang akan digunakan untuk mencari
debit banjir rencana.
➢ Distribusi E.J. Gumbel
Dimana :
: nilai rerata hitung variat
S : deviasa standart dari variat
Sn : deviasa standart dari reduksi variat,
Y : nilai reduksi variat, persamaan :
T : kala ulang
Y : nilai rata-rata dari reduksi variat
3|Page
Tabel 2.1 Tabel Yn pada distribusi Gumbel
4|Page
2.2.3 Lengkung kapasitas waduk
Yang dimaksud lengkung kapasitas (capacity curve) adalah grafik yang
menggambarkan hubungan antara tinggi (elevasi) waduk/bendungan dengan luas
genangan dan volume tampungan yang akan didapatkan. Rumus volume
tampungan waduk :
Li = (h(i+1) − hi ) × 0.5 × (Fi + F(i+1) )
n
Lt = ∑ Li
i=1
Keterangan:
Li : volume pada setiap elevasi ketinggian mulai hi sampai hi+1 (m3)
Fi : luas genangan pada elevasi tinggi hi (m2)
F(i+1) : luas genangan pada elevasi tinggi hi+1 (m2)
Lt : volume total (m3)
Setelah masing-masing luas dan volume diketahui, maka gambarkan
menjadi grafik hubungan antara elevasi, luas, dan volume seperti berikut:
5|Page
dS
I−Q=
dt
Keterangan:
I : inflow waduk (m3/det)
Q : outflow waduk (m3/det)
S : besarnya tampungan (storage) waduk (m3)
dt : periode penelusuran (detik, jam, atau hari)
S1 : storage pada permulaan t (m3)
S2 : storage pada akhir t (m3)
I1 : inflow pada permulaan t (m3/det)
I2 : inflow pada akhir t (m3/det)
O1 : outflow pada permulaan t (m3/det)
O2 : outflow pada akhir t (m3/det)
Langkah – langkah pengerjaan :
• Dari data hubungan storage-elevasi dan debit-elevasi dibuat kurva antara
Vs. elevasi.
• Pada kurva yang sama, juga terdapat kurva debit aliran keluar (outflow) vs
elevasi.
• Storage, elevasi, dan outflow pada awal routing telah diketahui. Untuk
dapat diketahui.
• Elevasi muka air yang berhubungan dengan dapat dicari dari kurva
yang telah digambarkan pada langkah ke-1. Debit outflow pada akhir waktu
∆t dapat dicari dari grafik pada langkah ke-2.
6|Page
2.3 Perencanaan Tubuh Bendung
Kemungkinan kerusakan tubuh bendungan :
Tabel 2.4 Kerusakan-Kerusakan Yang Dapat Terjadi Pada Bendungan
7|Page
• Tinggi gelombang karena angin (Hw)
Hw = 0,17 (V.F)0,5+2,5-(F)0,25 (Rumus Molitor Stevenson)
Hw = Tinggi gelombang (ft)
V = Kecepatan angin,(ditentukan 100 mil/jam untuk keadaan normal dan
sebesar 50 mil/jam untuk keadaan banjir)
F = panjang efektif “fetch”
• Peningkatan tinggi muka air karena angin (Hs)
HS = (V2 F)/1400 x D cos A
V = Kecepatan angin (mil/jam)
D = kedalaman air rata-rata (ft) sepanjang fetch efektif
A = sudut antara bidang tegak lurus sumbu bendungan dengan arah
gelombang (o)
• Tinggi rayapan gelombang (Hr)
Hr = Vg^2 / 2 g
Vg = kecepatan gelombang (ft/det)
Vg = 5 + 2 Hd (Gaillard)
Hd = tinggi gelombang desain (ft)
g = grafitasi (32,15 ft/det2)
• Tinggi gelombang akibat gempa (He)
He = (K.T / 2 ) x (g.Ho)0,5
He = tinggi gelombang
K = koefisien gempa = 0,14
T = periode gelombang (1 det)
G = gravitasi (9,8 m/det2)
Ho = kedalaman air di waduk
• Tinggi cadangan untuk ketidak pastian (hu)
a. Pada kondisi muka air normal hu = 1,0 m
b. Pada keadaan banjir Q1000 th atau PMF :
hu > 0,50 m, bila ada beragam analisa hidrologi dan untuk pelimpah
tanpa pintu
hu > 1,00 m, bila kemungkinan terjadi kemacetan operasi pintu.
2.3.2 Lebar mercu bendungan
Lebar mercu bendungan dicari menurut rumus USBR:
1⁄
W= 8×H 3
8|Page
Keterangan:
W : lebar puncak (m)
H : tinggi bendungan (m)
2.3.3 Kemiringan lereng bendungan
Bagian hulu
m − k × γ′ × tan
FS =
1 + k′ × m
Bagian hilir
m − k × tan
FS =
1 + k′ × m
Keterangan:
FS = angka keamanan
M = kemiringan lereng
K = intensitas seismic gempa
’ = berat volume jenuh bahan urugan
= sudut geser tanah
Tabel 2.6 Nilai Intesitas Sesmik Gempa
Intensitas Jenis Pondasi
Gal
Seismik Batuan Tanah
Luar biasa 400 0.20 g 0.25 g
Sangat kuat 400 - 200 0.15 g 0.20 g
Kuat 200 - 100 0.12 g 0.15 g
Sedang 100 0.10 g 0.12 g
(Sumber : Bendungan Tipe Urugan, Suyono Sosrodarsono)
2.4 Perencanaan Pengelakan Sungai
2.4.1 Saluran Pengelak
Beberapa metode pengelakan sungai :
Pembuatan saluran pengelak.
Ditempatkan melintang diatas fondasi calon bendungan. Sesudah aliran
tersebut dialihkan melalui saluran tersebut, maka spillway sudah mulai
dikerjakan.
Metode penutupan sebagian alur sungai
Dilakukan pada sungai yang cukup lebar sehingga walaupun alur
diperkecil masih mampu mengalirkan debit banjir dengan aman.
Metode pembuatan terowongan pengelak.
9|Page
Umumnya diterapkan pada hamper semua bendungan urugan minimum
tinggi 15 meter. Dengan tipe tersebut bendungan dapat dikerjakan
seluruhnya secara serentak. Dalam perencanaan kali ini tipe inilah yang
digunakan dimana terowongan pengelak akan digunakan juga sebagai
conduit spillway.
2.4.2 Perencanaan Cofferdam
Tipe Cofferdam Urugan :
➢ Bendungan urugan homogen: bahan pembentuk tubuh bendungan terdiri
dari tanah yang hampir sejenis dan gradasi hampir seragam.
➢ Bendungan urugan zonal/majemuk: timbunan yang membentuk tubuh
bendungan terdiri dari batuan dengan gradasi yang berbeda-beda dalam
urutan pelapisan tertentu.
➢ Bendungan urugan sekat : Bendungan urugan dengan sekat (facing) tidak
lulus air di lereng udik.
Karakteristik Cofferdam Urugan :
Alternatif ini sangat mungkin dilaksanakan mengingat material batu yang
tersedia dilapangan cukup banyak, keuntungan lain adalah konstruksi tidak rumit
dan relatif murah. Tetapi oleh karena cofferdam direncanakan sesekali boleh
mengalami over topping (melimpas), maka perlu dikontrol diameter batu pada
cofferdam yang diijinkan sehingga batu tersebut tidak akan larut/terlarut oleh
limpasan air.
Batasan Umum :
➢ Waktu pelaksanaan tidak boleh mundur panjang karena akan terkait dengan
pekerjaan lain.
➢ Di sisi axist of cofferdam terdapat jalan existing yang belum boleh
dibongkar sebelum jalan relokasi selesai dilaksanakan.
➢ Di hulu axist of upstream cofferdam terdapat inlet drain (saluran kecil)
2.5 Perencanaan Spillway Dam
Spillway adalah bangunan beserta instalasinya yang berfungsi untuk mengalirkan
air banjir yang masuk kedalam bendungan agar tidak membahayakan keamanan
bendungan. Ukuran bangunan pelimpah harus dihitung dengan sebaik-baiknya agar
fungsinya maksimal. Dalam merencanakan spillway dasar hidrograf banjir yang
digunakan adalah hidrograf PMF.
10 | P a g e
2.5.1 Perencanaan Design Hidrolis Pelimpah
Kriteria desain hidraulis untuk bangunan pelimpah (U. S. Army Engineer
Waterways Experiment Station, Research Report H-70-1, Vicksburg, Miss.,
January 1970) adalah sebagai berikut :
▪ Desain tinggi tekanan (design head) dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak
terjadi tekanan negatif kurang dari - 6 m (20 ft) tinggi kolom air untuk
menjamin bebas dari kavitasi.
▪ Terdapat reduksi tekanan yang bekerja pada muka hulu (upstream face)
pelimpah yang tinggi berdasarkan gambar di bawah, sedangkan untuk
pelimpah yang rendah dapat dianggap sebagai garis lurus (tanpa reduksi
tekanan).
▪ Estimasi kehilangan energi pada muka hilir perlu dievaluasi untuk
memperoleh desain bangunan peredam energi pada kaki pelimpah. Bila
kehilangan tinggi tekanan cukup besar, evaluasi tersebut dilakukan untuk
memperoleh desain kolam olak yang ekonomis atau untuk memperkirakan
loncatan jet dari bak lontar.
2.5.2 Kondisi Aliran pada Spillway Morning Glory
Terdapat 3 kondisi air yang akan terjadi pada saluran :
Kondisi Crest Control
Kondisi dimana pipa pelepasan terisi sebagian. Kondisi ini terjad jika
tinggi tekan hidrostatis diatas ambang pelimpah tidak terlalu tinggi,
sehingga menyebabkan banyak ruang udara yang kosong yang terjadi pada
saluran outlet.
11 | P a g e
Gambar 2.3 Sketsa Kondisi Tube or Orifice Control
Kondisi Full Pipe Flow
Disebut juga kondisi terendam. Terjadi jika elevasi permukaan air
makin tinggi, lebih tinggi dari pada kondisi Tube or Orifice Control,
sehingga menyebabkan tidak ada ruang kosong pada saluran outlet.
Dengan :
Q = Debit air yang melimpah
12 | P a g e
Co = Suatu kofisien yang tergantung pada Ho dan Rs
Rs = Jari-jari puncak pelimpah
Ho = Tinggi air di atas puncak pelimpah
13 | P a g e
2.5.4 Design Pada Bagian Transisi
Diameter dari tunnel pada tiap titik ketinggian :
√𝑄
R = 0.204 x 𝐻𝑎0.25 (Pitono, 1996)
Dengan :
Ha = jarak antara permukaan air dengan ketinggian di bawah permukaan
air yang dicari jari-jarinya.
Q = debit maksimum dari hasil flood routing pada hidrograf PMF.
R = jari-jari
2.5.5 Perencanaan Discharge Conduit
Setelah mendesain bentuk puncak dan transisi maka langkah selanjutnya
adalah menentukan diameter minimum dari tunnel dan menentukan panjang total
terowongan L1,L2 & L3.
Panjang L1 = elev. Design transisi – dasar spillway – L2
Panjang L2 = 0.25 x (22D)
Panjang L3 = 240 – L2
Panjang Total = L1 + L2 + L3
2.5.6 Menghitung dimensi Pilar
Untuk menunjang kekuatan dari spillway, maka direncanakan pilar yang
dibangun pada beberapa titik pada pelimpah, dengan mempertimbangkan :
Jumlah pilar yang paling efisien dan ekonomis.
Tinggi pilar harus diperkirakan diatas muka air banjir.
Diusahakan dengan adanya pilar tidak mengurangi debit yang masuk ke
pelimpah, berkaitan dengan pemilihan tipe dari bentuk bagian dasar pilar
Tabel 2.7 Koefisien Kontraksi Pilar
Bentuk Pilar Kp
Ujung segi empat dengan sudut membulatkan dengan R = 0.1 x 0.02
tebal pilar
Ujung bulat 0.01
Ujung runcing 0
Sumber : Suyono Sosrodarsono, 2015
2.5.7 Perencanaan Tebal Tunnel
Untuk menentukan tebal tunnel dengan menggunakan persyaratan fisik dan
dimensi pada tunnel beton sesuai SNI 03-6388,2002 :
14 | P a g e
Tabel 2.8 Perencanaan Tebal Tunnel
Dimana,
-m = koefisien susut beton (0,0003)
- Es = modulus elastisitas baja
- fs = tegangan baja yang diijinkan, fy = 400 Mpa
-n = rasio modular (Es/Ec)
- Ec = modulus elastisitas beton, fc = 30 Mpa
- fc,ten = tegangan beton yang diijinkan
-p = tekanan horisontal air
-D = diameter pipa
15 | P a g e
2.5.8 Kehilangan Tinggi Tekanan
Dimana :
hf = kehilangan tinggi tekanan (head loss)
f = koefisien friksi
D = diameter konduit
v = kecepatan aliran
g = gravitasi
Perlu diingat, rumus tersebut hanya berlaku untuk bentuk pipa bulat, tidak
berlaku untuk misalnya bentuk tapal kuda; n adalah koefisien kekasaran Manning.
Rumus Manning juga dapat digunakan untuk menghitung head losses :
29.1 𝑥 𝑛2 𝑥 𝐿 𝑥 𝑣 2
hf =
2 𝑥 𝑔 𝑥 𝑟 1.33
Koefisien kekasaran Manning (n) tergantung dari material dinding sebagai berikut :
Tabel 2.9 Koefisien Kekasaran Manning
Keterangan min max
Dinding konduit beton 0,014 0,008
Pipa baja dengan sambungan di las 0, 012 0,008
Terowongan batu 0,035 0,020
16 | P a g e
➢ Kehilangan Pada mulut pemasukan
Kehilangan tinggi tekanan di bagian ini = kehilangan tekanan pada
tabung pendek, debit aliran (Q) yang masuk ke dalam mulut pengambilan,
adalah :
1
Q = C x A x √2𝑔ℎ Ke = (𝐶 2 − 1)
Dengan :
C = Koefisien aliran
A = Luas.
h = Tinggi tekanan (head).
g = gravitasi.
Ke = koefisien kehilangan tinggi tekanan
Tabel 2.10 koefisien C
17 | P a g e
Gambar 2.10 Grafik Penentuan Nilai Hs
➢ Kehilangan tinggi tekanan pada katup
Bila pintu dipasang pada bagian pemasukan konduit dan bila pintu
terbuka seluruhnya kondisi aliran, maka diasumsikan tidak terjadi kehilangan
tinggi tekanan. Tetapi, bila pintu dipasang baik di bagian hulu maupun hilir
dari headwall titpis, sehingga bagian samping dan bawah jet air pada kondisi
tertekan dan bagian atas mengalami kontraksi, koefisien kehilangan pada
butir (b) Tabel 1 berlaku. Bila pintu dipasang di dalam konduit, sehingga
lantai, kedua sisi konduit dan atap hulu dan hilir menerus dengan pembukaan
pintu, koefisien kehilangan pintu Kg tidak melebihi 0,1. Untuk pintu yang
dibuka sebagian koefisien kehilangan tergantung dari kontraksi bagian atas,
untuk bukaan yang kecil koefisien kehilangan tinggi tekanan akan mendekati
1,0. Untuk bukaan yang lebar Kg akan mendekati 0,19. Untuk bukaan ¾, Kg
= 1,15, untuk bukaan ½, Kg = 5,6 dan untuk ¼ bukaan, Kg = 24,0. Sedangkan
untuk katup kupu-kupu kondisi terbuka penuh, Kg = 0,15. Kg bervariasi
antara 0,1 dan 0,5 tergantung dari ketebalan daun pintu.
➢ Kehilangan tinggi tekanan pada Keluaran
Koefisien kehilangan tinggi tekanan akibat kecepatan aliran di bagian
keluaran ini adalah sama dengan 1,0, karena air yang keluar dari konduit
tertekan dalam kondisi mengalir bebas atau dalam kondisi terendam. Bila
ujung pipa dilengkapi dengan pipa yang berbeda diameternya, koefisien
kehilangan tinggi tekanan menjadi < 1,0 dan berbanding kuadrat dengan luas
pipa, yakni Kv = (a1/a2)2, dimana a1 adalah luas pipa yang mulai berbeda
diameterrnya dan a2 luas pipa di bagian ujung.
18 | P a g e
2.5.9 Perencanaan Pintu Penguras
Perencanaan Penguras berada di sebelah kiri / kanan bendung atau antara
pilar dengan pilar yang lebih disebabkan pada letak pintu pengambilan
(intake). Bila intake terletak pada sebelah kiri bendung, maka penguras juga
terletak di sebelah kiri, begitu sebaliknya. Umumnya pintu penguras berjumlah
2 unit, namun cukup 1 apabilah salah satu intake berada di tubuh bendung.
Lebar pilar umumnya berkisarr antara 1 – 2.5 meter bergantung pada material
yang dipakai. Pintu penguras dapat didesign dengan bagian depan terbuka /
tertutup. Fungsi pintu penguras ialah Menguras endapan yang ada di sebelah
lereng udik.
Persyaratan pintu penguras :
Lebar penguras di tambah dengan pilar – pilarnya 1/6 sampai 1/10 dari
lebar total bendung (jarak antar pangkalnya) unntuk lebar sungai < 100
meter.
Sebaiknya diambil 60% dari total lebar pintu pengambilan.
Dimensi dasar penguras :
Tinggi saluran bawah hendaknya lebih besar 1.5 x diameter butir terbesar
sedimen dasar di sungai.
Tinggi saluran pembilas bawah minimal 1 meter.
Tinggi umumnya 1/3 sampai ¼ kedalaman air didepan pengambilan
dengan debit air normal.
5 – 20 meter untuk panjang saluran penguras bawah
1 – 2 meter untuk tinggi saluran penguras bawah
0.2 – 0.35 meter tebal minimum beton bertulang
2.5.10 Perencanaan Intake
Intake atau bangunan pengambilan merupakan salah satu bagian yang
paling penting dalam operasional bendungan. Bangunan Intake berfungsi untuk
mengalirkan air sedemikian rupa dengan debit tertentu yang kemudian
dialirkan menuju water treatment site untuk kemudian digunakan untuk
berbagai kegunaan seperti pembangkit listrik tenaga air (PLTA), irigasi, dan
pasokan air baku. Berbeda dengan spillway yang digunakan pada saat darurat,
bangunan intake digunakan setiap hari sebagai bagian dari operasional waduk.
19 | P a g e
Tidak ada desain standar untuk bangunan pengambil. Setiap desain
memiliki karakteristik sendiri-sendiri dan memiliki banyak bentuk dan variasi.
Struktur asupan yang dibahas dalam manual ini dapat dipisahkan menjadi dua
kategori besar: berdiri bebas dan miring. Pemilihan jenis yang sesuai
tergantung pada sejumlah pertimbangan termasuk kondisi lokasi, ekonomi, dan
efektivitas dalam memenuhi persyaratan proyek.
Struktur intake dapat tenggelam atau dapat
melampaui permukaan air reservoir maksimum,
tergantung pada fungsinya. Struktur intake di atas
reservoir adalah diperlukan ketika kontrol gerbang
terletak di atas struktur, akses ke ruang kontrol
gerbang internal melalui bagian atas struktur, atau
ketika operasi seperti penggarukan sampah, stoplog
atau pemasangan sekat, dan pembersihan layar ikan
diperlukan dari dek struktur. Struktur intake yang
Gambar 2.11 Sketsa Intake
terendam terutama ditemukan di proyek-proyek
pengendalian banjir kepala rendah di mana perendaman hanya terjadi selama
periode banjir atau di proyek-proyek di mana pembersihan sampah tidak
diperlukan. Struktur intake yang terendam juga dapat terdiri dari poros
terendam sederhana dan intake horisontal yang dilengkapi dengan struktur
sampah dan slot sekat. Jenis struktur intake yang paling umum adalah struktur
vertikal, umumnya disebut sebagai intake tower. Ini memungkinkan
peningkatan fleksibilitas ketika menemukan outlet berfungsi di lokasi.
Jembatan servis menyediakan akses ke bagian atas struktur.
2.5.11 Perencanaan Surge Tank
Tangki gelombang adalah pipa tegak di ujung hilir saluran air tertutup
untuk menyerap kenaikan tekanan mendadak serta dengan cepat memberikan
air selama penurunan singkat dalam tekanan. Surge tanks biasanya disediakan
pada PLTA besar atau menengah ketika ada jarak yang cukup jauh antara
sumber air dengan unit daya, sehingga diperlukan sebuah penstock panjang.
Luas dan diameter Surge Tanks
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
;
20 | P a g e
Dimana :
Ast = Luas Surge Tanks (m2)
Dst = Diameter Surge Tanks (m)
Lt = panjang terowongan (m)
At = Luas Terowongan (m2)
H = Gross Head (m)
g = gravitasi (m2/s)
c = koefisien thoma
Tinggi Air Dalam Surge Tanks
Zst = v x (
Dimana :
Zst = Tinggi muka air (m)
V = kecepatan terowongan (m/s)
Lt = panjang terowongan (m)
A = Luas Terowongan (m2)
g = gravitasi (m2/s)
Ast = Luas Surge Tanks (m2)
Kebutuhan terhadap tangki gelombang Pipa pesat membutuhkan tangki
gelombang jika L > 4H dengan :
L : panjang total pipa pesat (m)
H: tinggi jatuh (m)
2.5.12 Perencanaan Trashrack
23 | P a g e
Bangunan peredam energy yang berbentuk kolam dimana prinsip
perendaman energinya sebagian besar akibat proses pergesekan diantara
molekul air sehingga timbul olakan dalam kolam tersebut. Pemilihan type
kolam olakan :
❑ Kolam olakan datar (paling umum digunakan)
❑ Kolam olakan miring ke hilir
❑ Kolam olakan miring ke udik
Kolam olakan datar type 1
❑ Suatu kolam olakan dengan dasar yang datar dan terjadinya peredaman
energy yg terkandung dalam aliran dengan benturan secara langsung ke
atas permukaan kolam yg menghasilkan peredaman energy cukup tinggi.
❑ Perlengkapan lain guna penyempurnaan peredaman tidak diperlukan.
❑ Hanya sesuai untuk mengalirkan debit yang relative kecil dengan kapasitas
peredaman yang relative kecil pula.
30 | P a g e
Keterangan:
ΣMP : momen tahanan (ton.m)
ΣMG : momen guling (ton.m)
SF : angka keamanan
Untuk mengetahui pada suatu pelimpah tersebut stabil atau tidak dapat pula
dicari eksentrisitasnya, persamaan yang dipakai:
∑M B B
e=[ − ]≤
∑V 2 2
Keterangan:
ΣM : jumlah momen (ton.m)
ΣV : jumlah gaya vertikal (ton)
B : lebar dasar pelimpah
e : eksentrisitas (m)
b. Tidak mengalami geser
Untuk mengetahui bangunan mengalami geser atau tidak digunakan
persamaan:
fx ∑ V
≥ SF
∑H
f = tan
Keterangan:
ΣH : jumlah gaya horizontal (ton)
ΣV : jumlah gaya vertikal (ton)
S : angka keamanan (1,0-1,5)
: sudut geser
Untuk mengetahui pada suatu pelimpah tersebut stabil atau tidak dapat pula
dicari eksentrisitasnya, persamaan yang dipakai:
∑M B B
e = [ ∑ V − 2] ≤ 2
Keterangan:
ΣM : jumlah momen (ton.m)
ΣV : jumlah gaya vertikal (ton)
B : lebar dasar pelimpah
E : eksentrisitas (m)
2.7.3 Daya dukung pondasi menerus
𝑞𝑙 = 1⁄2 . 𝛾. 𝐵. 𝑁𝛾 + 𝑐. 𝑁𝑐 + (𝛾𝐷 + 𝑞). 𝑁𝑞
31 | P a g e
Dimana :
B = lebar pondasi
D = kedalaman pondasi
Nc, Nɣ, dan Nq dari Caquot & Kerisel sebagaimana tabel dibawah ini
Tabel 2.12 Koefisien Nc,Nɣ, dan Nq dari Caquot &Kerisel
Ø° Nc Nɣ Nq
0 5,14 0 1,00
5 6,50 0,10 1,60
10 8,40 0,50 2,50
15 11,00 1,40 4,00
20 14,80 3,50 6,40
25 20,70 8,10 10,70
30 30,00 18,10 18,40
35 46,00 41,10 33,30
40 75,30 100,00 64,20
45 134,00 254,00 135,00
Perhitungan stabilitas terhadap kelongsoran dihitung menggunakan software
GEOSTUDIO versi 2012.
2.8 Perhitungan Rembesan (Seepage Analysis)
32 | P a g e
2.8.2 Garis freatik
𝐲 = √𝟐 ∙ 𝐲𝟎 ∙ 𝐱 + 𝐲𝟎 𝟐
33 | P a g e
𝐲𝟎 = √𝐝𝟐 + 𝐡𝟐 − 𝐝
d = L2 + 0,3L1
L2 = L - L1
Dengan :
h = jarak vertikal antara titik A dan B
d = jarak horizontal antara titik B2 dan A
L1 = jarak horizontal antara titik B dan E
L2 = jarak horizontal antara titik B dan A
• Metode Cassagrande (untuk > 300)
q = k.a.sin2 a
q = k.a.sina.tga
34 | P a g e
2.9 Manual Operasi Waduk
2.9.1 Pola Operasi Waduk (POW)
Pertimbangan penyusunan :
• POW harus dibuat sejak awal waduk tersebut mulai dioperasikan dan
ditinjau ulang minimal setiap 5 (lima) tahun
• Pola operasi waduk paling sedikit memuat tata cara pengeluaran air dari
waduk.
• POW dibuat berdasarkan karakteriktik dari masing-masing waduk.
• Lengkung batas operasi normal atas dan lengkung batas operasi normal
bawah kembali pada posisi Awal (TMA Awal = TMA akhir).
2.9.2 Rencana Tahunan Operasi Waduk (RTOW)
RTOW dimaksudkan sebagai panduan pelaksanaan operasi harian waduk
yang disusun setiap tahun berdasarkan data teknis dan kondisi hidrologi terakhir.
RTOW ini digunakan bagi pengelola waduk dalam rangka pengendalian/
pengaturan air harian rutin waduk dalam rangka memenuhi kebutuhan air di hilir
selama setahun.
2.9.3 Jenis Operasi Waduk
Operasi Normal operasi rutin sesuai dengan panduan operasi dalam
rangka memenuhi kebutuhan air dihilir.
Operasi Banjir dalam rangka mengatur muka air waduk agar tetap
terjaga pada elevasi yang direncanakan (aman)
Operasi Darurat dalam rangka merespon keadaan yang mengancam
keamanan / keutuhan bendungan sehingga memerlukan penurunan muka air
2.9.4 Kesetimbangan air waduk
Dengan :
I = debit masuk (m3/det)
O = debit keluar (m3/det)
ds/dt = ΔS adalah perubahan tampungan (m3/det)
St = tampungan waduk pada periode t
St+1 = tampungan waduk pada periode t+1
Lt = masukan waduk pada periode t
35 | P a g e
Rt = hujan yang jatuh di atas permukaan waduk, pada periode t
Et = kehilangan air akibat evaporasi pada periode t
Lt = kehilangan air akibat rembesan dan bocoran
Ot = total kebutuhan air
OSt = keluaran dari pelimpah
2.10 Perencanaan RAB
Acuan biaya proyek :
➢ Daftar harga satuan dasar (HSD) upah kerja dan bahan/ material bangunan
➢ Daftar harga satuan dasar (HSD) penggunaan alat
➢ Daftar Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK)
➢ Nilai tukar mata uang
36 | P a g e
Dalam perhitungan pekerjaan biaya pembebasan tanah harus sudah
termasuk ganti rugi tempat tinggal dan tanaman.
2.10.4 Biaya ekonomi
Dalam analisis ekonomi dipakai nilai ekonomi dari komponen ekonomi
dengan mengalikan biaya-biaya tersebut dengan suatu faktor konversi. faktor
konversi untuk mendapatkan economic value dari financial value karena harga
finansial sering bukanlah merupakan harga yang sebenarnya karena ada faktor
subsidi, cukai dan sebagainya. Faktor konversi :
Tabel 2.13 Faktor Konversi Biaya Proyek
37 | P a g e
2.10.6 Estimasi mendetail (Definitive Estimate)
Estimasi melakukan kalkulasi terhadap jumlah material, tenaga kerja, serta
peralatan yang dibutuhkan dalam proyek berdasarkan gambar kerja dan
dokumen kontrak proyek. Estimasi ini membutuhkan informasi mengenai biaya
tenaga kerja, harga material, biaya sewa atau beli peralatan proyek. Hal ini bisa
didapatkan dari HSPK masing-masing daerah karenamasing-masing daerah
memiliki biaya-biaya tersebut yang berbeda-beda.
2.10.7 Aspek Finansial
Untuk mengambil keputusan jadi tidaknya suatu investasi dapat dilakukan
dengan analisis aspek finansial. Aspek finansial harus memperhitungkan
berbagai macam aspek perekonomian seperti di bawah ini:
❑ Net Present Value (NPV)
Menurut Dian Wijayanto dalam buku Pengantar Manajemen
(2012:246), Net Present Value (NPV) merupakan kombinasi antara present
value penerimaan dan present value pengeluaran. Dalam hal ini adalah
selisih antara nilai sekarang dari arus kas yang masuk dengan nilai sekarang
dari arus kas yang keluar pada periode waktu tertentu.
Dengan :
PV = nilai sekarang (present value)
F = nilai pada tahun ke n
I = nilai suku bunga
n = tahun ke 1,2,3,…… dst
❑ Benefit Cost Ratio (BCR)
Benefit Cost Ratio (BCR) ialah suatu analisis yang diperlukan untuk
melihat sejauh mana perbandingan antara Benefit dan cost pada kondisi nilai
present.
jika BCR > 1 maka proyek dikatakan layak dikerjakan
jika nilai BCR < 1 proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.
Dengan :
BCR = Benefit Cost Ratio
38 | P a g e
PV = nilai sekarang (present value)
❑ Internal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan metode yang mencari nilai suku bunga saat nilai NPV
= 0. Ukuran IRR berpatokan pada Minimum Rate of Return (MARR).
MARR merupakan laju pengembalian investasi yang berani dilakukan oleh
seorang investor. Untuk pengambilan keputusan kriteria IRR ini adalah
dengan cara dibandingkan dengan Minimum Attractive Rate of Return
apabila:
o IRR > MARR Investasi layak dilaksanakan
o IRR < MARR Investasi tidak layak dilaksanakan
❑ Payback Period (PBP)
Menurut Giatman (2006), Payback Period adalah penilaian yang
bertujuan untuk mengetahui berapa lama (periode) investasi dapat
dikembalikan saat terjadinya kondisi break even-point.
❑ MEAV (Moderate Equivalent Asset Value)
Pendekatan yan digunakan untuk menentukan besar biaya OP
bendungan berdasarkan biaya pembangunan bendungan, dikonservesikan
pada tahaun yang diinginkan. Kisaran 0,25 – 0,30 % biaya konstruksi tubuh
bendungan
AKNOP Bendungan = Biaya langsung + biaya pemeliharaan + biaya inspeksi
39 | P a g e
BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN
Dalam proses perencanaan desain bendungan Tirta Gangga, dibutuhkan suatu metode
pelaksanaan. Berikut ini merupakan metode pelaksanaan yang digunakan.
START
DATA AWAL :
- Data Topografi & Geologi
- Data Hidrologi & Klimatologi
- Data Mekanika Tanah & batuan
- Data HSPK
PEMILIHAN AS BENDUNGAN
ANALISA HIDROLOGI
- Perencanaan lengkung kapasitas
bendungan
- Perhitungan debit andalan
- Perhitungan kebutuhan air
- Reservoar Routing.
- Uji distribusi hujan
STABILITY NO
CONTROL
YE
S
PERENCANAAN INTAKE
- Perhitungan hidrolika bangunan
pengambilan
- Analisis stabilitas
40 | P a g e
X
STABILITY NO
CONTROL
YES
NO
STABILITY
CONTROL
YES
PERENCANAAN SPILLWAY
- Lokasi dan kapasitas spillway
- Perencanaan bangunan pelimpah
- Perencanaan kolam olakan dan peredam
energi
NO
STABILITY
CONTROL
YES
KESIMPULAN + SARAN
FINISH
41 | P a g e
BAB IV
ANALISIS PERENCANAAN
4.1. Pemilihan Alternatif Lokasi Bendungan
Alternatif 1 dipilih untuk dijadikan lokasi bendungan. Pada alternatif 3 as
bendungan terlalu dekat dengan pemukiman, ini sangat berbahaya apabila
bendungan mengalami dambreak, belum lagi pembebasan lahan warga yang akan
digunakan untuk pembangungan bendungan tersebut.
Dari penjelasan singkat tersebut maka alternatif 3 tidak sesuai dengan
bendungan yang ekonomis, implementatif dan berwawasan lingkungan. Alternatif
2 memiliki volume tampungan yang lebih banyak dibanding dengan alternatif lain,
akan tetapi as bendungan yang direncanakan akan memakan banyak biaya dan
metode pelaksanaannya akan sedikit rumit karena topografi bendungan yang tidak
memungkinkan. Sehingga alternatif 2 tidak dipilih sebagai lokasi as bendungan.
4.2. Data perencanaan
• Data Topografi (terlampir)
• Data Mekanika Tanah dan Parameter Desain Material Bendungan
Tabel 4.1 Parameter tanah material bendungan
• Data Hidrologi
a. Data tampungan
42 | P a g e
b. Data debit banjir inflow
Tabel 4.2 Data debit banjir inflow
43 | P a g e
4.4. Perencanaan Bendungan Utama
4.4.1. Analisis Tinggi Minimal Pengoperasian
Pada bendungan ini volume tampungan mati direncanakan sebesar
5.000.000 m3. Dengan melakukan forecast dari data elevasi dan volume
komulatif tampungan diperoleh tinggi minimal pengoperasian bendungan
atau tinggi tampungan mati adalah setinggi 30,2 m yaitu pada elevasi +
115.20.
4.4.2. Analisis Tinggi Muka Air Efektif
Kapasitas efektif bendungan digunakan untuk mengetahui
perubahan volume waduk akibat inflow dan outflow selama pengoperasian.
Pada perhitungan ini digunakan periode perhitungan selama 3 bulan
dengan pertimbangan bahwa asumsi routing debit inflow hujan yang terjadi
mampu memenuhi kebutuhan air selama 9 bulan lainnya dalam satu
tahun.Tinggi tampungan efektif diperoleh dengan melakukan forecast data
elevasi dan volume kumulatif dari tampungan mati dan tampungan efektif
= Volume tampungan mati + efektif
= 25.000.000 + 2.300.000
= 27.300.000 m3
Diperoleh tinggi muka air effektif sebesar 60.3 m yaitu pada elevasi
+145.3 mdpl dengan luas genangan 155 ha.
4.4.3. Reservoir Routing
Perhitungan tinggi banjir dilakukan dengan cara routing data debit
banjir inflow dengan metode Nakayasu dengan direncanakan periode ulang
PMF. Puncak pelimpah direncanakan pada elevasi +145.38 mdpl karena
pada elevasi tersebut volume genangan mencapai volume efektif
tampungan yang dibutuhkan. Sedangkan dasar bendungan pada elevasi
+85.00 sehingga tinggi puncak mercu dari dasar bendungan adalah 60.38
m. Pelimpah direncanakan berbentuk morning glory dengan diameter 14
meter untuk profil puncak mercu dan diameter 5 meter untuk conduit
spillway. Setelah mendapatkan hubungan anatar elevasi, tampungan, dan
outflow, selanjutnya dilakukan analisa penelusuran banjir (flood routing)
sehingga diperoleh hubungan debit inflow dan outflow sebagaimana pada
tabel 4.3 berikut.
44 | P a g e
Tabel 4.3 Perhitungan Flood Routing
t Inflow i rata2 I.dt S-Δt.Q/2 S+Δt.Q/2 Q
Elevasi
jam m3/dt m3/dt m3/dt ( m3 ) ( m3 ) ( m3/dtk )
0.00 0.00 145.38 0.00
0.45 1620.0 0.00 1620.00
1.00 0.90 145.38 0.05
3.80 13680.0 1451.08 15131.08
2.00 6.70 145.39 0.44
17.71 63738.0 13553.36 77291.36
3.00 28.71 145.45 2.24
67.66 243558.0 69232.15 312790.15
4.00 106.60 145.64 9.06
202.76 729918.0 280175.38 1010093.38
5.00 298.91 146.23 29.26
458.23 1649610.0 904770.50 2554380.50
6.00 617.54 147.25 102.88
817.15 2941722.0 2184016.12 5125738.12
7.00 1016.75 149.05 215.19
1116.07 4017834.0 4351042.90 8368876.90
8.00 1215.38 152.45 575.39
1104.50 3976200.0 6297479.43 10273679.43
9.00 993.62 151.26 623.26
871.86 3138678.0 8029928.97 11168606.97
10.00 750.09 171.44 420.15
653.36 2352078.0 9656066.97 12008144.97
11.00 556.62 151.11 579.92
578.33 2081976.0 9920426.60 12002402.60
12.00 428.27 152.24 757.21
386.17 1390212.0 9276460.22 10666672.22
13.00 344.07 155.93 541.32
312.01 1123218.0 8717920.22 9841138.22
14.00 279.94 151.00 630.03
254.19 915084.0 7573029.39 8488113.39
15.00 228.44 151.13 659.22
207.57 747234.0 6114911.51 6862145.51
16.00 186.69 148.85 613.87
45 | P a g e
170.03 612108.0 4652213.51 5264321.51
17.00 153.37 149.86 434.61
141.12 508032.0 3699720.10 4207752.10
18.00 128.87 149.39 350.01
111.12 400044.0 2947700.51 3347744.51
19.00 110.06 149.01 281.16
95.20 342708.0 2335584.95 2678292.95
20.00 94.44 148.71 227.55
81.72 294204.0 1859098.80 2153302.80
21.00 81.09 148.48 161.33
75.37 271314.0 1572532.00 1843846.00
22.00 69.64 148.35 160.74
64.73 233010.0 1265176.19 1498186.19
23.00 59.81 148.19 133.07
55.59 200106.0 1019150.75 1219256.75
24.00 51.36 141.15 -1069.25
25.68 92448.0 5068546.57 5160994.57
Tabel 4.4 Hubungan antara Waktu, Inflow, dan Outflow
Waktu Inflow Outflow Waktu Inflow Outflow
jam m3/dt ( m3/dtk ) jam m3/dt ( m3/dtk )
0.00 0.00 0.000 13.00 344.07 541.320
1.00 0.90 0.047 14.00 279.94 630.030
2.00 6.70 0.438 15.00 228.44 659.223
3.00 28.71 2.239 16.00 186.69 613.870
4.00 106.60 9.060 17.00 153.37 434.612
5.00 298.91 29.256 18.00 128.87 350.014
6.00 617.54 102.879 19.00 110.06 281.155
7.00 1016.75 215.193 20.00 94.44 227.554
8.00 1215.38 575.388 21.00 81.09 161.325
9.00 993.62 623.264 22.00 69.64 160.742
10.00 750.09 420.150 23.00 59.81 133.065
11.00 556.62 579.922 24.00 51.36 -1069.247
12.00 428.27 757.206
46 | P a g e
Flood Routing
1500,00
1000,00
Debit (m3/detik)
500,00
0,00 Inflow
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 Outflow
-500,00
-1000,00
-1500,00
Waktu (jam)
47 | P a g e
4.4.6. Kemiringan Tubuh Bendungan
Faktor keamanan rencana (SF) darii stabilitas bendungan utama
menjadi dasar perkiraan berapakah kemiringan lereng bendungan baik
bagian hulu maupun hilir yang dapat dihitung dengan rumus berikut:
Kemiringan hulu
𝑚 − 𝑘 × 𝛾′ × 𝑡𝑎𝑛𝜑
𝐹𝑆 =
1 + 𝑘 × 𝛾′ × 𝑚
4.5.2. Trashrack
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan menggunakan data hidrologi
sebelumnya, kita dapat menentukan dimensi trashrack yang diperlukan
pada Intake. Berikut ini merupakan tabel 4.5 yang menampilkan data
bendungan pada inlet dan outlet.
48 | P a g e
Tabel 4.5 Data Inlet dan Outlet
INLET OUTLET
Data Nilai Data Nilai
Trashrack coeficient kt 2,40 Headloss akibat gesekan hf (m) 0,01
Tebal jaring kawat trashrack t 15,00 Headloss akibat belokan hb (m) 0,05
(mm)
Rongga jaring kawat b (mm) 75,00 Headloss coeff K 1,27
Kecepatan masuk Vo (m/s) 17,00 Total headloss ht (m) 0,07
Sudut aliran masuk ϕ (°) 75,00 Trashrack coeff, K1 0,80
Deviasi aliran β (°) 90,00 Luas ppenampang trashrack (m2) 4,74
Debit outlet perlu Qd (m3/s) 3,05 h-perlu (tinggi) (m) 2,25
Tinggi sedimentasi trashrack 1,25 b-perlu (lebar) (m) 2,03
Elevasi kanal (m) 85,00
49 | P a g e
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan untuk Mendeain Intake Weir
Data Nilai
Canal witdth d/s of orifice 21.000
1/Slope of canal immediately d/s of orifice 36,629
Depth of water in canal hc m 2.450
Free board in canal h fb m 3.000
Area of orifice A m2 22.447
Width of orifice B m 20.406
Actual velocity through orifice Vo act m/s 1.500
Canal width Wc m 21.000
Water level difference dh m 0.179
Water depth in the river hr = hc + dh m 3.500
Height of weir (hw = hr+0.1) m 3.600
Spillway overtopping height h overtop m 2.600
Diameter headrace (m) 3,000
1/Slope orifice d/s 36629
Kedalaman aliran di headrace hc (m) 2,450
Free board di headrace h fb (m) 3,000
Area of orifice A (m2 ) 2,033
lebar orifice B (m) 1,848
Kecepatan di orifice Vo act (m/s) 1,500
Lebar headrace Wc (m) 3,000
Water level difference dh (m) 0,179
Kedalaman di sungai hr = hc + dh (m) 3,500
Tinggi weir (hw = hr+0.1) (m) 3,600
Ketinggian overtopping spillway (m) 2,600
50 | P a g e
Sketsa Intake Bendungan
Top =94,07
HFL =93,57
Crest =88,6
NWL =88,5
NWL
=87,45
c
4.5.4. Headrace Tunnel
52 | P a g e
• Turbin: Jenis turbin sangat mempengaruhi efisiensi dan konservasi energi
yang dapat dimaksimalkan untuk menghasilkan listrik sebanyak mungkin.
• Pipa penstock: Kemiringan (gradien) dan ketinggian penstock adalah
kunci utama dalam menciptakan momentum akibat energi potensial
gravitasi untuk memutar turbin.
Di bawah ini adalah tabel 4.8 tentang data-data yang diperlukan untuk
perhitungan potensi daya listrik yang mampu dihasilkan oleh PLTA
Tabel 4.8 Data Perhitungan Potensi Daya Listrik PLTA (a)
INPUT
Hydraulics
WL @ forebay U/S Invert
Diversion flow Qd (m3/s) 2,30 1213,90
Level (m)
% head allowable
Flow in each pipe Qi (m3/s) 1,15 16,00%
headloss hlt (m)
Cumulative knowm
Gross head (from forebay) Hg (m) 180,00 efficiency 85,00%
(g,t,tr,others)
Power
Turbine type Valves
Crossflow 0.1
(CROSSFLOW/PELTON) (Sperical/Gate/Butterfly)
No of CF units 2 10% Taper (Yes/No) No
Direct Coupling (Yes/No) Yes Exit (Yes/No) No
53 | P a g e
Burried or exposed Burried Bending angle 05
No of pipes 2.00 Bending angle 06
Bending angle 01(degrees) 20.40 Bending angle 07 0.00
Bending angle 02 15.00 Bending angle 08 0.00
Bending angle 03 20.90 Bending angle 09 0.00
Bending angle 04 14.90 Bending angle 10 0.00
Pipe thickness
Penstock diameter d=>d estd, d
597 1500 t=>t min, t act 5.0 20.0
act (mm)
(mm)
108.
Pipe Length L (m) Roughness coefficient (ks) 0.060
800
Trashrack
Angle
of Flow Submergence
Trashrack Clear Approach inclinat deviation, Design depth @
coefficient, thickness, spacing, b velocity, ion, (deg discharge, trashrack, h
kt t(mm) (mm) Vo (m/s) (deg) ) Q (m3/s) (m)
2.40 10.00 20.00 17.00 71.56 0.00 2.300 0.70
Expansion Joints
T 2nd
installatio 1st Pipe Pipe L 3rd Pipe 4th Pipe 5th Pipe L
Tmax (deg) n Tmin length(m) (m) L (m) L (m) (m)
40 20 4 69.90 47.45 38.40 22.75 0.00
54 | P a g e
Tabel 4.9 Data Perhitungan Potensi Daya Listrik PLTA (b)
OUTPUT
Trashrack
Submerge
Frictional Total Surfac trashrack nce @ Submergence
headloss, hf Bend loss, Headloss headloss, e area, width, B penstock, @ penstock, h
(m) hb (m) coeff H(m) S (m2) (m) h min (m) min (m)
13.3090 0.0000 0.9035 13.3090 0.7131 0.97 16.79 22.09
Turbulent K Total
loss
coefficients
K inlet 0.20 K bend 05 0.00 K bend 10 0.00
K bend 01 K bend 06 0.00 K valve 0.10
K bend 02 K bend 07 0.00 K taper 0.00
K bend 03 K bend 08 0.00 K exit 0.00
K bend 04 K bend 09 0.00 K others 0.00
Hydraulics
Pipe Area A (m2) 1.768 U/S Invert Level (mAOD) 1213.90
Hydraulic Radius R (m) 0.75 D/S Invert Level (mAOD)
Velocity V (m/s) 17.00 Is HLtot < HL available
Pipe Roughness ks (mm) 0.060 Friction Losses hf (m) 0.00
Relative Roughness ks/d 4.000E-05 Fitting Losses hfit (m) 0.00
Reynolds Number Re = d V /Vk 22368421 Trashracks and intake loss (m) 13.31
Type of Flow Turbulent Total Head Loss htot individual (m) 34.72
Friction Factor f 0.0000 % of H.Loss of individual pipe
Factor of Safety
Young's modulus of elasticity E N/mm2 200000 Ultimate tensile strength (UTS) 410
N/mm2
Thickness 20.000 H total for unit Crossflow(m)
Diameter (mm) 1500.000 t effective (mm) 20.00
Net Head (m) Minimum t effictive for negative 0
pressure (mm)
Wave Velocity a (m/s) Comment on thickness 0
55 | P a g e
Critical time Tc (sec) *2 = Closing t Safety Factor (S) 0
K if crossflow turbine Kcf Check on Safety Factor 0
Hsurge for one unit Crossflow(m) Air vent diameter d vent (mm) 0
Hsurge for instanteneous closure of all H total capacity of the specified pipe 0.00
unit closure of Burried (m) (m)
Power
Turbine efficiency as per MGSP 87.00% Electrical Power as per MGSP GL (kW) 2030.67
Available shaft power(kW) 1711.09 Electrical Power based on Hnet (kW) 1638.98
Reqd.'Turbine Capacity (+10%) (kW) 1882.20 Power for known cumulative eff (kW) 2786.26
Adapun Design Surge Tank dari bendungan adalah seperti pada tabel 4.10
di bawah ini.
Tabel 4.10 Desain Surge Tank Bendungan
No. Data Nilai No. Data Nilai
Low supply level at dam,
1. Flood level at dam, meters 146,34 20. 145,38
meters
Elevation at surge tank
2. Turbine rated head, m 150,00 21. 136,00
tee, meters
Upstream conduit length,
3. Design full load flow, m3/s 3,05 22. 500,00
meters
Upstream conduit Average Manning
4. 1,50 23. 0,01
diameter, meters friction coefficient
5. Conduit velocity m/s 1,73 24. Diameter Surge Tank 2,41
Elevation bottom of tank,
6. Elevation top of tank, meters 152,93 25. 141,40
meters
Tank height, top to bottom, Volume Surge Tank, cubic
7. 11,53 26. 52,00
meters meters
Steel weight in tank and legs, Total height of tank,
8. 1,904 27. 16,93
tonnes tee to roof, m
Cost of steel tank, millions of If in rock, total tank/ris.
9. 2,951 28. 62,00
US$ volume, m3
Rock excavation volume,
10. 84,00 29. Curved formwork area, m2 113,00
allowing for a full concrete
56 | P a g e
lining of tank and riser, m3
11. Concrete lining volume, m3 22,00 30. Steel price $/kg. Erected 1550
12. Conduit area, m2 1,77 31. Deceleration n 0,011
13. Acceleration n 0,013 32. Decel. head loss, m 0,78
14. Accel. head loss, m 1,11 33. Deceleration c 0,262
15. Acceleration c 0,37 34. Tank H/2 above tee. M 11,17
16 Tank area, F m2 2,78 35. N dec 11,25
17. N acc 15,92 36. K dec 11,37
18. K acc 26,26 37. Y dec. = upsurge = m 6,88
19. y acc. = downsurge = m 2,37
PLTA pada bendungan perlu memperhatikan penggunaan tipe turbin yang
tepat sehingga debit dapat dimanfaatkan secara optimal. Pemilihan tipe turbin
didasarkan pada grafik dibawah ini
57 | P a g e
pada saat awal pembangunan bendungan. Hal ini mampu menghemat biaya konstruksi,
khususnya untuk pembangunan spillway.
4.6.1. Perencanaan Profil Puncak ( Chest Profil )
Rs = 3 meter
Ho = 7.07 meter
P = 6 meter
D = 7 meter
P/Rs =2
Ho/Rs = 2.3567
58 | P a g e
Tabel 4.11 Perhitungan Koordinat X dan Y (a)
Hs/Rs 0.3 0.35 0.4
X/ Hs Y/Hs
0 0 0 0
0.01 0.0128 0.0125 0.012
0.02 0.0236 0.0231 0,0225
0.03 0.0327 0.0317 0,0308
0.04 0.0403 0.0389 0,0377
0.05 0.0471 0.0454 0,0436
0.06 0.0531 0.051 0,0480
0.07 0.0584 0.056 0,0537
0.08 0.063 0.0603 0,0578
0.09 0.067 0.064 0,0613
0.1 0.07 0.07 0,0642
0.12 0.0758 0.072 0,0683
0.14 0.0792 0.075 0,0705
0.16 0.0812 0.0792 0,0710
0.18 0.082 0.0812 0,0705
0.2 0.0819 0.082 0,0688
Tabel 4.12 Perhitungan Koordinat X dan Y (b)
59 | P a g e
Grafik Bentuk Aliran
0,8
0,6
0,4
Y
0,2
0
2 1,5 1 0,5 0
X
60 | P a g e
Tabel 4.13 Perhitungan Saluran Transisi
Elevasi ha ha^1/4 R
No.
m m m m
1 145.38 7.07 1.63 4.36
2 145 7.45 1.65 4.31
3 144.5 7.95 1.68 4.24
4 144 8.45 1.71 4.17
5 143.5 8.95 1.73 4.11
6 143 9.45 1.75 4.06
7 142.5 9.95 1.78 4.01
8 142 10.45 1.80 3.95
9 141.5 10.95 1.82 3.91
10 141 11.45 1.84 3.87
11 140.5 11.95 1.86 3.83
12 140 12.45 1.88 3.79
13 139.5 12.95 1.90 3.75
14 139 13.45 1.92 3.71
15 138.5 13.95 1.93 3.68
16 138 14.45 1.95 3.65
17 137.5 14.95 1.97 3.62
18 137 15.45 1.98 3.59
19 136.5 15.95 2.00 3.56
20 136 16.45 2.02 3.53
21 135.5 16.95 2.03 3.51
22 135 17.45 2.04 3.48
23 134.5 17.95 2.06 3.46
24 134 18.45 2.07 3.43
25 133.5 18.95 2.09 3.41
26 133 19.45 2.10 3.39
27 132.5 19.95 2.11 3.37
28 132 20.45 2.13 3.34
29 131.5 20.95 2.14 3.32
30 131 21.45 2.15 3.31
31 130.5 21.95 2.17 3.29
32 130 22.45 2.18 3.27
33 129.5 22.95 2.19 3.25
61 | P a g e
34 129 23.45 2.21 3.23
35 128.5 23.95 2.21 3.22
36 128 24.45 2.22 3.20
37 127.5 24.95 2.24 3.18
38 127 25.45 2.25 3.17
39 126.5 25.95 2.26 3.15
40 126 26.45 2.27 3.14
41 125.5 26.95 2.28 3.12
42 125 27.45 2.29 3.11
Sehingga didapatkan bentuk profil pada bagian transisi sebagai
berikut :
Elevasi
140
138
136
134
4,5 4 3,5 3
R
62 | P a g e
Gambar 4.10 Sketsa Morning Glory
Persamaan Bernoulli :
𝑉12 𝑃1 𝑉22 𝑃2
+ + 𝐻1 = + + 𝐻2
2𝑔 𝜌𝑔 2𝑔 𝜌𝑔
𝑉12
Dikarenakan P1 = P2 dan V1 < V2 sehingga diabaikan
2𝑔
63 | P a g e
Fully rounded 0.96 0.88 0.95 0.27 0.08 0.10
Circular bellmouth 0.98 0.95 0.98 0.10 0.04 0.05
Square bellmouth 0.97 0.91 0.93 0.2 0.07 0.16
Inward projecting 0.8 0.72 0.75 0.93 0.56 0.80
Source : USBR of Beaureau Reclamation of United States
Akibat gesekan terhadap tunnel
Untuk kehilangan energi pada aliran pipa, rumus yang sering
digunakan adalah rumus Darcy-Weishbach (sumber : USBR).
𝑓 𝑥 𝐿 𝑥 𝑣2
He = 2𝑥𝐷𝑥𝑔
Asumsi :
e beton = 2.5
viskositas air = 1.79 x 10-6 (suhu 00C)
e/D = 0.0001485
sehingga :
𝑣𝑥𝐷 17.804 𝑥 16.84
Re = = = 167499768
𝜇 1.79 x 10−6
64 | P a g e
Dari Moody diagram didapatkan nilai friction factor (f) =
0.012. Nilai He dapat kita cari dengan :
𝑓 𝑥 𝐿 𝑥 𝑣2 0.012 𝑥 17.8 𝑥 17.8 𝑥 274.297
He = =
2𝑥𝐷𝑥𝑔 2 𝑥 9.81 𝑥 16.84
He = 3.157 m
Kehilangan energy saat masuk
Rumus :
1 𝑣2
He = ( 𝐶 2 - 1) x (2𝑔) = 28.7229 meter
Asumsi :
D = 4 meter
m = 0,0003
Es = 2 x 105 Mpa = 2 x 106 kg/cm2
fs = (0,4 s/d 0,45) x fy
= 0,4 x fy
= 0,4 x (400 Mpa) = 160 Mpa = 160 N/mm2 = 1600 kg/cm2
Ec = 4700 x √fc’
= 4700 x √35 Mpa = 87928.98 kg/cm2.
n = Es/Ec
= 2 x 105 Mpa/87928.98 Mpa = 0.04
fc,ten = 0,1. fc’
= 0,1. 35 Mpa = 35 kg/cm2
65 | P a g e
Maka :
(0.0003 𝑥 2 x 106)+1600−(0.04 𝑥 35)
Hmin = 0.5 x [ ] 𝑥 61340 𝑥 1.75
1600 𝑥 35
Hc D
66 | P a g e
Zo = 2 meter; B = 50 meter
Analisa Perencanaan :
Debit persatuan lebar (q) = Q/B
q = 1215.38 / 50 = 24.3076 m3/det
Kecepatan (V1) dan kedalaman (y1) Awal Loncatan
Rumus yang digunakan :
Persamaan Kontinuitas
Q0 = Q1
Q0 = V1 x A1 = V1 x (B x y1)
𝑞 24.3076
Y1 = 𝑉1 = 𝑉1
17.82 𝑉12
2 + 4 + 2 𝑥 9.81 = 0 + Y1 + 2 𝑥 9.81
67 | P a g e
Merencanakan Panjang Kolam Olak Dengan Menggunakan
Grafik
68 | P a g e
Tinggi Dinding sisi kiri dari dasar kolam (Tinggi Jagaan) :
h dinding = Y2 + 0.33 x y2
h dinding = 9.42 + 0.33 x 9.42 = 12.56 meter ≈ 13 meter
Perencanaan Gigi Pemencar Aliran ( Blok Muka )
Dalam perencanaan blok muka ,diketahui beberapa komponen
antara lain sebagai berikut:
Jumlah blok muka = 6 buah
Tinggi blok (D1) = 0,83 m
Lebar blok (W=D1) = 0,83 m
Jarak antar blok (D1) = 0,83 m
Jarak blok tepi ke tepi (D1/2) = 0,41 m
Lebar kolam olak = 10 m
Cek Lebar Kolam Olak
8 = (6 x 0,83) + (6-1)x 0,83) + (2 x 0,41)
8 = 9,91 …………………… (OK)
4.6.4. Perencanaan Gempa
Besar tekanan yang diakibatkan oleh gempa adalah hasil kali antara
faktor gempa (E) dengan berat sendiri dari spillway dan dipakai sebagai
gaya horisontal.
Asumsi :
Daerah Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Kelas situs : SE
• Menentukan SS dan S1
69 | P a g e
Didapatkan Ss = 1
70 | P a g e
Tabel 4.16 Parameter Spektral Percepatan Gempa Periode 1 detik
72 | P a g e
Tabel 4.19 Hubungan Parameter Percepatan Rspons Spektral dengan Cu
73 | P a g e
Tabel 4.21 Nilai Koefisien-koefisien Gempa
𝑆𝐷𝑠
Cs max = 𝑅 = 0.1125
𝑇( )
𝐼𝑒
74 | P a g e
4.6.4 Perencanaan Dimensi Pilar
Dari berbagai tipe bentuk bagian dasar dari pilar yang ada, dipilih tipe 2
dengan mempertimbangkan bahwa tipe tersebut selain lebih mudah dalam
pelaksanaan, juga tidak mudah terjadi gerusan apabila dibandingkan dengan tipe
yang lainnya. Selain itu, U.S Army Engineers Waterways Experiments
menyarankan agar tiang-tiang direncanakan dengan bidang bundar karena dapat
dipakai secara umum untuk tinggi tekan yang cukup besar (Ven Te
Chow,1992:339).
Asumsi :
Tinggi rencana = 2.5 meter
Elevasi pilar = + 147.88 mdpl
Tipe pilar =2
Jumlah pilar = 6 buah
75 | P a g e
B = (1/6 sampai 1/10) x Bb
B = (1/6 sampai 1/10) x 7,8
B = 0,78 m s/d 1,3 m (dipakai b = 1,00 m).
Direncanakan :
Jumlah pintu penguras = 1 buah
Jumlah pilar = 1 buah
Lebar pilar = 0.6 meter
Lebar pintu = 4.9 meter
Catatan : Pembilas dilakukan pada saat kondisi muka air normal dan apabila kondisi
banjir. pintu tetap ditutup. Tinggi maksimum bukaan pintu pembilas adalah setinggi
muka air normal.
4.8 Perencanaan Cofferdam
Bangunan pengelak pada bendungan ini terdiri dari bendungan pengelak
(cofferdam) hulu–hilir dan saluran pengelak berupa box conduit. Bangunan pengelak
ini digunakan untuk mengalihkan aliran sungai utama selama pekerjaan konstruksi
bendungan dilaksanakan. Aliran sungai
dialihkan menuju konduit dengan
pembuatan bendung pengelak (cofferdam)
sehingga pekerjaan konstruksi bendungan
utama dan bangunan pelimpah dapat
dilaksanakan. Pada saat akhir konstruksi
bendungan, konduit pengelak akan
dipergunakan sebagai saluran pembawa
Gambar 4.20 Sketsa Pintu Penguras untuk suplai air irigasi. Lokasi konduit
Bendungan
pengelak terletak pada sisi kanan tebing sungai berdasarkan pertimbangan kondisi
topografi dan geologi. Tipe box konduit dipilih karena pertimbangan kondisi geologi
pada lokasi bangunan pengelak berupa tanah yang stabil sehingga untuk bangunan
conduit akan lebih murah dibanding terowongan.
Diketahui :
Qd = Q20 = 175.19 m3/s
Q PMF = 1215.38 m3/s
Tebal bendungan = 70.38 meter
Analisa Perhitungan :
Kontrol stabilitas : F = ( W-U) tan ∅+CA/P > 3 (persyaratan minimum)
76 | P a g e
4.8.1 Cofferdam Upstream
Elevasi jalan existing = +87.00 mdpl
Elevasi tanah dasar = +87.00 mdpl
H rencana = 15 meter (untuk control)
L rencana = 100 meter (dari peta kontur)
C timbunan = 160.88 PA
timbunan = 8.830
timbunan = 13.25
Ɛ = 0.0185 (untuk tanah berpasir)
air = 1000 kg/m3
= 0.85 x 10-3 (pada temperature 250C)
U = 198354 N (dari hasil permodelan ETABS)
W timbunan = timbunan x H x L x 10
= 13.25 x 15 x 100 x 10 = 198750 N
Luas penampang sungai (A) = H x D = 20 x 4 = 80 m2
𝑄20 175.19
V air pada timbunan = = = 2.1898 m/s
𝐴 80
𝑉 2.1898
Fr = = = 0.18
√𝑔𝐷 √9.81 𝑥 15
78 | P a g e
BAHAN KONSTRUKSI
Estimasi kuat tekan pondasi batu kali fc' = 22.0 MPa
Tegangan leleh fy = 440 MPa
Berat pondasi batu
kali gc = 21.582 kN/m3
BEBAN RENCANA FONDASI
Gaya aksial akibat beban terfaktor, Pu = 79867 kN
Momen arah x akibat beban terfaktor, (dari etabs) Mux = 159734 kNm
Momen arah y akibat beban terfaktor, (dari etabs) Muy = 159734 kNm
4.9.2 Kapasitas daya dukung Tanah untuk Spillway
Menurut Terzaghi and Pack :
qu = c x Nc x (1 + 0.3 x B / L) + Df x x Nq + 0.5 x B x N x (1 - 0.2 x B / L)
qu = 1990.45 kN/m2
qa = qu/3 = 663.48 kN/m2 (kapasitas dukung tanah)
Menurut Mayerhof
qa = qu = qc / 33 * [ ( B + 0.3 ) / B ]2 * Kd = 239.49 kN/m2
Dari 2 cara perhitungan tersebut (metode Terzaghi and Peck serta Metode
Mayerhof), besar daya dukung tanah yang diambil adalah 239.49 kN/m2.
4.9.3 Data Tanah dan Dimensi Pondasi untuk Maindam
Tabel 4.23 Perencanaan Pondasi pada Maindam
DATA TANAH
Kedalaman fondasi, Df = 4.00 m
Berat volume tanah, = 13.25 kN/m3
Sudut gesek dalam, = 8.83 0
79 | P a g e
Kuat tekan beton, fc' = 30.0 MPa
80 | P a g e
Selanjutnya filter pasir berfungsi untuk menyaring endapan-endapan agar tidak
masuk ke inti. Selain itu, filter juga mengurangi rembesan agar ketika di inti besar
rembesan sudah sangat kecil. Urugan batu sangat penting untuk stabilitas bendungan.
Urugan ini berfungsi untuk mencegah bendungan longsor, serta memperkuat struktur.
Selain itu, urugan juga bisa menjadi penyaring pertama endapan yang masuk ke tubuh
bendungan.
4.10.1 Analisa Main dam Menggunakan Aplikasi Geostudio
Gambar 4.20 di bawah ini menjelaskan mengenai desain Maindam.
Maindam ini dilengkapi dengan inti miring dan filter untuk mengurangi energi
rembes yang disebabkan oleh air tampung. Inti yang digunakan merupakan
material tanah dengan kadar kohesif tanah yang tinggi. Dalam desain bendungan
Tirta Gangga ini memakai tanah TP-03 dengan nilai kohesif tanah sebesar 1,69
kg/cm2.
Dapat dilihat pada bagian kiri Maindam (hulu) merupakan air tampungan
bendungan. Sedangkan pada bagian kanan Maindam (hilir) merupakan desain
dari air yang mampu merembes tubuh bendung yang dicek ulang sesuai dengan
peraturan yang ada.
Gambar 4.20 Sketsa Perletakan Inti Miring (kuning) pada Tubuh Main dam
Adapun gambar 4.21 adalah skema merembesnya aliran air tampungan
bendungan pada tubuh Main dam. Dapat dilihat bahwa dengan adanya filter dan
inti mampu meredam energi rembes dari air tampungan. Hal tersebut dibutuhkan
guna menjaga Main dam tetap aman.
81 | P a g e
Gambar 4.21 Sketsa Rembesan pada Tubuh Main dam
Selain melakukan crosscheck pada rembesan air, pada Maindam juga
perlu dilakukan pengecekan pada stabilitas tanah Maindam. Persayaratan untuk
angka keamanan stabilitas lereng disesuaikan dengan kebutuhan konstruksi
lereng tersebut. Berikut merupakan tabel 4.22 yang menampilkan hubungan
faktor keamanan dengan risiko yang dihasilkan.
82 | P a g e
Tabel 4.25 Hubungan Faktor Keamanan Dengan Risiko
Gambar 4.22 Sketsa Bidang Kelongsoran pada Tubuh Maindam Bagian Hilir
Proses analisa stabilitas lereng bendungan tersebut menggunakan metode
Fhellennius. Dari analisa tersebut, diketahui bahwa SF untuk beberapa slip
adalah seperti pada tabel 4.26 di bawah ini.
Tabel 4.26 Hasil Analisa Geostudio untuk Perencanaan Tubuh Maindam
Slip # SF X Center Y Center Radius
24 1.514 264.58 106.4 128.73
49 1.520 267.61 105.59 126.37
19 1.526 251.69 101.61 115.03
74 1.533 270.67 104.79 124.04
44 1.540 254.91 100.83 112.85
99 1.543 272.48 102.19 120.88
83 | P a g e
4.10.2 Analisa Cofferdam Menggunakan Aplikasi Geostudio
Cofferdam dibangun untuk memberikan tahanan tambah pada Maindam
sehingga stabilitas Maindam lebih besar. Cofferdam perlu dianalisis guna
mengetahui besarnya daya dukung yang diberikan kepada Maindam. Berikut ini
merupakan gambar 4.23 tentang desain COfferdam tampak samping.
84 | P a g e
Gambar 4.25 Sketsa Bidang Kelongsoran pada Tubuh Cofferdam Bagian Hilir
Tabel 4.27 Hasil Analisa Geostudio untuk Perencanaan Tubuh Cofferdam
Slip # SF X Center Y Center Radius
33 3.905 59.369 29.871 28.579
34 3.946 55.226 21.639 21.594
8 3.956 56.618 31.256 30.42
59 3.970 56.843 19.812 19.321
58 4.077 60.732 27.105 25.677
84 4.100 57.749 17.174 16.531
85 | P a g e
BAB V
RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN ANALISA EKONOMI
Umur bendungan ditentukan oleh laju sedimentasi di bawahnya yang jauh lebih cepat
dibanding desain bendungan berdasarkan periode ulang. Oleh karena itu, biaya pembangunan
bendungan sangatlah besar ditambah umur bendungan tidak terlalu panjang.Untuk aspek
ekonomi, bendungan memiliki manfaat besar bagi sektor pertanian dan perkebunan. Kedua
sektor tersebut memiliki potensi ekonomi yang besar di daerah Sumbawa. Tetapi Sumbawa
adalah daerah yang rentan terhadap bencana kekeringan. Jika pada satu masa tanam terjadi
gagal panen akibat kekeringan, dipastikan bahwa biaya operasional bendungan akan terbuang
percuma. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka estimasi bahwa bendungan sudah memiliki
benefit yang stabil serta BCR yang memenuhi syarat adalah pada tahun ke 20.
5.1. Metode Konstruksi
Bendungan ini menggunakan metode konstruksi konvensional dimana kita perlu
merencanakan cofferdam. Langkah – langkahnya :
Pengelakan sungai melalui terowongan alternative yang disebut conduit yang
menjadi satu dengan conduit spillway.
Membuat cofferdam hulu
Membuat cofferdam hilir.
Dewatering tanah yang digunakan untuk mengisi batu lepas dan material yang
tidak diperlukan dari area main dam.
Merencanakan plinth (footing pada sisi tebing) pada main dam sebagai konektor
antara tubuh bendungan dengan tebing di sisinya.
Membangun pondasi tikar
Membangun main dam
Membangun fasilitas penunjang seperti intake tower, spillway dan power station,
dsb.
Menutup conduit.
5.2. Manual Operasi Bendungan
Biaya operasional dan pemeliharaan merupakan perkiraan biaya yang dikeluarkan
setiap tahunnya untuk pengoprasian dan pemeliharaan bendungan yang kemudian
ditampilkan pada tabel 5.1 berikut.
86 | P a g e
Tabel 5.1 Biaya Operasional dan Pemeliharaan Bendungan
Analisa AKNOP :
Periode Item
No. Nama item Volume Satuan Harga satuan Index Total harga
Harian Minggu 1B 3B 6B 1TH 2TH
Pengoperasian Bendungan
1 Operasi hidrologi 1 Unit 178500 365 IDR 65,152,500.00
2 Operasi mekanikal / pintu 1 Unit 143500 365 IDR 143,500.00
3 Pengamatan visual 1 Unit 36900 48 IDR 36,900.00
4 Monitoring dan instrumentasi
a. Tekanan air pori 1 Unit 1950000 48 IDR 93,600,000.00
b. Rembesan 1 Unit 328500 48 IDR 15,768,000.00
c. deformasi 1 LS 6395000 12 IDR 76,740,000.00
5 Kontrol kualitas air baku 1 LS 500000 12 IDR 6,000,000.00
6 Kontrol keamanan bendungan 1 LS 841000000 1 IDR 841,000,000.00
7 Biaya alat tulis kantor 20 Unit 50000 12 IDR 12,000,000.00
8 Biaya listrik kantor 1571 kwh 1114 12 IDR 21,001,128.00
9 Biaya air kantor 100 m3 0 12 IDR -
10 Biaya non teknis operasional kantor 1 paket 60000000 12 IDR 720,000,000.00
11 Gaji tenaga inspeksi 8 OB 97500 12 IDR 9,360,000.00
12 Gaji pembantu 30 OB 70000 12 IDR 25,200,000.00
Pemeliharaan Bendungan
A. Bagian Tubuh bendungan
1 Pemeliharaan Rumput 4000 m2 300 365 IDR 438,000,000.00
2 Pemeliharaan lereng hulu
a. Rutin 62982 m2 800 1 IDR 50,385,600.00
b. Rehabilitasi 62982 m2 167000 0.5 IDR 5,258,997,000.00
3 Pemeliharaan Puncak
a. Rutin 4800 m2 1600 1 IDR 7,680,000.00
b. Rehabilitasi 4800 m2 243567 0.5 IDR 584,560,800.00
4 Pemeliharaan lereng hilir
a. Rutin 62982 m2 800 1 IDR 50,385,600.00
b. Rehabilitasi 62982 m2 212089 0.5 IDR 6,678,894,699.00
5 Pemeliharaan drainase
a. Rutin 600 m 791 1 IDR 474,600.00
b. Rehabilitasi 600 m 207500 0.5 IDR 62,250,000.00
6 Pemeliharaan jalan 4000 m2 154000 0.5 IDR 308,000,000.00
B. Bagian Spillway
1 Pemeliharaan mercu dan bagian lain spillway
a. Rutin 10 m 129 1 IDR 1,290.00
b. Rehabilitasi 10 m 238500 0.5 IDR 1,192,500.00
2 Pemeliharaan jembatan 12 m 5000000 4 IDR 240,000,000.00
3 Pemeliharaan Conduit 281.9 m 215000 1 IDR 60,608,500.00
C. Bangunan Pengambilan
1 Pemeliharaan Intake 5280 m2 1020 365 IDR 1,965,744,000.00
2 Pemeliharaan Trahrack 1 hari 500 48 IDR 24,000.00
3 Pemeliharaan Pintu Buckhead 1 hari 500 2 IDR 1,000.00
4 Pemeliharaan Trashboom 1 hari 625 48 IDR 30,000.00
D. Bangunan Pengeluaran dan PLTA
1 Pemeliharaan saluran air baku 1 hari 500 48 IDR 24,000.00
2 Pemeliharaan penstock 1 hari 500 2 IDR 1,000.00
3 Pemeliharaan turbin PLTA 1 hari 500 48 IDR 24,000.00
4 Pemeliharaan pintu pengeluaran 1 hari 500 1 IDR 500.00
Inspeksi Bendungan
1 Flushing pipe 1 hari 200 2 400
2 Readout unit
a. Piezometer 1 kali 2500000 12 IDR 30,000,000.00
b. Pressure cell 1 kali 2500000 2 IDR 5,000,000.00
c. Inclinometer 1 kali 2500000 12 IDR 30,000,000.00
d. Dipmeter 1 kali 2500000 12 IDR 30,000,000.00
e. Settlement 1 kali 2500000 1 IDR 2,500,000.00
3 Terminal box listrik 1 kali 320000 2 IDR 640,000.00
4 Survey equipment 1 kali 1300000 12 IDR 15,600,000.00
87 | P a g e
5.3. Analisa Kelayakan Ekonomi Pembangunan Bendungan
Analisa terhadap investasi dengan mengukur nilai biaya dan nilai manfaat.
a. Biaya Modal (Capital Cost)
Biaya modal adalah jumlah semua pengeluaran yang dibutuhkan mulai dari
pra studi sampai proyek selesai dibangun (Kuiper, 1971). Biaya modal
dikelompokkan menjadi dua yaitu biaya langsung dan biaya tak langsung.
Tabel 5.2 Analisa Kelayakan Ekonomi Pembangunan Bendungan (a)
1
Galian tanah dengan alat dengan jarak
69.000 m2 Rp 225.000 Rp 15.525.000.000
pembuangan sembarang
2
Timbunan 685.400 m3 Rp 127.400 Rp 87.319.960.000
88 | P a g e
Item Spillway dan peredam energi
No. Work or Material Quantity Unit Unit Price Amount
89 | P a g e
Tabel 5.3 Analisa Kelayakan Ekonomi Pembangunan Bendungan (b)
Intake dan PLTA
Work or Material Quantity Unit Unit Price Amount
90 | P a g e
Tabel 5.4 Analisa Kelayakan Ekonomi Pembangunan Bendungan (c)
Item Lain-lain
No. Work or Material Quantity Unit Unit Price Periode Amount
Fasilitas
1 Parkir Wisata 2.000 m2 Rp 200.000,00 Rp 400.000.000,00
(Wisata)
2 Lampu Tiang 40 unit Rp 10.450.000,00 Rp 418.000.000,00
(PJU 40 watt)
3 MySolar Panel Surya Polycristalline 200 m3 Rp 2.200.000,00 Rp 440.000.000,00
(200 W/panel) (batu kali)
4 Bell Road (Jalan di Puncak Bendungan) 6.000 m2 Rp 155.000,00 Rp 930.000.000,00
(Paket IV konstruksi baru mulai dari tanah ) (k250)
5 Taman 4.500 m2 Rp 200.000,00 Rp 900.000.000,00
(Wisata)
6 Jembatan Spillway 27 m3 Rp 1.015.500,00 Rp 27.418.500,00
(Wisata dan Operasional) (K300)
7 Parkir Operasional 1.000 m3 Rp 150.000,00 Rp 150.000.000,00
Peralatan .
91 | P a g e
b. Biaya Tahunan (Annual Cost)
Biaya tahunan merupakan biaya yang harus dikeluarkan selama umur
proyek yang merupakan total biaya operasional dan pemeliharaan, biaya pinjaman
investasi serta biaya depresi atau penyusutan.
Biaya operasional per tahun IDR 17.707.021.517,00
Total biaya operasional 20 tahun IDR 354.140.430.340,00
c. Perhitungan Pendapatan
Berikut ini merupakan rencana perhitungan pendapatan bendungan yang
disajikan dalam tabel 5.4 di bawah ini.
Tabel 5.4 Perhitungan Pendapatan Bendungan
Capital Cost
RAB / Biaya pembangunan Rp 2.548.935.689.620
Electrical and Fuel--base year
Gross Electrical Capacity (kWe) 1,711
Net Electrical Capacity (kWe) 1,454
Parasitic Load (kWe) 257
Capacity Factor (%) 85
Annual Hours 7,446
Net Station Electrical Efficiency (%) 85.0
Income other than energy
Electricity Capacity Payment ($/kW-y) 2677
Interest Rate on Debt Reserve (%/y) 5.75
Annual Capacity Payment ($/y) 3,893,295
Annual Debt Reserve Interest ($/y) 2,832,663,948
92 | P a g e
Tabel 5.5 Analisa pendapatan petani
sebelum sesudah Harga Komoditas Pendapatan Total Sebelum Pendapatan Total Sebelum
luas tanaman padi 433712 ha
produktivitas 48 kwintal/ha (1 kali musim tanam) 96 kwintal/ha (2 kali masa tanam) 4000 Rp 83,272,704,000.00 Rp 166,545,408,000.00
kedelai 8483 ha
produktivitas 15.7 kwintal/ha (1 kali musim tanam) 31.4 kwintal/ha (2 kali masa tanam) 3000 Rp 399,549,300.00 Rp 799,098,600.00
Total Rp 178,910,586,160.00
Pendapatan dihitung dengan cara mengalikan debit air output selama satu tahun dengan harga air per liter dan efisiensi pemakaian air.
Hasil output pengolahan air dengan kapasitas air baku sebesar 0.85 m3/dt. Penentuan tingkat air baku untuk air minum didasarkan pada
harga jual dari PDAM Kabupaten Sumbawa.
Tabel 5.6 Pendapatan Air Baku
No. Uraian Satuan Harga
Tarif Air PDAM
1. Golongan 1 Rp / m3 1800
2. Golongan 1 Rp / m3 3500
3. Golongan 1 Rp / m3 6000
4. Golongan 1 Rp / m3 10000
Tarif rata - rata Rp / m3 5325
Produksi per tahun m3 13402800
Pendapatan per tahun Rp 71,369,910,000.00
93 | P a g e
f. Pendapatan PLTA
= 1,94
94 | P a g e
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Jenis bendungan yang dipakai adalah jenis bendungan urugan tanah (earthfill
dam) dengan dimensi sebagai berikut:
a. Elevasi puncak bendungan : 149 m
b. Panjang bendungan : 401 m
c. Lebar bendungan : 293 m
d. Lebar puncak bendungan : 12 m
e. Kemiringan bendungan : 26,56°
f. Elevasi spillway : 146,38 m
2. Jenis spillway yang digunakan adalah jenis spillway Morning Glory tanpa pintu
dengan diameter puncak sebesar 14 meter dan diameter konduit sebesar 5 meter.
Jenis spillway ini mampu melimpahkan debit banjir lebih banyak daripada jenis
spillway lainnya. Selain itu, pada outlet spillway ini juga diberikan sebuah
kolam olakan untuk meredam energi yang mampu menyebabkan erosi di hilir
bendungan.
3. Untuk perencanaan bangunan intake, dimungkinkan untuk membangun satu
intake tower dengan 2 pembagian saluran di dalamnya, yaitu saluran PLTA dan
air baku. Pada saluran PLTA, air masuk melalui pompa yang terhubung dengan
1 pipa penstock menuju power house. Pada saluran air baku, air masuk melalui
pintu air yang terletak di dasar bangunan intake.
4. Perencanaan surge tank diperlukan untuk menecegah efek water hammer pada
saluran penstock yang mampu mengakibatkan pecahnya pipa penstock dengan
diameter 2,41 meter dengan ketinggian 11,53 meter.
5. Potensi listrik yang mampu dihasilkan PLTA adalah sebesar 1711,09 KW (1,7
MW) dengan efisiensi sebesar 87% menggunakan tipe turbin Turgo. Sedangkan
potensi listrik dari solar cell adalah sebesar 40 KW.
6. Metode konstruksi
7. Pembangunan bendungan ini memerlukan biaya +/- Rp Rp 2.548.935.689.620
dengan rincian pengeluaran:
a. Biaya konstruksi : Rp 2.087.556.914.520,00
b. Biaya pekerja : Rp 391.149.000.000,00
c. Biaya peralatan (sewa atau beli) : Rp 69.689.775.400,00
95 | P a g e
8. Bendungan ini memerlukan biaya operasional dan perawatan sebesar +/- Rp
17.707.021.517,00 per tahunnya.
9. Bendungan ini akan berfungsi untuk mengendalikan banjir dengan debit
sebesar 1215 m3/s dan mengalirkan air untuk irigasi. Selain itu bendungan ini
juga memiliki manfaat sebagai pembangkit listrik tenaga air, pasokan air baku,
serta sebagai sarana wisata.
10. Dengan pertimbangan kondisi ekonomi daerah pembangunan bendungan,
didapatkan besar Benefit Cost Ratio (BCR) sebesar 1,94 pada masa operasi 20
tahun.
6.2 Saran
• Pemeriksaan rembesan menggunakan piezometer harus rutin dilakukan, minimal
1 bulan sekali, karena sangat penting untuk mengeontrol stabilitas bendungan.
• Pemeriksaan rutin terhadap sedimentasi pada dasar bendungan, khususnya hulu,
wajib dilakukan karena dapat memperkirakan umur operasional bendungan.
• Analisa bisnis juga wajib dilakukan sepanjang waktu karena mempengaruhi
biaya operasional serta bisa menjadi kesempatan meraih keuntungan tambahan..
96 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
• Jonker Klunne, Wim. "Turgo turbine". hydropower.net. hydropower.net. Retrieved 7
March 2016
• "Spillways & Outlets - Outlet Towers". British Dam Society. 2010. Retrieved 2017-03-02
• I Putu Gede Tyaga Kristiawan, Putu Darma Warsika, Anak Agung Wiranata, 2015,
ANALISIS ASPEK TEKNIS, PASAR DAN FINANSIAL TERHADAP KELAYAKAN
INVESTASI PROYEK PEMBANGUNAN TOWN HOUSE (STUDI KASUS:
SEMARAPURA TOWN HOUSE KLUNGKUNG), Denpasar, Universitas Udayana
• Soedibyo,Ir. (1988), “Teknik Bendungan”, Jakarta, P.T. Pradnya Paramita
• Soeyono Sosrodarsono, Dr., Ir.; Kensaku Taneda. (2002), “Bendungan Tipe Urugan”,
Jakarta, Balai Pustaka
• Soekibat, Ir.; Abdullah Hidajat, Ir., M.T. (2011), “Waduk dan PLTA”, Surabaya,
Departemen Teknik Sipil ITS
• United States Bureau of Reclamation, 1977. Design of Small Dams, .Denver Colorado,
1977.
• US Department of The Interior , Bureau of Reclamation, Design Standards No. 14
Appurtenance Structures for Dams (Spillway and Outlet Works) Design Standards ,
October 2011
• US Department of The Interior , Bureau of Reclamation, Water Maintenance and
Maintenance Bulletin No. 219, March 2007
• US Army Corps of Engineers , Hydraulic Design of Spillway , Engineering Manual EM
1110 - 2 - 1683
• Webber, N.B. 1978. Fluid Mechanics for Civil Engineers. Chapman & Hall Ltd. London
• Bureau of Reclamation (1987), “Static Stability Analysis”, Design Standards Embankment
DamsNo.13, United States Dept. of The Interior, Bureau of Reclamation, Engineering and
Research Center, Denver Colorado, August 1987.
• Casagrande, A. (1940), “Seepage Through Dams”, Contribution to Soil Mechanics 1925-
1940, Boston Society of Civil Engineers, Boston, Mass., 1940, pp 295-336.
• Geosoft (1992), “Stabl/G-Slope Stability Analysis Simplified Janbu, Simplified Bishop or
Spencer’s Method of Slices”, An Engineering Analysis Program for Geotechnical
Engineers, 1442 Lincoln Avenue Suite 146. Orange, Ca 92665. USDA (714) 496-8861,
Copyright 1992 Geosoft.
97 | P a g e