Anda di halaman 1dari 5

PERINTAH TUGAS.

Lengkapi uraian yang masih kosong dalam kotak warna biru, uraian
tidak terbatas sehingga dapat melebihi kotak yang diberikan.

PERJANJIAN PADA UMUMNYA

Perjanjian diatur dalam buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya
KUH Perdata). Sistematika buku III KUH Perdata yaitu dibagi menjadi dua bagian, yaitu
pertama bagian umum terdiri dari Pasal 1233-1456 KUH Perdata) yang terdiri dari bab 1
sampai dengan bab 4. Kedua, bagian khusus yang terdiri dari Pasal 1457 sampai dengan Pasal
1864 KUH Perdata, terdiri dari bab 5 sampai dengan bab 18. Bagian umum dan khusus
bersifat lex specialis derogat lex generali, artinya peraturan yang bersifat khusus
mengenyampingkan peraturan yang bersifat umum.
Bagian umum menjelaskan terkait sumber perikatan, prestasi, syarat sahnya perikatan,
wanprestasi, keadaan memaksa, resiko dan hapusnya perikatan. Sedangkan dalam bagian
khusus, mengatur terkait 15 jenis perjanjian yang sudah ditentukan oleh KUH Perdata, atau
yang disebut sebagai perjanjian nominat. Buku III KUH Perdata menganut sistem terbuka,
artinya hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat
untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar undang-undang,
ketertiban umum dan kesusilaan. Sehingga para pihak dapat menentukan sendiri pasal-pasal
yang akan dicantumkan dalam perjanjian tersebut. Pasal-pasal dari hukum perjanjian
merupakan hukum pelengkap, yang berarti para pihak diperbolehkan membuat ketentuan-
ketentuan sendiri untuk melengkapi perjanjian-perjanjian yang tidak lengkap.
Perjanjian merupakan salah satu sumber dari perikatan. Hukum perikatan telah
menjelaskan bahwa sumber perikatan yaitu undang-undang dan perjanjian. Berdasarkan hal
tersebut dapat diketahui bahwa perikatan tidak sama dengan perjanjian. Berikut merupakan
perbedaan antara perikatan dan perjanjian

Perikatan Perjanjian
........ ............
........ ............
........ ............

Perikatan bersumber pada perjanjian diatur dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang
menyebutkan bahwa
“Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana 1 (satu) orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap 1 (satu) orang lain atau lebih.”
Pengertian yang diberikan oleh KUH Perdata tersebut memiliki kelemahan dan telah
dikritik oleh Para Sarjana Hukum Perdata. Para sarjana menyatakan bahwa definisi perjanjian
dalam ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata tidak lengkap dan terlalu luas. Tidak lengkap
artinya definisi tersebut dirumuskan hanya mengenai perjanjian sepihak saja. Hal ini dapat
dilihat dari kata “mengikatkan diri” seharusnya dalam suatu persetujuan perbuatan yang
dilakukan bersifat timbal balik bukan sepihak. Selain itu juga bersifat terlalu luas, yaitu
definisi tersebut dapat mencakup perbuatan di lapangan hukum keluarga, seperti janji kawin
yang sebenarnya sifatnya berbeda dengan perjanjian dalam Buku III KUH Perdata.
Akibat kekurangan dari definisi perjanjian tersebut maka para ahli hukum memberikan
pengertian terhadap perjanjian. Seperti
1. C. Asser-A.S. Hartkamp
Suatu perbuatan hukum yang terbentuk dengan tercapainya kata sepakat yang
merupakan pernyataan kehendak bebas dari dua orang atau lebih, dimana tercapainya
sepakat itu tergantung dari para pihak yang menimbulkan akibat hukum untuk
kepentingan pihak yang satu dan atas beban pihak yang lain atau timbal balik
dengan mengindahkan ketentuan perundang-undangan
2. Subekti
Suatu peristiwa dimana sesorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua
orang itu itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.
Berdasarkan pengertian yang diberikan oleh para tokoh tersebut dapat diketahui bahwa
unsur-unsur dalam perjanjian yaitu
a. Perbuatan hukum
b. Dua orang atau lebih
c. Dalam lapangan harta kekayaan
d. Adanya sepakat antara dua belah pihak atau lebih
e. Menimbulkan akibat hukum, yaitu pihak satu berhak atas suatu prestasi dan pihak
lain berkewajiban memenuhi prestasi.
Asas-asas dalam hukum perjanjian yaitu asas kebebasan berkontrak, asas
konsensualisme, asas pacta sunt servanda, asas itikad baik, dan asas kepribadian.
Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata,
yaitu “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya.”
Asas kebebasan berkontrak memberikan kebebasan kepada para pihak untuk ..............

Asas kebebasan berkontrak disebut juga asas terbuka yang diatur dalam sistem buku III
BW membuka kemungkinan orang untuk membuat perjanjian apapun yang dia inginkan
meskipun tidak diatur dalam undang-undang. Namun, hal ini terdapat pembatasan yaitu tidak
boleh adanya bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, kepatutan, dan ketertiban
umum.
Asas konsensualisme disimpulkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yang menyebutkan
bahwa
“Untuk sahnya suatu perjanjia diperlukan empat syarat, yaitu kesepakatan merekea
yang mengikatkan dirinya.....”
Asas ini menjelaskan bahwa perjanjian lahir pada saat tercapainya kata sepakat antara
kedua belah pihak mengenai hal-hal pokok yang menjadi obyek perjanjian. Asas ini juga
menentukan kapan terjadinya perjanjian dalam hal kesepakatan.
Asas Pacta Sunt Servanda diatur dalam Pasal 1338 (1) dan (2) KUH Perdata, yaitu
“Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. “
“Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah
pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang. “
Asas ini juga disebut Asas Kepastian Hukum, artinya perjanjian mengikat dan berlaku
sebagi UU bagi mereka yang membuatnya sehingga tidak dapat ditarik kembali, kecuali
dengan persetujuan pihak yang membuatnya. Konsekuensinya, hakim dan pihak ketiga harus
menghormati substansi perjanjian yang dibuat oleh para pihak.
Asas itikad baik dapat dilihat dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang
menyebutkan bahwa “Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik”. Asas ini
mengisyaratkan bahwa para pihak harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan
kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan yang baik dari para pihak. Itikad baik
terbagi menjadi 2 yaitu
1. Itikad baik nisbi: orang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari
subyek.
2. Itikad Baik mutlak: penilaiannya pada akal sehat dan keadilan, dibuat penilaian
yang obyektif menurut norma yang obyektif.
Asas Kepribadian disebut juga asas personalitas. Asas ini dapat dilihat dalam pasal
1315, 1318, dan 1340 KUH Perdata. Pada Pasal 1315 KUH Perdata menjelaskan bahwa
perjanjian tidak dapat digunakan untuk mengikatkan dirinya sendiri. Perjanjian yang dibuat
oleh para pihak tidak hanya untuk diri pribadi pihak yang membuatnya melainkan juga
mengikat ahli waris dari para pihak apabila pihak tersebut telah meninggal dunia dan orang-
orang yang memperoleh hak darinya (1318 KUH Perdata). Asas kepribadian juga dapat
dilihat dalam Pasal 1340 KUH Perdata yang menjelaskan bahwa perjanjian yang dibuat
hanya berlaku untuk pihak-pihak yang membuatnya saja, kecuali ditentukan lain yaitu pihak
ketiga (1317 KUH Perdata).
Sebutkan dan jelaskan asas-asas perjanjian lainnya:
...............................
..............................
...............................

Pembuatan perjanjian yang dibuat oleh para pihak harus berisikan bagian-bagian atau
unsur-unsur dalam pembuatan perjanjian yaitu essensialia, naturalia, dan accidentalia.

Jelaskan secara lengkap tentang unusr essensialia, naturalia, dan accidentalia


...............................
..............................
...............................

Syarat-syarat perjanjian yang sah yaitu tercantum dalam Pasal 1320 KUH Perdata,
yaitu sepakat, kecakapan, obyek tertentu, dan causa halal.
Syarat subyektif apabila dilanggar akan menyebabkan perjanjian tersebut dapat
dibatalkan. Syarat subyektif merupakan syarat yang mengenai subyek perjanjian. Hal yang
termasuk dalam syarat subyektif yaitu kesepakatan dan kecakapan. Kesepakatan yang timbul
diantara kedua belah pihak harus berlandaskan pada kebebasan yang dimiliki oleh para pihak.
Dalam mencapai kesepakatan tersebut, para pihak tidak mendapat sesuatu tekanan yang
mengakibatkan adanya cacat bagi perwujuduan kehendak.
Kecacatan syarat subyektif dapat dilihat dalam Pasal 1321 KUH Perdata. Pasal 1321
KUH Perdata menyebutkan bahwa tidak ada kesepakatan apabila adanya kekhilafan, paksaan,
atau penipuan. Pasal 1322 KUH Perdata menyebutkan bahwa kekhilafan yang menyebabkan
batalnya suatu perjanjian apabila mengenai hakikat barang yang menjadi pokok perjanjian
bukan pada subyeknya. Pasal 1323 KUH Perdata menyebutkan bahwa paksaan yang
menyebabkan perjanjian dapat dibatalkan yaitu paksaan yang dilakukan oleh orang yang
membuat perjanjian atau orang ketiga. Paksaan berdasarkan Pasal 1324 KUH Perdata telah
terjadi, apabila perbuatan itu sedemikian rupa hingga dapat menakutkan seseorang yang
berpikiran sehat, dan apabila perbuatan itu menimbulkan ketakutan pada orang tersebut
bahwa dirinya atau kekayaanya terancam dengan suatu kerugian yang terang dan nyata,
Dalam mempertimbangkan hal itu, harus diperhatikan usia,kelamin, dan kedudukan orang-
orang yang bersangkutan.

Lengkapi uraian terkait tentang syarat subyektif secara lengkap dan uraikan terkait
tentang syarat obyektif
...............................
..............................
...............................

KLASIFIKASI PERJANJIAN
Perjanjian dapat dibagi menjadi 4 kelompok, antara lain:
1. Prestasi
2. Pengaturan
3. Sifat
4. Waktu terjadi

Uraikan secara lengkap, beri contoh konkrit dari masing-masing pembagian kelompok
perjanjian tersebut:
Misal
1. Prestasi
1. Perjanjian timbal balik
Perjanjian yang memberikan hak dan kewajiban kedua belah pihak. Seperti
Jual beli, Sewa menyewa, .....

Lanjutkan ya...
..............................
..............................
...............................

Anda mungkin juga menyukai