NPP : 28.1285
KELAS : D-5
Lingkup Pemeriksaan
Pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan
negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara. Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan
oleh BPK meliputi seluruh unsur keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh Akuntan Publik berdasarkan ketentuan
undang undang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK
dan dipublikasikan. Penyampaian laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
diperlukan agar BPK dapat melakukan evaluasi pelaksanaan pemeriksaan yang
dilakukan oleh akuntan publik. Hasil pemeriksaan akuntan publik dan evaluasi
tersebut selanjutnya disampaikan oleh BPK kepada lembaga perwakilan, sehingga
dapat ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya.
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud terdiri atas pemeriksaan keuangan,
pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu:
Pemeriksaan Keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemeriksaan keuangan ini dilakukan
oleh BPK dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah.
Pemeriksaan Kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara
yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan
aspek efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat
pengawasan intern pemerintah.
Pasal 23E Undang-Undang Dasar 1945 mengamanati BPK untuk melaksanakan
pemeriksaan kinerja pengelolaan keuangan negara. Tujuan pemeriksaan ini
adalah untuk mengidentifikasikan hal hal yang perlu menjadi perhatian lembaga
perwakilan. Adapun untuk pemerintah, pemeriksaan kinerja dimaksudkan agar
kegiatan yang dibiayai dengan keuangan negara/daerah diselenggarakan secara
ekonomis dan efisien serta memenuhi sasarannya secara efektif.
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang tidak termasuk
dalam pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Pemeriksaan dengan
tujuan tertentu meliputi antara lain pemeriksaan atas hal hal lain di bidang
keuangan, pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas sistem pengendalian
intern pemerintah.
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dilaksanakan berdasarkan standar
pemeriksaan. Standar dimaksud disusun oleh BPK dengan mempertimbangkan
standar di lingkungan profesi audit secara internasional. Standar pemeriksaan
sebagaimana dimaksud disusun oleh BPK, setelah berkonsultasi dengan
Pemerintah. Dalam penyusunan standar pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada
ayat ini, BPK menetapkan proses penyiapan standar dan berkonsultasi mengenai
substansi standar kepada Pemerintah. Proses penyiapan standar dimaksud
mencakup langkah langkah yang perlu ditempuh secara cermat (due process)
dengan melibatkan organisasi terkait dan mempertimbangkan standar pemeriksaan
internasional agar dihasilkan standar yang diterima secara umum.
3. langkah-langkah atau proses audit atas laporan keuangan dibagi menjadi empat
tahap yaitu:
3. Pengujian substantif
Pengujian substantif merupakan prosedur audit yang dirancang untuk
menemukan kemungkinan
kesalahan moneter yang secara langsung mempengaruhi kewajaran
penyajian laporan keuangan.
Kesalahan moneter yang terdapat dalam informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan
kemungkinan terjadi karena dalam:
Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia
Tidak diterapkannya prinsip akuntasni bertrima umum di Indonesia.
Ketidakkonsistenan dalam penerapan prinsip akuntasi berterima
umum di Indonesia.
Perhitungan.
Pekerjaan penyajian penggolangan dan peringkasan informasi.
Pencatuman pengungkapan unsur tertnetu dalam laporan keuangan.
Prosedur pengujian substantif meliputi:
1. Verifikasi atas ketepatann saldo kas dan sekdul kas.
2. Penerapan prosedur analitis.
3. Perhitungan kas yang disimpan dalam entitas.
4. Melaksanakan pengujian pisah batas kas.
5. Konfirmasi saldo simpanan pinjaman di bank.
6. Konfirmasi perjanjian atau kontrak lain dengan bank.
7. Melakukan pemindaian (sacnning) penelaahan, atau pembeuatan
rekonsiliasi bank.
8. Menghimpun dan menggunakan laporan pisah batas bank.
9. Melakukan pengujia pisah batas penerimaan kas.
10. Mengusut transfer bank
11. Menyiapkan pembuktian kas.
12. Membandingkan penyajian laporan keuangan dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
Pelaporan Audit
Bagian akhir dari proses audit adalah pelaporan hasil audit. Isi laporan
audit terikat pada format
yang telah diterapkan oleh IAI. Laporan audit merupakan media yang
dipakai oleh auditor dalam
4. Saran
Pengertian Eftktivitas. Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective
yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus
ilmiah populer mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna
atau menunjang tujuan. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan
atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun
program.
Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah
ditentukan, atau dengan kata lain output yang direncanakan telah terealisasi dengan
baik. Hal ini sesuai dengan pendapat H. Emerson yang dikutip Handayaningrat
(1994) yang menyatakan bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti
tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Terkait dengan efektivitas
tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah,
efektivitas mengandung pengertian tingkat keberhasilan tindak lanjut yang
membandingkan antara capaian hasil dengan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut
Hendrawan dan Sumatri (2013), efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara
hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas dapat
dilihat dari berbagai sudut pandang (view point) dan dapat dinilai dengan berbagai
cara dan mempunyai kaitan yang erat dengan efisiensi. Efektivitas tindak lanjut hasil
pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah merupakan kegiatan
membandingkan output tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK dengan rekomendasi
hasil pemeriksaan BPK yang perlu ditindak lanjuti.
Hal ini harus dilakukan untuk transparansi pengelolaan keuangan negara,
meskipun terkadang keluaran (output) yang dihasilkan banyak bersifat keluaran
(output) tidak berwujud (intangible) yang tidak mudah untuk dikuantifikasi, maka
pengukuran efektivitas sering menghadapi kesulitan. Pada kondisi ini timbul kesilitian
dalam tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK. Kesulitan dalam pengukuran efektivitas
tersebut karena pencapaian hasil (outcome) seringkali tidak dapat diketahui dalam
37 jangka pendek, akan tetapi dalam jangka panjang setelah program berhasil,
sehingga ukuran efektivitas biasanya dinyatakan secara kualitatif (berdasarkan pada
mutu) saja, misalnya bila pengelolaan keuangan negara dilakukan dengan baik,
maka tujuan pembangunan lebih cepat tercapai dan peningkatan kesejahteraan
rakyat lebih terasa. Georgopolous dan Tannembaum (1985) menyatakan bahwa
efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan suatu
organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi juga
mekanisme mempertahankan diri dalam mengejar sasaran. Dengan kata lain,
penilaian efektivitas harus berkaitan dengan masalah sasaran maupun tujuan
melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu
organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara
pelaksanaannya.
Mengukur efektivitas suatu organisasi atau suatu pekerjaan bukanlah suatu hal yang
sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan
tergantung pada siapa yang menilai, apa ukuran efektivitasnya, dan bagaimana cara
menginterpretasikannya.
Bila dipandang dari sudut produktivitas, maka efektivitas suatu pekeraan merupakan
tingkat kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa yang dihasilkan dibandingkan
dengan rencana barang dan jasa sebelumnya. Tingkat efektivitas juga dapat diukur
dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata
yang telah diwujudkan. Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang
dilakukan tidak tepat, sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran
yang diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif. Dalam tindak lanjut hasil
pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD),
ketidaktepatan tersebut dapat jumlah kasus penyelengan keuangan negara yang
diselesaikan sedikit atau nilai kerugian negara yang berhasil dikembalikan sedikit.
Menurut Lubis dan Husaini (1987), ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk
mengukur efektivitas suatu organisasi, yaitu
: (a) Pendekatan sumber (resource approach) yaitu mengukur efektivitas dari input.
Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk memperoleh
sumber daya, baik fisik maupun nonfisik yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.;
(b) Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauhmana
efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal atau
mekanisme organisasi.;
(c) Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian pada output,
mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output) yang sesuai
dengan rencana.
Sedangkan kriteria-kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas
menurut Strees dalam Tangkilisan dan Hessel (2005) ada lima, yaitu:
(a) Produktivitas;
(b) Kemampuan adaptasi kerja;
(c) Kepuasan kerja;
(d) Kemampuan berlaba;
(e) Pencarian sumber daya.
Hendrawan dan Sumantri (2013) dan Steers (1985) memberi penegasan tentang
ukuran efektivitas, yaitu:
1. Pencapaian Tujuan. Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan
harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan
akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan
pencapaian bagianbagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya.
Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor, yaitu: Kurun waktu dan sasaran yang
merupakan target kongktit
2. Integrasi. Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu
organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan
komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi menyangkut
proses sosialisasi.
3. Adaptasi. Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses pengadaan dan
pengisian tenaga kerja.
Seperti kita ketahui jika audit atas laporan keuangan selalu dibutuhkan setiap
entitas untuk menilai kewajaran atau kelayakan atas penyajian laporan keuangan
yang telah dibuat oleh suatu entitas. Dan penilaian tersebut akan tercermin pada
suatu opini audit. Tak terkecuali dengan entitas pemerintahan. Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah juga memerlukan audit atas laporan keuangan yang
telah dibuat agar masyarakat mengetahui dan bisa menilai atas kredibilitas,
kebenaran, kecermatan dan keandalan informasi atas pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan Negara. Dalam Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, yang dimaksud dengan Keuangan Negara adalah semua hak
dan kewajiban Negara yang dapat dinilaidengan uang, serta segala sesuatu baik
berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik Negara berhubung
dengan pelaksanaaan hak dan kewajiban. Terdapat beberapa ruang lingkup
Keuangan Negara berdasarkan Undang-Undang No.17 tahun 2003 pasal 2 yaitu:
a.Hak Negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman.
c.Penerimaan Negara
d.Pengeluaran Negara
e.Penerimaan Daerah
f.Pengeluaran Daerah
g.Kekayaan Negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain
berupa uang, surat berharga, piutang barang serta hak-hak lain yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
Negara/perusahaan daerah.
Ruang lingkup laporan keuangan Negara diatas merupakan hal dasar yang
digunakan dalam menyusun laporan keuangan Negara. Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat biasa disebut LKPP adalah merupakan pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja yang disusun berdasarkan Standar
Akuntansi Pemerintah. Dari LKPP yang disusun oleh pemerintah pusat terdapat
komponen-komponen yang lebih detail, dan komponen-komponen detail ini yang
menjadi obyek pemeriksaan audit untuk meyakini atas saldo dalam laporan
keuangan yang sudah disajikan. Komponen yang disajikan dalam laporan keuangan
pemerintah pusat yaitu:
Audit atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dilakukan oleh pihak yang
independen yaitu Badan pemeriksa Keuangan (BPK-RI). BPK sendiri memiliki tugas
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara yang dilakukan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia,
BUMN, BUMD dan lembaga lain yang mengelola keuangan Negara. Seperti pada
umumnya mekanisme audit yang dilakukan oleh BPK sama dengan audit yang
dilakukan oleh KAP, yaitu menentukan obyek pemeriksaan, perencanaan,
pelaksanaan pemeriksaan yang terkait dengan waktu dan metode yang digunakan
selama pemeriksaan serta penyusunan dan penyajian laporan pemeriksaan. Pada
saat merencanakan pemeriksaan BPK terlebih dahulu memperhatikan saran dan
pendapat dari lembaga perwakilan seperti Dewan Perwakilan Rakyat(DPR), saran
dan pendapat tersebut dapat berupa hasil dari rapat paripurna. Pada dasarnya
pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK RI adalah untuk menguji sejauh mana
kemampuan pemerintah dalam melaksanakan anggaran Negara dengan tidak
mengabaikan ketentuan perundang-undangan.
Dasar dari pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK yaitu Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang merupakan patokan untuk melakukan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggumg jawab Keuangan Negara. Berdasarkan
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No.1 tahun 2017 pasal 3,
SPKN sendiri terdiri atas Kerangka Konseptual Pemeriksaan dan PSP.
Secara singkat PSP diatas dapat dijabarkan dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh
BPK yaitu terbagi menjadi:
3.Bukti Audit
3.Opini