Disusun Oleh:
DASALIA NOVINDRI
201910410311271
PRODI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020/2021
METIL KATION, METIL ANION, DAN METIL RADIKAL
Sumber : Bruice, P.Y., Organic Chemistry. Eight Edition ed. 2017 hal 33-34
Hibridisasi adalah konsep pencampuran orbital atom menjadi orbital hibrida yang sesuai
dengan pasangan elektron untuk membentuk ikatan kimia.
Atau serangkaian proses penggabungan orbital dari suatu atom dengan atom lain ketika
terjadinya pemaknaan ikatan kimia sehingga mencapai energi yang lebih rendah atau
kestabilan yang tinggi.
Ketika dua atom akan berikatan secara kimia, maka dua atom ini membutuhkan sebuah orbital
kosong untuk ditempati elektron dari masing masing atom tersebut sehingga setelah berikatan
maka kedua atom akan menempati orbital yang sama pada elektron valensinya.
Oleh karena itu dalam proses hibridisasi ini melibatkan konfigurasi elektron terutama pada
elektron valensi yang digunakan untuk berikatan
Jenis-Jenis Hibridisasi :
Terdapat tiga jenis hibridisasi orbital, yaitu sp3, sp2 dan sp.
1. Hibridisasi sp3
Hibridisasi sp3 dapat menjelaskan struktur molekul tetrahedral. Orbital 2s dan tiga orbital 2p
melakukan hibridisasi untuk membentuk empat orbital sp, masing-masing terdiri dari 75%
karakter p dan 25% karakter s. Cuping depan mensejajarkan diri dan penolakan elektron bersifat
lemah.
Hibridisasi satu orbital s dengan tiga orbital p (px, py, dan pz) menghasilkan empat orbital
hibrida sp3 yang mempunyai sudut sebesar 109,5º satu sama lain sehingga membentuk geometri
tetrahedral.
2. Hibridisasi sp2
Hibridisasi sp2 berguna untuk menjelaskan bentuk struktur molekul trigonal planar. Orbital 2s
dan dua orbital 2p melakukan hibridisasi membentuk tiga orbital sp, masing-masing terdiri dari
67% karakter p dan 33% karakter s. Cuping depan mensejajarkan diri membentuk trigonal
(segitiga) planar, menghadap sudut segitiga untuk meminimalisasi penolakan elektron.
Hibridisasi satu orbital s dan dua orbital p menghasilkan tiga orbital hibrida sp2 yang
berorientasi dengan sudut sebesar 120º satu sama lain sehingga membentuk geometri trigonal
(segitiga).
3. Hibridisasi sp
Hibridisasi sp dapat digunakan untuk menjelaskan struktur molekul linier. Orbital 2s dan satu
orbital 2p melakukan hibridisasi membentuk dua orbital sp, masing-masing terdiri dari 50%
karakter p dan 50% karakter s.
Cuping depan berhadapan satu sama lain dan membentuk garis lurus 180º antara dua orbital.
Sumber : https://www.ilmukimia.org/2015/08/teori-hibridisasi-orbital.html
Reaksi asam-basa adalah reaksi mendasar sederhana yang akan memungkinkan kita untuk
melihat representasi mekanisme reaksi dan bagaimana mereka menggambarkan proses
pemecahan ikatan dan pembuatan ikatan yang terjadi ketika molekul bereaksi.
1. REAKSI ASAM BASA BRONSTED-LOWRI DAN LEWIS
a. Bronsted-Lowri
Reaksi asam-basa Brønsted-Lowry melibatkan transfer proton.
Asam Bronsted – Lowry adalah zat yang dapat menyumbangkan (atau kehilangan)
proton.
Basis Bronsted – Lowry adalah zat yang dapat menerima (atau menghilangkan) proton.
b. Lewis
Asam adalah akseptor pasangan elektron.
Basa adalah donor pasangan elektron.
Dalam teori asam-basa Lewis, donor proton bukan satu-satunya asam. Aluminium klorida,
misalnya, bereaksi dengan amonia dengan cara yang sama seperti itu donor proton
melakukannya.
Kekuatan asam atau basa dapat ditinjau dari nilai Ka (tetapan ionisasi asam) atau Kb
(tetapan ionisasi basa) dari asam/basa Bronsted Lowry. Bila diketahui nilai-nilai tersebut maka
dapat ditentukan mana asam yang relatif lebih kuat atau sebaliknya dan manakah basa yang
relatif lebih lemah dan sebaliknya. Semakin besar Ka artinya asam tersebut lebih banyak yang
terurai, [H+] semakin besar pula. Ingat persamaan kesetimbangan asam basa.
Analog dengan Ka untuk Kb juga mirip seperti itu. Semakin besar nilai Kb maka semakin
kuat kebasaannya.
Karena nilai Ka atau Kb termasuk angka kecil maka dibuatlah besaran yang disebut pKa atau pKb.
pKa = –log Ka dan pKb = –log Ka Bila Ka semakin besar maka sifat keasaman zat dalam larutan
akan semakin kuat maka berdasarkan nilai pKa ia justru akan semakin kecil.
3. Pengaruh Hibridisasi
Proton ethyne lebih bersifat asam dari pada ethene, yang pada membuatnya lebih asam
dibandingkan dengan etana
Elektron orbital 2s memiliki energi yang lebih rendah daripada orbital 2p karena elektron
dalam orbital 2s cenderung, rata-rata, lebih dekat ke inti daripada elektron di Orbital 2p.
o Dengan orbital hibrida, memiliki lebih banyak karakter berarti elektron dari anion
akan, rata-rata, lebih rendah energinya, dan anion akan lebih stabil.
4. Efek Induktif
Efek induktif adalah efek elektronik yang ditransmisikan melalui obligasi. Efek Induktif
suatu kelompok dapat berupa sumbangan elektron atau penarikan elektron. Efek Induktif
melemah ketika jarak dari grup meningkat.
Dalam kasus etil fluorida, muatan positif yang diberikan fluor ke C1 lebih besar selain itu
diberikan kepada C2 karena fluor lebih dekat ke C1. Salah satu ujung ikatan, yang lebih dekat
dengan atom fluor, lebih negatif dari yang lain.
Polarisasi ikatan karbon-karbon ini dihasilkan dari penarik elektron intrinsik kemampuan fluor
(karena elektronegativitasnya) yang ditransmisikan melalui ruang dan melalui ikatan molekul.
Kestabilan asam/basa konjugat
https://www.urip.info/2019/01/peran-sentral-konsep-asam-basa-dalam.html