KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
2. Komponen Fisik
A. Fisiografi
B. Iklim
C. Kualitas Udara dan Kebisingan
D. Hidrooceanografi
E. Kualitas Air Laut dan Sedimen Laut
F. Kualitas air permukaan dan air tanah
G. Geologi
H. Geohidrologi
3. Komponen Biologi
A. Biota terestrial
B. Biota Akuatik
Pedoman Penentuan Kriteria dan Persyaratan Bangunan dan Instalasi Laut 1|P a g e
POTENSI DAMPAK YANG PERLU MENDAPAT PERHATIAN UNTUK
DIKAJI
1. Perubahan Fungsi dan Tata Guna Lahan
2. Penurunan Kualitas Udara dan Peningkatan Kebisingan
3. Penurunan Kualitas Air Laut dan Kualitas Air Permukaan
4. Perubahan Pola Arus Laut, gelombang, sedimentasi, dan garis
pantai
5. Gangguan terhadap biota perairan
PENUTUP
LAMPIRAN
Pedoman Penentuan Kriteria dan Persyaratan Bangunan dan Instalasi Laut 2|P a g e
KRITERIA, PENEMPATAN BANGUNAN DAN INSTALASI LAUT
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
2. Komponen Fisik
A. Fisiografi
B. Iklim
C. Kualitas Udara dan Kebisingan
D. Hidrooceanografi
E. Kualitas Air Laut dan Sedimen Laut
F. Kualitas air permukaan dan air tanah
G. Geologi
H. Geohidrologi
3. Komponen Biologi
A. Biota terestrial
B. Biota Akuatik
Pedoman Penentuan Kriteria dan Persyaratan Bangunan dan Instalasi Laut 3|P a g e
4. Komponen Sosial, Ekonomi, dan Budaya
PENUTUP
LAMPIRAN
BAB I
Pedoman Penentuan Kriteria dan Persyaratan Bangunan dan Instalasi Laut 4|P a g e
PENDAHULUAN
Pedoman Penentuan Kriteria dan Persyaratan Bangunan dan Instalasi Laut 5|P a g e
komprehensif dan terintegrasi. Kehadiran Undang-Undang No 1
Tahun 2014 ini semakin mempertegas keterpaduan kebijakan dan
peraturan yang ada.
Pedoman Penentuan Kriteria dan Persyaratan Bangunan dan Instalasi Laut 6|P a g e
pemerintah daerah, dan stakeholder dalam melaksanakan analisa
daya dukung penggunaan ruang bagi kegiatan bangunan dan instalasi
laut.
Sasaran :
1. Tersusunnya indikator-indikator yang digunakan untuk menganalisa
daya dukung lingkungan laut untuk kegiatan bangunan dan instalasi
laut
2. Tersusunnya metode pendekatan analisis daya dukung lingkungan
laut dalam unit satuan daya dukung.
BAB II
GAMBARAN UMUM RUANG LAUT
Pedoman Penentuan Kriteria dan Persyaratan Bangunan dan Instalasi Laut 7|P a g e
Laut adalah ruang perairan di muka bumi yang menghubungkan
daratan dengan daratan dan bentuk- bentuk alamiah lainnya, yang
merupakan kesatuan geografis dan ekologis beserta segenap unsur
terkait, dan yang batas dan sistemnya ditentukan oleh peraturan
perundang-undangan dan hukum internasional.
Pedoman Penentuan Kriteria dan Persyaratan Bangunan dan Instalasi Laut 8|P a g e
Integrated Coastal Management, merupakan pengelolaan
pemanfaatan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan
(environment servis) yang terdapat di kawasan pesisir dan laut,
dengan cara melakukan penilaian secara menyeluruh (comprehensive
assessment) terhadap sumber daya alam dan jasa, lingkungan yang
terdapat di alamnya, menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatan,
dan kemudian merencanakan serta mengelola segenap kegiatan
pemanfaatannya, guna mencapai pembangunan yang optimal dan
berkelanjutan.
Pedoman Penentuan Kriteria dan Persyaratan Bangunan dan Instalasi Laut 9|P a g e
besar. Akan tetapi, terdapat keuntungan yang tidak dimiliki
pemukiman yang tidak berada di tengah lingkungan laut, seperti
perubahan suhu lingkungan lebih stabil dan keuntungan
keindahan lingkungan.
Gambar 2.2 : Contoh struktur budidaya laut sea ranching, sea farming
c. ponton wisata;
Ponton wisata suatu jenis kapal yang dengan lambung datar
atau suatu kotak besar yang mengapung, digunakan untuk
d. Pelabuhan Wisata;
Pelabuhan wisata menurut Budiartha (2011) adalah meliputi
seluruh konsep pariwisata pantai, tetapi juga termasuk wisata
perairan seperti rekreasi memancing yang dalam dan yacht
cruising.
b. Jetty
Jetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang diletakan di kedua
sisi muara sungai yang berfungsi untuk mengurangi pendangkalan
alur oleh sedimen pantai.
Fungsi utama bangunan ini adalah menahan berbeloknya muara
sungai dan mengkonsentrasikan aliran pada alur yang telah
ditetapkan untuk bisa mengerosi endapan, sehingga apada awal
musim penghujan di mana debit besar (banjir) belum terjadi, muara
sungai telah terbuka.
b. Revetment
Revetment atau perkuatan lereng merupakan tumukan batuan pada
suatu lereng yang berfungsi melindungi suatu tebing alur pantai
atau permukaan lereng dan secara kesuluruhan berperan
meningkatkan stabilitas alur pantai atau tubuh tanggul yang
dilindungi. Secara khusus, dinding pantai atau revetment juga dapat
didefinisikan sebagai bangunan yang memisahkan daratan dan
.
3. Breakwater Gabungan
Breakwater campuran dibuat apabila kedalaman air sangat
besar dan tanah dasar tidak mampu menahan beban dari
pemecah gelombang sisi tegak. Pada waktu air surut bangunan
berfungsi sebagai pemecah gelombang sisi miring, sedang pada
waktu air pasang berfungsi sebagai pemecah gelombang sisi
tegak.
2.2.7 Bangunan dan instalasi laut untuk kegiatan usaha minyak dan
gas bumi
a. Anjungan Lepas Pantai (offshore platform);
Anjungan lepas pantai (offshore platform)/bangunan adalah
struktur atau bangunan yang di bangun di lepas pantai untuk
mendukung proses eksplorasi atau eksploitasi bahan tambang
maupun mineral alam. Fungsi utama dari bangunan lepas
pantai adalah untuk eksplorasi dan produksi minyak dan gas
bumi. Adapun faktor lingkungan laut yang berpengaruh untuk
rancangan struktur bangunan laut terdiri dari kedalaman
perairan, angin, gelombang, arus, kondisi dasar laut,
penggerusan dan tektonik (gempa bumi). antara lain berupa
Tension Leg Platform (TLP), Drilling Platform, atau
Production/Treatment Platform.
b. Anjungan apung;
2. 3 Peraturan Perundang-undangan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002
Tentang Bangunan Gedung.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2014
Tentang Kelautan.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2009 Tentang Kepelabuhan.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
1974 Tentang Pengawasan Pelaksanaan Eksplorasi dan
Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi Di Daerah Lepas Pantai.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2010 Tentang Kenavigasian.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2010 Tentang Perlindungan Lingkungan Maritim.
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007
Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan.
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09/PRT/M/2010
Tentang Pedoman Pengamanan Pantai.
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006
Tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
11. Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor
01 Tahun 2011 Tentang Pedman Teknis Pembongkaran
Instalasi Lepas Pantai Minyak Dan Gas Bumi.
a. bangunan hunian
memiliki sistem sanitasi;
memiliki sistem pengolahan limbah rumah tangga;
memiliki jalan pelantar; dan
memenuhi persyaratan teknis lain yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang bangunan gedung
b. Kompleksitas habitat
Kompleksitas fisik struktur harus dimaksimalkan sedapat
mungkin untuk meningkatkan ketersediaan habitat.
Struktur yang lebih kompleks secara fisik dapat digunakan
untuk eksploitasi (tempat berlindung, perlindungan, dll)
oleh biota (United States Army Corps of Engineers, 1989).
Contoh sederhana untuk meningkatkan kompleksitas
habitat meliputi:
c. Keanekaragaman habitat
Struktur mencakup peningkatan habitat dan komunitas
biologis yang lebih beragam dan dapat mendukung
berbagai jenis dan tahap siklus hidup di dan sekitarnya.
d. Kedalaman air.
Struktur yang dibangun di perairan dalam dapat
mendukung flora dan fauna yang lebih beragam, karena
zonasi biologis vertikal lebih mungkin terjadi daripada di
perairan dangkal (United States Army Corps of Engineers,
1989). Struktur yang dibangun melalui berbagai
kedalaman (misalnya dari pantai ke laut) dapat
mendukung komunitas ikan yang berbeda pada
kedalaman dan jarak yang berbeda dari pantai.
h. Pemeliharaan.
Bahan bangunan harus tangguh dan sesuai dengan
lingkungan untuk meminimalkan persyaratan perawatan.
Secara umum, struktur harus dibiarkan tidak dibersihkan
jika memungkinkan untuk meningkatkan pertumbuhan
biotik dan untuk mendukung kesehatan ekosistem perairan
(Kapitzke et al., 2002). Dalam beberapa kasus, program
perawatan rutin mungkin diperlukan untuk memastikan
bahwa struktur tetap berfungsi sebagai habitat ikan (mis.
Untuk mencegah pembekuan fitur ramah ikan oleh lumpur)
dan untuk mengurangi gaya tarik dari gelombang dan arus.
Kriteria Deskripsi
Desain Bangunan berupa : akomodasi,
b. pelabuhan wisata;
Pelabuhan wisata atau marina umumnya berada di sepanjang
pantai untuk menambatkan kapal rekreasi di lokasi yang terlindung
dengan akses darat menunjang aktivitas memancing dan rekreasi
berperahu .
1. Pemilihan lokasi Marina diutamakan :
memanfaatkan atribut alami dengan sedikit
gangguan terhadap habitat alami. Misalnya,
memilih lokasi dengan potensi transportasi
sedimen rendah sehingga dapat meminimalkan
pengerukan.
Menjaga kualitas air pada pembilasan air
Desain dalam rangka peningkatan aliran air:
Kriteria Deskripsi
Desain Bangunan berupa mercusuar
Dimensi dan material Bangunan dilengkapi dengan
halaman radius minimal m
Material ramah lingkungan
Akses akses dari dan ke jaringan
bangunan
Resiko Manajemen terhadap Resiko
banjir, arus, gelombang dll
Kriteria Deskripsi
Kriteria Deskripsi
Desain Bangunan berupa kabel
telekomunikasi bawah air.
Dimensi dan material Bangunan dilengkapi dengan
halaman radius minimal m
Material ramah lingkungan
Akses akses dari dan ke jaringan
bangunan
Resiko Manajemen terhadap Resiko
banjir, arus, gelombang dll
Sanitasi
Fasilitas air bersih
Desain umum
Kriteria Deskripsi
Desain Bangunan berupa : krib (groin);
pengarah arus aliran sungai dan
arus pasang
Kriteria Deskripsi
Desain desain instalasi pembangkit
listrik energi arus laut yang
akan digunakan
Akses akses dari dan ke jaringan
ketenagalistrikan
Resiko Resiko banjir, arus, gelombang
.
5.2.2.11 Bangunan dan Instalasi di Laut memiliki fungsi pertahanan
dan keamanan;
Kriteria Deskripsi
Desain Bangunan berupa : anjungan
lepas pantai (offshore
platform); anjungan apung;
anjungan bawah laut (sub sea
system); pipa bawah laut
dan/atau instalasi minyak dan