3 TAHUN 2018
TENTANG PENYELENGGARAN PERPAKIRAN DI KOTA SURABAYA BERBASIS
ELEKTRONIK ATAU PARKIR METER
Oleh :
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya yang luar biasa penulis mampu menyelesaikan penelitian ini dengan
baik. Tidak lupa sholawat dan salam penulis limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallalahu
‘alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabatnya.
Tujuan dari penelitian yang berjudul “Implementasi Peraturan Daerah Kota Surabaya
No. 3 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Perpakiran di Kota Surabaya Berbasis Elektonik
atau Parkir Meter (Studi Kasus : Balai Kota Surabaya)”. ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Studi Implementasi Jurusan Administrasi Publik Universitas Negeri Surabaya.
Dalam menyusun penelitian ini, penulis banyak dibantu oleh orang-orang yang ikhlas
dan sabar sehingga tugas ini bisa selesai dengan baik. Oleh sebab itu, melalui kata pengantar
ini, penulis secara khsusus ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada
1. Narasumber
2. Teman - teman kuliah jurusan Administrasi Publik Universitas Negeri Surabaya.
Penulis sangat sadar akan kekurangan dalam menyusun penelitian ini, maka dari itu kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga tugas penelitian ini bisa bermanfaat untuk baik untuk pembaca maupun
orang-orang yang memang bergelut dalam bidangadministrasi publik.
Penulis
ii
Abstrak
iii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul................................................................................................................i
Kata Pengantar .................................................................................................................ii
Abstrak.............................................................................................................................iii
Daftar Isi ..........................................................................................................................iv
Daftar Gambar...................................................................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................................4
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................5
2.1 Teori Kebijakan Publik................................................................................................5
2.2 Teori Implementasi Kebijakan....................................................................................6
BAB III. METODE PENELITIAN.............................................................................15
3.1 Pendekatan Penelitian................................................................................................15
3.2 Lokas Penelitian........................................................................................................15
3.3 Fokus Penelitian........................................................................................................15
3.4 Sumber Data..............................................................................................................16
3.5 Teknik Pengumpulan Data........................................................................................17
3.6 Subjek Penelitian.......................................................................................................18
3.7 Teknik Analisis Data.................................................................................................18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................20
4.1 Hasil Penelitian..........................................................................................................20
4.2 Pembahasan...............................................................................................................21
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................25
5.1 Kesimpuan.................................................................................................................25
5.2 Saran..........................................................................................................................25
Daftar Pustaka .................................................................................................................26
Lampiran Dokumentasi...................................................................................................27
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
banyak Bank untuk menyediakan fasilitas E-Money. Dengan adanya parkir meter, pengemudi
dapat memarkirkan kendaraan di lokasi yang ditunjuk sebagai tempat parkir. Parkir meter
umumnya dipakai pemerintah kota atau otoritas parkir di bahu jalan yang menjadi lokasi
parkir. Adanya Electronic Parking (E-Parking) menjadi salah satu konsep dari smart city
sektor pembayaran parkir. Pembayaran secara elektronik tersebut memiliki manfaat tersendiri
yaitu dapat meminimalisir adanya kecurangan tarif parkir yang dilakukan oleh jukir nakal.
Implementor dari kebijakan parkir meter ini adalah Dinas Perhubungan Kota Surabaya.
Pelaksana parkir meter ialah juru parkir. Sasaran target adalah seluruh warga Kota Surabaya.
Pemerintah Kota Surabaya telah memberlakukan parkir meter sejak awal Desember
2016. Untuk saat ini hanya ada dua kawasan yang menerapkan parkir meter yaitu kawasan
Balai Kota Surabaya dan kawasan Taman Bungkul. Kawasan tersebut dipilih untuk dijadikan
percontohan karena Balai Kota Surabaya merupakan zona perkantoran, yang mana sumber
daya manusianya atau target dari implementasi tersebut dapat menerima dengan cepat
kebijakan parkir meter sehingga parkir meter di kawasan Balai Kota Surabaya berjalan
dengan efektif. Sedangkan kawasan Taman Bungkul dipilih karena merupakan zona fasilitas
umum atau fasilitas publik. Banyak masyarakat Kota Surabaya yang berkunjung dan bermain
di Taman Bungkul Surabaya sehingga Pemerintah Kota Surabaya berharap masyarakat dapat
lebih mengenal adanya parkir meter dan dapat menerapkan parkir meter dalam kehidupan
sehari-hari. Untuk tarif parkir menggunakan parkir meter telah di tentukan dalam Perwali No.
36 Tahun 2015 tentang Perubahan Tarif Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum.
Untuk satu kali parkir di tempat parkir meter, kendaraan truck mini atau kendaraan lain yang
sejenis dikenakan retribusi sebesar Rp7.500,00 (tujuh ribu lima ratus rupiah). Kendaraan
mobil sedan, pick up, atau kendaraan lain yang sejenis dikenakan retribusi sebesar
Rp5.000,00 (Lima ribu rupiah). Kendaraan truck gandeng, trailer dikenakan retribusi sebesar
Rp15.000,00 (lima belas ribu rupiah). Kendaraan truck, bus atau alat besar lainnya dikenakan
retribusi sebesar Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah). Kendaraan sepeda motor dikenakan
retribusi Rp2.000,00 (dua ribu rupiah). Kendaraan sepeda dikenakan retribusi Rp1.000,00
(seribu rupiah).
Penerapan parkir meter tentu saja tidak dapat berlangsung secara efektif dan efisien
masih terdapat beberapa permasalahan yang menjadi bahan evaluasi implementor kebijakan
yakni Dinas Perhubungan Kota Surabaya. Salah satunya permasalahan yang ada di kawasan
Balai Kota Surabaya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya beberapa alat Pakir Meter di Balai
2
Kota Surabaya yang tidak dapat difungsikan lagi. Setiap juru parkir telah dibekali dengan e-
money untuk membantu pengguna parkir menggunakan alat parkir meter namun masih
banyak juru parkir yang lebih memilih untuk melakukan transaksi manual. Selain itu, banyak
juru parkir yang tidak memberi karcis parkir kepada pengguna parkir, hal itu bertentangan
dengan peraturan yang ditetapkan Dinas Perhubungan Kota Surabaya yang mana karcis
parkir merupakan hak bagi pengguna parkir, karcis parkir juga bisa menjadi bukti selain stnk
bahwa kendaraan tersebut merupakan kendaraan miliknya. hal tersebut tentu saja
menimbulkan rasa khawatir pengguna parkir. Masalah selanjutnya ialah jarak alat parkir
meter dengan zona parkir yang cukup jauh sehingga juru parkir harus berlarian setiap ada
yang menggunakan parkir dan minimnya ketersediaan alat parkir menyebabkan juru parkir di
setiap zona harus mengantri bergantian.
3
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran,
informasi dan menjadi bahan referensi dalam pembelajaran bagi Prodi S1
Administrasi Negara Universitas Negeri Surabaya, khususnya mata kuliah Studi
Implementasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbanagn
bagi Pemerintah Kota Surabaya dan Dinas Pehubungan Kota Surabaya
mengenai Kebijakan Parkir Meter, sedangkan bagi mahasiswa dapat dijadikan
bahan acuhan penelitian selanjutnya.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
5
pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada peraturan
perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.
Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
kebijakan publik adalah serangkaian “tindakan” (nyata/bukan suatu kehendak)
yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah yang berorientasi pada
tujuan tertentu guna memecahkan masalah-masalah publik atau demi kepentingan
publik. Kebijakan untuk melakukan sesuatu biasanya tertuang dalam ketentuan-
ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang dibuat pemerintah sehingga
memiliki sifat yang mengikat dan memaksa.
6
dalam bentuk yang lebih konkrit yaitu berupa tindakan-tindakan yang dimaksudkan
untuk mencapai tujuan sehingga memperoleh hasil atau dampak yang diharapkan.
7
a. Merancang bangun (design) program beserta perincian tugas dan
perumusan tujuan yang jelas, penentuan ukuran prestasi yang jelas serta
biaya dan waktu.
b. Melaksanakan (aplication) program dengan mendayagunakan
strukturstruktur dan personalia, dana serta sumber-sumber lainnya, prosedur
dan metode yang tepat.
c. Membangun sistem penjadwalan, monitoring dan sarana-sarana
pengawasan yang tepat guna serta evaluasi (hasil) pelaksanaan kebijakan
(Tachjan, 2006i:35)
3. Target group atau kelompok sasaran.
Tachjan mendefinisikan bahwa target group yaitu sekelompok orang atau
organisasi dalam masyarakat yang akan menerima barang atau jasa yang akan
dipengaruhi perilakunya oleh kebijakan. (Tachjan (2006i:35) Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan kelompok sasaran dalam
konteks implementasi kebijakan bahwa karakteristik yang dimiliki oleh
kelompok sasaran seperti: besaran kelompok, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pengalaman, usia serta kondisi sosial ekonomi mempengaruhi
terhadap efektivitas implementasi.
Menurut Donald Van Meter dan Carl Van Horn yang dikutip Suharno (2010: 195-
196) terdapat enam variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi
kebijakan, yaitu:
a. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur, karena ketidakjelasan
standar dan sasaran kebijakan berpotensi untuk menimbulkan interpretasi yang
akhirnya berimplikasi pada sulitnya implementasi kebijakan.
b. Sumber daya yang memadai baik sumber daya manusia maupun sumber daya
non- manusia diperlukan guna mendukung implementasi kebijakan.
c. Hubungan antarorganisasi diperlukan guna mengembangkan jalinan hubungan
kerjasama yang sinergis diperlukan antar instansi terkait untuk mendukung
implementasi kebijakan.
d. Karakteristik agen pelaksana yang meliputi struktur birokrasi, norma-norma,
dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan
mempengaruhi implementasi kebijakan.
e. Kondisi sosial, politik dan ekonomi yang mencakup sumber daya lingkungan,
yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauh mana
kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi
kebijakan; karakteristik para partisipan (mendukung atau menolak);
bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elit politik
mendukung implementasi kebijakan.
f. Disposisi implementor yang mencakup tiga hal penting, yaitu : 1) respon
implementor terhadap kebijakan yang berimplikasi pada kemauan untuk
melaksanakan kebijakan; 2) kognisi, yaitu pemahaman terhadap kebijakan; 3)
intensitas disposisi implementor, yaitu preferensi nilai yang dimiliki
implementor.
9
a. Komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan dikomunikasikan pada
organisasi dan/atau publik, ketersediaan sumber daya untuk melaksanakan
kebijakan, sikap dan tanggap dari pihak yang terlibat, dan bagaimana struktur
organisasi pelaksana kebijakan.
b. Resources berkenaan dengan ketersediaan sumber daya pendukung, khususnya
sumber daya manusia. Hal ini berkenaan dengan kecakapan pelaksana
kebijakan publik untuk carry out kebijakan secara efektif.
c. Disposition berkenaan dengan kesediaan dari para implementor untuk carry
out kebijakan publik tersebut, kecakapaan saja tidak mencukupi, tanpa
kesediaan dan komitmen untuk melaksanakan kebijakan.
d. Struktur birokrasi berkenaan dengan kesesuaian organisasi birokrasi yang
menjadi penyelenggara implementasi kebijakan publik. Tantangan adalah
bagaimana agar tidak terjadi beureucratic fragmentation karena struktur ini
menjadikan proses implementasi menjadi jauh dari efektif. Di Indonesia sering
terjadi inefektivitas implementasi kebijakan karena kurangnya koordinasi dan
kerja sama di antara lembaga-lembaga negara dan/ atau pemerintahan.
Menurut Donald Van Meter dan Carl Van Horn yang dikutip Suharno (2010:
195-196) terdapat enam variabel yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi kebijakan, yaitu:
a. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur, karena
ketidakjelasan standar dan sasaran kebijakan berpotensi untuk
10
menimbulkan interpretasi yang akhirnya berimplikasi pada sulitnya
implementasi kebijakan.
b. Sumber daya yang memadai baik sumber daya manusia maupun sumber
daya non- manusia diperlukan guna mendukung implementasi kebijakan.
c. Hubungan antarorganisasi diperlukan guna mengembangkan jalinan
hubungan kerjasama yang sinergis diperlukan antar instansi terkait untuk
mendukung implementasi kebijakan.
d. Karakteristik agen pelaksana yang meliputi struktur birokrasi, norma-
norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang
semuanya itu akan mempengaruhi implementasi kebijakan.
e. Kondisi sosial, politik dan ekonomi yang mencakup sumber daya
lingkungan, yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan;
sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan
bagi implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan (mendukung
atau menolak); bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan
apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan.
f. Disposisi implementor yang mencakup tiga hal penting, yaitu : 1) respon
implementor terhadap kebijakan yang berimplikasi pada kemauan untuk
melaksanakan kebijakan; 2) kognisi, yaitu pemahaman terhadap
kebijakan; 3) intensitas disposisi implementor, yaitu preferensi nilai yang
dimiliki implementor.
11
Gambar 1. Pendekatan Implentasi kebijakan Van Metter dan Van Horn
12
pengguna parkir, hal itu bertentangan dengan peraturan yang ditetapkan Dinas Perhubungan
Kota Surabaya yang mana karcis parkir merupakan hak bagi pengguna parkir, karcis parkir
juga bisa menjadi bukti selain stnk bahwa kendaraan tersebut merupakan kendaraan miliknya.
hal tersebut tentu saja menimbulkan rasa khawatir pengguna parkir. Masalah selanjutnya
ialah jarak alat parkir meter dengan zona parkir yang cukup jauh sehingga juru parkir harus
berlarian setiap ada yang menggunakan parkir dan minimnya ketersediaan alat parkir
menyebabkan juru parkir di setiap zona harus mengantri bergantian.
Untuk itu dalam melakukan penelitian tentang implementasi kebijakan peneliti
menggunakan model implementasi kebijakan Van Metter dan Van Horn. Rasionalisasi dalam
mengambil model implementasi kebijakan ini karena model implementasi kebijakan ini
merupakan sebuah abstraksi dalam hal performance suatu implementasi kebijakan yang pada
dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja publik yang tinggi yang berlangsung
dalam hubungan berbagai variabel. Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan
berjalan secara linier dari keputusan politik yang tersedia, pelaksana dan kinerja kebijakan
publik. Model implementasi kebijakan Van Metter dan Van Horn memiliki 6 variabel yang
dianggap mempengaruhi implementasi kebijakan yaitu: ukuran dan tujuan kebijakan, sumber
daya, karakteristik agen pelaksana, sikap kecenderungan pelaksana, komunikasi antar
organisasi, dan lingkungan ekonomi, sosial dan politik.
13
Adapun bagan alur kerangka berpikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Studi Kasus :
Balai Kota Surabaya
14
BAB III
METODE PENELITIAN
15
tentang penyelenggaraan perpakiran di Kota Surabaya, terdapat pada Bab III pasal 5 ayat
5 yang mana memberitahukan bahwa pembayaran atas pelayanan parkir dapat dilakukan
dengan cara transaksi elektronik. Adapun indikator yang telah disesuaikan dengan
Peraturan Daerah Surabaya tersebut untuk mendapatkan gambaran secara mendalam
tentang kinerja Dinas Perhubungan Kota Surabaya adalah :
1) Ukuran dan tujuan kebijakan
2) Sumber daya
3) Karakteristik agen pelaksana
4) Sikap/kecenderungan pelaksana
5) Komunikasi antar organisasi pelaksana
6) Lingkungan ekonomi, sosial dan politik
Dalam mengamati proses implementasi kebijakan Peraturan Daerah No 3 Tahun 2018
tentang penyelenggaraan perpakiran di Kota Surabaya, terdapat pada Bab III pasal 5 ayat
5 yang mana memberitahukan bahwa pembayaran atas pelayanan parkir dapat dilakukan
dengan cara transaksi elektronik.
16
berbagai buku-buku / literatur penunjang, serta website yang mempelajari dan
melakukan olah data profil dari Dinas Perhubungan Kota Surabaya.
18
Tahap laporan merupakan tahapan akhir dalam penelitian yang peneliti lakukan.
Dalam tahapan laporan ini, peneliti mengelola data yang telah didapat melalui
observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi pustaka agar dapat dianalisis
dengan mudah sesuai dengan kaidah olahan data dan analisis data yang digunakan
dalam penelitian kualitatif. Selanjutnya, peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang
telah dilaksanakan.
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.1.1 Deskripsi Tempat
Lokasi Parkir berbasis e-parking Balaikota Pemerintah Kota Surabaya, Jalan
Walikota Mustajab Surabaya, Ketabang, Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60272.
4.1.3 Implementasi
Keberhasilan implementasi kebijakan dapat dipengaruhi berbagai faktor yang
saling berkaitan. Van Meter dan Van Horn (1975) mengemukakan kinerja
kebijakan dipengaruhi oleh beberapa variabel yang saling berkaitan, yaitu Standart
dan sasaran kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan; Sumber daya; Karakteristik
Organisasi pelaksana; Sikap para pelaksana; Komunikasi antar organisasi terkait
dan kegiatan kegiatan pelaksana; lingkungan sosial, ekonomi dan politik. Dari
berbagai variabel tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mensukseskan
kebijakan publik memerlukan kesiapan dari berbagai pihak dan kematangan
20
rencana pelaksanaan, baik dari sumber daya manusia ataupun sumber daya
pendukung lainnya.
4.2 PEMBAHASAN
Program e-parkir pada dasarnya dalam pelaksanaannya sama seperti parkir pada
umumnya, akan tetapi pada program e-parkiri dalam pembayarannya menggunakan uang
elektronik. Alat pembayaran yang digunakan berupa kartu serupa kartu ATM ataupun juga
dapat menggunakan kartu ATM yang mempunyai chip untuk scanning. Pada pelaksanaannya
konsumen pengguna jasa parkir dibantu oleh juru parkir untuk menggunakan alat tersebut.
Juru parkir merupakan bagian dari pegawai dari Dinas Perhubungan yang ditugaskan secara
resmi. Juru parkir menyediakan kartu pembayaran dari Dinas Perhubungan untuk melayani
masyarakat yang tidak dapat melakukan pembayaran menggunakan uang elektronik karena
tidak mempunyai kartu pembayarannya. Selain itu juru parkir juga bertugas memberikan
contoh cara penggunaan alat pembayaran e-parkir.
Sasaran dari program e-parkir adalah seluruh perparkiran legal tepi jalan umum yang
di kelola oleh Dinas Perhubungan (kawasan parkir zona). Akan tetapi dalam pelaksaanaanya
dilaksanaan secara berangsur. Balaikota Pemkot Surabaya dan Lokasi Taman Bungkul
menjadi daerah pertama penerapan e-parkir. Pemilihan kedua tempat tersebut dengan alasan
sebagai kawasan percontohan dimana di tempat tersebut dari sisi sumber daya manusia dinilai
sudah dapat membantu pelaksanaan kebijakan. Balaikota Pemerintah Kota Surabaya dipilih
karena merupakan daerah perkantoran dan Taman Bungkul dipilih karena merupakan
kawasan fasilitas umum yang banyak diakses masyarakat.
Proses Implementasi Kebijakan tentang E-parkir melalui berbagai tahap seperti berikut :
21
Perencanaa
n
Program e-
parkir di Sosialisasi
lokasi lain
Pelaksanaan Opening
22
d. Masyarakat : mensosialisasikan tujuan diadakannya e-parkir dan penjelasan
secara singkat pengetahuan tentang e-parkir dan cara penggunaanya.
3. Opening
Merupakan kegiatan pemulaan pembukaan program kebijakan perparkiran yang
berbasir e-parkir dengan target optimalisasi peran masyarakat. Untuk meningkatkan
peran masyarakat dalam kegiatan ini dilakukan ujicoba pembayaran e-parkir oleh
masyarakat secara langsung. Dan untuk pengoptimalan tahap pengenalan dilakukan
pembukaan stand pembelian kartu pembayaran e-parkir dengan harga 50%.
4. Pelaksanaan E-Parkir
Pengimplementasian program e-parkir secara normal, dengan pembayaran
mengunakan uang elektronik secara langsung oleh masyarakat ataupun dengan
bantun oleh juru parkir ketika timbul suatu permasalahan. Pengawasan kerja terhadap
juru parkir, serta pengawasan sistem pembayaran oleh teknisi.
5. Program E-Parkir di kawasan lain
Keberlanjutan program untuk pelaksanaan di lokasi lain atau sasaran ditujukan pada
kawasan parkir zona.
Dalam pelaksanaannya yang dilakukan kurang lebih satu tahun lalu, program e-parkir
mempunyai Kelebihan dan kekurangan yaitu :
Kelebihan :
a. Dapat mengurangi pungli yang dapat dilakukan oleh juru parkir
b. Meminimalisir kebocoran uang retribusi ke pihak lain yang tidak berwenang
c. Pemanfaatan solar system untuk menunjang program Surabaya sebagai Smart City
Kekurangan :
a. Dari sisi masyarakat sasaran
Masyarakat masih nyaman menggunakan uang tunai dalam pembayaran, karena dari
penilaian mereka uang tunai masih menjadi alat pembayaran paling praktis untuk
dilakukan.
b. Dari sisi juru parkir
Juru parkir menilai dengan menggunakan e-parkir semakin memperlambat transaksi
karena memerlukan waktu lama untuk memproses pembayaran melalui mesin dan
23
menyebabkan antrean panjang. Dengan adanya antrean panjang tersebut beberapa
pengguna jasa parkir memilih untuk melarikan diri dan tidak melakukan pembayaran
ketika juru parkir sedang membantu pengguna jasa lain dalam melakukan
pembayaran.
c. Dari pelaksana
Dalam pelaksanaan masih terdapat bebrapa mesin yang error sehingga tidak dapat
dimanfaatkan dan kembali pada cara lama dengan parkir manual. Selain itu untuk
mendatangkan kembali mesin pengganti baru membutuhkan waktu yang lama karena
mesin pembayaran didatangkan dari luar Indonesia.
24
BAB V
KESIMPULAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/51605/Cgapter%20ll.pdf?
sequence=3&isAllowed=y . Diakses pada 19 April 2019
https://www2.jawapos.com/baca/artikel/9796/kedaraan-di-surabaya-tambah-17-ribu-
lebih-sebulan. Diakses pada 20 April 2019.
26
LAMPIRAN DOKUMEN
27