Anda di halaman 1dari 32

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NO.

3 TAHUN 2018
TENTANG PENYELENGGARAN PERPAKIRAN DI KOTA SURABAYA BERBASIS
ELEKTRONIK ATAU PARKIR METER

(Studi kasus : Balai Kota Surabaya).

Oleh :

1. M Rizky Ekandana 17040674052


2. Widiartiningtyas 17040674061
3. Aulia Putri Novianty 17040674090

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM


S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS NEGERI SURABYA
2019
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya yang luar biasa penulis mampu menyelesaikan penelitian ini dengan
baik. Tidak lupa sholawat dan salam penulis limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallalahu
‘alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabatnya.

Tujuan dari penelitian yang berjudul “Implementasi Peraturan Daerah Kota Surabaya
No. 3 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Perpakiran di Kota Surabaya Berbasis Elektonik
atau Parkir Meter (Studi Kasus : Balai Kota Surabaya)”. ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Studi Implementasi Jurusan Administrasi Publik Universitas Negeri Surabaya.

Dalam menyusun penelitian ini, penulis banyak dibantu oleh orang-orang yang ikhlas
dan sabar sehingga tugas ini bisa selesai dengan baik. Oleh sebab itu, melalui kata pengantar
ini, penulis secara khsusus ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada

1. Narasumber
2. Teman - teman kuliah jurusan Administrasi Publik Universitas Negeri Surabaya.

Penulis sangat sadar akan kekurangan dalam menyusun penelitian ini, maka dari itu kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan agar kedepannya bisa lebih baik lagi.

Akhir kata, semoga tugas penelitian ini bisa bermanfaat untuk baik untuk pembaca maupun
orang-orang yang memang bergelut dalam bidangadministrasi publik.

Surabaya, 21 April 2019

Penulis

ii
Abstrak

Penulisan penelitian ini bertujuan untuk memaparkan mengenai Implementasi


Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 3 Tahun 2018 tentang penyelenggaraan perpakiran di
Kota Surabaya Berbasis Elektornik atau Parkir Meter. Tujuan parkir meter adalah untuk
menghilangkan praktik parkir liar dan mafia parkir sehingga pemasukan dari retribusi parkir
dapat dioptimalkan. Kebijakan parkir meter ini masih diterapkan di dua kawasan. Parkir
meter secara resmi diterapkan pada awal Desember 2016. Implementor dari kebijakan parkir
meter ini adalah Dinas Perhubungan Kota Surabaya. Pelaksana parkir meter ialah koordinator
parkir meter dan juru parkir. Sasaran target adalah seluruh warga Kota Surabaya. Penelitian
ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Fokus penelitian ini
adalah menggunakan model implementasi Van Metter dan Van Horn yang terdiri dari enam
variabel yaitu ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya, karakteristik pelaksana, sikap
pelaksana, komunikasi antar organisasi dan lingkungan ekonomi, sosial dan politik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa masih ditemukan beberapa permasalahan dalam
pengimplementasian kebijakan parkir meter, yaitu adanya beberapa alat Pakir Meter di Balai
Kota Surabaya yang tidak dapat difungsikan lagi. Kemudian juru parkir yang lebih memilih
untuk melakukan transaksi manual. Selain itu, banyak juru parkir yang tidak memberi karcis
parkir kepada pengguna parkir, hal itu bertentangan dengan peraturan yang ditetapkan Dinas
Perhubungan Kota Surabaya yang mana karcis parkir merupakan hak bagi pengguna parkir,
karcis parkir juga bisa menjadi bukti selain stnk bahwa kendaraan tersebut merupakan
kendaraan miliknya. hal tersebut tentu saja menimbulkan rasa khawatir pengguna parkir.
Masalah selanjutnya ialah jarak alat parkir meter dengan zona parkir yang cukup jauh
sehingga juru parkir harus berlarian setiap ada yang menggunakan parkir dan minimnya
ketersediaan alat parkir menyebabkan juru parkir di setiap zona harus mengantri bergantian.
Oleh karena itu, saran dari peneliti ialah meningkatkan pengawasan yang dilakukan oleh
Dinas Perhubungan Kota Surabaya terhadap pelaksana kebijakan parkir meter agar tidak
terjadi pelanggaran peraturan. Rutin melakukan pengecekan pada alat-alat parkir meter yang
ada di Balai Kota Surabaya agar alat tersebut dapat berfungsi dengan baik. Meningkatkan
sosialisasi dan komunikasi dengan juru parkir dan masyarakat agar lebih mengerti dan
menaati peraturan yang telah ditetapkan.
Kata kunci : Implementasi Kebijakan E-Parkir atau Parkir Meter

iii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul................................................................................................................i
Kata Pengantar .................................................................................................................ii
Abstrak.............................................................................................................................iii
Daftar Isi ..........................................................................................................................iv
Daftar Gambar...................................................................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................................4
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................5
2.1 Teori Kebijakan Publik................................................................................................5
2.2 Teori Implementasi Kebijakan....................................................................................6
BAB III. METODE PENELITIAN.............................................................................15
3.1 Pendekatan Penelitian................................................................................................15
3.2 Lokas Penelitian........................................................................................................15
3.3 Fokus Penelitian........................................................................................................15
3.4 Sumber Data..............................................................................................................16
3.5 Teknik Pengumpulan Data........................................................................................17
3.6 Subjek Penelitian.......................................................................................................18
3.7 Teknik Analisis Data.................................................................................................18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................20
4.1 Hasil Penelitian..........................................................................................................20
4.2 Pembahasan...............................................................................................................21
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................25
5.1 Kesimpuan.................................................................................................................25
5.2 Saran..........................................................................................................................25
Daftar Pustaka .................................................................................................................26
Lampiran Dokumentasi...................................................................................................27

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pendekatan Implentasi kebijakan Van Metter dan Van Horn........................12


Gambar 2. Kerangka Berpikir.........................................................................................14
Gambar 3. Proses Implementasi Kebijakan.....................................................................22

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Surabaya merupakan pusatnya perdagangan, industri, bisnis dan pendidikan


sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat luar Kota Surabaya karena itulah
banyak sekali pendatang atau perantauan yang berkunjung hingga tinggal di Kota Surabaya.
Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepadatan penduduk di Kota
Surabaya sehingga berdampak pada kepadatan lalu lintas. Jumlah kendaran di Kota Surabaya
bertambah hingga di ata 17 ribu setiap bulannya. Terlebih lagi masyarakat Kota Surabaya
cenderung memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi. Kepemilikian kendaran pribadi
yang semakin tinggi menjadi permasalahan utama dalam perpakiran. Sebagaimana yang
dijelaskan oleh Zainuddin (2000). ”Kegagalan dalam pengendalian peparkiran dapat
menyebabkan turunnya kapasitas jalan, terhambatnya lalu lintas, tidak efektifnya penggunaan
jalan, pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh antrian kendaraan pada ruas jalan
tertentu dalam keadaan mesin hidup, dan bahkan menyebabkan kecelakaan lalu lintas.”.
Maka dari itu Kota Surabaya perlu memiliki fasilitas publik seperti jalan dan tempat parkir
yang memadai sehingga dapat mengatasi masalah tersebut. Oleh sebab itu, Pemerintah Kota
Surabaya mengeluarkan kebijakan dalam penyelenggaraan perpakiran yang mana dalam
penyelenggaraan perpakiran tersebut telah berbasis elektronik atau biasa disebut parkir meter.
Tujuan dari adanya penyelenggaraan perpakiran berbasis elektronik atau parkir meter adalah
untuk menghilangkan praktik parkir liar dan mafia parkir sehingga pemasukan dari retribusi
parkir dapat dioptimalkan.

Kebijakan Penyelenggaraan perpakiran berbasis elektronik atau parkir meter di Kota


Surabaya diterapkan berdasarkan Peraturan Daerah No 3 Tahun 2018 tentang
penyelenggaraan perpakiran di Kota Surabaya, terdapat pada Bab III pasal 5 ayat 5 yang
mana memberitahukan bahwa pembayaran atas pelayanan parkir dapat dilakukan dengan cara
transaksi elektronik. Pemkot Kota Surabaya saat ini telah memberlakukan Electronic Parking
(E-Parking) yang berupa alat parkir meter. Electronic Parking (E-Parking) atau parkir meter
adalah alat yang digunakan untuk mengukur waktu lama parkir dan menerima pembayaran
uang parkir secara elektronik menggunakan E-Money. E-Money di Kota Surabaya sangat
mudah di dapatkan karena Dinas Perhubungan Kota Surabaya telah bekerja sama dengan

1
banyak Bank untuk menyediakan fasilitas E-Money. Dengan adanya parkir meter, pengemudi
dapat memarkirkan kendaraan di lokasi yang ditunjuk sebagai tempat parkir. Parkir meter
umumnya dipakai pemerintah kota atau otoritas parkir di bahu jalan yang menjadi lokasi
parkir. Adanya Electronic Parking (E-Parking) menjadi salah satu konsep dari smart city
sektor pembayaran parkir. Pembayaran secara elektronik tersebut memiliki manfaat tersendiri
yaitu dapat meminimalisir adanya kecurangan tarif parkir yang dilakukan oleh jukir nakal.
Implementor dari kebijakan parkir meter ini adalah Dinas Perhubungan Kota Surabaya.
Pelaksana parkir meter ialah juru parkir. Sasaran target adalah seluruh warga Kota Surabaya.

Pemerintah Kota Surabaya telah memberlakukan parkir meter sejak awal Desember
2016. Untuk saat ini hanya ada dua kawasan yang menerapkan parkir meter yaitu kawasan
Balai Kota Surabaya dan kawasan Taman Bungkul. Kawasan tersebut dipilih untuk dijadikan
percontohan karena Balai Kota Surabaya merupakan zona perkantoran, yang mana sumber
daya manusianya atau target dari implementasi tersebut dapat menerima dengan cepat
kebijakan parkir meter sehingga parkir meter di kawasan Balai Kota Surabaya berjalan
dengan efektif. Sedangkan kawasan Taman Bungkul dipilih karena merupakan zona fasilitas
umum atau fasilitas publik. Banyak masyarakat Kota Surabaya yang berkunjung dan bermain
di Taman Bungkul Surabaya sehingga Pemerintah Kota Surabaya berharap masyarakat dapat
lebih mengenal adanya parkir meter dan dapat menerapkan parkir meter dalam kehidupan
sehari-hari. Untuk tarif parkir menggunakan parkir meter telah di tentukan dalam Perwali No.
36 Tahun 2015 tentang Perubahan Tarif Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum.
Untuk satu kali parkir di tempat parkir meter, kendaraan truck mini atau kendaraan lain yang
sejenis dikenakan retribusi sebesar Rp7.500,00 (tujuh ribu lima ratus rupiah). Kendaraan
mobil sedan, pick up, atau kendaraan lain yang sejenis dikenakan retribusi sebesar
Rp5.000,00 (Lima ribu rupiah). Kendaraan truck gandeng, trailer dikenakan retribusi sebesar
Rp15.000,00 (lima belas ribu rupiah). Kendaraan truck, bus atau alat besar lainnya dikenakan
retribusi sebesar Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah). Kendaraan sepeda motor dikenakan
retribusi Rp2.000,00 (dua ribu rupiah). Kendaraan sepeda dikenakan retribusi Rp1.000,00
(seribu rupiah).

Penerapan parkir meter tentu saja tidak dapat berlangsung secara efektif dan efisien
masih terdapat beberapa permasalahan yang menjadi bahan evaluasi implementor kebijakan
yakni Dinas Perhubungan Kota Surabaya. Salah satunya permasalahan yang ada di kawasan
Balai Kota Surabaya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya beberapa alat Pakir Meter di Balai
2
Kota Surabaya yang tidak dapat difungsikan lagi. Setiap juru parkir telah dibekali dengan e-
money untuk membantu pengguna parkir menggunakan alat parkir meter namun masih
banyak juru parkir yang lebih memilih untuk melakukan transaksi manual. Selain itu, banyak
juru parkir yang tidak memberi karcis parkir kepada pengguna parkir, hal itu bertentangan
dengan peraturan yang ditetapkan Dinas Perhubungan Kota Surabaya yang mana karcis
parkir merupakan hak bagi pengguna parkir, karcis parkir juga bisa menjadi bukti selain stnk
bahwa kendaraan tersebut merupakan kendaraan miliknya. hal tersebut tentu saja
menimbulkan rasa khawatir pengguna parkir. Masalah selanjutnya ialah jarak alat parkir
meter dengan zona parkir yang cukup jauh sehingga juru parkir harus berlarian setiap ada
yang menggunakan parkir dan minimnya ketersediaan alat parkir menyebabkan juru parkir di
setiap zona harus mengantri bergantian.

Dalam pengimplementasian kebijakan parkir meter di Balai Kota Surabaya penelitian


ini menggunakan teori kebijakan publik dengan Model Implementasi Van Metter dan Van
Horn dimana terdapat indikator-indikator yang mendukung pelaksanaan kebijakan parkir
meter seperti ukuran dan tujuan kebijakan parkir meter, sumber daya yang menunjang
terlaksananya parkir meter, karakteristik pelaksana, sikap pelaksana, komunikasi antar
organisasi dan dukungan dari lingkungan ekonomi, sosial dan politik. Indikator-indikator
tersebut akan menjadi tolak ukur apakah kebijakan parkir meter di Balai Kota Surabaya telah
berjalan dengan efektif dan efisien. Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan
top-down, yaitu implementasi kebijakan yang dilakuka tersentralisir dan dimulai dari actor
tingkat pusat dan keputusannya pun diambil dari tingkat pusat. Pendekatan ini bertitik tolak
dari perspektif keputusan politik (kebijakan) yang ditetapkan oleh pembuat kebijakan yang
harus dilaksanakan oleh administrator atau birokrat level bawahnya (Agustino 140:2012).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Implementasi Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 3 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Perpakiran di Kota Surabaya Berbasis Elektonik atau Parkir Meter
di Balai Kota Surabaya?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 3
Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Perpakiran di Kota Surabaya Berbasis
Elektonik atau Parkir Meter.

3
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran,
informasi dan menjadi bahan referensi dalam pembelajaran bagi Prodi S1
Administrasi Negara Universitas Negeri Surabaya, khususnya mata kuliah Studi
Implementasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbanagn
bagi Pemerintah Kota Surabaya dan Dinas Pehubungan Kota Surabaya
mengenai Kebijakan Parkir Meter, sedangkan bagi mahasiswa dapat dijadikan
bahan acuhan penelitian selanjutnya.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Kebijakan Publik


2.1.1 Definisi Kebijakan Publik
Istilah kebijakan publik sebenarnya telah sering kita dengar dalam
kehidupan sehari-hari. Ide kebijakan publik mengandung anggapan bahwa ada
suatu ruang atau domain dalam kehidupan yang bukan privat atau murni milik
individual, tetapi milik bersama atau milik umum. Publik itu sendiri berisi
aktivitas manusia yang dipandang perlu untuk diatur atau diintervensi oleh
pemerintah atau aturan sosial, atau setidaknya oleh tindakan bersama. Sedangkan
makna modern dari gagasan “kebijakan” adalah seperangkat aksi atau rencana
yang mengandung tujuan politik yang berbeda dengan makna “administration”
(Wilson,1887).
Maka secara etimologi, kebijakan publik terdiri dari dua kata yaitu
kebijakan dan publik. Kebijakan publik menitik beratkan pada apa yang oleh
Dewey (1927) katakan sebagai “publik dan problem – problemnya“. Kebijakan
publik membahas soal bagaimana isu – isu dan persoalan – persoalan tersebut.
Robert Eyestone dalam Budi Winarno (2007: 15) mendefinisikan kebijakan publik
sebagai “hubungan antara unit pemerintah dengan lingkungannya”. Banyak
pihak beranggapan bahwa definisi tersebut masih terlalu luas untuk dipahami,
karena apa yang dimaksud dengan kebijakan publik dapat mencakup banyak hal.
Menurut James E Anderson sebagaimana disunting Budi Winarno (2008 :
20-21) memberikan definisi tentang kebijakan publik sebagai kebijakan-kebijakan
yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, di mana
implikasi dari kebijakan tersebut adalah: 1) kebijakan publik selalu mempunyai
tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan;
2) kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah; 3) kebijakan publik
merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan
merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan; 4) kebijakan publik
yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan pemerintah
mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat negatif dalam arti
merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu; 5) kebijakan

5
pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada peraturan
perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.
Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
kebijakan publik adalah serangkaian “tindakan” (nyata/bukan suatu kehendak)
yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah yang berorientasi pada
tujuan tertentu guna memecahkan masalah-masalah publik atau demi kepentingan
publik. Kebijakan untuk melakukan sesuatu biasanya tertuang dalam ketentuan-
ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang dibuat pemerintah sehingga
memiliki sifat yang mengikat dan memaksa.

2.1.2 Tujuan Kebijakan Publik


Tujuan dasar kebijakan publik adalah dapat dicapainya kesejahteraan masyarakat
melalui peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Tujuan lainnya ialah :
1. Melindungi hak – hak masyarakat.
2. Mewujudkan ketentraman dan kedamaian dalam masyarakat.
3. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
4. Mewujudkn ketertiban masyarakat

2.2 Teori Implementasi Kebijakan


2.2.1 Definisi Implementasi Kebijakan
Pembuatan kebijakan tidak berakhir setelah kebijakan ditentukan atau
disetujui. Terdapat proses tahapan selanjutnya yakni implementasi kebijakan.
Implementasi adalah pelaksanaan pembuatan kebijakan dengan cara – cara lain,
akan tetapi biasanya kita cenderung menganggap sistem politik sebagai yang
menambah problem, dengan menarik garis pemisah antara kebijakan dan
administrasi. (Parson, 2008 : 464). Sedangkan, Van Meter dan Van Horn
dalam Leo Agustino (2006 : 139) mendefinisikan implementasi kebijakan, sebagai:
”Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-
pejabat atau kelompokkelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada
tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan”.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
implementasi adalah proses mewujudkan kebijakan publik dari kebijakan yang
bersifat abstrak (tertuang dalam suatu ketentuan atau peraturan perundangan) ke

6
dalam bentuk yang lebih konkrit yaitu berupa tindakan-tindakan yang dimaksudkan
untuk mencapai tujuan sehingga memperoleh hasil atau dampak yang diharapkan.

2.2.2 Unsur Implementasi Kebijakan


Tachjan (2006i : 26) menjelaskan tentang unsur-unsur dari implementasi kebijakan
yang mutlak harus ada yaitu:
1. Unsur pelaksana
Unsur pelaksana adalah implementor kebijakan yang diterangkan Dimock &
Dimock dalam Tachjan sebagai berikut: “Pelaksana kebijakan merupakan
pihak-pihak yang menjalankan kebijakan yang terdiri dari penentuan tujuan dan
sasaran organisasional, analisis serta perumusan kebijakan dan strategi
organisasi, pengambilan keputusan, perencanaan, penyusunan program,
pengorganisasian, penggerakkan manusia, pelaksanaan operasional,
pengawasan serta penilaian. (Dimock dalam Tachjan”. (2006i:28)
2. Adanya program yang dilaksanakan
Suatu kebijakan publik tidak mempunyai arti penting tanpa tindakan-tindakan
riil yang dilakukan dengan program, kegiatan atau proyek. Menurut Terry
dalam Tachjan program dapat didefinisikan sebagai rencana komprehensif
yang mencakup penggunaan masa depan sumber daya yang berbeda dalam pola
terintegrasi dan membentuk urutan tindakan yang diperlukan dan jadwal waktu
untuk setiap dalam rangka mencapai tujuan yang dinyatakan. Make up dari
sebuah program dapat mencakup tujuan, kebijakan, prosedur, metode, standar
dan anggaran. (Terry dalam Tachjan (2006:31))

Grindle menjelaskan bahwa isi program harus menggambarkan; “kepentingan


yang dipengaruhi (interest affected), jenis manfaat (type of benefit), derajat
perubahan yang diinginkan (extent of change envisioned), status pembuat
keputusan (site of decision making), pelaksana program (program
implementers) serta sumberdaya yang tersedia (resources commited)”. (Grindle
(1980:11)

Program dalam konteks implementasi kebijakan publik terdiri dari beberapa


tahap yaitu:

7
a. Merancang bangun (design) program beserta perincian tugas dan
perumusan tujuan yang jelas, penentuan ukuran prestasi yang jelas serta
biaya dan waktu.
b. Melaksanakan (aplication) program dengan mendayagunakan
strukturstruktur dan personalia, dana serta sumber-sumber lainnya, prosedur
dan metode yang tepat.
c. Membangun sistem penjadwalan, monitoring dan sarana-sarana
pengawasan yang tepat guna serta evaluasi (hasil) pelaksanaan kebijakan
(Tachjan, 2006i:35)
3. Target group atau kelompok sasaran.
Tachjan mendefinisikan bahwa target group yaitu sekelompok orang atau
organisasi dalam masyarakat yang akan menerima barang atau jasa yang akan
dipengaruhi perilakunya oleh kebijakan. (Tachjan (2006i:35) Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan kelompok sasaran dalam
konteks implementasi kebijakan bahwa karakteristik yang dimiliki oleh
kelompok sasaran seperti: besaran kelompok, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pengalaman, usia serta kondisi sosial ekonomi mempengaruhi
terhadap efektivitas implementasi.

2.2.3 Faktor yang memengaruhi keberhasilan Implementasi Kebijakan


Model Implementasi Kebijakan Publik yang dikemukakan Grindle (1980:7)
menuturkan bahwa keberhasilan proses implementasi kebijakan sampai kepada
tercapainya hasil tergantung kepada kegiatan program yang telah dirancang dan
pembiayaan cukup, selain dipengaruhi oleh Content of Policy (isi kebijakan) dan
Contex of Implementation (konteks implementasinya).
Isi kebijakan yang dimaksud meliputi:
a. Kepentingan yang terpenuhi oleh kebijakan (interest affected).
b. Jenis manfaat yang dihasilkan (tipe of benefit).
c. Derajat perubahan yang diinginkan (extent of change envisioned).
d. Kedudukan pembuat kebijakan (site of decision making).
e. Para pelaksana program (program implementators).
f. Sumber daya yang dikerahkan (Resources commited).

Sedangkan konteks implementasi yang dimaksud :


8
a. Kekuasaan (power).
b. Kepentingan strategi aktor yang terlibat (interest strategies of actors involved).
c. Karakteristik lembaga dan penguasa (institution and regime characteristics).
d. Kepatuhan dan daya tanggap pelaksana (compliance and responsiveness).

Menurut Donald Van Meter dan Carl Van Horn yang dikutip Suharno (2010: 195-
196) terdapat enam variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi
kebijakan, yaitu:
a. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur, karena ketidakjelasan
standar dan sasaran kebijakan berpotensi untuk menimbulkan interpretasi yang
akhirnya berimplikasi pada sulitnya implementasi kebijakan.
b. Sumber daya yang memadai baik sumber daya manusia maupun sumber daya
non- manusia diperlukan guna mendukung implementasi kebijakan.
c. Hubungan antarorganisasi diperlukan guna mengembangkan jalinan hubungan
kerjasama yang sinergis diperlukan antar instansi terkait untuk mendukung
implementasi kebijakan.
d. Karakteristik agen pelaksana yang meliputi struktur birokrasi, norma-norma,
dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan
mempengaruhi implementasi kebijakan.
e. Kondisi sosial, politik dan ekonomi yang mencakup sumber daya lingkungan,
yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauh mana
kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi
kebijakan; karakteristik para partisipan (mendukung atau menolak);
bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elit politik
mendukung implementasi kebijakan.
f. Disposisi implementor yang mencakup tiga hal penting, yaitu : 1) respon
implementor terhadap kebijakan yang berimplikasi pada kemauan untuk
melaksanakan kebijakan; 2) kognisi, yaitu pemahaman terhadap kebijakan; 3)
intensitas disposisi implementor, yaitu preferensi nilai yang dimiliki
implementor.

Model Implementasi kebijakan Menurut George Edward III lebih memperhatikan


empat isu pokok agar implementasi kebijakan menjadi efektif, yaitu
communication, resource, disposition or attitudes, dan beureucratic structures.

9
a. Komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan dikomunikasikan pada
organisasi dan/atau publik, ketersediaan sumber daya untuk melaksanakan
kebijakan, sikap dan tanggap dari pihak yang terlibat, dan bagaimana struktur
organisasi pelaksana kebijakan.
b. Resources berkenaan dengan ketersediaan sumber daya pendukung, khususnya
sumber daya manusia. Hal ini berkenaan dengan kecakapan pelaksana
kebijakan publik untuk carry out kebijakan secara efektif.
c. Disposition berkenaan dengan kesediaan dari para implementor untuk carry
out kebijakan publik tersebut, kecakapaan saja tidak mencukupi, tanpa
kesediaan dan komitmen untuk melaksanakan kebijakan.
d. Struktur birokrasi berkenaan dengan kesesuaian organisasi birokrasi yang
menjadi penyelenggara implementasi kebijakan publik. Tantangan adalah
bagaimana agar tidak terjadi beureucratic fragmentation karena struktur ini
menjadikan proses implementasi menjadi jauh dari efektif. Di Indonesia sering
terjadi inefektivitas implementasi kebijakan karena kurangnya koordinasi dan
kerja sama di antara lembaga-lembaga negara dan/ atau pemerintahan.

2.2.4 Model Implementasi


Untuk meminimalisir gagalnya implementasi kebijakan perlu adanya model-
model implementasi kebijakan yang menjadi pedoman agar kebijakan tersebut
berjalan sesuai dengan tujuannya. Ada beberapa model implementasi kebijakan
menurut para ahli yang sering diterapkan Pada umumnya ,model-model tersebut
menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan yang
diarahkan pada pencapaian kebijakan. Dalam penilitian ini peneliti menggunakan
model implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh Donald Van Meter dan
Carl Van Horn (1975). Menurut Donald Van Meter dan Carl Van Horn (1975)
yang dikutip Suharno (2010: 195-196) terdapat enam variabel yang
mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, yaitu:

Menurut Donald Van Meter dan Carl Van Horn yang dikutip Suharno (2010:
195-196) terdapat enam variabel yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi kebijakan, yaitu:
a. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur, karena
ketidakjelasan standar dan sasaran kebijakan berpotensi untuk
10
menimbulkan interpretasi yang akhirnya berimplikasi pada sulitnya
implementasi kebijakan.
b. Sumber daya yang memadai baik sumber daya manusia maupun sumber
daya non- manusia diperlukan guna mendukung implementasi kebijakan.
c. Hubungan antarorganisasi diperlukan guna mengembangkan jalinan
hubungan kerjasama yang sinergis diperlukan antar instansi terkait untuk
mendukung implementasi kebijakan.
d. Karakteristik agen pelaksana yang meliputi struktur birokrasi, norma-
norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang
semuanya itu akan mempengaruhi implementasi kebijakan.
e. Kondisi sosial, politik dan ekonomi yang mencakup sumber daya
lingkungan, yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan;
sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan
bagi implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan (mendukung
atau menolak); bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan
apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan.
f. Disposisi implementor yang mencakup tiga hal penting, yaitu : 1) respon
implementor terhadap kebijakan yang berimplikasi pada kemauan untuk
melaksanakan kebijakan; 2) kognisi, yaitu pemahaman terhadap
kebijakan; 3) intensitas disposisi implementor, yaitu preferensi nilai yang
dimiliki implementor.

11
Gambar 1. Pendekatan Implentasi kebijakan Van Metter dan Van Horn

2.3 Kerangka Berpikir


Kerangka pemikiran penelitian ini dimulai dengan adanya permasalahan-
permasalahan yang terjadi pada kebijakan tentang penggunaan e-parkir atau parkir meter.
Electronic Parking (E-Parkir) atau parkir meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur
waktu lama parkir dan menerima pembayaran uang parkir secara elektronik menggunakan e-
money. E-Parkir telah diberlakukan di Kota Surabaya berdasarkan pada Peraturan Daerah
No. 3 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan perpakiran di Kota Surabaya, terdapat pada Bab
III pasal 5 ayat 5 yang mana memberitahukan bahwa pembayaran atas pelayanan parkir dapat
dilakukan dengan cara transaksi elektronik. Tujuan dari adanya penyelenggaraan perpakiran
berbasis elektronik atau parkir meter adalah untuk menghilangkan praktik parkir liar dan
mafia parkir sehingga pemasukan dari retribusi parkir dapat dioptimalkan.
Permasalahan yang timbul pada kebijakan e-parkir ditunjukkan dengan adanya
beberapa alat Pakir Meter di Balai Kota Surabaya yang tidak dapat difungsikan lagi. Setiap
juru parkir telah dibekali dengan e-money untuk membantu pengguna parkir menggunakan
alat parkir meter namun masih banyak juru parkir yang lebih memilih untuk melakukan
transaksi manual. Selain itu, banyak juru parkir yang tidak memberi karcis parkir kepada

12
pengguna parkir, hal itu bertentangan dengan peraturan yang ditetapkan Dinas Perhubungan
Kota Surabaya yang mana karcis parkir merupakan hak bagi pengguna parkir, karcis parkir
juga bisa menjadi bukti selain stnk bahwa kendaraan tersebut merupakan kendaraan miliknya.
hal tersebut tentu saja menimbulkan rasa khawatir pengguna parkir. Masalah selanjutnya
ialah jarak alat parkir meter dengan zona parkir yang cukup jauh sehingga juru parkir harus
berlarian setiap ada yang menggunakan parkir dan minimnya ketersediaan alat parkir
menyebabkan juru parkir di setiap zona harus mengantri bergantian.
Untuk itu dalam melakukan penelitian tentang implementasi kebijakan peneliti
menggunakan model implementasi kebijakan Van Metter dan Van Horn. Rasionalisasi dalam
mengambil model implementasi kebijakan ini karena model implementasi kebijakan ini
merupakan sebuah abstraksi dalam hal performance suatu implementasi kebijakan yang pada
dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja publik yang tinggi yang berlangsung
dalam hubungan berbagai variabel. Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan
berjalan secara linier dari keputusan politik yang tersedia, pelaksana dan kinerja kebijakan
publik. Model implementasi kebijakan Van Metter dan Van Horn memiliki 6 variabel yang
dianggap mempengaruhi implementasi kebijakan yaitu: ukuran dan tujuan kebijakan, sumber
daya, karakteristik agen pelaksana, sikap kecenderungan pelaksana, komunikasi antar
organisasi, dan lingkungan ekonomi, sosial dan politik.

13
Adapun bagan alur kerangka berpikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 3 Tahun 2018


tentang Penyelenggaraan Perpakiran di Kota
Surabaya Berbasis Elektonik atau Parkir Meter
(Studi Kasus : Balai Kota Surabaya)”.

Studi Kasus :
Balai Kota Surabaya

Alat parkir meter yang tidak dapat digunakan


Juru Parkir yang sulit menerima kebijakan
Pengguna parkir tidak mendapatkan haknya
Minimnya ketersediaan alat parkir meter

Pendekatan Model Van


Metter and Van Horn

ukuran dan tujuan kebijakan


sumber daya
karakteristik agen pelaksana
sikap pelaksana
komunikasi antar organisasi
lingkungan ekonomi, sosial dan politik.

Gambar 2. Kerangka Berpikir

14
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam


penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian
kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:6). Adapun jenis pendekatan
penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk
menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data.

Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini


dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai Implementasi Peraturan Daerah
Kota Surabaya No. 3 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Perpakiran di Kota Surabaya
Berbasis Elektonik atau Parkir Meter di Balai Kota Surabaya. Selain itu, dengan
menggunakan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diungkapkan situasi dan
permasalahan yang dihadapi dalam penerapan kebijakan Penyelenggaraan Perpakiran di
Kota Surabaya Berbasis Elektonik atau Parkir Meter.

3.2 Lokasi Penelitian


Lokasi dalam penelitian ini dilakukan pada Kawasan Balai Kota Surabaya.

3.3 Fokus Penelitian


Untuk memberi suatu pemahaman agar memudahkan penelitian maka perlu adanya
beberapa batasan masalah dan fokus penelitian. Penelitian ini memiliki fokus pada
analisis pelaksanaan atau implementasi dengan menggunakan aspek implementasi
kebijakan yang berusaha untuk mencari jawaban bagaimana kebijakan tersebut
dilaksanakan, apa faktor-faktor yang mempengaruhinya terlaksananya kebijakan, dan apa
faktor penghambat terlaksananya kebijakan tersebut.
Untuk mengetahui maksimal atau tidaknya kebijakan dalam proses implementasinya
diperlukan indikator yang berpedoman pada Model Implementasi Kebijakan Van Metter
dan Van Horn untuk kemudian dikaitkan pada Peraturan Daerah No 3 Tahun 2018

15
tentang penyelenggaraan perpakiran di Kota Surabaya, terdapat pada Bab III pasal 5 ayat
5 yang mana memberitahukan bahwa pembayaran atas pelayanan parkir dapat dilakukan
dengan cara transaksi elektronik. Adapun indikator yang telah disesuaikan dengan
Peraturan Daerah Surabaya tersebut untuk mendapatkan gambaran secara mendalam
tentang kinerja Dinas Perhubungan Kota Surabaya adalah :
1) Ukuran dan tujuan kebijakan
2) Sumber daya
3) Karakteristik agen pelaksana
4) Sikap/kecenderungan pelaksana
5) Komunikasi antar organisasi pelaksana
6) Lingkungan ekonomi, sosial dan politik
Dalam mengamati proses implementasi kebijakan Peraturan Daerah No 3 Tahun 2018
tentang penyelenggaraan perpakiran di Kota Surabaya, terdapat pada Bab III pasal 5 ayat
5 yang mana memberitahukan bahwa pembayaran atas pelayanan parkir dapat dilakukan
dengan cara transaksi elektronik.

3.4 Sumber Data


Menurut Masri Singarimbun dan Soffian Efendi (1989: 14) menjelaskan bahwa dalam
penelitian ilmiah data didapatkan dari dua jenis, yaitu:
1) Data Primer
Data yang telah diperoleh langsung dari informan dengan menggunakan teknik
pengumpulan data berupa interview (wawancara) langsung. Dalam penelitian ini
teknik wawancara dilakukan dengan memberikan sejumlah pertanyaan-pertanyaan
terkait isu / pokok masalah dalam penelitian kepada informan. Data diperoleh
peneliti dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan, bertatap muka,
mendengarkan secara langsung informasi yang diberikan informan yakni Bapak
Achmad Chilmy selaku Kepala Bidang Lalu Lintas di Dinas Perhubungan Kota
Surabaya, Bapak Juru Parkir selaku pelaksana Parkir meter dan beberapa
masyarakat Kota Surabaya.
2) Data Sekunder
Data yang diperoleh dengan berdasarkan pada dokumen-dokumen, catatan-
catatan, profil, arsip-arsip resmi, serta literatur lainnya yang relevan dalam
melengkapi data primer penelitian. Data diperoleh peneliti dengan mengumpulkan

16
berbagai buku-buku / literatur penunjang, serta website yang mempelajari dan
melakukan olah data profil dari Dinas Perhubungan Kota Surabaya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik atau cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Observasi
Observasi merupakan penelitian yang dilakukan secara sistematis dan sengaja
dilakukan dengan menggunakan indera pengelihatan untuk melihat kejadian yang
langsung serta langsung menganalisis kejadian tersebut pada waktu kejadian itu
berlangsung. Dalam menggunakan observasi cara pengamatan sebagai instrumen
pertimbangan kemudian format yang disusun berisi item-item tentang kejadian
atau tingkah laku yang digambarkan. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu
petunjuk bahwa mencatat data observasi bukan sekedar mencatat, tetapi juga
mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian kepada skala
bertingkat (Arikunto, 2006:229). Sehingga observasi ini digunakan untuk
mendapatkan data tentang bagaimana kebijakan e-parkir atau parkir meter.
b. Wawancara
Interview atau wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya
jawab langsung antara informan dengan peneliti yang berlangsung secara lisan
antara dua orang atau lebih, bertatap muka, mendengarkan secara langsung
informasi atau keterangan sehubungan dengan rumusan masalah penelitian.
Dalam penelitian ini dilakukan wawancara secara langsung kepada Bapak
Achmad Chilmy selaku Kepala Bidang Lalu Lintas di Dinas Perhubungan Kota
Surabaya, Bapak Juru Parkir selaku pelaksana Parkir meter dan beberapa
masyarakat Kota Surabaya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi dapat diasumsikan sebagai sumber data tertulis yang terbagi dalam
dua kategori yaitu sumber data resmi dan sumber tidak resmi. Sumber resmi
merupakan dokumen yang dibuat/ dikeluarkan oleh lembaga / perorangan atas
nama lembaga. Sumber tidak resmi adalah dokumen yang dibuat / dikeluarkan
oleh individu tidak atas nama lembaga. Dokumen yang akan dijadikan sebagai
sumber referensi dapat berupa hasil rapat, laporan pertanggungjawaban, surat, dan
catatan harian.
17
3.6 Subjek Penelitian
Subjek penelitian atau responden merupakan orang yang diminta untuk memberikan
keterangan tentang suatu fakta atau pendapat (Arikunto, 2006:145). Maka penentu subjek
penelitian pada implementasi kebijakan Peraturan Daerah No 3 Tahun 2018 tentang
penyelenggaraan perpakiran di Kota Surabaya, terdapat pada Bab III pasal 5 ayat 5 yang
mana memberitahukan bahwa pembayaran atas pelayanan parkir dapat dilakukan dengan
cara transaksi elektronik yakni pelaksana kebijakan yang terdiri dari juru parkir dan
masyarakat Kota Surabaya.

3.7 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data merupakan suatu langka yang paling menentukan dari suatu
penelitian, karena analisa data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian. Teknik
analisis data dapat dilakukan melalui 3 tahap berikut ini :
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap peneliti dalam merencanakan penelitian dan
membuat rancangan penelitian yang akan dilaksanakan. Sebelumnya, peneliti
menentukan tempat penelitian dan menentukan fokus permasalahan dalam penelitian
yang dirancang dengan observasi awal dan melakukan wawancara dalam menemukan
permasalahan yang akan diteliti dan selanjutnya menyusun rancangan penelitian
dalam bentuk proposal penelitian. Dalam hal ini, peneliti mengajukan proposal
penelitian implementasi parkir meter di Balai Kota Surabaya. Jadi, tujuan penelitian
ini untuk mengetahui implementasi parkir meter di Balai Kota Surabaya.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahapan penelitian untuk melakukan penelitian ke
lapang dengan memasuki situasi dan kondisi lapangan. Pada tahap ini, peneliti
berperan dalam mengumpulkan data dengan pedoman wawancara dan pedoman
observasi, serta studi dokumentasi dan studi pustaka untuk melengkapi data
penelitian. Pedoman wawancara dan pedoman observasi telah dirancang sebelumnya
dalam spek-aspek yang akan diteliti di lapangan, yaitu mengajukan pertanyaan dan
mengamati tentang implementasi kebijakan parkir meter di Balai Kota Surabaya.
3. Tahap Pelaporan dan Penyelesaian

18
Tahap laporan merupakan tahapan akhir dalam penelitian yang peneliti lakukan.
Dalam tahapan laporan ini, peneliti mengelola data yang telah didapat melalui
observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi pustaka agar dapat dianalisis
dengan mudah sesuai dengan kaidah olahan data dan analisis data yang digunakan
dalam penelitian kualitatif. Selanjutnya, peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang
telah dilaksanakan.

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
4.1.1 Deskripsi Tempat
Lokasi Parkir berbasis e-parking Balaikota Pemerintah Kota Surabaya, Jalan
Walikota Mustajab Surabaya, Ketabang, Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60272.

4.1.2 Deskripsi Kebijakan


E-parkir merupakan program pembaruan sistem dan tata laksana perparkiran
di Kota Surabaya yang mulai diterapkan pada tahun 2018, guna mewujudkan
Surabaya sebagai Smart City. Penerapan e-parkir mempunyai dua payung hukum,
yaitu PERDA Kota Surabaya No. 3 Tahun 2018 Tentang Penelenggaraan
Perparkiran di Kota Surabaya yang kemudian diturunkan untuk dijalankan secra
teknis dengan pijakan PERWALI No. 29 Tahun 2018 Tentang Perubahan Tarif
Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum.
E-parkir merupakan sebuah perubahan dari Parkir Zona yang sebelumnya
diterapkan di Kota Surabaya. Perubahan yang dilakukan adalah pada sistem
pembayaran yang sebelumnya menggunakan uang cash menjadi pembayaran
menggunakan uang elektronik. Upaya perubahan tersebut bertujuan mengurangi
penggunakan uang tunai dan upaya pengoptimalisasian Surabaya sebagai iSmart
City melalui tekhnologi pembayaran yang digunakan, dengan menggunakan mesin
sumber energi panel surya (Solar System).

4.1.3 Implementasi
Keberhasilan implementasi kebijakan dapat dipengaruhi berbagai faktor yang
saling berkaitan. Van Meter dan Van Horn (1975) mengemukakan kinerja
kebijakan dipengaruhi oleh beberapa variabel yang saling berkaitan, yaitu Standart
dan sasaran kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan; Sumber daya; Karakteristik
Organisasi pelaksana; Sikap para pelaksana; Komunikasi antar organisasi terkait
dan kegiatan kegiatan pelaksana; lingkungan sosial, ekonomi dan politik. Dari
berbagai variabel tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mensukseskan
kebijakan publik memerlukan kesiapan dari berbagai pihak dan kematangan

20
rencana pelaksanaan, baik dari sumber daya manusia ataupun sumber daya
pendukung lainnya.

4.2 PEMBAHASAN
Program e-parkir pada dasarnya dalam pelaksanaannya sama seperti parkir pada
umumnya, akan tetapi pada program e-parkiri dalam pembayarannya menggunakan uang
elektronik. Alat pembayaran yang digunakan berupa kartu serupa kartu ATM ataupun juga
dapat menggunakan kartu ATM yang mempunyai chip untuk scanning. Pada pelaksanaannya
konsumen pengguna jasa parkir dibantu oleh juru parkir untuk menggunakan alat tersebut.
Juru parkir merupakan bagian dari pegawai dari Dinas Perhubungan yang ditugaskan secara
resmi. Juru parkir menyediakan kartu pembayaran dari Dinas Perhubungan untuk melayani
masyarakat yang tidak dapat melakukan pembayaran menggunakan uang elektronik karena
tidak mempunyai kartu pembayarannya. Selain itu juru parkir juga bertugas memberikan
contoh cara penggunaan alat pembayaran e-parkir.
Sasaran dari program e-parkir adalah seluruh perparkiran legal tepi jalan umum yang
di kelola oleh Dinas Perhubungan (kawasan parkir zona). Akan tetapi dalam pelaksaanaanya
dilaksanaan secara berangsur. Balaikota Pemkot Surabaya dan Lokasi Taman Bungkul
menjadi daerah pertama penerapan e-parkir. Pemilihan kedua tempat tersebut dengan alasan
sebagai kawasan percontohan dimana di tempat tersebut dari sisi sumber daya manusia dinilai
sudah dapat membantu pelaksanaan kebijakan. Balaikota Pemerintah Kota Surabaya dipilih
karena merupakan daerah perkantoran dan Taman Bungkul dipilih karena merupakan
kawasan fasilitas umum yang banyak diakses masyarakat.
Proses Implementasi Kebijakan tentang E-parkir melalui berbagai tahap seperti berikut :

21
Perencanaa
n

Program e-
parkir di Sosialisasi
lokasi lain

Pelaksanaan Opening

Gambar 3. Proses Implementasi Kebijakan

4.2.1 Rincian proses implementasi :


1. Perencanaan
Pada proses perencanaan dilakukan penentuan lokasi untuk penerapan e-parkir.
Dilakukan pula proses analisa tentang lingkungan serta analisi tahap-tahap teknis dan
administratif pelaksanaan program e-parkir yang akan dilaksanakan.
2. Sosialisasi
Sosialisasi dilakukan pada beberapa pihak sumberdaya manusia yang berperan,
seperti halnya teknisi mesin e-parkir, pengawas juru parkir, juru parkir dan tentunya
masyarakat sasaran.
a. Teknisi : pemberian sosialisasi pada teknisi untuk menghadapi masalah-masalah
yang nantinya akan dihadapi ketika dijalankannya e-parkir.
b. Pengawas Juru Parkir : sosialisasi mengenai pengawasan yang semestinya
dilakukan kepada juru parkir dalam menjalankan tugasnya untuk
mengoptimalisasikan berjalannya program e-parkir.
c. Juru Parkir : sosialisasi mengenai pemberian pengetahuan tentang tata cara
pelaksanaan perparkiran menggunakan e-parkir

22
d. Masyarakat : mensosialisasikan tujuan diadakannya e-parkir dan penjelasan
secara singkat pengetahuan tentang e-parkir dan cara penggunaanya.
3. Opening
Merupakan kegiatan pemulaan pembukaan program kebijakan perparkiran yang
berbasir e-parkir dengan target optimalisasi peran masyarakat. Untuk meningkatkan
peran masyarakat dalam kegiatan ini dilakukan ujicoba pembayaran e-parkir oleh
masyarakat secara langsung. Dan untuk pengoptimalan tahap pengenalan dilakukan
pembukaan stand pembelian kartu pembayaran e-parkir dengan harga 50%.
4. Pelaksanaan E-Parkir
Pengimplementasian program e-parkir secara normal, dengan pembayaran
mengunakan uang elektronik secara langsung oleh masyarakat ataupun dengan
bantun oleh juru parkir ketika timbul suatu permasalahan. Pengawasan kerja terhadap
juru parkir, serta pengawasan sistem pembayaran oleh teknisi.
5. Program E-Parkir di kawasan lain
Keberlanjutan program untuk pelaksanaan di lokasi lain atau sasaran ditujukan pada
kawasan parkir zona.

4.2.2 Kelebihan dan Kekurangan

Dalam pelaksanaannya yang dilakukan kurang lebih satu tahun lalu, program e-parkir
mempunyai Kelebihan dan kekurangan yaitu :

Kelebihan :
a. Dapat mengurangi pungli yang dapat dilakukan oleh juru parkir
b. Meminimalisir kebocoran uang retribusi ke pihak lain yang tidak berwenang
c. Pemanfaatan solar system untuk menunjang program Surabaya sebagai Smart City

Kekurangan :
a. Dari sisi masyarakat sasaran
Masyarakat masih nyaman menggunakan uang tunai dalam pembayaran, karena dari
penilaian mereka uang tunai masih menjadi alat pembayaran paling praktis untuk
dilakukan.
b. Dari sisi juru parkir
Juru parkir menilai dengan menggunakan e-parkir semakin memperlambat transaksi
karena memerlukan waktu lama untuk memproses pembayaran melalui mesin dan

23
menyebabkan antrean panjang. Dengan adanya antrean panjang tersebut beberapa
pengguna jasa parkir memilih untuk melarikan diri dan tidak melakukan pembayaran
ketika juru parkir sedang membantu pengguna jasa lain dalam melakukan
pembayaran.
c. Dari pelaksana
Dalam pelaksanaan masih terdapat bebrapa mesin yang error sehingga tidak dapat
dimanfaatkan dan kembali pada cara lama dengan parkir manual. Selain itu untuk
mendatangkan kembali mesin pengganti baru membutuhkan waktu yang lama karena
mesin pembayaran didatangkan dari luar Indonesia.

24
BAB V

KESIMPULAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Memaksimalkan suatu program kebijakan memerlukan tindakan yang komplek, tidak


hanya pada keteraturan tindakan yang dilaksanakan sesuai perencanan, tetapi juga
pembangunan mental dan merubah pola keseharian masyarakat sasaran. Menurut teori Van
Meter dan Van Horn variabel sumber daya yang masih kurang mendukung, baik sumber daya
manusia ataupun sumber daya fasilitas (peralatan). Pada sumber daya manusia masih
kuarangnya kesadaran untuk menerima perubahan yang lebih modern dan kurangnya
kesabaran masyarakat untuk mengantre. Selain itu, pada sumber daya fasilitas (peralatan)
kurang praktisnya alat yang digunakan untuk mengakses pembayaran secara elektronik.

5.2 Saran

Mengingat masyarakat Indonesia khususnya Surabaya merupakan masyarakat


pengkonsumsi kendaraan, dengan budaya satu kepala satu kendaraan menharuskan adanya
sistem yang praktis untuk merealisasikan e-parkir salah satunya dapat dengan cara mengganti
sumber daya fasilitas (peralatan) yang digunakan, sehingga dapat mengurangi antrean pada
saat pembayaran. Dengan jalan menggantikan mesin yang lebih praktis lagi untuk
pembayaran e-parkir dirasa cara yang cukup ideal dibandingkan harus merubah mental
masyarakat untuk sadar antrean.

25
DAFTAR PUSTAKA

Kerangka Teori. (Online),

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/51605/Cgapter%20ll.pdf?
sequence=3&isAllowed=y . Diakses pada 19 April 2019

Konsep Kebijakan Publik. (Online),

https://eprints.uny.ac.id/20413/3/BAB%20ll.pdf . Diakses pada 19 April 2019.

Wahyudin. 2014. Kendaraan di Surabaya tambah 17 Ribu Lebih Sebulan. (Online),

https://www2.jawapos.com/baca/artikel/9796/kedaraan-di-surabaya-tambah-17-ribu-
lebih-sebulan. Diakses pada 20 April 2019.

26
LAMPIRAN DOKUMEN

27

Anda mungkin juga menyukai