Anda di halaman 1dari 29

Farmakologi Dasar

(Farmakodinamik)

NADIA PUDIARIFANTI, M.Sc., Apt


Farmakodinamik

Farmakodinamik adalah ilmu yang


mempelajari efek-efek biokimiawi dan
fisiologi obat serta mekanisme kerja obat
tersebut didalam tubuh.

Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah


untuk meneliti efek utama obat,mengetahui
interaksi obat dengan sel, dan mengetahui
urutan peristiwa serta spektrum efek dan respon
yang terjadi
Perbedaan Farmakokinetik VS
Farmakodinamik
Efek yang ditimbulkan

Obat

Efek Efek Efek


terapetik samping merugikan

Yang Tidak
diinginkan diinginkan
Efek samping terjadi karena interaksi yang rumit antara obat
dengan sistem biologis tubuh, antar individu bervariasi.

Efek samping obat bisa terjadi antara lain :

• Penggunaan lebih dari satu obat sehingga interaksi antara


obat menjadi tumpang tindih pengaruh obat terhadap organ
yang sama.
• Obat-obat tersebut punya efek saling berlawanan terhadap
organ tertentu.
Cangkupan Farmakodinamik

1. Mekanisme Kerja Obat


2. Hubungan antara struktur dengan
aktivitas
3. Hubungan antara dosis obat dengan
respon
1. Mekanisme Obat
Ehrlinch  Pada permulaan abad ke-20, Ehrlich &
Langleymenyatakan bahwa suatu obat
harus berinteraksidengan suatu receptive substance
(reseptor) pada jaringan untuk menghasilkan efek pada
jaringantersebut.

Clark (1937) menyatakan bahwa molekul berikatan dengan


reseptor-reseptor dengan kecepatan yang proporsional
dengan konsentrasi obat dalam larutan dan jumlah
reseptor bebas.
Mekanisme Obat

• mekanisme aksi obat yang didasarkan


Aksi Non sifat fisika kimiawi yang sederhana,
misalnya berdasarkan osmolaritas,
Spesifik massa fisis,adsorpsi, rasa, sifat asam
basa, melapisi membran mukosa

• mekanisme aksi obat yang


Aksi melibatkan interaksi dengan
komponen spesifik organisme
Spesifik seperti reseptor, enzim, komponen
genetik
Reseptor adalah setiap
molekul target yang harus
diikat oleh obat supaya obat
tersebut dapat menghasilkan
efeknya yang spesifik atau
dengan kata lain reseptor
adalah tempat kerja obat (site
of action)
Reseptor
Kanal ION

Reseptor Inti Tergandeng


Reseptor
Protein G

Reseptor terkait
aktivitas Kinase
Reseptor
Reseptor Kanal Ion
Merupakan suatu reseptor
membran yang langsungterhubung oleh suatu kanal ion.
Contoh : reseptor asetilkolin nikotinik,
reseptorGABA A dan reseptor glutamat.

Reseptor yang tergandeng dengan Protein G


Reseptor ini merupakan reseptor membran yang
tergandeng dengan sistem efektor yang disebut protein G.
Contoh : reseptor asetilkolin muskarinik, reseptor
adrenergik, reseptor histamin, reseptor dopaminergik dan
reseptor serotonin
• Reseptor yang terkait dengan aktivitas Kinase
Merupakan reseptor yang memiliki aktivitas kinase dalam
transduksi sinyalnya dan berada di membran.
Contoh : reseptor sitokin, reseptor growth factor dan
reseptor insulin.

Reseptor Inti
Berbeda dengan 3 kelompok reseptor diatas yang berlokasi
di membran sel, reseptor ini berada didalam sitoplasmik
atau nukleus. Aksinya langsung mengatur transkripsi gen
yang menentukan sintesis protein tertentu.
Contoh : reseptor steroid, reseptor estrogen dan reseptor
PPAR γ
Aktivitas suatu obat merupakan hasil dari :
1. Afinitas : Kemampuan untuk mengikat reseptor.
2. Aktivitas Intrinsik (Efikasi) : Kemampuan suatuobat untuk
menimbulkan suatu efek

 Agonis Penuh
 Antagonis
 Agonis Parsial
Tipe Ligan
1. Agonis Penuh
bila obat tersebut dapat menimbulkan respon maksimal walaupun
tidak semua reseptor diduduki, karena agonis penuh memiliki efikasi
yang tinggi.
2. Antagonis
bila obat tidak menimbulkan efek apa-apa karena efikasi antagonis
adalah NOL dan hanya mempunyai afinitas kepada reseptor saja.
3. Agonis Parsial
bila obat memiliki efikasi yang rendahdan memiliki sifat-sifat
yang terletak diantara agonispenuh dan antagonis 
obat-obat yang memiliki efikasi rendah dapat menghasilkan
suatu respon yang kurang dari maksimal walaupun hampir semua
reseptor diikatnya.
• Agonis akan menstabilkan reseptor secara spontan selama
konformasi aktif terjadi. Reseptor dapat berubah menjadi
konformasi aktif secara spontan. Namun, kemungkinan
stastikal ini sangat kecil karena sel tidak menunjukkan tanda-
tanda aktivasi reseptor.

• Antagonis (A) akan melemahkan efek agonis, sehingga


perannya adalah “anti-agonistic”. Antagonisme adalah
kemampuan antagonis dalam menghambat atau memblokir
reseptor agonis.

• Antagonis kompetitif memiliki afinitas terhadap reseptor


tetapi berikatannya dengan reseptor tidak menyebabkan
perubahan fungsi sel (tidak memiliki aktivitas intrinsik)
Antagonisme Obat
Antagonisme obat adalah suatu keadaan ketika efekdari satu
obat menjadi berkurang atau hilang samas ekali yang
disebabkan oleh keberadaan satu obat lainnya.

Menurut mekanisme terjadinya, antagonisme


dapatdiklasifikasikan menjadi 5 macam :
1. Antagonisme Kimiawi
2. Antagonisme Farmakokinetik
3. Antagonisme dengan Blokade Reseptor
4. Antagonisme Non-Kompetitif
5. Antagonisme Fisiologik
Antagonis Kimiawi
Terjadi ketika dua obat bergabung sehingga
efekobat yang aktif menjadi hilang.

Contoh : inaktifasi logam-logam berat atau


untukpenanganan keracunan logam berat dengan
cara pemberian suatu “ Chelating Agent ” atau
senyawa pembentuk khelat/kompleks, misal
dimercaprol yang mengikat erat ion-ion logam
tersebut membentuk suatu kompleks tidak aktif
Anatagonis Farmakokinetika
Antagonisme farmakokinetika menjelaskan keadaan-keadaan
dengan obat-obat antagonisme secara efektif mengurangi
konsentrasi obat aktif pada tempat kerjanya.

Hal ini bisa terjadi dengan cara :


1. Meningkatkan metabolisme obat aktif
penguranganefek antikoagulan warfarin dengan meningkatk
anmetabolismenya di hepar dengan fenobarbital.
2. Mengurangi kecepatan absorpsi obat aktif di salurancerna
atau meningkatkan kecepatan ekskresi pemberian Na-
bikarbonat untuk alkalinisasi urine pada keracunan
fenobarbital.
Anatagonis dengan Blokade
reseptor
1. Antagonisme Kompetitif Reversibel
Antagonisme terjadi antara agonis dan antagonisyang
berkompetisi untuk menduduki reseptor yangsama
dimana antagonis mengikat tempat ikatanagonis pada
reseptornya secara reversibel dimana jumlah reseptor
yang diduduki antagonis kompetitifdapat dikurangi
dengan cara meningkatkankonsentrasi agonis.
Diperlukan dosis agonis yang lebih tinggi
untukmemperoleh efek yang sama.
Contoh : antagonisme oleh atropin terhadapasetilkolin
pada reseptor kolinergik muskarinik
2. Antagonisme Kompetitif yang Irreversible

Agonis dan antagonis menduduki reseptor yangsama,


namun antagonis membentuk suatu ikatanyang kuat
dengan reseptor sehingga sangat sulituntuk lepas dari
reseptor jumlah reseptor yang inaktif meningkat karena
diduduki oleh antagonispada saat agonis diberikan.
Pada kondisi ini, berapapun besarnya konsentrasiagonis
yang diberikan efek akhirnya akan tetapkarena terjadi
inaktivasi total dari reseptor olehantagonis.
Contoh : antagonisme fenoksibenzamin terhadap
noradrenalin pada alfa adrenoreseptor.
Antagonisme Non Kompetitif
Antagonisme ini adalah suatu keadaan ketika
obatantagonis memblokade suatu tempat
tertentu darirangkaian kejadian yang diperlukan
untukmenghasilkan respon suatu agonis.

• Contoh : verapamil dan nifedipin


akan memblokadekanal kalsium sehingga akan
menghambat kontraksiotot polos yang disebabkan
obat-obat lain.
Antagonis Fisiologik
Antagonisme fisiologik digunakan untuk
menerangkaninteraksi dari dua obat yang mempunyai efek
yangberlawanan didalam tubuh dan
cenderungmeniadakan satu sama lain. Hal ini disebabkan
karenadua obat tersebut bekerja pada 2 macam
reseptoryang berbeda dan menghasilkan efek yang
salingberlawanan.

• Contoh : adrenalin meningkatkan tekanan


arterisedangkan histamin menurunkan tekanan
arteri atauinsulin meningkatkan menurunkan
kadar glukosadarah sedangkan glukagon meningkatkan
kadarglukosa darah.
Hubungan struktur dengan
aktivitas
Hubungan dosis obat dengan
respon

Anda mungkin juga menyukai