Anda di halaman 1dari 4

ISOLASI KAPANG DERMATOPHYTA PENYEBAB

DERMATOFITOSIS
Isolation and Identification of Dermatophytosis Mold
Riya Febriyanti, Loisa Intan Aryani, Eriska Febriani
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor
E-mail: riyafebriyantixiia4@gmail.com

ABSTRAK
Penyakit dermatofitosis adalah penyakit jamur superfisial, menyerang permukaan tubuh yaitu
kulit, rambut, bulu dan tanduk. Kandungan zat keratin dan protein struktural berbentuk fibrin
digunakan untuk pertumbuhan. Penyakit ini menyerang hewan dan manusia (zoonosis),
mengakibatkan kerontokan rambut, kulit bersisik, pembengkakan, kulit kemerahan dan gatal. Infeksi
akan mengganggu kesehatan dan produksi, serta mudahnya terjadi penularan, maka perlu untuk
diperhatikan. Praktikum ini bertujuan mengisolasi kapang Dermatofita dari kerokan kulit kucing yang
diduga menderita dermatofitosis. Sampel didapat dari pengerokan kulit kucing yang diduga menderita
dermatofitosis. Dilakukan pemeriksaan sampel secara mikroskopis langsung terhadap adanya elemen
jamur (hifa dan makrokonidia) dengan ditetesi KOH 2% yang didiamkan selama 15 menit lalu dilihat
di bawah mikroskop, serta pengisolasian sampel dengan cara dipupuk pada media dermasel agar
(DSA). Dilakukan pemeriksaan kembali dengan menggunakan lactophenol cotton blue (LPCB)
secara natif dan selotip, kemudian koloni kapang disentuhkan pada sepotong agar menggunakan ose
untuk membuat Slide Culture Riddle. Dilakukan pewarrnaan dengan LPCB secara natif dan selotip
untuk mengamati pertumbuhan kapang pada Slide Culture Riddle. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sampel kerokan kulit kucing positif terinfeksi oleh kapang Dermatofita.

Kata kunci: Kapang, Dermatofita, dermatofitosis, kucing

ABSTRACT
Dermatophyitosis disease is a superficial fungal disease, attacks the surface of the body,
skin, hair, feathers and horns. Keratin substances and fibrin-shaped structural protein used for
dermatophyte growth. This disease attacks the animals and humans (zoonoses), cause hair loss, scaly
skin, swelling, redness, and itching. Infection would be destroy of the health, production, and
transmission occurs easily. The purpose of this practice is to isolated Dermatophyte fungi from skin
scrapings cat that was suspected of suffering from dermatophytosis. Samples obtained from scraping
skin a cat that was suspected of suffering from dermatophytosis. Examination of samples by
microscopy directly against the fungal elements (hyphae and macroconidia) with a few drops of KOH
2% and allowed to stand for 15 minutes and then viewed under a microscope, as well as the isolation
of the sample by means fostered in the dermasel agar (DSA). Checked again by using lactophenol
cottone blue (LPCB) are native and scotch tape, then touched on a piece of mold colonies in order to
use the loop to create a slide culture Riddle. Staining with LPCB are native and tape to observe the
growth of mold on the slide culture Riddle. The results showed that the samples of skin scrapings cats
is positive infected by Dermatophyte fungi.

Key words: mold, Dermatophyta, dermatophytosis, cat

PENDAHULUAN memanfaatkanya sebagai sumber nutrisi


Dermatofitosis merupakan penyakit (Budimulya 2007).
yang disebabkan oleh jamur Dermatofita Dermatofita mampu menginfeksi
yang enyerang jaringan berkeratin seperti hampir ada semua hewan, umumnya
pada stratum korneum kulit, rambut, dan hewan domestik, seperti hewan ternak,
kuku/tanduk hewan. Jamur Dermatofita anjing, kucing, hamster, kelinci, mamalia,
mampu membentuk molekul yang dan burung. Dermatofitosis tergolong
berikatan dengan keratin dan penyakit yang zoonosis yaitu dapat ditulark
dari hewan ke manusia maupun
sebaliknya. Penularannya dapat secara diamati pada mikroskop dengan perbesaran
langsung, seperti adanya kontak langsung 40x10. Apabila kucing positif
dengan kulit atau bulu yang terkena dermatofitosisi maka akan ditemukan
ringworm, maupun secara tidak langsung, makrokonidia yang berwarna coklat.
yaitu melalui spora dalam lingkungan
tempat tinggal hewan. hewan yang Isolasi kapang
menderita dermatofitosis akan Kerokan kulit hewan yang diduga
mmengalami penurunan sistem kekebalan menderita dermatofitosis ditanam pada
tubuh (Feline 2005). media dermasel agar (DSA) yang telah
Ringworm (dermatophyte) berasl dari diberi antibiotik khusus agar kapang lain
gabungan kata ring dan worm, worm tidak dapat tumbuh. Kemudian ditunggu
karena diduga penyebabnya adalah cacing hingga tumbuh dan membentuk
dan ring karena gejalanya dimulai dengan makrokonidia yaitu selama 2 minggu pada
adanya peradangan pada permukaan kulit suhu ruang. Setelah 2 minggu, kapang
yang bila dibiarkan akan meluas yang tumbuh diambil menggunakan ose
membentuk lingakaran seperti cincin. maupun meggunakan selotip dan
Dermatofita (dermatophyte) merupakan diletakkan diatas gelas objek yang telah
jenis kapang yang menyebabkan kerusakan dibersihkan dan ditetes dengan
pada jaringan kulit karena menggunakan lactophenol cotton blue (LPCB).
zat keratin yang terdapat di permukaan Kemudiaan ditutup dengan gelas penutup
kulit untuk pertumbuhannya (Palupi, (tidak untuk selotip) dan diamati di
1997). Ringworm sering disebabkan oleh mikroskop dengan perbesaran 40x10.
kapang jenis Trichophyton sp. dan Kemudian diamati morfologinya mulai
Microsporum sp. Daerah tropis dengan dari hifa, mikrokonidia, dan
kelembaban tinggi seeti Indonesia makrokondinya. Kemudian koloni kapang
merupakan daerah yang cocok bagi diisolasi kembali dengan teknik Slide
tumbuhnya berbagai jenis jamur (Pohan Culture Riddle. Hal ini dilakukan untuk
2007). melihat morfologinya secara utuh. Setelah
Gejala yang sering terlihat pada tumbuh atau sekitar satu minggu, kapang
kucing yang menderita dermatofitosis, yang telah dikultur, diamati kembali
yaitu adanya kerusakan disertai kerontokan dengan penambahan LPCB.
bulu di seluruh muka, hidung, dan telinga.
Perubahan yang tampak pada kulit berupa
lingkaran atau cincin dengan batas jelas HASIL DAN PEMBAHASAN
dan umumnya dijumpai di daerah leher, Gejala yang tampak pada kucing
muka, kaki, dan perut bagian bawah. yang menderita dermatofitosis antara
Keudian akan terbentuk keropeng dan lain erithema, papula, crust, seborrhea
kerak yang pada bagian tengah biasanya dan paronychia atau onychodystrofi
kurang aktif. Pertumbuhan aktif akan
(Medleau dan Hnilica 2006). Pada
menyebabkan bulu menjadi rapuh, mudah
patah, rontok, dan kuita gatal (Riza 2009).
hewan sakit, batang rambut menjadi
mudah patah dan fragmen rambut yang
METODE KERJA mengandung arthrospora sangat efisien
Pembuatan preparat natif dalam menyebarkan infeksi (Prasetya
Praktikum dermatofitosis ini 2013).
menggunakan sampel dari kerokan kulit Menurut DeBoer dan Moriello
kucing yag diduga mengalami (2006), lebih dari 90% kasus
dermatofitosis. Daerah kulit kucing yang dermatofitosis pada kucing di seluruh
mengalami dermatofitosis terlebih dahulu dunia disebabkan oleh M. canis. T.
dibersihkan dengan alkohol, kemudian mentagrophytes dan M. gypseum.
kulit dikerok ini diletakkan di gelas objek
Faktor-faktor yang menjadi
yang telh dibersihkan dan ditetesi dengan
KOH 2%. Kemudan ditutup dengan gelas
predisposisi antara lain adalah umur
penutup dan ditunggu selama 15 menit. (sampai dengan dua tahun), kondisi
Setelah 15 menit, barulah kerokan kulit imunosupresi atau terapi
imunosupresan, penyakit lain, menunjukkan adanya makrokonidia
defisiensi nutrisi (khususnya protein dan hifa (Gambar 3 dan 4).
dan vitamin A), suhu dan kelembaban
yang tinggi. Masa inkubasi Dermatofita
adalah satu sampai tiga minggu
(DeBoer dan Moriello 2006).
Uji natif menggunakan KOH 2% pada makrokonidia
kerokan kulit kucing yang diduga
menderita dermatofitosis menunjukkan hifa
adanya makrokonidia (berbentuk lonjong
berwarna lebih gelap dibanding derah
sekitarnya) (Gambar 1).
Gambar 3. Pengabilan kapang
dengan ose

hifa

makrokonidia
Gambar 1. Pengamatan natif

Kemudian dilakukan kultur pada


media dermasel agar (DSA). Setelah 2 Gambar 4. Pengambilan kapang
minggu, terdapat pertumbuhan koloni dengan selotip
kapang pada media DSA (Gambar 2).
Kemudian untuk melihat struktur
dan morfologi kapang yang lebih jelas,
dilakukan slide culture menurut Riddle
yang diinkubasi selama beberapa hari.
Pemeriksaan secara mikroskopis
dengan pewarnaan LPCB pada slide
culture tersebut juga menunjukkan
adanya hifa beserta makrokonidianya
Dermatofita
(Gambar 5).
kontaminan

hifa
Gambar 2. Pertumbuhan kapang
setelah 2 minggu

Kapang Dermatofita yang tumbuh makrokonidia


diamati secara mikroskopis dengan
cara diambil menggunakan ose maupun
Gambar 5. Pengamatan mikroskopis
meggunakan selotip dan diletakkan dengan slide culture
diatas gelas objek yang telah
dibersihkan dan ditetes dengan Semua hasil pemeriksaan
lactophenol cotton blue (LPCB). mengindikasikan bahwa kucing
Pengamatan mikroskopis ini menderita dermatofitosis. Pada kucing,
penyakit ini sangat tidak baik sebagai
hewan peliharaan yang dekat dengan [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas
manusia. Ringworm menyerang hewan Nasional Jakarta.
Pohan KA. 2007. Bahan Kuliah Mikologi.
dan manusia. Dermatofitosis ini dapat Yogyakarta (ID): Universitas Gajah
menular antar sesama hewan, dan Mada.
antara manusia dengan hewan Prasetya TA. 2013. Studi kasus mikosis kutis
(antropozoonosis) dan hewan ke pada kucing dengan menggunakan
manusia (zoonosis) dan merupakan wood’s lamp screening test [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
penyakit nikotik yang yang tertua di Riza ZA. 2009. Permasalahan dan
dunia (Adzima et al. 2013). Penanggulangan Ringworm pada
Hewan. Bogor (ID): Balai Penelitian
KESIMPULAN Veteriner.
Berdasarkan hasil isolasi dan
pemeriksaan secara mikroskopik
dengan natif, selotip, maupun slide
culture terhadap kerokan kulit kucing
yang diduga menderita dermatofitosis,
dapat disimpulkan bahwa kucing
positif terinfeksi oleh kapang
Dermatofita. Gejala yang dapat dilihat
yaitu kulit kucing berwarna kemerahan
dan terdapat titik-titik coklat, rambut
rapuh dan rontok.

DAFTAR PUSTAKA
Adzima V, Jamin F, Abrar M . 2013. Isolasi
dan identifikasi kapang penyebab
dermatofitosis pada anjing di
Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.
Jurnal Medika Veterinaria. 7 (1): 46-48.
Budimulya U, Widaty S. Dermatofitosis. In:
Djuanda A. Hamzah M, Aisah S,
editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin
(7th ed). Jakarta (ID): Badan penerbit
FKUI, 2015; 109-16.
DeBoer DJ, Moriello KA. 2006. Cutaneous
fungal infections. Infectious Diseases of
the Dog and Cat. St Louis, Missouri,
555-569: Elsevier Saunders.
Feline, A.B. 2005. Ringworm [internet].
[diunduh 2017 Apr 1]. Tersedia pada:
http://www. Fabcats.org/ringworm for
breeders.html.
Medleau L, Hnilica KA. 2006. Small Animal
Dermatology. Hlm:71. USA: Elsevier.
Palupi EA. 1997. Identifikasi Kapang
Penyebab Ringworm pada Anjing-anjing
yang Dirawat di Pondok Pengayom
Satwa Ragunan Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai