Nurul Mubarok-Fst PDF
Nurul Mubarok-Fst PDF
NURUL MUBAROK
Oleh :
Nurul Mubarok
101092123370
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si
NIP. 150 317 956 NIP. 131 861 314
PERNYATAAN
Nurul Mubarok
101092123370
RINGKASAN
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadlirat Ilahi Rabby Allah Azza wa Jalla, atas segala
limpahan Rahmat, Hidayah dan ’Inayah-Nya yang tak terbilang dan tak pernah
hilang sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas akhir ini.
Rahmat ta’dzim dan kesejahteraan semoga selalu dilimpahkan Allah kepada
hamba pilihan, sebagai suritauladan yaitu Muhamad Bin Abdullah SAW yang
membawa risalah Rahmatalil’alamin.
Skripsi yang berjudul ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Kerupuk Ikan di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu - Jawa Barat” merupkan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis. Skripsi ini
tidak akan terwujud tanpa dukungan, support, motivasi dan uluran tangan semua
orang yang terlibat dalam proses penyusunannya, sehingga pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
3. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Program Studi Agribisnis, Ir. Lilis
Imamah I, M.Si dan Ahmad Tjahya Nugraha, SP, MP.
4. Ir Siti Rochaeni, M.Si dan Rahmi Purnomowati, SP. MP. sebagai pembimbing
yang tiada henti-hentinya membimbing dan mengarahkan penulis serta
memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ir. Setyo Adhie, MM, M.Si dan Dr. Taswa Sukmadinata, M.Si. atas
kesediaannya membaca, mengoreksi dan memberi masukan yang berharga
untuk perbaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Agribisnis dan Staff akademik Fakultas Sains dan Teknologi
7. Kepala Disperindag Kabupaten Indramayu dan segenap Staf-nya atas kerja
samanya menyediakan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
8. Kuwu (kepala desa) dan pengrajin kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu-Jawa Barat. Terima kasih telah memberikan izin dan
kerja sama yang baik kepada penulis dalam melakukan penelitian.
9. Bu Warti, yang telah memberikan waktu, perhatian dan bantuan yang tidak
sedikit. Terima kasih Bu, hanya Allah yang dapat membalasnya.
10. Kedua orang tua (H. Abdul Halim dan Hj. Aminah), Ridha dan magfirah
Allah serta Roudhotun Min Riyadiljinan; satu-satunya balasan dan imbalan
yang patut bagi mu ayah-bunda.
11. Saudara (Kang Juhirah dan Kang Hadlori serta Iin Sholihin) terima kasih atas
semuanya
12. Kedua orang tua (H. Mursalih dan Hj. Triningsih), terima kasih atas semuanya
13. Istri yang tercinta, terima kasih atas segalanya yang tidak dapat saya utarakan
satu per satu detailnya ”terlalu banyak”, semoga mendapat predikat ”Al-
Maratu Al-Sholihah”
14. Kang Khusen, Khalil, Haris. Terima kasih !
15. Teman-teman KMSGD dan Permai-Ayu.
16. Teman-teman program studi Agribisnis Angkatan 2001-2004.
17. Semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung, terima kasih.
dengan tidak mencantumkan nama dalam daftar ini bukan bermaksud
mengecilkan dan menapikan jasa dan partisipasi semua yang terlibat dalam
penyusunan Skripsi ini.
Wassalam
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................... 5
LAMPIRAN ......................................................................................... 75
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
Halaman
mempunyai nilai strategis, salah satu industri kecil dan industri kerajinan rumah
tangga adalah industri makanan dan minuman, jumlah industri makanan dan
jumlah industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga ada 857.496 unit, pada
tahun 2006 jumlah industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga meningkat
jumlahnya menjadi sebanyak 1.203.694 unit usaha (BPS, 2007 : 14) . Data
Tabel 1. Jumlah Industri Kecil (IK) dan Industri Kerajinan Rumah Tangga
(IKIKR) dan Persentase Menurut Skala Usaha (Golongan Industri)
Tahun 2005 – 2006
2005 2006 %
URAIAN
IK IKR IKIKR IK IKR IKIKR
Makanan dan
789.223 68.273 857.496 67.144 1.136.550 1.203.694 7.71%
Minuman
Tekstil 248.824 18.125 266.949 15.073 283.458 298.531 -0.02%
Pakaian Jadi 53.843 56.168 110.011 25.369 73.734 99.103 -0.77%
Kayu, Anyaman dari
rotan, bamboo dan 805.740 24.984 830.724 24.011 756.927 780.938 -4.78%
sejenisnya
Barang Galian
262.832 43.349 306.185 35.151 244.195 279.346 -2.03%
Bukan Logam
Furnitur dan
199.095 34.464 233.559 31.088 231.336 262.424 0.02%
pengolahan lainnya
Lainnya 161.111 36.971 198.082 53.914 164306 218.220 -0.12%
Jumlah 2.549.591 288.774 2.838.365 258.071 2.926.038 3.184.109
Keterangan :
IK = Industri Kecil; IKR = Industri Kerajinan Rumah Tangga
IKIKR = Industri Kecil dan Industri Kerajinan Rumah Tangga
Sumber : BPS Tahun 2007
Berdasarkan Tabel 1 di atas, jumlah industri makanan dan minuman
pada Industri Kecil dan Industri Kerajinan Rumah Tangga (IKIKR) tahun 2005
dan 2006 yaitu sebanyak 30,59 persen dan 38,31 persen dari total jumlah industri
IKIKR yang ada di Indonesia, terjadi peningkatan kontribusi sebesar 7,71 persen
terhadap jumlah IKIKR pada tahun 2006, sedangkan untuk industri lainnya rata-
lapangan tenaga kerja di Indonesia (BPS, 2007 : 15). Peranan IKIKR terhadap
Tenaga Kerja
Jenis Industri 2005 2006
% %
(Orang) (Orang)
Industri Besar dan menengah 4,226,572 38.14 4,730,125 39.72
Industri Kecil Industri Kerajinan
6,856,043 61.86 7,178,990 60.28
Rumah Tangga
Jumlah 11,082,615 100,00 11,909,115 100,00
Sumber : BPS Tahun 2007
industri besar dan menengah, yaitu pada tahun 2005 industri kecil industri
kerajinan rumah tangga menyerap tenaga kerja sebesar 61,86 persen dari
keseluruhan tenaga kerja di sektor industri dan sebesar 60,28 persen pada tahun
2006. Selebihnya, industri besar dan menengah sebesar 38,14 persen pada tahun
tapioka, udang/ikan, dan komoditi lainnya sehingga hal ini akan berdampak pada
nilai tambah komoditi sektor lainnya. Data Statistik Tahun 2008 (BPS, 2008 : 2),
menjelaskan bahwa kapasitas produksi kerupuk pada tahun 2006 sebesar 17.694
ton, pada tahun 2007 sebesar 17.871 ton dan pada tahun 2008 sebesar 18.959 ton
sedangkan tingkat produksi kerupuk yang baru dapat dipenuhi pada tahun 2006
sebesar 9.466 ton, pada tahun 2007 sebanyak 9.740 ton dan tahun 2008 triwulan
kedua 6.408 ton dengan nilai utilitas kerupuk setiap tahun meningkat yaitu pada
tahun 2006 sebesar 53,5 %, tahun 2007 sebesar 54,5% dan tahun 2008 triwulan
kedua sebesar 35,5 %. Berdasarkan data tersebut di atas masih ada kapasitas
produksi kerupuk yang belum terpenuhi sebesar 8.228 ton pada tahun 2006,
sebesar 8.131 ton pada tahun 2007 dan untuk 2008 pada triwulan kedua sebesar
11.642 ton, sehingga masih ada peluang untuk meningkatkan produksi dalam
tergolong pengusaha kecil dan kerajinan rumah tangga, walaupun ada beberapa
yang termasuk industri menengah, namun jumlah industri kecil dan kerajinan
industri sebagai tenaga kerja, biasanya untuk industri kecil akan membutuhkan 10
terdapat 30 unit usaha IKIKRT dan delapan unit usaha skala menengah pegrajin
kerupuk desa Kenanga pada tahun 2006 sebanyak 6.360 ton (Disperindag
Indramayu, 2006 : 54). Dengan demikian, adanya industri kerupuk ini akan
membuka lapangan kerja pada sektor-sektor lain yang terkait sehingga akan
semakin membuka peluang usaha dan lapangan kerja yang lebih luas.
faktor-faktor produksi yang beraneka ragam, baik yang bersifat permanen (tetap)
maupun non permanen (varaibel), untuk mencapai tingkat produksi kerupuk yang
yang dihasilkan, penggunaan dan kombinasi faktor produksi kerupuk yang tepat
2. Faktor apa yang paling berpengaruh pada produksi krupuk di Desa Kenanga
berkepentingan, yaitu :
1. Bagi penulis, menambah wawasan dan pengalaman dalam bidang studi yang
Kerupuk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan
tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk dibuat
sinar matahari dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Kerupuk
Kerupuk udang dan kerupuk ikan adalah jenis kerupuk yang paling umum
dijumpai di Indonesia. Kerupuk berharga murah seperti kerupuk aci atau kerupuk
mlarat hanya dibuat dari adonan sagu dicampur garam, bahan pewarna makanan,
dan vetsin. Kerupuk biasanya dijual di dalam kemasan yang belum digoreng.
Kerupuk ikan dari jenis yang sulit mengembang ketika digoreng biasanya dijual
dalam bentuk sudah digoreng. Kerupuk kulit atau kerupuk ikan yang sulit
mengembang perlu digoreng sebanyak dua kali. Kerupuk perlu digoreng lebih
dulu dengan minyak goreng bersuhu rendah sebelum dipindahkan ke dalam wajan
berisi minyak goreng panas. Kerupuk kulit (kerupuk jangek) adalah kerupuk yang
tidak dibuat adonan tepung tapioka, melainkan dari kulit sapi atau kerbau yang
dikeringkan.
mudah, biasanya pengusaha kerupuk tidak hanya memproduksi satu jenis kerupuk
saja, melainkan memproduksi beberapa jenis kerupuk sekaligus, hal ini karena
peralatan produksi yang sama bisa digunakan untuk membuat kerupuk berbagai
jenis. Jenis kerupuk yang beredar dipasaran cukup banyak dan masing-masing
memiliki pangsa pasar sendiri, berikut ini jenis kerupuk yang sering ditemui
Kerupuk mlarat, Kerupuk gendar, dam masih banyak jenis-jenis kerupuk lainnya,
karena jenis makanan ini sangat mudah dicampur dan dimodifikasi rasanya sesuai
konsumsi kerupuk relatif tinggi, karena makanan olahan ini banyak digemari oleh
masyarakat luas. Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
tahun 2003 dalam Bank Indonesia (2003, 4) , penduduk wilayah perkotaan (urban)
(rural). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengeluaran untuk konsumsi
makanan. Selain itu, sifat kerupuk sebagai makanan pelengkap ini sering
diabaikan oleh penduduk desa karena lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan
yang lebih pokok. Tabel 3 berikut menunjukkan jumlah konsumsi kerupuk oleh
Tabel 3. berikut dapat diketahui bahwa semakin tinggi pendapatan yang dimiliki
2003 (Bank Indonesia, 2008 : 2), kerupuk juga telah diekspor ke luar negeri antara
lain ke Belanda, Arab Saudi, Malaysia, Korea Selatan, Inggris, Singapura dan
Belgia. Adapun jumlah ekspor untuk komoditi kerupuk (kerupuk udang dll)
Tabel 5. Volume Ekspor Kerupuk Indonesia Menurut Jenisnya (ton) Tahun 2003
tetapi juga mengantisipasi bila bahan baku ikan sulit didapat sehingga usaha tidak
macet. Terdapat berbagai jenis kerupuk ikan tergantung pada jenis ikan dan
memenuhi standar mutu produk kerupuk yang ditetapkan. Selain itu kerupuk
tiga kualitas, yaitu kualitas 3, 2, dan 1. kerupuk dengan kualitas nomor 3 (rendah)
hanya dapat dipasarkan di pasar-pasar lokal dan rasanya kurang enak. Kualitas
kerupuk nomor 2 (menengah), harganya tidak terlalu mahal namun citara sanya
(tinggi) dibuat dari bahan-bahan yang berkualitas, memiliki cita rasa paling enak,
Juli 1983 (Suprapti, 2005 : 14) ditetapkan standar kualitas perdagangan kerupuk
Kerupuk di bagi atas dua kualitas, yaitu kualitas I dan kualitas II, standar mutu
yang diukur yaitu kadar air maksimum, kadar protein minimum, kadar abu tidak
larut dalam asam maksimum (%), benda asing maksimum, bau, berjamur dan
berserangga, zat warna dan tambahan lainnya. Daftar standar mutu kerupuk udang
STANDAR MUTU
No. KARAKTERISTIK I II
Udang Ikan Udang Ikan
1. Kadar air (%)
12,0 12,0 12,0 12,0
maksimum
2. Kadar protein (%)
4,0 5,0 2,0 2,0
minimum
3. Kadar abu tidak larut
dalam asam (%) 1,0 1,0 1,0 1,0
maksimum
4. Benda asing (%)
1,0 1,0 1,0 1,0
maksimum
5. Bau (mg) Khas Khas Khas Khas
Berjamur dan Tidak Tidak Tidak Tidak
6.
berserangga tampak tampak tampak tampak
7. Zat warna dan bahan Dicantumkan Dicantumkan Dicantumkan Dicantumkan
tambahan lainnya sesuai yang sesuai yang sesuai yang sesuai yang
diizinkan diizinkan diizinkan diizinkan
Depkes Depkes Depkes Depkes
Sumber: Departemen Perindustrian (2005 : 14)
2.1.2. Konsep Produksi
Menurut Putong (2008, 149) pengertian produksi menurut ilmu ekonomi adalah
4. Meningkatkan keuntungan.
digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor
produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya
alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari
alam maupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut
sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu, beberapa ahli juga
menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor produksi mengingat
semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini (Putong, 2008 : 150).
total, saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga
resources).
produksi ini biasa disebut input. Input atau faktor produksi ini jumlah dan
kualitasnya perlu diketahui oleh produsen, sehingga dalam suatu proses produksi
harus mengetahui hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output).
Hubungan antara input dan output ini disebut dengan factor relationship
antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). fungsi
produksi mempunyai sifat-sifat seperti utility. Jika input bertambah, output juga
besar dibanding dengan tambahan output yang disebabkan oleh tambahan input
berikutnya. Sifat ini disebut Law of Diminishing Returns. Secara grafis, ceteris
paribus, fungsi produksi dengan argumen (tenaga kerja) saja diasumsikan bahwa
Secara matematis, sifat fungsi naik (jika input bertambah maka output
Menurut Sokartawi (2003 : 18), hubungan fisik antara input dan output
disebut sebagai fungsi produksi. Penggunaan input (X) akan menambah output
(Y) atau produksi. Hubungan fisik antara X dan Y sering disebut dengan istilah
b. menambah jumlah beberapa input (lebih dari satu) dari input yang digunakan.
Bila produsen akan melakukan tambahan satu input untuk meningkatkan
(Y+∆Y) = f(X1+∆X1,│X2,X3,…Xn)
∆X 1= tambahan dari X 1
∆Y = tambahan Y karena ada pengaruh ∆X1
paribus). Selanjutnya bila lebih dari satu input yang ditambahkan, maka
Penjelasan hubungan satu input (X1,atau X 2) dengan satu output, Y, atau Y =f(X).
pengurangan satu satuan output, Y, disebut dengan istilah produk marginal (PM).
PM dapat ditulis dengan rumus : PM = ∆Y/ ∆X. Apabila PM konstan maka dapat
diartikan bahwa setiap tambahan unit input, X, dapat menyebabkan tambahan satu
satuan unit output, Y, secara proporsional. Bila terjadi peristiwa tambahan satu
satuan unit input, X, menyebabkan satu satuan unit output Y, yang menurun atau
satu satuan unit input, X, yang menyebabkan satu satuan unit output, Y, yang
total (PT), maka hubungan input dan output akan lebih informatif, artinya dengan
cara seperti itu, akan dapat diketahui elastisitas produksi yang sekaligus juga akan
diketahui apakah proses produksi yang sedang berjalan dalam keadaan elastisitas
produksi yang rendah atau sebaliknya. Elastisitas produksi (ep ) adalah prosentase
perubahan dari output sebagai akibat dari prosentase perubahan dari input. ep
∆Y ∆X ∆Y X
ep = p / atau p ,
Y X ∆X Y
karena ∆Y/ ∆X adalah PM, maka besarnya ep tergantung dari besar kecilnya PM
dari suatu input, misalnya input X. hubungan PM dan PT dapat dilihat Gambar 2
decreasing rate.
Output Output PT
(unit) Daerah I Daerah II Daerah III
e
Y P>1 1>e P > 0 e
P<0
PR
Output (unit) Q
PM
a. Bila PM lebih besar dari PR, maka posisi PR masih dalam keadaan
menaik.
b. Sebaliknya, bila PM lebih kecil dari PR, maka posisi PR dalam keadaan
menurun.
Hubungan antara PM dan PT serta PM dan PR dengan besar kecilnya ep, maka
daerah II, dimana pada sejumlah input yang diberikan maka PT tetap
e. Nilai ep < 0 yang berada di daerah III; pada situasi yang demikian PT
menurun.
f. Situasi ep < 0 maka setiap upaya untuk menambah sejumlah input tetap
fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel; variabel yang satu
disebut variabel dependen, yang dijelaskan, (Y), dan variabel yang lain disebut
X biasanya dengan cara regresi, kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
sebagai berikut :
e. Data yang dipakai merupakan limitasi yang tidak kalah pentingnya dalam
= a ∏ Χ ibi e u
Y = f(X 1, X 2) dan
Y = aX 1b1 X 2b 2e u
Y * = a * + b1 X 1* = b2* + V *
*
Y = Log Y
X * = Log X
*
V = Log v
a* = Log a
fungsinya menjadi fungsi linier, maka ada beberapa persyaratan yang harus
antara lain :
a. tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari bilangan
b. perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan.
Artinya, kalau fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model dalam suatu
pengamatan, dan bila diperlukan analisa yang merupakan lebih dari satu
model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis
d. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklan adalah sudah tercakup
yang lain;
scale.
Jumlah Hasil Produksi Pada Industri Kecil Perajutan (Suatu Kasus Pada Sentra
Industri Kecil Rajutan Binong Jati). Penelitian ini dilakukan dengan objek
penelitian berada di sentra industri rajutan Binong Jati, dengan jumlah responden
survey explanatory, dan alat analisis data yang digunakan adalah analisis regresi
berganda dengan variabel bebas yaitu modal (X1), tenaga kerja (X2), teknologi
(X3), dan permintaan konsumen (X4) dan variabel terikatnya adalah jumlah hasil
produksi (Y). Yang menjadi isu dalam penelitian ini adalah menurunnya kegiatan
produksi yang dapat dilihat dari menurunnya jumlah hasil produksi dari usaha
disertai pendapat dari tokoh ekonomi lainnya. Hasil penelitian yang didapat dari
penelitian ini yaitu bahwa secara simultan faktor modal kerja, tenaga kerja,
industri Binong Jati bergantung kepada permintaan dari konsumen (by order).
sentra produksi kerupuk, yang terdiri dari industri kecil rumah tangga dan idustri
stabil, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor baik dari faktor dalam (internal)
faktor alam, yaitu faktor musim, ketika musim hujan pengusaha kerupuk biasanya
mengurangi produksi kerupuk hal ini karena proses produksi kerupuk melibatkan
yang menggunakan open namun kualitasnya kurang bagus, yaitu kerupuk kurang
mengembang. Faktor lainnya, yaitu pada bulan-bulan tertentu seperti bulan
Syawal sehabis lebaran dan ketika sehabis musim panen padi masyarakat
modal, tenaga kerja, permintaan produk dan harga kerupuk. Hal ini dengan
analisis melalui analisis fungsi produksi, yaitu analisis Cobb-Douglas, analisis ini
akan melibatkan dua variabel yaitu variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X),
Kerupuk Ikan
(purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu sentra
kualitatif dan kuantitatif; data primer yaitu data diperoleh dari responden melalui
kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder yaitu data
yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi, gambaran umum
usaha, jumlah penduduk dan literatur dari instansi yang terkait yang berhubungan
34) terdapat 38 unit usaha pengrajin kerupuk yang dapat diklasifikasikan menjadi
dua golongan yaitu Industri skala Kecil, dan industri skala menengah/sedang.
sebanyak 8 unit usaha, untuk efesiensi waktu dan biaya dalam melakukan
skala sedang karena jumlah pengrajin hanya delapan orang maka pengambilan
ada dijelaskan dengan melakukan beberapa tahap, yaitu tahap transfer data,
editing data, pengolahan dan tahap penyusunan dalam bentuk tabulasi sehingga
alat bantu software Microsoft Excel 2003 dan SPSS for windows versi 12. Setelah
2
3.4.1. Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas
LnY = ln b0 + b1 ln X 1 + b2 ln X 2 + b3 ln X 4 + b4 ln X 4 + u
Keterangan :
dari faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan. Nilai yang diperoleh
dari analisis regresi yaitu besarnya nilai t-hitung, F-hitung dan koefisien
determinan (R 2). Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah
terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (Y).
3
1. Uji Determinan (R 2)
besar keragaman yang dapat diterangkan oleh para meter bebas terhadap
Keterangan :
2. Uji t hitung
Hipotesis :
H o : βn = 0
H1 : β n ≠ 0
bi − i
t-hitung =
Sbi
t-tabel = t α/2(n-p)
keterangan :
4
kriteria uji :
Jika t-hitung lebih besar dari t-tabel maka parameter yang diuji atau faktor-
faktor produksi (X i) berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas atau output
(Y). Sebaliknya jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai tabel, maka parameter
yang diuji (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas (Y).
Wilayah
Wilayah Penolakan H0
Penolakan H0
H0 diterima
α α
- t-tabel + t-tabel
3. Uji F-hitung
apakah model penduga yang digunakan sudah layak untuk menduga parameter
dalam fungsi produksi. Pengujian terhadap model penduga dapat dilihat sebagai
berikut :
5
Hipotesis :
H o : β1 = β 2 = …= β (k-1) = 0
R 2 /(k − 1)
F-hitung =
(1 − R 2 ) /(n − k )
Dimana :
2
R = Koefisien determinan
k = jumlah variabel termasuk intersep
n = jumlah pengamatan
Kriteria uji :
hasil produksi. Sebaliknya, jika F-hitung lebih kecil dari F-tabel, maka secara
penelitian skripsi ini, adapun istilah-istilah dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Usaha adalah suatu unit ekonomi yang melakukan aktivitas dengan tujuan
menghasilkan barang/jasa untuk dijual atau ditukarkann dengan barang
6
lain dan ada seseorang yang bertanggungjawab dan punya kewenangan
untuk mengelola usaha tersebut.
2. Pengrajin/pengusaha kerupuk adalah pelaku usaha yang memiliki usaha
pembuatan kerupuk.
pengusaha kerupuk.
6. Skala usaha kerupuk adalah ukuran yang menentukan besar kecilnya suatu
usaha industri kerupuk yang ditentukan oleh jumlah pekerja yang terlibat
menghasilkan pendapatan.
10. Tenaga kerja/pekerja (X2) adalah semua orang yang terlibat secara
12. Harga kerupuk (X4) yaitu harga kerupuk yang ditetapkan oleh produsen
kerupuk.
7
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
(Indramayu dalam angka, 2007 : 23) Luas wilayah desa Kenanga Kecamatan
industri seluas 5135 Ha, pasar desa luas 0,175 Ha, tanah wakaf 0,689 Ha, tanah
sawah seluas 66,178 Ha, tanah kering seluas 27,715 Ha. Lainnya yaitu untuk
jalan, irigasi, pekuburan dan lain sebagainya. Dengan batas wilayah sebelah utara
Adminisrasi yaitu 4,25 km, jarak dari pusat pemerintahan kabupaten 4,25 km,
jarak dari pusat pemerintahan propinsi 297 km dan jarak dari pusat pemerintahan
Desa Kenanga dilihat dari letak geografisnya terletak pada 107 0 52 ’ – 108 0
36’ Bujur Timur dan 6 0 15’ – 6 0 40’ Lintang Selatan. Sedangkan berdasarkan
berdasarkan Jenis kelamin yaitu sebanyak 5.452 orang dengan jumlah laki-laki
sebanyak 2.713 orang dan Jumlah perempuan 2.739 orang, sedangkan jumlah
fasilitas yang ada. Berdasarkan data monografi desa Kenanga (Monografi Desa
Kenanga, 2008 : 4), yaitu jumlah sarana peribadatan berupa masjid berjumlah 3
berjumlah 1 buah, sedangkan untuk fasilitas dan sarana pendidikan yaitu terdapat
2 gedung untuk kelompok bermain, dan 1 gedung TK dan terdapat 3 gedung SD.
Dari segi sosial budaya, desa Sindang termasuk desa yang tingkat
homogenitasnya tinggi, baik dilihat dari suku, etnis maupun agama, agama islam
merupakan satu-satunya agama yang dianut penduduk desa Kenanga, suku dan
etnis yang ada merupakan suku dan etnis pribumi atau lokal, sedangkan mata
beragam pada berbagai bidang yaitu pedagang sebanyak 175 orang, buruh tani
sebanyak 143, tani tambak sebanyak 80 orang, tani sawah sebanyak 71 orang,
pertukangan sebanyak 62 orang, PNS sebanyak 28 orang, pengrajin kerupuk 38
Lampiran 5.
Indramayu mayoritas lulusan SD/MI yaitu sebanyak 630 orang, disusul lulusan
SMP/MTs sebanyak 472 orang, lulusan SMA/MA sebanyak 377 orang, Akademi
dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pengolahan dan tahap
finishing/pengemasan.
4.3.1. Tahap persiapan
baik berupa ikan, udang, bawang, atau jengkol tergantung jenis kerupuk yang
dibuat. Dalam proses ini sebagai contoh adalah proses pembuatan kerupuk ikan.
Pada tahap pertama, ikan dicuci dan dibersihkan isi perutnya kemudian
daging ikan dipisahkan dari kulit, kepala, ekor dan tulangnya dengan
komposisi pada adonan pembuatan kerupuk, begitu juga dengan tepung tapioka
satu adonan kerupuk yang dicampur dalam mixer dapat dilihat pada Lampiran 12,
komposisi terbanyak dari adonan adalah tapioka sebanyak 40 kg. Daging ikan
yang dibutuhkan untuk setipa adonan adalah 15 kg, bahan yang paling sedikit
1. Adonan
menit tiap adonannya. Mesin pencampur digerakkan dengan tenaga listrik, setelah
dalam cetakan/mal. Cetakan tersebut dari besi, cetakan berbentuk setengah elips
dengan diameter tertentu. Terdapat dua jenis cetakan yaitu cetakan dengan
lingkaran besar dan lingkaran kecil. Setelah dicetak adonan berbentuk bulat
panjang atau tabung/bongko. Setelah dicetak adonan disusun ke dalam rak yang
2. Pengukusan
lemari besar, dapat memuat kurang lebih 8 buah rak. Pengukusan kurang lebih 90
3. Pemotongan/pengirisan
Pemotongan atau pengirisan dilakukan pada dini hari sekitar pukul 02.00
WIB hingga pagi sekitar pukul 08.00 WIB, tetapi bisa terjadi perubahan
tergantung banyaknya bongko yang akan diiris. Pemilihan waktu dini hari
dilakukan agar bongko yang telah diiris bisa langsung dijemur pada pagi sampai
siang harinya, kepingan kerupuk basah hasil pengirisan bongko diletakkan di atas
tampah.
ham slicer dikendalikan oleh satu orang operator. Operator ham slicer sudah
terlatih menggunakannya, jika tidak terlatih maka akan diperoleh hasil irisan yang
tidak rata. Bagi perusahaan kecil biasanya masih menggunakan alat pemotong
hanya jika terjadi pesanan yang melebihi kapasitas atau pada waktu cuaca kurang
tampah, kemudian tampah diletakkan di tanah lapang selama 12 jam, jika kondisi
penggunaan oven ini diminimalisisr karena hasil penjemuran dengan oven hasil
kualitas kurupuk kurang baik, yaitu kerupuk tidak mengembang dengan sempurna
ketika digoreng.
4.3.3. Pengemasan
kerupuk yang kualitasnya baik tidak terdapat banyak lubang dan bentuknya baik
yaitu tidak pecah atau remuk. Selanjutnya kerupuk dikemas di dalam plastik
ukuran 250 g dan 200 g yang sudah diberi label dengan nama merek, komposisi,
segel/sealer dengan panas. Setelah disegel kemudian dikemas lagi dengan plastik
yang berukuran 5 kg dan 4 kg, sebagian ada yang dikemas lagi dengan karung,
Dicampur
hingga merata
Pencetakan
Bentuk
Pengukusan
Adonan
Pendinginan/ditiriskan
± 12 jam
hingga mengeras
Pemotongan
Penjemuran
kriteria, yaitu berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS, 2005 : 4), bahwa industri
pekerja 20 - 99 orang, dan keempat industri besar, yaitu industri yang mempunyai
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 yaitu, usaha mikro adalah usaha yang
memiliki kekayaan bersih paling banyak 50 juta rupiah tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 300
juta rupiah. Kriteria Usaha kecil yaitu usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih
dari 50 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan memiliki
hasil penjualan tahunan lebih dari 300 juta rupiah sampai paling banyak dua
miliar lima ratus juta rupiah. Kriteria Usaha menengah yaitu memiliki kekayaan
bersih lebih dari 500 juta rupiah sampai dengan paling banyak sepuluh millar
rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari dua millar lima ratus juta rupiah sampai dengan
yaitu omset, aset dan badan hukum; industri mikro yaitu usaha yang dilakukan
oleh orang miskin atau hampir miskin, milik keluarga, sumber daya lokal dan
teknologi sederhana, lapangan usaha mudah dimasuki dan mudah keluar; industri
skala kecil beraset kurang dari atau sama dengan 200 juta di luar tanah dan
manufaktur di luar tanah dan bangunan, dan aset industri non manufaktur hingga
600 juta di luar tanah dan bangunan, sedangkan kategori perusahaan berdasarkan
nilai kredit yang diterima dapat digolongkan sebagai berikut, yaitu perusahaan
mikro, perusahaan yang menerima kredit kurang atau sama dengan 50 juta,
perusahaan kecil yaitu perusahaan yang menerima kredit 50 juta hingga 500 juta;
industri sedang yaitu industri yang menerima kredit 500 juta hingga 5 miliar.
tersebut ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam produksi kerupuk
Indramyau, Jawa Barat yang termasuk dalam kategori skala kecil berjumlah 30
pengrajin, hal ini berdasarkan jumlah tenaga kerja yang terlibat dan Undang-
utama dan sampingan, usia, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, lama
Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat adalah kegiatan yang mempunyai nilai
kerupuk adalah usaha kerupuk (100,00%), pada pengrajin kerupuk skala sedang
Sedangkan untuk pengrajin dalam skala kecil hanya 33,33 persen yang
kegiatan utamanya.
tahun, sedangkan pengsaha kerupuk skala kecil rata- rata berusia 36 – 40 tahun.
50 tahun sebesar 62,50 persen atau berjumlah lima orang dari delapan orang
responden, kemudian diikuti oleh umur antara 41 – 45 tahun dengan jumlah tiga
orang. Reponden pengrajin kerupuk dalam skala kecil paling banyak berumur
pengrajin skala sedang usianya relatif lebih tua dibandingkan dengan skala kecil.
Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 75,00 persen atau 6 orang dari delapan
persen atau satu orang untuk pengrajin skala sedang, sedangkan untuk pengrajin
skala kecil sebesar 60 persen yang menyelesaikan Sekolah Dasar (SD), diikuti
lulusan SMP sebesar 33,33 persen dan lulusan SMU 6,67 persen. Sebaran
Tabel 9.
kerupuk baik dalam skala sedang maupun kecil mayoritas menyelesaikan Sekola h
Dasar, hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak berpengaruh terhadap skala
usaha kerupuk.
5.1.4. Jumlah Anggota Keluarga Pengrajin Kerupuk
Jumlah keluarga yang dimiliki oleh pengrajin kerupuk rata-rata lima orang yang
terdiri dari dua orang tua dan mempunyai anak berjumlah tiga orang. Jumlah
sebesar 25,00 persen dan 2 – 4 sebesar 12,50 persen. Jumlah anggota keluarga
sebesar 53,33 persen atau delapan dari 15 orang responden, diikuti 2 – 4 orang
sebesar 46, 67 persen atau tujuh orang. Berarti jumlah anggota keluarga yang
dimiiki antara pengrajin kerupuk sekala sedang dan skla kecil relatif sama.
5.1.5.Lama Menjadi Pengrajin Kerupuk
bisa belajar dan mengembangkan produk lebih baik, biasanya berkaiatan dengan
lama bergerak dalam usaha tersebut (BPS, 2005:13). Secara umum pengrajin
kerupuk mendapatkan ilmunya dari keluarga dan kerabat. Hal ini terjadi karena
ada di desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat rata-
rata masih ada ikatan keluarga. Sebaran responden berdasarkan lamanya menjadi
sudah 11 - 15 tahun menjadi pengrajin kerupuk, yaitu sebesar 63 persen atau lima
orang dari delapan pengrajin kerupuk, kemudian diikuti dengan lama antara 16 –
kerupuk dalam skala kecil sebesar 67 persen. Hal ini berarti pengrajin kerupuk
skala sedang relatif lebih lama menjadi pengrajin kerupuk dibandingkan dengan
Sebaran responden berdasarkan jenis kerupuk yang diproduksi dapat dilihat pada
Tabel 12.
Pengrajin Pengrajin
Kerupuk Kerupuk
Jenis Kerupuk yang diproduksi
Skala Sedang Skala Kecil
Jumlah % Jumlah %
Ikan, Udang, Jengkol, Bawang 6 62.50% 13 86.67%
Udang, Ikan, Bawang 2 25.00% 2 13.33%
Udang, ikan, bawang,
1 12.50% 0 0%
stik/kancing
Jumlah 8 100% 15 100%
dalam skala sedang mayoritas memproduksi kerupuk udang, ikan, jengkol dan
bawang, begitu pula dengan pengrajin kerupuk dalam skala kecil mayoritas
memproduksi kerupuk udang, kerpuk ikan, kerupuk jengkol dan kerupuk bawang.
5.1.7.Alasan Menjadi Pengrajin Kerupuk
sehingga usaha tersebut tetap eksis berproduksi. Motivasi atau faktor pendorong
bahwa usaha kerupuk untuk meneruskan usaha yang telah dirintas orang tua
alasan menjalankan usaha kerupuk adalah bahwa usaha kerupuk ini lebih
menguntungkan.
5.1.8.Keahlian Membuat Kerupuk
sedang rata-rata keahlian membuat kerupuk diperoleh dari pengalaman hidup dan
pengrajin skala sedang, maupun skala kecil keahlian membut kerupuk mereka
didalam usaha produksi kerupuk yang ada di desa Kenanga Kecamatan Sindang
konsumen atau pasar yang ada. Hal ini karena peralatan yang dibutuhkan untuk
membuat kerupuk jenis apapun relatif sama. Ide Diversifikasi produk kerupuk
yang dibutuhkan relatif sama untuk membuat jenis kerupuk yang berbeda-beda,
yaitu tepung tapioka, telur, dan cita rasa sesuai dengan yang diinginkan. Untuk
pengembangan produk itu ada dan keharusan untuk bisa eksis dan meningkatkan
atau sebesar 73,33 persen, sedangkan sebagian kecil menyatakan sudah cukup
dengan jenis kerupuk yang diproduksi sekarang yaitu sebesar 26,67 persen atau
empat orang dari 15 orang pengrajin kerupuk dalam skala kecil. Data tersebut
Pengrajin Pengrajin
Kerupuk Kerupuk
Diversifikasi Produk
Skala sedang Skala Kecil
Jumlah % Jumlah %
Ada Diversifikasi 8 100.00% 11 73.33%
Tidak Ada Diversifikasi 0 0.00% 4 26.67%
Jumlah 8 100.00% 15 100.00%
Sidoarjo karena dari Sidoarjo sering memesan kerupuk tertentu dari desa Kenanga
juga dari pasar yang ada sebagai referensi jenis kerupuk yang diminati pasar.
Pengrajin kerupuk dalam skala sedang sebagian besar sumber ide
diversifikasi dari konsumen yaitu sebesar 50,00 persen atau empat dari delapan
pengrajin kerupuk, selebihnya bersal dari Sidoarjo dan sumber-sumber lain (buku,
majalah, koran dan media lain), yaitu masing-masing sebesar 25,00 persen.
Pengrajin kerupuk dalam skala kecil mayoritas sumber ide diversifikasi produk
kerupuk berasal dari konsumen yaitu sebesar 91,67 persen atau 11 pengrajin dari
Sidaorjo yaitu sebesar 8,33 persen. Data mengenai sumber ide diversifikasi
Tabel 17. Sumber Ide Diversifikasi Produk Kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu – Jawa Barat
skala kecil sumber ide diversifikasi bersumber dari konsumen hal ini berarti
referensi konsumen.
5.2. Faktor-Faktor Produksi Kerupuk Ikan
5.2.1. Modal
dibedakan menjadi dua, yaitu modal/biaya tetap dan biaya tidak tetap, biaya tetap
tetap, yaitu biaya berkaitan dengan kapasitas produksi dan biaya operasional
produksi.
fasilitas bangunan, tempat penjemuran, mesin dan alat-alat yang digunakan untuk
proses produksi kerupuk, dalam analisis faktor produksi biaya tetap yang dihitung
adalah nilai depresiasi dari fasilitas produksi, mesin, dan alat-alat produksi lainnya
yang bersifat tetap. Daftar fasilitas dan mesin, alat-alat sebagai biaya tetap yang
digunakan dalam produksi kerupuk dapat dilihat pada Tabel 18 di bawah ini :
Tabel 18. Daftar Fasilitas, Mesin dan Alat-Alat sebagai Biaya Tetap yang
Digunakan dalam Produksi Kerupuk Ikan
Sedangkan untuk Biaya tidak tetap yaitu berupa biaya operasional, biaya
yang dikeluarkan untuk bahan baku dan bahan pembantu pembuatan kerupuk,
meliputi tepung tapioka, ikan, Gula, telor, MSG, dan air; dan bahan pelengkap
seperti batu es, kayu bakar, plastik untuk pengemasan, dus, karung. Daftar item
bawah ini
Tabel 19. Daftar item-item yang masuk dalam biaya Tidak Tetap/Operasional
Pembuatan Kerupuk
No. Uraian
1. Bahan Baku
- Tepung Tapioka
- Udang/Ikan/Bawang/Jengkol,
dll
2. Bahan Pembantu
- Gula
- Garam
- Telur
- MSG
- Air
3. Bahan Pembantu proses
- Es pendingin ikan
- Kayu bakar
- Plastik kemasan
- Karung
- Dus karton
4. Gaji/Upah
5. Biaya Listrik dan Air
6. Biaya Telepon
7. Biaya Perawatan Mesin
8. Biaya lain-lain
2008 bervariatif, hal ini dikarenakan keputusan pengrajin kerupuk dalam jumlah
kapasitas produksi yang diinginkan pada bulan Nopember tersebut. Baik karena
stok kerupuk digudang yang masih ada, maupun faktor lainnya. Data modal yang
kabupaten Indramayu Jawa Barat selama bulan Nopember 2008, baik pengrajin
dalam skala sedang maupun skala kecil terangkum dalam Tabel 20 di bawah ini
Tabel 20. Modal yang Dikeluarkan oleh Pengrajin Kerupuk di Desa Kenanga
Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat Selama Bulan
Nopember 2008
Data Tabel 20 di atas, modal yang dikeluarkan oleh pengrajin skala sedang
orang. Sedangkan modal yang dikeluarkan oleh pengrajin kerupuk dalam skala
kecil selama bulan Nopember 2008 berdasarkan responden yang dipilih yaitu
sedang relatif lebih besar dibandingkan pengrajin skala kecil hal ini disebabkan
oleh jumlah kapasitas produksi kerupuk pada pengrajin kerupuk skala sedang
lebih banyak jika dibandingkan pengrajin skala kecil, selain itu fasilitas dan
peralatan yang digunakan dalam proses produksi pada pengrajin kerupuk skala
sedang relatif lebih lengkap dan berjumlah lebih banyak daripada pengrajin skala
kecil
ada yang borongan, ada juga yang harian. Sistem borongan biasanya untuk
yang dibuat semakin besar bayaran yang akan diterima tenaga kerja. Tenaga kerja
per bongko yang akan diiris, biasanya ada yang bagian memotong dan ada yang
(dibayar) harian, yaitu 8 jam per hari. Data jumlah tenaga kerja dalam proses
selama proses produksi kerupuk bagi pengrajin dalam skala sedang sebagian besar
tenaga kerja yang digunakan sebanyak 51 – 60 orang, yaitu sebesar 37,00 persen,
pengrajin kerupuk skala kecil mayoritas tenaga kerja yang digunakan berjumlah
16 – 20 orang yaitu sebesar 53,00 persen, diikuti oleh tenaga kerja berjumlah 11 –
15 orang tenaga kerja sebesar 20,00 persen, selebihnya 21 – 25 tenaga kerja dan
dibedakan mejadi dua yaitu permintaan tetap dan permintaan tidak tetap.
pengirimannya secara berkala dan kontinyu yaitu bulanan atau dua bulan sekali
dan kecil di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat
pertama yaitu sebesar 40,00 persen, diikuti permintaan sebanyak 19.000 hingga
26.000 kilogram sebesar 26,67 persen dan 11.000 hingga 18.000 kilogram sebesar
dari daerah/kota yang masih dalam satu propinsi, permintaan dari daerah/kota
yang lain propinsi dan yang terakhir permintaan dari konsumen yang datang
langsung ke tempat produksi yaitu yang masuk dalam keompok lain-lain. Data
permintaan kerupak pada pengrajin kerupuk dalam skala sedang dan kecil di Desa
kualitas kerupuk dan strategi perusahaan dalam memasarkan produk. Berikut ini
53,34 persen, diikuti harga kerupuk berkisar 18.500,00 hingga 19.500,00 dan
sebesar 6,67 persen. Sedangkan perusahaan dalam skala sedang harga kerupuk
16.500,00. Hal ini berarti pengrajin dalam skala sedang menetapkan harga relatif
lebih tinggi dibandingkan harga yang ditetapkan pengrajin dalam skala kecil.
5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk di Sentra
Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu Propinsi Jawa Barat
produksi tersebut.
Fungsi produksi yang terdiri dari variabel yang menjelaskan (X) dan
variabel yang dijelaskan (Y) akan diukur dengan menggunakan analisis regresi.
Model analisis regresi yang diperoleh digunakan untuk mengetahui pengaruh atau
dengan model regresi memberikan nilai pada koefisien determinan, nilai F-hitung,
nilai t-hitung dan mendeteksi adanya multikolinieritas antar variabel prediktor dan
kaidah asumsi klasik. Daftar faktor-faktor produksi yang dianalisis dengan model
regresi pada usaha kerupuk skala sedang dan skala kecil dapat dilihat pada
Lampiran 11.
kerupuk skala sedang mempunyai nilai koefisien dan Varians Inflation Factor
(VIF) yang berbeda-beda. Nilai tolerance dan VIF memberikan identifikasi bahwa
prediktor terdapat hubungan sangat erat. Apabila nilai tolerance lebih kecil dari
0,1 atau nilai VIF lebih besar dari 10, maka terjadi multikolinearitas. Tabel hasil
uji multikolinearitas dapat dilihat pada Lampiran 11. Nilai hasil uji
lebih besar dari 0,1 sedangkan nilai Varians Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari
multikolenearitas.
Douglas yang dimasukkan dalam regresi berganda adalah faktor-faktor yang tidak
mempunyai nilai nol. Faktor produksi yang mempunyai nilai nol tidak dapat
Semua faktor produksi kerupuk dalam skala sedang dalam penelitian ini tidak
mempunyai nilai nol, sehingga Modal, Tenaga Kerja, Permintaan dan Harga dapat
sebesar 99,6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 99,6 persen produksi kerupuk di
(X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X 3) dan harga (X 4), sedangkan sisanya 0,04
modal adalah 0,00005 yang berarti bahwa apabila penambahan modal sebesar
10.000,00 maka produksi akan meningkat sebesar 0,5 kg. Variabel X 2 (Tenaga
Kerja) mempunyai hubungan positif sebesar 452,147 hal ini menunjukkan bahwa
setiap penambahan tenaga kerja satu orang akan meningkatkan produksi sebanyak
hubungan negatif yaitu sebesar -0,62715 hal ini berarti bahwa setiap kenaikkan
harga kerupuk sebesar 100 rupiah akan menyebabkan produksi kerupuk turun
tersebut berkaitan erat dengan salah satu bahan baku pembuatan kerupuk yaitu
ikan dan udang, bahan baku ikan dan udang sering mengalami kelangkaan
Indramayu Jawa Barat secara bersama-sama dengan uji F, uji F-hitung diperoleh
sebesar 186,75 sedangkan nilai F-tabel sebesar 28,71, berarti tolak H0 (signifikan),
yaitu faktor-faktor produksi kerupuk meliputi modal (X 1), tenaga kerja (X 2),
lebih besar dari t-tabel maka parameter/variabel (Xi) yang diuji berpengaruh nyata
terhadap produksi, sebaliknya jika t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka variabel
tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kerupuk skala sedang.
Hipotesa yang diuji yaitu minimal ada satu faktor yang berpegaruh signifikan
tabelnya adalah 2,306 hal ini berarti variabel Modal (X 1) berpengaruh sangat
nyata (0,005) terhadap produksi kerupuk. Nilai t-hitung variabel tenaga kerja (X 2)
adalah 4,973 lebih besar dari t-tabel = 2,306 yang berarti variabel X2 berpengaruh
Nilai t-hitung X 3 (permintaan) adalah 2.788 lebih besar dari t-tabel yang berarti
faktor permintaan (X3) berpengaruh nyata terhadap produksi kerupuk (Y) dengan
yaitu lebih kecil dari t-tabel yang berarti faktor harga tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi kerupuk skala sedang di sentra produksi kerupuk desa Kenanga
produksi kerupuk pada pengrajin kerupuk skala kecil di sentra produksi kerupuk
modal (X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X 3) dan harga (X 4). Berdasarkan hasil
analisis pengolahan data dengan program SPSS for Windows 12 diperoleh model
regresi produksi kerupuk usaha kecil dapat dilihat pada Lampiran 11.
nilai VIF menunjukkan tidak ada masalah multikolinearitas pada model regresi
produksi kerupuk usaha kecil yaitu niali tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai
VIF lebih kecil dari 10, dapat dilihat padal Lampiran 11.
mempengaruhi produksi kerupuk dalam skala kecil dapat dilihat pada Tabel 25 di
bawah ini.
sebesar 0,997 persen, yang berarti bahwa produksi kerupuk skala kecil di desa
modal (X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X 3) dan harga (X4) yaitu sebesar 99,7
0,03 persen.
berikut :
pengrajin kerupuk ketika memulai usaha dalam keadaan minus atau dalam
skala kecil sebagian besar faktor produksi yang dipakai didapat dari pinjaman.
yaitu 0,00005 hal ini berarti bahwa apabila penambahan modal sebesar 10.000,00
maka produksi akan meningkat sebesar 0,5 kg. Variabel X2 (Tenaga Kerja)
mempunyai hubungan positif sebesar 337,632 hal ini menunjukkan bahwa setiap
hubungan positif sebesar 0.255 yang berarti bahwa setiap penambahan permintaan
negatif yaitu sebesar -0.229 hal ini berarti bahwa setiap kenaikkan harga kerupuk
sebesar 100 rupiah akan menyebabkan produksi kerupuk turun sebesar 22,9 kg kg.
Fenomena tersebut serupa dengan pengrajin kerupuk skala sedang yaitu berkaitan
erat dengan salah satu bahan baku pembuatan kerupuk yaitu ikan dan udang,
bahan baku ikan dan udang sering mengalami kelangkaan pasokan yang akan
harga kerupuk.
produksi terhadap produksi kerupuk pengrajin kerupuk skala kecil diperlukan uji
diperoleh nilai sebesar 622,5 sedang F-tabel sebesar 5,99. hal ini berarti faktor-
faktor produksi yaitu modal (X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X 3) dan harga
Apabila nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel maka faktor-faktor produksi (X 1, X 2,
X 3 dan X4) berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas atau output (Y) dalam
hal ini produksi kerupuk. Sebaliknya, jika t-tabel lebih besar dari t-hitung berarti
Hipotesa yang diuji yaitu minimal ada satu faktor produksi kerupuk yang
mempunyai pengaruh sangat signifikan terhadap produksi kerupuk skala kecil (Y)
variabel tenaga kerja (X 2) sebesar 3,276 berarti lebih besar dari t-tabel dengan
produksi kerupuk skala kecil (Y) dengan tingkat signifikansinya 0,008. Variabel
permintaan (X 3) mempunyai nilai t-hitung sebesar 5,647 yang berarti lebih besar
1,133 lebih kecil dari t-tabel =2,132 yang berarti variable harga tidak berpengaruh
sebesar 0, 284 (tidak signifikan). Grafik untuk uji hipotesis t-hitung dapat dilihat
propinsi Jawa Barat mengambil empat faktor (variable) penelitian yaitu modal
(X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X3) dan harga (X4). Berdasarkan hasil
analisis baik melalui analisis deskriptif maupun melalui analisis regresi didapat
faktor-faktor yang paling berpengaruh pada pengrajin kerupuk skala sedang dan
Barat diperoleh rata-rata kerupuk yang dihasilkan selama bulan Nopember 2008
sebanayk 50.625 kg, rata-rata modal yang dikeluarkan selama bulan Nopember
2008 sebesar Rp 543.739.309, rata-rata tenaga kerja yang digunakan selama bulan
faktor produksi yang paling berpengaruh nyata pada pengrajin kerupuk skala
sedang yaitu modal (X1) yang mempunyai nilai t-hitung sebesar 7,431
dibandingkan dengan t-tabel = 2,776 maka t-hitung lebih besar dari t-tabel, dilihat
dari nilai koefisien regresi faktor modal yaitu 0.00005, artinya bahwa setiap
penambahan modal sebesar satu persen akan meningkatkan produksi sebesar
produksi kerupuk yang ditunjukkan dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel
yaitu 4,973 > 2,773, ditinjau dari nilai koefisien regresi faktor tenaga kerja maka
tenaga kerja mempunyai pengaruh yang positif atau searah dengan tingkat
produksi kerupuk dengan nilai 452.147, artinya bahwa setiap penambahan tenaga
kerupuk.
kerupuk ditinjau dari uji t-hitung yang lebih besar dari t-tabel (2,788 > 2,773).
Sedangkan ditinjau dari nilai koefesin regresi faktor permintaan mempunyai nilai
kilogram.
pengrajin kerupuk skala kecil secara berurutan yaitu modal, permintaan, dan
kerupuk pada skala kecil yaitu sebesar 165.032.912,00, rata-rata tenaga kerja
sebanayak 19 orang, rata-rata permintaan sebanyak 17600 kg dan rata-rata harga
terhadap produksi kerupuk, hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung yang lebih besar
dari t-tabel (9.840> 2,201), sedangkan dilihat dari nilai koefisien regresinya faktor
produksi modal mempunyai nilai sebesar 0,00005 yang berarti bahwa setiap
produksi kerupuk yaitu berdasarkan nilai t-hitung permintaan sebesar 5,647 lebih
besar dari t-tabel = 2,201. sedangkan berdasarkan nilai koefisien regresi faktor
permintaan mempunyai nilai sebesar 0,255, yang berarti bahwa setiap kenaikan
kilogram kerupuk.
terhadap produksi kerupuk, berdasarkan nila t-hitung yang lebih besar dari t-tabel
tenaga kerja mempunyai pengaruh sebesar 337,632. hal ini berarti bahwa setiap
6.1 Kesimpulan
produksi kerupuk ikan yaitu modal (X1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X 3)
menjelaskan sebesar 99,6 persen untuk pengrajin skala sedang dan 99,7 persen
ditandai t-hitung > t-tabel yaitu modal (X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan
6.2 Saran
berikut :
tepung tapioka, ikan dan udang. Hal ini untuk menjaga kelancaran
kerupuk.
Badan Pusat Statistik. Statistik Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga
Survei Usaha Terintegrasi 2005. (Jakarta, BPS, 2007).
Badan Pusat Statistik. Profile Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga 2005,
(Jakarta : BPS, 2007)
Soekartawi. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori Dan Aplikasi. Edisi Revisi
Cet. Ke-4 (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2002). Sugiyono.
Putong, Iskandar. Economics Pengantar Makro dan Mikro, Edisi Ke-2 (Jakarta : Mutra
Wacana Media, 2008)
Yang bertanda tangan dibawah ini Kuwu Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat menerangkan bahwa :
77
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Pekerjaan Utama :
3. Pekerjaan Sampingan :
4. Usia :
5. Pendidikan :
6. Jumlah Keluarga :
5 6.
78
B. PRODUKSI KERUPUK
1. Alasan memilih memproduksi kerupuk?
2. Keahlian membuat kerupuk didapat darimana?
3. Adakah Persaingan usaha diantara pengusaha kerupuk?
4. Jika ada, Persaingan usaha diantara pengusaha kerupuk dalam bentuk/jenis
apa?
5. Adakah pengembangan produk (diversifikasi produk kerupuk)?
6. Sumber ide pengembangan/diversifikasi produk berasal dari mana?
Proses Produksi Kerupuk
7. Bahan-bahan Apa saja yang dibutuhkan untuk memproduksi kerupuk
(Lampiran)?
8. Peralatan atau perlengkapan apa saja yang dibutuhkan (Lampiran)?
9. Bagaimana proses produksi kerupuk dari awal hingga kerupuk siap
dipasarkan (Lampiran)?
10. Berapa frekuensi produksi kerupuk dalam satu bulan?
11. Berapa kapasitas produksi kerupuk dalam satu kali proses produksi ?
12. Berapa lama waktu yang dibutuhan untuk proses pembuatan kerupuk sejak
penyiapan peralatan, bahan baku hingga pengemasan?
C. MODAL
79
D. TENAGA KERJA
E. HARGA KERUPUK
80
5. Luar Negeri
F. PERMINTAAN KERUPUK
81
Lampiran 3. Kapasitas Produksi dan Utilitas Industri Makanan Pada Tahun 2006 –Triwulan II Tahun 2008
Jenis Industri/Komoditi Sat Kapasitas Produksi Utlts (%) Kapasitas Produksi Utlts (%) Kapasitas Produksi Utlts (%)
Biskuit Ton 299,035 225,173 75.3 302,025 228,029 76 305,045 137,270 45.0
Pengolahan Kakao Ton 353,900 196,200 56 353,900 198,200 56 353,900 120,000 33.9
Daging Olaha Ton 149,447 97,596 65.3 150,941 98,547 65.3 152,450 73,938 48.5
Desiccated Coconut Ton Ton 132,587 57,900 43.7 133,931 57,983 43.3 135,270 52,755 39.0
Gula Lainnya (Glucose, Fructosa) Ton 1,050,500 556,765 53 1,050,500 577,775 55 1,250,500 562,725 45.0
Gula Rafinasi Ton 2,180,000 1,111,228 51 2,180,000 1,441,000 66.1 2,430,000 1,166,400 48.0
Ikan/Udang Beku Ton 1,511,499 760,284 50.3 1,541,729 792,449 51.4 1,557,146 311,429 20.0
Ikan dan Udang Dalam Kaleng Ton 410,000 215,250 52.5 415,000 219,950 53 419,150 122,718 30.0
Kecap dan Saos Lainnya Ton 102,492 59,625 58.2 103,517 59,615 57.6 104,552 41,821 40.0
Kembang Gula Ton 116,255 85,796 73.8 118,580 88,224 74.4 119,766 56,290 47.0
Kerupuk Ton 17,694 9,466 53.5 17,871 9,740 54.5 18,050 6,408 35.5
Margarine Ton 538,278 270,216 50.2 549,044 275,620 50.2 554,534 194,087 35.0
Mete Olahan Ton 70,739 35,582 50.3 71,446 36,080 50.5 72,160 19,483 27.0
Mie Instan Ton 1,691,588 1,353,270 80 1,691,588 1,429,392 84.5 1,708,504 820,082 48.0
Minyak Goreng Kelapa Ton 1,029,000 498,036 48.4 1,039,290 504,056 48.5 1,049,683 314,905 30.0
Minyak Goreng Lain Dari Nabati Ton 1,130,335 536,909 47.5 1,141,639 513,738 45 1,153,055 345,917 30.0
Minyak Goreng Sawit Ton 15,430,000 7,596,786 49.2 15,430,000 7,374,213 47.8 15,430,000 6,172,000 40.0
Monosodium Glutamite (Msg) Ton 203,200 162,560 80 203,200 172,517 84.9 205,232 150,925 73.5
Olahan Rumput Laut (Agar-Agar) Ton 23,127 14,500 62.7 23,127 14,516 62.8 23,358 11,446 49.0
Pakan Ternak (Komp+Ransum) Ton 15,736,324 9,940,727 63.2 15,893,687 10,040,135 63.2 16,052,624 6,902,628 43.0
Snack Food (Makanan Ringan Ton 22,672 15,938 70.3 22,898 16,372 71.5 23,127 10,407 45.0
Tepung Ikan Ton 174,500 88,123 50.5 176,245 89,532 50.8 178,500 46,410 25.0
Tepung Tapiok Ton 2,473,705 1,684,545 68.1 2,498,442 1,374,143 55 2,523,426 1,200,000 47.6
Tepung Terigu Ton 4,728,600 3,049,947 64.5 4,998,600 3,329,068 66.6 4,998,600 2,142,363 42.9
Total Ton 49,575,476 28,624,422 59.1 50,107,200 28,940,892 59.7 50,818,635 20,982,408 40.3
82 82
Lampiran 4. Daftar Pengrajin Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu
83
Lampiran 5. Tabel Mata Pencaharian dan Pendidikan penduduk Desa
Kenanga Kecamtan Sindang Kabupaten Indaramayu
Propinsi Jawa Barat
Jumlah
No. Jenis Pekerjaan
(orang)
1. Pedagang 175
2. Buruh Tani 143
3. Petani tambak 80
4. Petani sawah 71
5. Pertukangan 62
6 PengrajinKerupuk 38
7. PNS 28
8. Jasa 17
9. ABRI/Polisi 15
10. Lain-lain 33
84
Lampiran 6. Tujuan Pemasaran Kerupuk Ikan pada Bulan Nopember 2008
TUJUAN PEMASARAN
No. Resp Permintaan Jumlah
Kabupaten Propinsi Luar propinsi Lain-lain
1 20000 6000 4000 8000 2000 20000
2 24000 7200 4800 9600 2400 24000
3 8000 2400 1600 3200 800 8000
4 3000 900 600 1200 300 3000
5 29000 8700 5800 11600 2900 29000
6 7000 2100 1400 2800 700 7000
7 16000 4800 3200 6400 1600 16000
8 10000 3000 2000 4000 1000 10000
9 12000 3600 2400 4800 1200 12000
10 14000 4200 2800 5600 1400 14000
11 9000 2700 1800 3600 900 9000
12 39000 11700 7800 15600 3900 39000
13 25000 7500 5000 10000 2500 25000
14 24000 7200 4800 9600 2400 24000
15 20000 6000 4000 8000 2000 20000
Sumber : Diolah dari data Primer (Nopember 2008)
85
Lampiran 7. Perhitungan Biaya Tetap dan Tidak Tetap Pengrajin Kerupuk Skala Kecil
No. Nama Peralatan/Fasilitas Umur Juml Satuan Harga/Satuan Nilai Rp Sisa Usia Pembelian Depresiasi
1 Bangunan/Tempat Produksi 15 1 Rp25,000,000 Rp25,000,000 Rp7,500,000 9 Rp97,222
2 Sewa Lahan/tempat penjemuran 12 1 Rp1,500,000 Rp1,500,000 Rp125,000
3 Gudang penyimpanan 15 1 Rp15,000,000 Rp15,000,000 Rp4,500,000 9 Rp58,333
4 Peralatan Kantor
Lemari 5 1 Rp200,000 Rp200,000 9 Rp0
Kalkulator 5 2 Rp50,000 Rp100,000 9 Rp0
Meja Kursi 5 1 Rp350,000 Rp350,000 9 Rp0
5 Peralatan Kerja
− Mesin aduk/molen 10 2 Rp12,000,000 Rp24,000,000 Rp7,200,000 9 Rp140,000
− Boiler/ketel uap 20 1 Rp60,000,000 Rp60,000,000 Rp18,000,000 5 Rp175,000
− Oven Rp0
− Mesin potong 5 2 Rp2,000,000 Rp4,000,000 9 Rp0
− Mesin giling ikan 5 1 Rp5,000,000 Rp5,000,000 9 Rp0
− Alat cetak adonan (seng) 3 10 Rp 25,000 Rp250,000 9 Rp0
− Pemecah es 5 1 Rp5,000,000 Rp5,000,000 9 Rp0
− Rak Stainless 10 6 Rp1,000,000 Rp6,000,000 9 Rp0
− Rak bamboo 1 4 Rp500,000 Rp2,000,000 1 Rp0
− Timbangan kecil 5 4 Rp300,000 Rp1,200,000 9 Rp0
− Timbangan besar 5 1 Rp2,000,000 Rp2,000,000 9 Rp0
− Timbangan gantung 5 1 Rp250,000 Rp250,000 9 Rp0
− Gebreg 1 3 Rp1,500,000 Rp4,500,000 1.5 Rp0
86 86
Lanjutan Tabel Perhitungan Biaya Tetap
No. Nama Peralatan/Fasilitas Umur Juml Satuan Harga/Satuan Nilai Rp Sisa Usia Pembelian Depresiasi
− Tempayan/tampah 0.5 3000 Rp5,500 Rp16,500,000 1 Rp0
− Bak/paso plastic 1 30 Rp20,000 Rp600,000 2 Rp0
− Boks Ikan/Fiber 5 3 Rp2,000,000 Rp6,000,000 9 Rp0
− Gayung 1 2 Rp10,000 Rp20,000 3 Rp0
− Pisau 1 3 Rp5,000 Rp15,000 3 Rp0
− Perangkat Penyaringan 1 2 Rp100,000 Rp100,000 2 Rp0
6 Biaya Peralatan Pasca Produksi
− Plastik Sealer 5 4 Rp60,000 Rp240,000 9 Rp0
− Rak 5 2 Rp300,000 Rp600,000 9 Rp0
JUMLAH Rp180,425,000 Rp595,556
87 87
2. BIAYA TIDAK TETAP
1 16000 48,000,000 400 66,000,000 19,200,000 1,200,000 350,000 30,000 8,505,000 400,000 100,000 70,000 27,102,000 200,000 171,157,000
2 23000 69,000,000 575 94,875,000 27,600,000 1,725,000 503,125 43,125 10,190,000 450,000 130,000 90,000 39,144,000 300,000 244,050,250
3 7000 21,000,000 175 28,875,000 8,400,000 525,000 153,125 13,125 2,750,000 300,000 10,000 60,000 13,048,000 150,000 75,284,250
4 3000 9,000,000 75 12,375,000 3,600,000 225,000 65,625 5,625 1,170,000 300,000 80,000 40,000 3,224,000 100,000 30,185,250
5 27000 81,000,000 675 111,375,000 32,400,000 2,025,000 590,625 50,625 10,250,000 520,000 150,000 70,000 45,668,000 300,000 284,399,250
6 5000 15,000,000 125 20,625,000 6,000,000 375,000 109,375 9,375 2,000,000 330,000 100,000 40,000 6,536,000 100,000 51,224,750
7 14000 42,000,000 350 57,750,000 16,800,000 1,050,000 306,250 26,250 5,375,000 420,000 120,000 50,000 25,090,000 200,000 149,187,500
8 10000 30,000,000 250 41,250,000 12,000,000 750,000 218,750 18,750 3,970,000 360,000 100,000 55,000 18,584,000 200,000 107,506,500
9 13000 39,000,000 325 53,625,000 15,600,000 975,000 284,375 24,375 4,750,000 410,000 110,000 40,000 20,672,000 200,000 135,690,750
10 13000 39,000,000 325 53,625,000 15,600,000 975,000 284,375 24,375 5,000,000 380,000 110,000 50,000 19,584,000 300,000 134,932,750
11 7000 21,000,000 175 28,875,000 8,400,000 525,000 153,125 13,125 3,220,000 340,000 90,000 40,000 13,084,000 200,000 75,940,250
12 36000 108,000,000 900 148,500,000 43,200,000 2,700,000 787,500 67,500 15,750,000 700,000 200,000 100,000 63,180,000 400,000 383,585,000
13 30000 90,000,000 750 123,750,000 36,000,000 2,250,000 656,250 56,250 14,250,000 600,000 150,000 100,000 51,180,000 300,000 319,292,500
14 6000 18,000,000 150 24,750,000 7,200,000 450,000 131,250 11,250 2,515,000 300,000 120,000 60,000 9,842,000 100,000 63,479,500
15 10000 30,000,000 250 41,250,000 12,000,000 750,000 218,750 18,750 3,760,000 350,000 200,000 65,000 15,272,000 200,000 104,084,500
88 88
2. Uraian Biaya Tenaga Kerja
89 89
3. Uraian Biaya Pendukung/Proses Produksi/Pengemasan
90 90
Lampiran 8. Perhitungan Biaya Tetap dan Tidak Tetap Pengrajin Kerupuk Skala Sedang
No. Nama Peralatan/Fasilitas Umur Juml Satuan Harga/satuan Nilai Rp Sisa Usia Pembelian Depresiasi
1 Bangunan/Tempat Produksi 15 1 Rp65,000,000 Rp65,000,000 18 0
2 Lahan/tempat penjemuran 15 1 Rp3,000,000 Rp3,000,000 18 0
3 Gudang penyimpanan 15 1 Rp10,000,000 Rp10,000,000 18 0
4 Peralatan Kantor
Lemari 5 2 Rp200,000 Rp400,000 10 0
Kalkulator 5 3 Rp40,000 Rp120,000 Rp10,000 2 Rp21.000
Meja Kursi 5 2 Rp350,000 Rp700,000 4 0
5 Peralatan Kerja
- Mesin aduk/molen 10 3 Rp12,000,000 Rp36,000,000 18 Rp0
- Boiler/ketel uap 20 1 Rp60,000,000 Rp60,000,000 Rp18,000,000 18 Rp175,000
- Oven 20 1 Rp60,000,000 Rp60,000,000 Rp18,000,000 7 Rp175,000
- Mesin potong 5 1 Rp6,000,000 Rp6,000,000 7 Rp00
- Mesin giling ikan 5 1 Rp5,000,000 Rp5,000,000 15 Rp0
- Alat cetak adonan 5 8 Rp100,000 Rp800,000 15 Rp0
- Pemecah es 5 1 Rp5,000,000 Rp5,000,000 15 Rp0
- Rak Stainless 20 8 Rp5,000,000 Rp40,000,000 Rp12,000,000 15 Rp116,500
- Rak bamboo 1 8 Rp500,000 Rp4,000,000 1,5 0
- Timbangan kecil 5 3 Rp300,000 Rp900,000 10 Rp0
- Timbangan besar 5 2 Rp2,000,000 Rp4,000,000 10 Rp0
- Timbangan gantung 5 1 Rp250,000 Rp250,000 10 Rp0
- Gebreg 1 6 Rp1,500,000 Rp9,000,000 1.5 Rp0
- Tempayan/tampah 0.5 4000 Rp3,000 Rp12,000,000 1 Rp0
91 91
Lanjutan Tabel Biaya Tetap
No. Nama Peralatan/Fasilitas Umur Juml Satuan Harga/satuan Nilai Rp Sisa Usia Pembelian Depresiasi
- Bak/paso plastic 1 60 Rp15,000 Rp900,000 2 Rp0
- Boks Ikan/Fiber 5 5 Rp2,000,000 Rp10,000,000 13 Rp0
- Gayung 1 3 Rp3,000 Rp9,000 3 Rp0
- Pisau 1 6 Rp5,000 Rp30,000 3 Rp0
6 Biaya Peralatan Pasca Produksi
- Plastik Sealer 5 5 Rp400,000 Rp2,000,000 12 Rp0
- Rak 5 3 Rp300,000 Rp900,000 8 Rp0
JUMLAH Rp336,039,000 487.500
1 60000 180,000,000 1500 247,500,000 72,000,000 4,500,000 1,312,500 112,500 36,750,000 1,000,000 100,000 200,000 118,286,667 1,000,000 662,761,667
2 65000 195,000,000 1625 268,125,000 78,000,000 4,875,000 1,421,875 121,875 42,290,000 1,200,000 130,000 250,000 111,950,556 2,000,000 705,364,306
3 40000 120,000,000 1000 165,000,000 48,000,000 3,000,000 875,000 75,000 21,000,000 1,000,000 80,000 150,000 78,971,112 1,000,000 439,151,112
4 54000 162,000,000 1350 222,750,000 64,800,000 4,050,000 1,181,250 101,250 34,125,000 1,200,000 80,000 140,000 99,080,001 1,200,000 590,707,501
5 40000 120,000,000 1000 165,000,000 48,000,000 3,000,000 875,000 75,000 27,380,000 900,000 150,000 160,000 86,027,112 800,000 452,367,112
6 50000 150,000,000 1250 206,250,000 60,000,000 3,750,000 1,093,750 93,750 26,250,000 1,100,000 100,000 150,000 98,488,890 1,000,000 548,276,390
7 50000 150,000,000 1250 206,250,000 60,000,000 3,750,000 1,093,750 93,750 27,800,000 1,000,000 120,000 150,000 80,203,890 900,000 531,361,390
8 36000 108,000,000 900 148,500,000 43,200,000 2,700,000 787,500 67,500 22,200,000 800,000 100,000 80,000 92,490,000 1,000,000 419,925,000
92 92
2. Uraian Biaya Tenaga Kerja
93 93
Lampiran 9. Jumlah Biaya (Modal) yang Dikeluarkan Pengrajin Kerupuk Pada
Bulan Nopember 2008
94
Lampiran 10. Variabel Bebas (X) Dan Variabel Tidak Bebas (Y) Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk di Sentra Produksi
Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu Propinsi Jawa Barat
No. Resp Modal (X1) TK (X2) Permintaan (X3) Harga (X4) Produksi (Y)
1 662761667 55 60000 20000 60000
2 705364306 63 63000 20000 65000
3 439151112 50 50000 18000 45000
4 590707501 52 50000 18000 54000
5 452367112 52 50000 20000 45000
6 548276390 45 59200 18000 50000
7 531361390 51 50000 17000 50000
8 419925000 40 40000 18000 36000
No. Resp Modal (X1) TK (X2) Permintaan (X3) Harga (X4) Produksi (Y)
1 179969625 20 20000 16000 16000
2 254033825 23 24000 16000 23000
3 84208625 17 8000 15000 7000
4 39035292 14 3000 15000 3000
5 295642458 22 29000 16000 27000
6 59730083 15 7000 17000 5000
7 157870958 19 16000 14000 14000
8 116641542 16 10000 14000 10000
9 144546625 17 12000 14000 13000
10 143911125 18 14000 17000 13000
11 85304500 15 9000 16000 7000
12 397249842 30 39000 17000 36000
13 329799675 29 30000 17000 30000
14 71880450 19 23000 16000 12000
15 115669058 13 20000 16000 10000
95
Lampiran 11. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat dengan
Menggunakan Software SPSS For Windows Versi 12
Regression
Descriptive Statistics
Correlations
Y X1 X2 X3 X4
Pearson Y 1.000 .988 .946 .939 .404
Correlation X1 .988 1.000 .924 .893 .382
X2 .946 .924 1.000 .861 .431
X3 .939 .893 .861 1.000 .473
X4 .404 .382 .431 .473 1.000
Sig. (1- Y . .000 .000 .000 .068
tailed) X1 .000 . .000 .000 .080
X2 .000 .000 . .000 .054
X3 .000 .000 .000 . .037
X4 .068 .080 .054 .037 .
N Y 15 15 15 15 15
X1 15 15 15 15 15
X2 15 15 15 15 15
X3 15 15 15 15 15
X4 15 15 15 15 15
Variables Entered/Removed(b)
96
Model Summary(b)
Change Statistics
Adjusted Std. Error
R Durbin-
Model R R of the R
Square Watson
Square EstimateSquare F Sig. F
Change Change df1 df2 Change
1 .998(a) .996 .994 719.19850 .996 633.045 4 10 .000 1.916
a Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2
b Dependent Variable: Y
ANOVA(b)
Coefficients(a)
97
2. Hasil Analisis pada Pengrajin Kerupuk Skala Sedang
Regression
Descriptive Statistics
Correlations
Y X1 X2 X3 X4
Pearson Y 1.000 .970 .874 .880 .486
Correlation X1 .970 1.000 .766 .830 .447
X2 .874 .766 1.000 .708 .605
X3 .880 .830 .708 1.000 .516
X4 .486 .447 .605 .516 1.000
Sig. (1- Y . .000 .002 .002 .111
tailed) X1 .000 . .013 .005 .133
X2 .002 .013 . .025 .056
X3 .002 .005 .025 . .095
X4 .111 .133 .056 .095 .
N Y 8 8 8 8 8
X1 8 8 8 8 8
X2 8 8 8 8 8
X3 8 8 8 8 8
X4 8 8 8 8 8
Variables Entered/Removed(b)
98
Model Summary(b)
Change Statistics
Adjusted Std. Error
R Durbin-
Model R R of the R
Square F Sig. F Watson
Square Estimate
Square df1 df2
Change Change
Change
1 .998(a) .996 .990 927.30370 .996 169.002 4 3 .001 1.894
a Predictors: (Constant), X4, X1, X2, X3
b Dependent Variable: Y
ANOVA(b)
Coefficients(a)
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
99
Lampiran 12. Komposisi dan Neraca Massa Proses Produksi Kerupuk Ikan
Bahan Komposisi
Daging Ikan 15 Kg
Tapioka 40 Kg
Gula 8 Kg
Gaeam 3 Kg
Telur 1 butir
MSG 50 gram
Air 5 liter
Ikan Segar
1000 Kg
Air = 9 m3
Pencucian dan
pengeluaran isi perut, Sisa Ikan 250 Kg
pemisahan kulit dan
kepala 1000 kg
Tapioka = 2000 kg
Gula = 400 kg Pembuatan
Garam = 150 kg Pemotongan/pengirisan
MSG = 2.5 Kg
adonan
3305,63 Kg 3753,93
Telur = 50 butir
Kerupuk kering
3353,93
Air = 500 liter Pengukusan
Kayu baker = 2 m 3 dengan suhu
110 0C, 1 jam
3853,93
100