Anda di halaman 1dari 118

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

KERUPUK IKAN DI SENTRA PRODUKSI KERUPUK


DESA KENANGA KECAMATAN SINDANG
KABUPATEN INDRAMAYU
PROVINSI JAWA BARAT

NURUL MUBAROK

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009 M / 14230 H
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
KERUPUK IKAN DI SENTRA PRODUKSI KERUPUK
DESA KENANGA KECAMATAN SINDANG
KABUPATEN INDRAMAYU
PROVINSI JAWA BARAT

Oleh :
Nurul Mubarok
101092123370

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009 M / 14230 H
PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk


Ikan di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu Provinsi Jawa Barat” yang ditulis oleh Nurul Mubarok NIM
101092123370 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 25 Pebruari 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (SI) Program
Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis.

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Ir. Setyo Adhie, MM. M.Si Dr. Ir. Taswa Sukmadinata, MS

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Siti Rochaeni, M.Si Rahmi Purnomowati, SP. M.Si


NIP. 131 864 194 NIP. 080 127 737

Mengetahui,

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Sains dan Teknologi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis

DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si
NIP. 150 317 956 NIP. 131 861 314
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-


BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN

Jakarta, 25 Pebruari 2009

Nurul Mubarok
101092123370
RINGKASAN

Nurul Mubarok, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk Ikan di


Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu Provinsi Jawa Barat (dibawah bimbingan Siti Rochaeni dan Rahmi
Purnomowati)

Industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga di Indonesia


mempunyai nilai strategis, salah satu industri kecil dan industri kerajinan rumah
tangga adalah industri makanan dan minuman, jumlah industri makanan dan
minuman di Indonesia merupakan urutan terbanyak pertama. pada tahun 2005 dan
2006 yaitu sebanyak 30,50 persen dan 38,31 persen dari seluruh jumlah industri
IKIKR yang ada di indonesia, sehingga industri ini akan mempunyai peranan
terhadap penyediaan lapangan tenaga kerja di Indonesia dan meningkatkan nilai
terhadap produk pertanian. Salah satu jenis industri makanan dan minuman
adalah industri kerupuk, khususnya kerupuk udang dan ikan. Berdasarkan Data
Statistik Badan Pusat Statistik Indonesia Tahun 2008, kapasitas produksi kerupuk
pada tahun 2006, 2007, dan 2008 masing-masing 17.695 ton, 17.871 ton dan
18.959 ton dengan tingkat produksi 9.466 ton pada tahun 2006, 9.740 ton pada
tahun 2007 dan 6.408 ton pada triwulan kedua tahun 2008 Berdasarkan data
tersebut masih terdapat selisih produksi yang belum terpenuhi yaiu 8.228 ton pada
tahun 2006, 8.131 ton tahun 2007 dan 11.642 ton pada tahun 2008 sehingga masih
ada peluang untuk meningkatkan produksi dalam rangka pemenuhan terhadap
kapasitas produsi kerupuk yang terus meningkat. Desa Kenanga kecamatan
Sindang kabupaten Indramayu merupakan salah satu sentra produksi kerupuk
khususnya kerupuk ikan.
Tujuan kegiatan penelitian ini adalah : (1) Menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi kerupuk ikan di daerah penelitian. (2) Menganalisis
faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi kerupuk ikan di daerah
penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Kenanga, Kecamatan Sindang, Kabupaten
Indramayu, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
karena daerah ini merupakan daerah sentra produksi kerupuk di Kabupaten
Indramayu. Terdapat 38 unit usaha pengrajin kerupuk yang dapat diklasifikasikan
menjadi dua yaitu pengrajin skala kecil dan pengrajin skala menengah/sedang.
Terdapat 30 pengrajin skala kecil dan delapan pengrajin skala menengah/sedang,
sampel yang yang diambil sebanyak 15 pengrajin yaitu 50 persen dari jumla h
pengrajin skala kecil sedangkan untuk pengrajin kerupuk skala sedang diambil
secara sensus yaitu delapan responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi kerupuk ikan menggunakan analisis fungsi Cobb-
Douglas. Pengolahan data menggunakan alat bantu software Microsoft excel 2003
dan SPSS for Windows versi 12
Hasil penelitian yang didapat dari faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi kerupuk ikan di daerah penelitian yaitu modal (X1), tenaga kerja (X 2),
permintaan (X 3) dan harga (X 4). Keempat faktor yang mempengaruhi produksi
(X 1, X2, X 3, dan X 4) dapat menjelaskan produksi kerupuk sebesar 99,6 persen
untuk pengrajin skala sedang dan 99,7 persen untuk pengrajin skala kecil. Model
dugaan persamaan Fungsi Cobb-Douglas untuk pengrajin kerupuk ikan skala
menengah/sedang Y=-1263.38311 X10.00005 X 2452.14712 X 30.24573 X 4-0.62715 . Model
dugaan persamaan fungsi Cobb-Douglas pengrajin kerupuk ikan skala kecil Y = -
1219.180 X1 0.00005 X2 337.632 X3 0.255 X4 -0.229
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk ikan terhadap
pengrajin kerupuk skala sedang di daerah penelitian yaitu secara bersama-sama
mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk ditunjukkan dengan
nilai F-hitung lebih besar dari F tabel (186,75>28,7), sedangkan secara parsial
faktor-faktor yang berpengaruh sebagai berikut : faktor modal mempunyai
pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan dengan nilai t-
hitung lebih besar dari t-tabel (7,431 > 2,306); tenaga kerja mempunyai pengaruh
signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan dengan nilai t-hitung
lebih besar dari t-tabel (4,973>2,306); permintaan mempunyai pengaruh
signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan dengan nilai t-hitung
lebih besar dari t-tabel (2,788 > 2,306); harga mempunyai pengaruh tidak
signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan dengan nilai t-hitung
lebih kecil dari t-tabel (-1.647<2,306),
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk ikan terhadap
pengrajin kerupuk skala kecil di daerah penelitian secara bersama-sama
mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk ditunjukkan dengan
nilai F-hitung lebih besar dari F tabel (622,5>5,99), sedangkan secara parsial
faktor-faktor produksi mempunyai pengaruh sebagai berikut : Faktor modal
mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan
dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (9,840>2,201); tenaga kerja
mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan
dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (3,276>2,201); permintaan
mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan
dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (5,647>2,201); harga mempunyai
pengaruh tidak signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan dengan
nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel (-1,133<2,201).
Faktor yang paling berpengaruh pada produksi kerupuk ikan di daerah
penelitian, baik skala sedang maupun skala kecil adalah modal (X 1).
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadlirat Ilahi Rabby Allah Azza wa Jalla, atas segala
limpahan Rahmat, Hidayah dan ’Inayah-Nya yang tak terbilang dan tak pernah
hilang sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas akhir ini.
Rahmat ta’dzim dan kesejahteraan semoga selalu dilimpahkan Allah kepada
hamba pilihan, sebagai suritauladan yaitu Muhamad Bin Abdullah SAW yang
membawa risalah Rahmatalil’alamin.
Skripsi yang berjudul ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Kerupuk Ikan di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu - Jawa Barat” merupkan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis. Skripsi ini
tidak akan terwujud tanpa dukungan, support, motivasi dan uluran tangan semua
orang yang terlibat dalam proses penyusunannya, sehingga pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
3. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Program Studi Agribisnis, Ir. Lilis
Imamah I, M.Si dan Ahmad Tjahya Nugraha, SP, MP.
4. Ir Siti Rochaeni, M.Si dan Rahmi Purnomowati, SP. MP. sebagai pembimbing
yang tiada henti-hentinya membimbing dan mengarahkan penulis serta
memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ir. Setyo Adhie, MM, M.Si dan Dr. Taswa Sukmadinata, M.Si. atas
kesediaannya membaca, mengoreksi dan memberi masukan yang berharga
untuk perbaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Agribisnis dan Staff akademik Fakultas Sains dan Teknologi
7. Kepala Disperindag Kabupaten Indramayu dan segenap Staf-nya atas kerja
samanya menyediakan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
8. Kuwu (kepala desa) dan pengrajin kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu-Jawa Barat. Terima kasih telah memberikan izin dan
kerja sama yang baik kepada penulis dalam melakukan penelitian.
9. Bu Warti, yang telah memberikan waktu, perhatian dan bantuan yang tidak
sedikit. Terima kasih Bu, hanya Allah yang dapat membalasnya.
10. Kedua orang tua (H. Abdul Halim dan Hj. Aminah), Ridha dan magfirah
Allah serta Roudhotun Min Riyadiljinan; satu-satunya balasan dan imbalan
yang patut bagi mu ayah-bunda.
11. Saudara (Kang Juhirah dan Kang Hadlori serta Iin Sholihin) terima kasih atas
semuanya
12. Kedua orang tua (H. Mursalih dan Hj. Triningsih), terima kasih atas semuanya
13. Istri yang tercinta, terima kasih atas segalanya yang tidak dapat saya utarakan
satu per satu detailnya ”terlalu banyak”, semoga mendapat predikat ”Al-
Maratu Al-Sholihah”
14. Kang Khusen, Khalil, Haris. Terima kasih !
15. Teman-teman KMSGD dan Permai-Ayu.
16. Teman-teman program studi Agribisnis Angkatan 2001-2004.
17. Semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung, terima kasih.
dengan tidak mencantumkan nama dalam daftar ini bukan bermaksud
mengecilkan dan menapikan jasa dan partisipasi semua yang terlibat dalam
penyusunan Skripsi ini.

Akhirnya, Semoga Allah SWT membalas dan melipatgandakan kebaikan yang


telah diberikan. Amin

Wakafa billahi syahida

Wassalam

Jakarta, 25 Pebruari 2009

Penulis,
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .............................................................................. ix

DAFTAR TABEL ........................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ xv

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Landasan Teori ......................................................... 6
2.1.1. Gambaran Umum Produk Kerupuk ................. 6
2.1.2. Konsep Produksi ............................................. 11
2.1.2.1. Faktor Produksi ................................... 11
2.1.2.2. Fungsi Produksi .................................. 12
2.1.2.3. Model Fungsi Produksi ....................... 17

2.2. Penelitian Terdahulu ................................................. 20


2.3. Kerangka Pemikiran ................................................. 21

BAB III. METODE PENELITIAN


3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................. 24
3.2 Jenis dan Sumber Data ........................................... 24
3.3 Metode Pengambilan Sampel .................................. 24
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................... 25
3.5 Definisi Operasional ............................................. 29
BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Letak Geografis danDemografis
Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu - Jawa Barat .................................................. 31

4.2. Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Kenanga


Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu - Jawa Barat .. 32

4.3. Proses Produksi Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk


Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu - Jawa Barat ................................. 33

4.4. Kategori Industri Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk


Desa Kenanga Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu
Jawa Barat ...................................................................... 38

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1. Karakteristik Pengusaha Kerupuk .................................. 40
5.1.1. Pekerjaan Utama dan Sampingan .......................... 40
5.1.2. Umur Pengrajin Kerupuk ...................................... 41
5.1.3. Tingkat Pendidikan Pengrajin Kerupuk................. 42
5.1.4. Jumlah Anggota Keluarga Pengrajin Kerupuk....... 43
5.1.5. Lama Menjadi Pengrajin Kerupuk ....................... 44
5.1.6. Jenis Kerupuk yang Diproduksi ........................... 45
5.1.7. Alasan Menjadi Pengrajin Kerupuk....................... 46
5.1.8. Keahlian Membuat Kerupuk ................................. 47
5.1.9. Persaingan dan Bentuk Persaingan Usaha Kerupuk 48
5.1.10. Diversifikasi dan Sumber Ide Diversifikasi
Produk Kerupuk ................................................. 50

5.2. Faktor-Faktor Produksi Kerupuk Ikan


5.2.1. Modal ................................................................... 51
5.2.2. Tenaga Kerja ........................................................ 55
5.2.3. Permintaan Kerupuk ............................................. 57
5.2.4. Harga Kerupuk ..................................................... 59
5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk
di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga
Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu - Jawa Barat . 60
5.3.1. Usaha Kerupuk Skala Sedang ............................... 61
5.3.2. Usaha Kerupuk Skala Kecil .................................. 65
5.4. Fator-Faktor yang Paling Berpengaruh Pada Produksi
Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga
Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu - Jawa Barat .. 69
5.4.1. Usaha Kerupuk Skala Sedang ............................... 69
5.4.2. Usaha Kerupuk Skala Kecil .................................. 70
BAB VI KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan ....................................................................... 72
6.2 Saran ................................................................................ 73

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 73

LAMPIRAN ......................................................................................... 75
DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jumlah Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga


Menurut Skala Usaha Pada Tahun 2005 -2006 .......................... 1

2 Kontribusi IKIKRT terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia


Tahun 2005 – 2006 ................................................................... 2

3 Konsumsi da Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita


untuk Kerupuk Menurut Wilayah tahun 2003 ......................... 8

4 Konsumsi Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut


Golongan pengeluaran per Kapita Sebulan ............................... 8

5 Volume Ekspor Kerupuk Indonesia Menurut Jenisnya (ton)


Tahun 2003 ............................................................................ 9

6 Standar Mutu Kerupuk Udang dan Ikan .................................... 10

7 Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Pekerjaan


Utama dan Sampingan............................................................... 40

8 Karakteristik Pengrajin Berdasarkan Usia Pengrajin ................. 41

9 Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan ..........................


Tingkat Pendidikan .................................................................. 42

10 Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Jumlah


Anggota Keluarga ................................................................... 43

11 Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Lama


Menjadi Pengrajin Kerupuk....................................................... 44

12 Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Jenis


Kerupuk yang diproduksi ......................................................... 45

13 Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Alasan


Memproduksi Kerupuk ............................................................. 46

14 Karaktersitik Responden Pengrajin Kerupuk Berdasarkan


Asal Memperoleh Keahlian Membuat Kerupuk ........................ 47
15 Bentuk Persaingan Pengrajin Kerupuk
di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu .... 48

16 Diversifikasi Produk Kerupuk di Desa Kenanga


Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat ............. 50

17 Sumber Ide Diversifikasi Produk Kerupuk di Desa Kenanga


Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat.............. 51

18 Daftar Fasilitas dan Mesin/Alat-Alat sebagai biaya tetap yang


Digunakan dalam Produksi Kerupuk ........................................ 52

19 Daftar Item-item yang masuk dalam biaya Tidak Tetap/


Operasional Pembuatan Kerupuk .............................................. 53

20 Modal yang Dikeluarkan oleh Pengrajin Kerupuk


di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu
Pada Bulan Nopember 2008 ..................................................... 54

21 Jumlah Tenaga Kerja dalam Proses Produksi Kerupuk


di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu
Pada Bulan Nopember 2008 ..................................................... 56

22 Data Permintaan Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk


di Desa Kenanga Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu
Pada Bulan Nopember 2008 ..................................................... 58

23 Daftar Harga Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk


di Desa Kenanga Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu
pada Bulan Nopember 2008 ..................................................... 59

24 Hasil Pendugaan Regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi


Kerupuk Skala Sedang ............................................................. 62

25 Hasil Pendugaan Regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi


Kerupuk Skala Kecil ..................................................................... 65
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Sifat Fungsi Produksi ................................................................ 13

2 Tahapan Proses Produksi .......................................................... 16

3 Sistematika Kerangka Pemikiran .............................................. 23

4 Daerah Diterima dan Ditolak H0 dalam uji t-hitung.................... 28

5 Alur Proses Produksi Kerupuk .................................................. 37

6 Daerah Penolakan dan Penerimaan H0 untuk Uji t-hitung pada


Pengrajin Kerupuk Skala Sedang ............................................. 64

7 Daerah Penolakan dan Penerimaan H0 untuk Uji t-hitun Pengrajin


Kerupuk Skala Kecil .............................................................. 68
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Surat Keterangan Penelitian dari Desa Kenanga Kecamatan


Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat ................................. 76

2 Kuesioner Penelitian ................................................................... 77

3 Kapasitas, Porduksi dan Utilitas Industri Makanan


Tahun 2006 - Triwulan II Tahun 2008 ........................................ 81

4 Daftar Pengusaha Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang


Kabupaten Indramayu - Jawa Barat ............................................ 82

5 Mata Pencaharian dan pendidikan penduduk Desa Kenanga


Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat ............... 83

6 Tujuan pemasaran Kerupuk Ikan pada Bulan Nopember 2008 .... 84

7 Perhitungan Biaya Tetap dan Tidak Tetap Pengrajin Kerupuk


Skala Kecil ................................................................................. 85

8 Perhitungan Biaya Tetap dan Tidak Tetap Pengrajin


Kerupuk Skala Sedang ............................................................... 90

9 Jumlah Biaya yang dikeluarkan pengrajin kerupuk


pada bulan Nopember 2008 ........................................................ 93

10 Variabel Bebas (X) dan Variabel Tidak Bebas (Y) Faktor-Faktor


yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk di Sentra Produksi
Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu Jawa barat ............................................... 94

11 Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi


Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat dengan
Menggunakan Software SPSS For Windows Versi 12 ................. 95

12 Komposisi dan Neraca Massa Proses Produksi Kerupuk Ikan ...... 99


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga di Indonesia

mempunyai nilai strategis, salah satu industri kecil dan industri kerajinan rumah

tangga adalah industri makanan dan minuman, jumlah industri makanan dan

minuman di Indonesia merupakan jumlah industri terbanyak. Pada tahun 2005

jumlah industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga ada 857.496 unit, pada

tahun 2006 jumlah industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga meningkat

jumlahnya menjadi sebanyak 1.203.694 unit usaha (BPS, 2007 : 14) . Data

mengenai perkembangan Industri Kecil (IK) dan Industri Kerajinan Rumah

Tangga (IKIKR) dapat di lihat pada Tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1. Jumlah Industri Kecil (IK) dan Industri Kerajinan Rumah Tangga
(IKIKR) dan Persentase Menurut Skala Usaha (Golongan Industri)
Tahun 2005 – 2006

2005 2006 %
URAIAN
IK IKR IKIKR IK IKR IKIKR
Makanan dan
789.223 68.273 857.496 67.144 1.136.550 1.203.694 7.71%
Minuman
Tekstil 248.824 18.125 266.949 15.073 283.458 298.531 -0.02%
Pakaian Jadi 53.843 56.168 110.011 25.369 73.734 99.103 -0.77%
Kayu, Anyaman dari
rotan, bamboo dan 805.740 24.984 830.724 24.011 756.927 780.938 -4.78%
sejenisnya
Barang Galian
262.832 43.349 306.185 35.151 244.195 279.346 -2.03%
Bukan Logam
Furnitur dan
199.095 34.464 233.559 31.088 231.336 262.424 0.02%
pengolahan lainnya
Lainnya 161.111 36.971 198.082 53.914 164306 218.220 -0.12%
Jumlah 2.549.591 288.774 2.838.365 258.071 2.926.038 3.184.109
Keterangan :
IK = Industri Kecil; IKR = Industri Kerajinan Rumah Tangga
IKIKR = Industri Kecil dan Industri Kerajinan Rumah Tangga
Sumber : BPS Tahun 2007
Berdasarkan Tabel 1 di atas, jumlah industri makanan dan minuman

pada Industri Kecil dan Industri Kerajinan Rumah Tangga (IKIKR) tahun 2005

dan 2006 yaitu sebanyak 30,59 persen dan 38,31 persen dari total jumlah industri

IKIKR yang ada di Indonesia, terjadi peningkatan kontribusi sebesar 7,71 persen

terhadap jumlah IKIKR pada tahun 2006, sedangkan untuk industri lainnya rata-

rata kontribusinya mengalami penurunan sehingga industri makanan dan

minuman pada industri IKIKR mempunyai kontribusi terhadap penyediaan

lapangan tenaga kerja di Indonesia (BPS, 2007 : 15). Peranan IKIKR terhadap

penyerapan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2. Kontribusi IKIKR Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia Tahun


2005 -2006

Tenaga Kerja
Jenis Industri 2005 2006
% %
(Orang) (Orang)
Industri Besar dan menengah 4,226,572 38.14 4,730,125 39.72
Industri Kecil Industri Kerajinan
6,856,043 61.86 7,178,990 60.28
Rumah Tangga
Jumlah 11,082,615 100,00 11,909,115 100,00
Sumber : BPS Tahun 2007

Data Tabel 2. di atas menunjukkan IKIKRT mempunyai kontribusi

dominan terhadap penyerapan tenaga kerja Indonesia dibandingkan dengan

industri besar dan menengah, yaitu pada tahun 2005 industri kecil industri

kerajinan rumah tangga menyerap tenaga kerja sebesar 61,86 persen dari

keseluruhan tenaga kerja di sektor industri dan sebesar 60,28 persen pada tahun

2006. Selebihnya, industri besar dan menengah sebesar 38,14 persen pada tahun

2005 dan 39,72 persen pada tahun 2006.


Industri kerupuk merupakan salah satu jenis industri makanan dan

minuman. Kerupuk merupakan produk untuk meningkatkan nilai tambah pada

komoditi pertanian, komoditi yang digunakan produk kerupuk adalah tepung

tapioka, udang/ikan, dan komoditi lainnya sehingga hal ini akan berdampak pada

nilai tambah komoditi sektor lainnya. Data Statistik Tahun 2008 (BPS, 2008 : 2),

menjelaskan bahwa kapasitas produksi kerupuk pada tahun 2006 sebesar 17.694

ton, pada tahun 2007 sebesar 17.871 ton dan pada tahun 2008 sebesar 18.959 ton

sedangkan tingkat produksi kerupuk yang baru dapat dipenuhi pada tahun 2006

sebesar 9.466 ton, pada tahun 2007 sebanyak 9.740 ton dan tahun 2008 triwulan

kedua 6.408 ton dengan nilai utilitas kerupuk setiap tahun meningkat yaitu pada

tahun 2006 sebesar 53,5 %, tahun 2007 sebesar 54,5% dan tahun 2008 triwulan

kedua sebesar 35,5 %. Berdasarkan data tersebut di atas masih ada kapasitas

produksi kerupuk yang belum terpenuhi sebesar 8.228 ton pada tahun 2006,

sebesar 8.131 ton pada tahun 2007 dan untuk 2008 pada triwulan kedua sebesar

11.642 ton, sehingga masih ada peluang untuk meningkatkan produksi dalam

rangka pemenuhan kapasitas produksi kerupuk yang dibutuhkan (Lampiran 3).

Salah satu sentra produksi kerupuk untuk pemenuhan kapasitas kerupuk

adalah di kabupaten Indramayu yaitu tepatnya di desa Kenanga kecamatan

Sindang kabupaten Indramayu. Pengusaha kerupuk di desa Kenanga rata-rata

tergolong pengusaha kecil dan kerajinan rumah tangga, walaupun ada beberapa

yang termasuk industri menengah, namun jumlah industri kecil dan kerajinan

rumah tangga lebih banyak.


Proses produksi kerupuk di desa Kenanga melibatkan masyarakat sekitar

industri sebagai tenaga kerja, biasanya untuk industri kecil akan membutuhkan 10

- 20 orang yang terlibat dalam proses produksi, sedangkan untuk industri

menengah bisa mencapai 50 - 60 orang yang terlibat dalam proses produksi,

terdapat 30 unit usaha IKIKRT dan delapan unit usaha skala menengah pegrajin

kerupuk (Lampiran 4) dengan produksi kerupuk yang dihasilkan pengrajin

kerupuk desa Kenanga pada tahun 2006 sebanyak 6.360 ton (Disperindag

Indramayu, 2006 : 54). Dengan demikian, adanya industri kerupuk ini akan

membuka lapangan kerja untuk masyarakat sekitar khususnya dan umumnya

membuka lapangan kerja pada sektor-sektor lain yang terkait sehingga akan

semakin membuka peluang usaha dan lapangan kerja yang lebih luas.

Industri kerupuk di desa Kenanga dalam proses produksinya menggunakan

faktor-faktor produksi yang beraneka ragam, baik yang bersifat permanen (tetap)

maupun non permanen (varaibel), untuk mencapai tingkat produksi kerupuk yang

maksimum, produsen (pengrajin kerupuk) harus memiliki pengetahuan yang

lengkap (perfect knowledge) atas faktor-faktor produksi kerupuk yang

digunakannya. Sejauhmana pengaruh input produksi kerupuk terhadap output

yang dihasilkan, penggunaan dan kombinasi faktor produksi kerupuk yang tepat

akan tercapainya tingkat produksi kerupuk yang mempunyai nilai ekonomis.


1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi Krupuk di Desa

Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat ?

2. Faktor apa yang paling berpengaruh pada produksi krupuk di Desa Kenanga

Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi krupuk di Desa

Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat.

2. Menganalisis faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi krupuk di

Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak yang

berkepentingan, yaitu :

1. Bagi penulis, menambah wawasan dan pengalaman dalam bidang studi yang

terkait, juga sebagai wahana untuk mengembangkan pengetahuan yang

diperoleh selama proses perkuliahan.

2. Pelaku industri/pengusaha, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

masukan dan informasi sebagai bahan tambahan pertimbangan dalam

menganalisa pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

Kerupuk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Gambaran Umum Produk Kerupuk

Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan

tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk dibuat

dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah

sinar matahari dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Kerupuk

bertekstur garing dan sering dijadikan pelengkap untuk berbagai makanan

Indonesia seperti nasi goreng dan gado-gado (Bank Indonesia, 2008 : 1)

Kerupuk udang dan kerupuk ikan adalah jenis kerupuk yang paling umum

dijumpai di Indonesia. Kerupuk berharga murah seperti kerupuk aci atau kerupuk

mlarat hanya dibuat dari adonan sagu dicampur garam, bahan pewarna makanan,

dan vetsin. Kerupuk biasanya dijual di dalam kemasan yang belum digoreng.

Kerupuk ikan dari jenis yang sulit mengembang ketika digoreng biasanya dijual

dalam bentuk sudah digoreng. Kerupuk kulit atau kerupuk ikan yang sulit

mengembang perlu digoreng sebanyak dua kali. Kerupuk perlu digoreng lebih

dulu dengan minyak goreng bersuhu rendah sebelum dipindahkan ke dalam wajan

berisi minyak goreng panas. Kerupuk kulit (kerupuk jangek) adalah kerupuk yang

tidak dibuat adonan tepung tapioka, melainkan dari kulit sapi atau kerbau yang

dikeringkan.

Menurut Sistem Informasi Terpadu Pengembangan Usaha Kecil (Bank

Indonesia, 2008 : 2) usaha kerupuk dapat dilakukan oleh industri besar-menengah


bahkan industri kecil rumah tangga karena proses pembuatannya yang sangat

mudah, biasanya pengusaha kerupuk tidak hanya memproduksi satu jenis kerupuk

saja, melainkan memproduksi beberapa jenis kerupuk sekaligus, hal ini karena

pada dasarnya pembuatan kerupuk hampir sama sehingga mesin-mesin dan

peralatan produksi yang sama bisa digunakan untuk membuat kerupuk berbagai

jenis. Jenis kerupuk yang beredar dipasaran cukup banyak dan masing-masing

memiliki pangsa pasar sendiri, berikut ini jenis kerupuk yang sering ditemui

dipasaran yaitu, Kerupuk udang/ikan/kemplang, Kerupuk bawang , Kerupuk kulit,

Kerupuk mlarat, Kerupuk gendar, dam masih banyak jenis-jenis kerupuk lainnya,

karena jenis makanan ini sangat mudah dicampur dan dimodifikasi rasanya sesuai

dengan keinginan dan selera rasa.

Permintaan kerupuk ikan berasal dari usaha penggorengan, agen/toko dan

pedagang. Secara kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah

konsumsi kerupuk ikan. Meskipun demikian dapat diperkirakan bahwa jumlah

konsumsi kerupuk relatif tinggi, karena makanan olahan ini banyak digemari oleh

masyarakat luas. Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

tahun 2003 dalam Bank Indonesia (2003, 4) , penduduk wilayah perkotaan (urban)

lebih banyak mengkonsumsi kerupuk dibanding penduduk wilayah pedesaan

(rural). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengeluaran untuk konsumsi

kerupuk wilayah perkotaan lebih besar dibanding pengeluaran konsumsi kerupuk

penduduk wilayah pedesaan.

Jumlah konsumsi kerupuk di wilayah perkotaan yang lebih tinggi

dibanding pedesaan dikarenakan kepadatan penduduk di kota yang juga lebih


tinggi bila dibandingkan dengan pedesaan. Urbanisasi dan mobilitas penduduk

yang sehari-harinya bekerja di kota telah menumbuhkan usaha penjualan

makanan. Selain itu, sifat kerupuk sebagai makanan pelengkap ini sering

diabaikan oleh penduduk desa karena lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan

yang lebih pokok. Tabel 3 berikut menunjukkan jumlah konsumsi kerupuk oleh

penduduk di wilayah perkotaan dan pedesaan.

Tabel 3. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita untuk Kerupuk


Menurut Wilayah tahun 2003

Banyaknya (ons) Nilai (Rp)


Perkotaan (Urban) 0,193 154
Pedesaan (Rural) 0,147 99
Perkotaan + Pedesaan 0,166 122
Sumber : Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003

Kerupuk merupakan makanan yang sangat digemari oleh masyarakat luas

baik penduduk miskin, pendapatan menengah maupun pendapatan tinggi. Dari

Tabel 3. berikut dapat diketahui bahwa semakin tinggi pendapatan yang dimiliki

oleh seseorang, semakin besar jumlah konsumsi kerupuk per bulannya.

Tabel 4. Konsumsi Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut Golongan


Pengeluaran per Kapita Sebulan

Golongan Pengeluaran (Rp) Konsumsi (ons)


Kurang dari 40.000 -
40.000-59.999 0.075
60.000-79.999 0.087
80.000-99.999 0.085
100.000-149.999 0.128
150.000-199.999 0.140
200.000-299.999 0.196
300.000-499.999 0.250
500.000 dan lebih 0.305
Rata-rata konsumsi per kapita 0.166
Sumber: Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003
Selain dikonsumsi masyarakat dalam negeri, berdasarkan Susenas tahun

2003 (Bank Indonesia, 2008 : 2), kerupuk juga telah diekspor ke luar negeri antara

lain ke Belanda, Arab Saudi, Malaysia, Korea Selatan, Inggris, Singapura dan

Belgia. Adapun jumlah ekspor untuk komoditi kerupuk (kerupuk udang dll)

disajikan dalam Tabel 5 berikut :

Tabel 5. Volume Ekspor Kerupuk Indonesia Menurut Jenisnya (ton) Tahun 2003

Tahun Kerupuk Udang (ton) Kerupuk lainnya (ton)


1993 5.484.933 2.268.430
1994 4.436.580 2.184.394
1995 4.798.040 1.499.143
1996 6.056.580 2.293.738
1997 3.719.562 1.169.470
1998 1.532.735 1.113.172
Sumber: Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003

Usaha kerupuk dijalankan tidak hanya memenuhi pesanan dari konsumen

tetapi juga mengantisipasi bila bahan baku ikan sulit didapat sehingga usaha tidak

macet. Terdapat berbagai jenis kerupuk ikan tergantung pada jenis ikan dan

komposisi ikan yang digunakan.

Dari berbagai jenis kerupuk dan komposisinya, produk tersebut harus

memenuhi standar mutu produk kerupuk yang ditetapkan. Selain itu kerupuk

harus bebas dari bahan-bahan pengawet yang dapat membahayakan kesehatan

manusia. Penilaian tingkat kualitas kerupuk dilakukan oleh para konsumen,

tingkat kualitas masing-masing kerupuk dapat dilihat dari jangkauan

pemasarannya. Berdasarkan jangkauan pemasarannya, kerupuk dibagi menjadi

tiga kualitas, yaitu kualitas 3, 2, dan 1. kerupuk dengan kualitas nomor 3 (rendah)

hanya dapat dipasarkan di pasar-pasar lokal dan rasanya kurang enak. Kualitas
kerupuk nomor 2 (menengah), harganya tidak terlalu mahal namun citara sanya

sudah memenuhi selera masyarakat dalam negeri. Kerupuk dengan kualitas 1

(tinggi) dibuat dari bahan-bahan yang berkualitas, memiliki cita rasa paling enak,

dan penampilan yang meyakinkan.

Berdasarkan keputusan Menteri Perdagangan no. 303/VIII/83 tanggal 3

Juli 1983 (Suprapti, 2005 : 14) ditetapkan standar kualitas perdagangan kerupuk

udang dengan memperhatikan kepentingan pihak konsumen dan pihak produsen.

Kerupuk di bagi atas dua kualitas, yaitu kualitas I dan kualitas II, standar mutu

yang diukur yaitu kadar air maksimum, kadar protein minimum, kadar abu tidak

larut dalam asam maksimum (%), benda asing maksimum, bau, berjamur dan

berserangga, zat warna dan tambahan lainnya. Daftar standar mutu kerupuk udang

dan ikan dapat dilihat pada Tabel 6 di bawa ini

Tabel 6. Standar Mutu Kerupuk Udang dan Ikan

STANDAR MUTU
No. KARAKTERISTIK I II
Udang Ikan Udang Ikan
1. Kadar air (%)
12,0 12,0 12,0 12,0
maksimum
2. Kadar protein (%)
4,0 5,0 2,0 2,0
minimum
3. Kadar abu tidak larut
dalam asam (%) 1,0 1,0 1,0 1,0
maksimum
4. Benda asing (%)
1,0 1,0 1,0 1,0
maksimum
5. Bau (mg) Khas Khas Khas Khas
Berjamur dan Tidak Tidak Tidak Tidak
6.
berserangga tampak tampak tampak tampak
7. Zat warna dan bahan Dicantumkan Dicantumkan Dicantumkan Dicantumkan
tambahan lainnya sesuai yang sesuai yang sesuai yang sesuai yang
diizinkan diizinkan diizinkan diizinkan
Depkes Depkes Depkes Depkes
Sumber: Departemen Perindustrian (2005 : 14)
2.1.2. Konsep Produksi

Dalam pengertian sederhana, produksi berarti menghasilkan barang/jasa.

Menurut Putong (2008, 149) pengertian produksi menurut ilmu ekonomi adalah

kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai

kegunaan/manfaat suatu barang. Dari pengertian tersebut jelas bahwa kegiatan

produksi mempunyai tujuan yang meliputi:

1. Menghasilkan barang atau jasa.

2. Meningkatkan nilai guna barang atau jasa.

3. Meningkatkan kemakmuran masyarakat.

4. Meningkatkan keuntungan.

5. Memperluas lapangan usaha.

6. Menjaga kesinambungan usaha perusahaan.

Berdasarkan pengertian dan tujuan dari kegiatan produksi tentunya

manusia berusaha apa yang merupakan kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi

secara baik atau mendekati kemakmuran.

2.1.2.1. Faktor Produksi

Dalam ilmu ekonomi, faktor produksi adalah sumber daya yang

digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor

produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya

alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya

alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari

alam maupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut

sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu, beberapa ahli juga
menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor produksi mengingat

semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini (Putong, 2008 : 150).

Menurut Rahardja dan Manurung (2002, 105). menjelaskan bahwa secara

total, saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga

kerja (labor), modal (capital), sumber daya fisik (physical resources),

kewirausahaan (entrepreneurship), dan sumber daya informasi (information

resources).

Faktor produksi sering disebut juga dengan “korbanan produksi”, karena

faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produksi, faktor

produksi ini biasa disebut input. Input atau faktor produksi ini jumlah dan

kualitasnya perlu diketahui oleh produsen, sehingga dalam suatu proses produksi

harus mengetahui hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output).

Hubungan antara input dan output ini disebut dengan factor relationship

(Soekartawi, 2003 : 16).

2.1.2.2. Fungsi Produksi

Menurut Soekartawi (2003, 17), fungsi produksi adalah hubungan fisik

antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). fungsi

produksi mempunyai sifat-sifat seperti utility. Jika input bertambah, output juga

meningkat. Tambahan input pertama akan memberikan tambahan output lebih

besar dibanding dengan tambahan output yang disebabkan oleh tambahan input

berikutnya. Sifat ini disebut Law of Diminishing Returns. Secara grafis, ceteris

paribus, fungsi produksi dengan argumen (tenaga kerja) saja diasumsikan bahwa

K tetap, Q (L), adalah pada gambar 1.


Q
Q=f(L)

Gambar 1. Sifat Fungsi Produksi (Soekartawi, 2002 : 53)

Secara matematis, sifat fungsi naik (jika input bertambah maka output

bertambah) diindikasikan dengan turunan pertama Q terhadap L adalah positif.

Sedangkan sifat kenaikan yang menurun (menggunakan low of diminishing

returns) diindikasikan dengan turunan kedua Q terhadap L negatif.

Menurut Sokartawi (2003 : 18), hubungan fisik antara input dan output

disebut sebagai fungsi produksi. Penggunaan input (X) akan menambah output

(Y) atau produksi. Hubungan fisik antara X dan Y sering disebut dengan istilah

factor relationship (FR). FR dapat ditulis sebagai berikut :

Y = f(X1, X2, X3,…., Xn)

Berdasarkan persamaan di atas, produsen dapat melakukan tindakan yang mampu

meningkatkan produksi dengan cara sebagai berikut :

a. menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan; atau

b. menambah jumlah beberapa input (lebih dari satu) dari input yang digunakan.
Bila produsen akan melakukan tambahan satu input untuk meningkatkan

produksi, maka persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :

(Y+∆Y) = f(X1+∆X1,│X2,X3,…Xn)

∆X 1= tambahan dari X 1
∆Y = tambahan Y karena ada pengaruh ∆X1

Persamaan di atas dapat dikatakan bahwa Y dipengaruhi oleh X, atau

tambahan X1 (∆X 1) dengan syarat-syarat X 2, X3, …X n adalah tetap (ceteris

paribus). Selanjutnya bila lebih dari satu input yang ditambahkan, maka

persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :

(Y+∆Y) = f[(X1+ ∆X1), (X2 + ∆X2), (X3+ ∆X3), │….Xn)│

Penjelasan hubungan satu input (X1,atau X 2) dengan satu output, Y, atau Y =f(X).

hubungan Y dan X dapat terjadi dalam tiga situasi yaitu :

a. bila produk marginal konstan,

b. bila produk marginal menurun, dan

c. bila produk marginal naik.

Tambahan satuan input x yang dapat menyebabkan pertambahan atau

pengurangan satu satuan output, Y, disebut dengan istilah produk marginal (PM).

PM dapat ditulis dengan rumus : PM = ∆Y/ ∆X. Apabila PM konstan maka dapat

diartikan bahwa setiap tambahan unit input, X, dapat menyebabkan tambahan satu

satuan unit output, Y, secara proporsional. Bila terjadi peristiwa tambahan satu

satuan unit input, X, menyebabkan satu satuan unit output Y, yang menurun atau

decreasing productivity, maka PM akan menurun. Selanjutnya bila penambahan

satu satuan unit input, X, yang menyebabkan satu satuan unit output, Y, yang

semakin menaik secara tidak proporsional. Peristiwa ini disebut dengan


produktivitas yang menaik atau increasing productivity, dalam keadaan demikian

maka PM juga semakin menaik.

Mengaitkan produk marginal (PM), produk rata-rata (PR), dan produk

total (PT), maka hubungan input dan output akan lebih informatif, artinya dengan

cara seperti itu, akan dapat diketahui elastisitas produksi yang sekaligus juga akan

diketahui apakah proses produksi yang sedang berjalan dalam keadaan elastisitas

produksi yang rendah atau sebaliknya. Elastisitas produksi (ep ) adalah prosentase

perubahan dari output sebagai akibat dari prosentase perubahan dari input. ep

dapat ditulis melalui rumus sebagai berikut :

∆Y ∆X ∆Y X
ep = p / atau p ,
Y X ∆X Y

karena ∆Y/ ∆X adalah PM, maka besarnya ep tergantung dari besar kecilnya PM

dari suatu input, misalnya input X. hubungan PM dan PT dapat dilihat Gambar 2

yang menjelaskan bahwa :

a. bila PT tetap menaik, maka nila PM positif;

b. bila PT mencapai maksimum, maka nilai PM menjadi nol;

c. bila PT sudah mulai menurun, maka nila PM menjadi negatif; dan

d. bila PT menaik pada tahap increasing rate, maka PM bertambah pada

decreasing rate.
Output Output PT
(unit) Daerah I Daerah II Daerah III
e
Y P>1 1>e P > 0 e
P<0

PR

Output (unit) Q
PM

Gambar 2. Tahapan Proses Produksi (Soekartawi, 2002 : 56)

Hubungan antara PM dan PT dapat dilihat pada gambar 2. PR


PM
didefinisikan sebagai perbandingan antara PT per jumlah input, maka rumus untuk

mencari PR adalah sebagai berikut : PR = Y/X. sehingga hubungan PM dan PR

dapat dicari, antara lain :

a. Bila PM lebih besar dari PR, maka posisi PR masih dalam keadaan

menaik.

b. Sebaliknya, bila PM lebih kecil dari PR, maka posisi PR dalam keadaan

menurun.

c. Bila PM sama dengan PR, maka PR dalam keadaan maksimum.

Hubungan antara PM dan PT serta PM dan PR dengan besar kecilnya ep, maka

dapat pula dilihat pada gambar 2, bahwa :

a. ep=1 bila PR mencapai maksimum atau bila PR sama dengan PM-nya.

b. Bila PM=0 dalam situasi PR sedang turun, maka ep=0.


c. ep > 1 bila PT menaik pada tahapan ”increasing rate” dan PR juga menaik

di daerah I. di daerah ini masih mampu memperoleh sejumlah produksi

yang cukup menguntungkan manakala sejumlah input masih ditambahkan.

d. Nilai 1>ep>0, maka tambahan sejumlah input tidak diimbangi secara

proporsional oleh tambahan output yang diperoleh. Peristiwa ini terjadi di

daerah II, dimana pada sejumlah input yang diberikan maka PT tetap

menaik pada tahapan ”decreasing rate”.

e. Nilai ep < 0 yang berada di daerah III; pada situasi yang demikian PT

dalam keadaan menurun, nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan

menurun.

f. Situasi ep < 0 maka setiap upaya untuk menambah sejumlah input tetap

akan merugikan bagi produsen yang bersangkutan.

2.1.2.3. Model Fungsi Produksi

Menurut Soekartawi (2002, 84) fungsi Cobb-Douglas adalah suatu

fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel; variabel yang satu

disebut variabel dependen, yang dijelaskan, (Y), dan variabel yang lain disebut

variabel independen, yang menjelaskan, (X). Penyelesaian hubungan antara Y dan

X biasanya dengan cara regresi, kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku

dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas. Kelebihan fungsi Cobb-Douglas yang

banyak dipakai dalam penelitian, yaitu :

a. penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan

fungsi lain, misalnya fungsi kuadratik.


b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan

koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas.

c. Besaran elastisitas sekaligus menunjukkan tingkat besaran returns to scale.

Fungsi Cobb-Douglas selalu mempunyai kelebihan juga mempunyai beberapa

kelemahan yang terletak pada permasalahan penduga yang melibatkan kaidah

metode kuadrat terkecil. Secara umum kelemahan fungsi Cobb-Douglas adalah

sebagai berikut :

a. Spesifikasi variabel keliru.

b. Kesalahan pengukuran variabel.

c. Bias terhadap variabel manajemen.

d. Masalah multikolinieritas yang sulit dihindarkan.

e. Data yang dipakai merupakan limitasi yang tidak kalah pentingnya dalam

penggunaan fungsi Cobb-Douglas. Misalnya, bila data cross section yang

dipakai maka data tersebut harus mempunyai variasi yang cukup.

Secara sistematik, fungsi Cobb-Douglas (Soekartawi, 2002 : 84) dapat dituliskan

seperti persamaan sebagai berikut :

Y = aX 1b1 X b2 2 ...X ibi ...X bnn e u

= a ∏ Χ ibi e u

Fungsi Cobb-Douglas tersebut dapat dinyatakan oleh hubungan Y dan X, maka :

Y = f(X 1, X2, … Xi,…Xn),

Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan a,

b = besaran yang akan diduga


u = Kesalahan (disturbance term),dan

e = Logaritma notural, e = 2,718.

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan di atas, maka persamaan

tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda dengan melogaritmakan

persamaan tersebut, yaitu :

Y = f(X 1, X 2) dan

Y = aX 1b1 X 2b 2e u

Logaritma dari persamaan di atas adalah :

Log Y = log a + b 1 log X 1 + b 2 Log X 2 + v; atau

Y * = a * + b1 X 1* = b2* + V *
*
Y = Log Y

X * = Log X
*
V = Log v

a* = Log a

Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu melogaritmakan dan diubah bentuk

fungsinya menjadi fungsi linier, maka ada beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi sebelum seseorang menggunakan fungsi Cobb-Douglas. Persyaratan ini

antara lain :

a. tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari bilangan

nol adalah satu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinitive);

b. perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan.

Artinya, kalau fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model dalam suatu

pengamatan, dan bila diperlukan analisa yang merupakan lebih dari satu
model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis

(slops) model tersebut.

c. Tiap variabel X adalah perfect competition.

d. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklan adalah sudah tercakup

pada faktor kesalahan, u.

Ada tiga alasan pokok pentingnya penggunaan Cobb-Douglas yang banyak

dipakai oleh para peneliti, yaitu :

a. penyelesaian Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi

yang lain;

b. hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan

koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan tingkat besaran return to

scale.

2.1.3. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi produksi dilakukan oleh

Theresia (2006) dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Jumlah Hasil Produksi Pada Industri Kecil Perajutan (Suatu Kasus Pada Sentra

Industri Kecil Rajutan Binong Jati). Penelitian ini dilakukan dengan objek

penelitian berada di sentra industri rajutan Binong Jati, dengan jumlah responden

sebanyak 38 pemilik usaha.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

survey explanatory, dan alat analisis data yang digunakan adalah analisis regresi

berganda dengan variabel bebas yaitu modal (X1), tenaga kerja (X2), teknologi

(X3), dan permintaan konsumen (X4) dan variabel terikatnya adalah jumlah hasil
produksi (Y). Yang menjadi isu dalam penelitian ini adalah menurunnya kegiatan

produksi yang dapat dilihat dari menurunnya jumlah hasil produksi dari usaha

rajutan Binong Jati.

Teori yang digunakan adalah teori produksi menurut Cobb-Douglas

disertai pendapat dari tokoh ekonomi lainnya. Hasil penelitian yang didapat dari

penelitian ini yaitu bahwa secara simultan faktor modal kerja, tenaga kerja,

teknologi, dan permintaan konsumen berpengaruh terhadap jumlah produksi.

Sedangkan secara parsial yang berpengaruh secara signifikan terhadap

jumlah produksi yakni hanya permintaan konsumen, .karena kegiatan produksi

industri Binong Jati bergantung kepada permintaan dari konsumen (by order).

Sedangkan variabel modal, tenaga kerja, dan teknologi tidak berpengaruh.

2.1.4. Kerangka Pemikiran

Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu merupakan

sentra produksi kerupuk, yang terdiri dari industri kecil rumah tangga dan idustri

menengah dan industri besar. Pada perjalanannya industri kerupuk banyak

mengalami kendala-kendala produksi yang menyebabkan tingkat produksi tidak

stabil, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor baik dari faktor dalam (internal)

maupun faktor luar (eksternal).

Faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk diantaranya disebabkan

faktor alam, yaitu faktor musim, ketika musim hujan pengusaha kerupuk biasanya

mengurangi produksi kerupuk hal ini karena proses produksi kerupuk melibatkan

sinar matahari untuk proses pengeringan kerupuk, walaupun ada pengeringan

yang menggunakan open namun kualitasnya kurang bagus, yaitu kerupuk kurang
mengembang. Faktor lainnya, yaitu pada bulan-bulan tertentu seperti bulan

Syawal sehabis lebaran dan ketika sehabis musim panen padi masyarakat

biasanya menyenggarakan acara tertentu, permintaan kerupuk akan naik sehingga

produksi kerupuk meningkat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk yang diambil dalam

studi kasus di Desa Kenanga Kecamatan Sidang Kabupaten Indramayu adalah

modal, tenaga kerja, permintaan produk dan harga kerupuk. Hal ini dengan

asumsi bahwa faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh signifikan terhadap

produksi kerupuk, dibandingkan dengan faktor lainnya. Selanjutnya, untuk

mengetahui pengaruh faktor-faktor tersebut secara riil dan terukur dilakukan

analisis melalui analisis fungsi produksi, yaitu analisis Cobb-Douglas, analisis ini

akan melibatkan dua variabel yaitu variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X),

dimana penyelesaiannya melalui regresi.

Bagan sistematika kerangka pemikiran analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi kerupuk di desa kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten

Indramayu Jawa Barat dapat di lihat pada Gambar 3 sebagai berikut :


Pegrajin Kerupuk di Desa
Kenanga kecamatan Sindang
Indramayu, Jawa Barat

Kerupuk Ikan

PRODUKSI FAKTOR LAIN


VARIABEL PRODUKSI
- Alam (musim, matahari)
- Modal - Bulan tertentu (perayaan)
- Tenaga kerja
- Permintaan Produk
- Harga Kerupuk
Analisa Fungsi Produksi
(Cobb-Douglas)

Faktor-Faktor yang Berpengaruh Pada Produksi Kerupuk

Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kenanga Kecamatan Sindang

Kabupaten Indramayu Jawa Barat, pemilihan lokasi dipilih secara sengaja

(purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu sentra

produksi kerupuk di Kabupaten Indramayu Jawa Barat.

Penelitian di lapangan dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan

Nopember 2008. waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data dari

pengusaha kerupuk serta data dari instansi terkait.

3.2. Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang bersifat

kualitatif dan kuantitatif; data primer yaitu data diperoleh dari responden melalui

wawancara langsung di lapangan dengan menggunakan daftar pertanyaan atau

kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder yaitu data

yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi, gambaran umum

usaha, jumlah penduduk dan literatur dari instansi yang terkait yang berhubungan

dengan penelitian ini.


3.3. Metode Pengambilan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah para pengrajin kerupuk di desa

Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Berdasarkan data

Disperindag Kabupaten Indramayu (Disperindag Kabupaten Indramayu, 2006 :

34) terdapat 38 unit usaha pengrajin kerupuk yang dapat diklasifikasikan menjadi

dua golongan yaitu Industri skala Kecil, dan industri skala menengah/sedang.

Jumlah industri kecil sebanyak 30 unit usaha, sedangkan industri menengah

sebanyak 8 unit usaha, untuk efesiensi waktu dan biaya dalam melakukan

penelitian maka diambil sampel/jumlah responden untuk pengrajin skala kecil

berdasarkan persentase, yaitu 50 persen dari 30 pegrajin kerupuk, sehingga

didapat sampel sebanyak 15 repondendan sedangkan responden untuk pengrajin

skala sedang karena jumlah pengrajin hanya delapan orang maka pengambilan

reponden secara sensus, yaitu seluruh pengrajin kerupuk skala sedang.

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif dan

kualitatif. analisis fungsi Cobb-Douglas dan menggunakan model regresi

berganda untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi kerupuk. Data yang

ada dijelaskan dengan melakukan beberapa tahap, yaitu tahap transfer data,

editing data, pengolahan dan tahap penyusunan dalam bentuk tabulasi sehingga

mudah dibaca dan dianalisis. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan

alat bantu software Microsoft Excel 2003 dan SPSS for windows versi 12. Setelah

diperoleh nilai-nilai dari pengolahan data kemudian tahap terakhir melakukan

interpretasi hasil pengolahan data yang ada.

2
3.4.1. Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dinyatakan oleh hubungan Y dan

X yang sudah ditransformasikan ke dalam bentuk linier yaitu sebagai berikut :

LnY = ln b0 + b1 ln X 1 + b2 ln X 2 + b3 ln X 4 + b4 ln X 4 + u

Keterangan :

Y = Produksi Kerupuk (Kg/bulan),


a0 = Intercept,
x1 = Modal (Rp/bulan)
x2 = Tenaga Kerja (Orang/bulan)
x3 = Harga Kerupuk (Rp/Kg)
x4 = Permintaan Kerupuk (Kg/bln)
b0 = Konstanta,
b1 = koefesien regresi Modal
b2 = koefesien regresi Tenaga Kerja
b3 = koefesien regresi Harga Kerupuk
b4 = Koefesien regresi Permintaan Kerupuk
u = kesalahan/penyimpangan penduga

Persamaan regresi dianalisis untuk menjelaskan hubungan sebab akibat

dari faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan. Nilai yang diperoleh

dari analisis regresi yaitu besarnya nilai t-hitung, F-hitung dan koefisien

determinan (R 2). Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah

koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas (X n) yang dipakai secara

terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (Y).

pengujian secara statistik adalah sebagai berikut :

3
1. Uji Determinan (R 2)

Nilai koefisien determinan (R 2) digunakan untuk melihat sejauhmana

besar keragaman yang dapat diterangkan oleh para meter bebas terhadap

parameter tidak bebas. Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut :

jumlah Kuadrat Re gresi ( JKR)


R2 =
Jumlah Kuadrat Total ( JKT )

Keterangan :

JKR = Jumlah kuadrat regresi

JKT = Jumlah kuadrat total


2
R = Koefisien determinasi

2. Uji t hitung

Hipotesis :

H o : βn = 0

H1 : β n ≠ 0

Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik-t :

bi − i
t-hitung =
Sbi

t-tabel = t α/2(n-p)

keterangan :

bi = koefisien regresi ke-i

Sbi = standar deviasi koefisien regresi ke-i

Bi = parameter ke-i yang dihipotesiskan n

= banyaknya pasangan data

p = jumlah parameter regresi

4
kriteria uji :

t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka tolak Ho

t-hitung < t-tabel α/2 (n-p), maka terima H o

Jika t-hitung lebih besar dari t-tabel maka parameter yang diuji atau faktor-

faktor produksi (X i) berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas atau output

(Y). Sebaliknya jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai tabel, maka parameter

yang diuji (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas (Y).

Wilayah
Wilayah Penolakan H0
Penolakan H0

H0 diterima

α α
- t-tabel + t-tabel

Gambar 4. Daerah Diterima dan Ditolak H0

3. Uji F-hitung

Nilai F-hitung digunakan untuk melihat apakah parameter yang digunakan

secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas atau

apakah model penduga yang digunakan sudah layak untuk menduga parameter

dalam fungsi produksi. Pengujian terhadap model penduga dapat dilihat sebagai

berikut :

5
Hipotesis :

H o : β1 = β 2 = …= β (k-1) = 0

H1 : paling tidak ada 1 βi ≠ 0

Uji statistik yang digunakan adalah uji F, yaitu :

R 2 /(k − 1)
F-hitung =
(1 − R 2 ) /(n − k )
Dimana :
2
R = Koefisien determinan
k = jumlah variabel termasuk intersep
n = jumlah pengamatan
Kriteria uji :

F-hitung < F tabel (k-1, n - k), maka terima Ho

F-hitung > F tabel (k-1, n - k), maka tolak H o

Apabila F-hitung lebih besar dari F-tabel, maka secara bersama-sama

parameter bebas dalam produksi (X i) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap

hasil produksi. Sebaliknya, jika F-hitung lebih kecil dari F-tabel, maka secara

bersama-sama parameter bebas tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi.

3.5. Definisi Operasional

Definisi operasional digunakan untuk menghindari kesalahan pengertian

dan untuk menyamakan persepsi mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam

penelitian skripsi ini, adapun istilah-istilah dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Usaha adalah suatu unit ekonomi yang melakukan aktivitas dengan tujuan
menghasilkan barang/jasa untuk dijual atau ditukarkann dengan barang

6
lain dan ada seseorang yang bertanggungjawab dan punya kewenangan
untuk mengelola usaha tersebut.
2. Pengrajin/pengusaha kerupuk adalah pelaku usaha yang memiliki usaha

pembuatan kerupuk.

3. Pekerjaan/kegiatan utama responden adalah pekerjaan responden yang


mempunyai nilai pendapatan paling besar diantara beberapa jenis kegiatan

dalam suatu usaha.

4. Lama menjadi pengusaha kerupuk adalah pengalaman responden sebagai

pengusaha kerupuk.

5. Proses produksi adalah proses yang diperlukan untuk mengubah faktor


input menjadi output berupa kerupuk.

6. Skala usaha kerupuk adalah ukuran yang menentukan besar kecilnya suatu

usaha industri kerupuk yang ditentukan oleh jumlah pekerja yang terlibat

dalam proses pengolahan/produksi.

7. Skala usaha kecil yaitu perusahaan/usaha industri pengolahan yang

memunyai pekerja 5 – 19 orang

8. Skala usaha sedang yaitu perusahaan/usaha industri pengolahan yang


mempunyai pekerja 20-99 orang.
9. Modal (X1) adalah harta yang dimiliki untuk digunakan dalam suatu

proses produksi (sebagai suatu usaha ekonomi) sehingga diharapkan bisa

menghasilkan pendapatan.

10. Tenaga kerja/pekerja (X2) adalah semua orang yang terlibat secara

langsung dalam pekerjaan/kegiatan di perusahaan/usaha.

11. Permintaan Kerupuk (X3) adalah banyaknya permintaan kerupuk pada


produsen pada bulan dilakukannya penelitian

12. Harga kerupuk (X4) yaitu harga kerupuk yang ditetapkan oleh produsen

kerupuk.

7
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak Geografis dan Demografis Desa Kenanga Kecamatan Sindang


Kabupaten Indramayu - Jawa Barat

Desa Kenanga adalah salah satu desa di Kecamatan Sindang Kabupaten

Indramayu Propinsi Jawa Barat, Berdasarkan Data Statistik Kabupaten Indramayu

(Indramayu dalam angka, 2007 : 23) Luas wilayah desa Kenanga Kecamatan

Sindang Kabupaten Indramayu yaitu 252.178 Ha dengan penggunaan untuk

industri seluas 5135 Ha, pasar desa luas 0,175 Ha, tanah wakaf 0,689 Ha, tanah

sawah seluas 66,178 Ha, tanah kering seluas 27,715 Ha. Lainnya yaitu untuk

jalan, irigasi, pekuburan dan lain sebagainya. Dengan batas wilayah sebelah utara

desa Bojongsari, sebelah timur desa Pekandangan, sebelah selatan desa

Kandanganjaya dan sebelah barat desa Penyindangan Wetan.

Orbitrasi/Jarak dari pusat pemerintahan Desa Kenanga dengan pusat

pemerintahan kecamatan yaitu 4 km, jarak dari pusat pemerintahan kota

Adminisrasi yaitu 4,25 km, jarak dari pusat pemerintahan kabupaten 4,25 km,

jarak dari pusat pemerintahan propinsi 297 km dan jarak dari pusat pemerintahan

ibu kota negara 217 km.

Desa Kenanga dilihat dari letak geografisnya terletak pada 107 0 52 ’ – 108 0

36’ Bujur Timur dan 6 0 15’ – 6 0 40’ Lintang Selatan. Sedangkan berdasarkan

tofografniya merupakan dataran rendah atau daerah landai dengan kemiringan

tanahnya rata-rata 0-2 %. Ketinggian dari permukaan laut 2,50 m banyaknya


curah hujan 2000 mm/th dengan suhu udara rata-rata 34 0C (BPS Kabupaten

Indramayu, 2007 : 22).

Jumlah penduduk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu

berdasarkan Jenis kelamin yaitu sebanyak 5.452 orang dengan jumlah laki-laki

sebanyak 2.713 orang dan Jumlah perempuan 2.739 orang, sedangkan jumlah

kepala keluarga sebanyak 1.462 kepala keluarga dengan kewarganegaraan

seluruhnya WNI. Laju pertumbuhan penduduk untuk kabupaten Indramayu pada

tahun 2007 sebesar 0,51 %.

4.2. Sosial Ekonomi Masyarakat

Desa Kenanga terdiri dari 25 RT dan 8 RW dengan keadaan sosial

ekonomi masyarakat Desa Kenanga ditandai dengan lembaga dan fasilitas-

fasilitas yang ada. Berdasarkan data monografi desa Kenanga (Monografi Desa

Kenanga, 2008 : 4), yaitu jumlah sarana peribadatan berupa masjid berjumlah 3

dan 11 buah musholla, poliklinik/balai pelayanan masyarakat/Puskesmas

berjumlah 1 buah, sedangkan untuk fasilitas dan sarana pendidikan yaitu terdapat

2 gedung untuk kelompok bermain, dan 1 gedung TK dan terdapat 3 gedung SD.

Dari segi sosial budaya, desa Sindang termasuk desa yang tingkat

homogenitasnya tinggi, baik dilihat dari suku, etnis maupun agama, agama islam

merupakan satu-satunya agama yang dianut penduduk desa Kenanga, suku dan

etnis yang ada merupakan suku dan etnis pribumi atau lokal, sedangkan mata

pencaharian penduduk desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten Indramayu

beragam pada berbagai bidang yaitu pedagang sebanyak 175 orang, buruh tani

sebanyak 143, tani tambak sebanyak 80 orang, tani sawah sebanyak 71 orang,
pertukangan sebanyak 62 orang, PNS sebanyak 28 orang, pengrajin kerupuk 38

orang, jasa sebanyak 17 orang, ABRI/Polisi sebanyak 15 orang dan lain-lain

sebanyak 33 orang, data Tabel mata pencaharian penduduk Desa Kenanga

Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat dapat dilihat pada

Lampiran 5.

Pendidikan penduduk desa Sindang Kecamatan Kabupaten Indramayu

beranekaragam, baik pendidikan umum/formal maupun non-formal/khusus.

Pendidikan umum/formal penduduk desa Kenanga kecamatan Sidang kabupaten

Indramayu mayoritas lulusan SD/MI yaitu sebanyak 630 orang, disusul lulusan

SMP/MTs sebanyak 472 orang, lulusan SMA/MA sebanyak 377 orang, Akademi

(D1-D3) sebanyak 20 orang, sarjana sebanyak 36 orang, sedangkan pendidikan

non-formal/khusus yaitu pendidikan melalui pondok pesantren dan madrasah

diniyah masing-masing sebanyak 17 orang dan 85 orang, data Tabel pendidikan

penduduk desa kenanga kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat

dapat dilihat pada Lampiran 5.

4.3. Proses Produksi Kerupuk

Proses produksi kerupuk di desa Kenanga Kecamatan Sindang

Kabupaten Indramayu berdasarkan pengamatan dilapangan secara umum dapat

dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pengolahan dan tahap

finishing/pengemasan.
4.3.1. Tahap persiapan

Tahap persiapan untuk membuat kerupuk yaitu persiapan bahan baku,

baik berupa ikan, udang, bawang, atau jengkol tergantung jenis kerupuk yang

dibuat. Dalam proses ini sebagai contoh adalah proses pembuatan kerupuk ikan.

Pada tahap pertama, ikan dicuci dan dibersihkan isi perutnya kemudian

daging ikan dipisahkan dari kulit, kepala, ekor dan tulangnya dengan

menggunakan pisau, daging ikan dikumpulkan dalam baskom, digiling dalam

mesin penggiling daging, kemuidan ditimbang untuk disesuaikan dengan

komposisi pada adonan pembuatan kerupuk, begitu juga dengan tepung tapioka

dan bahan penunjang lainnya ditimbang berdasakan komposisi. Komposisi dari

satu adonan kerupuk yang dicampur dalam mixer dapat dilihat pada Lampiran 12,

komposisi terbanyak dari adonan adalah tapioka sebanyak 40 kg. Daging ikan

yang dibutuhkan untuk setipa adonan adalah 15 kg, bahan yang paling sedikit

digunakan adalah MSG yaitu sebanyak 50 gram

4.3.2. Tahap Pengolahan

1. Adonan

Tahap membuat adonan, pembuatan adonan dilakukan dengan mesin

pencampur/mixer.adonan dicampur dalam mesin pencampur dalam waktu 10

menit tiap adonannya. Mesin pencampur digerakkan dengan tenaga listrik, setelah

dicampur dengan mesin, adonan diaduk menggunakan tangan agar adonan

tercampur lebih merata. Setelah merata adonan dibagi-bagi menjadi beberapa

bagian dengan menggunakan tangan. Bagian-bagian tersebut dimasukkan ke

dalam cetakan/mal. Cetakan tersebut dari besi, cetakan berbentuk setengah elips
dengan diameter tertentu. Terdapat dua jenis cetakan yaitu cetakan dengan

lingkaran besar dan lingkaran kecil. Setelah dicetak adonan berbentuk bulat

panjang atau tabung/bongko. Setelah dicetak adonan disusun ke dalam rak yang

terbuat dari stainess steel disiapkan untuk dikukus.

2. Pengukusan

Pegukusan dilakukan dengan menggunakan tungku ketel uap/boiler

dengan menggunakan bahan bakar kayu. Tempat pengukusan berbentuk seperti

lemari besar, dapat memuat kurang lebih 8 buah rak. Pengukusan kurang lebih 90

menit. Setelah pengukusan selesai maka bongko-bongko yang sudah matang

ditiriskan dan dinginkan di atas rak bambu /gebrek. Bongko-bongko ini

didinginkan dalam waktu 12 jam hingga bongko tersebut mengeras.

3. Pemotongan/pengirisan

Pemotongan atau pengirisan dilakukan pada dini hari sekitar pukul 02.00

WIB hingga pagi sekitar pukul 08.00 WIB, tetapi bisa terjadi perubahan

tergantung banyaknya bongko yang akan diiris. Pemilihan waktu dini hari

dilakukan agar bongko yang telah diiris bisa langsung dijemur pada pagi sampai

siang harinya, kepingan kerupuk basah hasil pengirisan bongko diletakkan di atas

tampah.

Pengirisan bongko dilakukan dengan menggunakan ham slicer, setiap satu

ham slicer dikendalikan oleh satu orang operator. Operator ham slicer sudah

terlatih menggunakannya, jika tidak terlatih maka akan diperoleh hasil irisan yang

tidak rata. Bagi perusahaan kecil biasanya masih menggunakan alat pemotong

manual, yaitu pisau.


4. Penjemuran

Penjemuran dibedakan menjadi dua yaitu penjemuran dengan sinar

matahari dan penjemuran dengan menggunakan oven. Biasanya penjemuran

dilakukan di bawah sinar matahari langsung, penjemuran dengan oven dlakukan

hanya jika terjadi pesanan yang melebihi kapasitas atau pada waktu cuaca kurang

mendukung seperti terjadi hujan.

Penjemuran dilakukan dengan menyusun kepingan-kepingan kerupuk di atas

tampah, kemudian tampah diletakkan di tanah lapang selama 12 jam, jika kondisi

sinar matahari kurang terik maka dilanjutkan pada esok harinya.

Jika terjadi hujan maka pengeringan dilakukan dengan oven, tatapi

penggunaan oven ini diminimalisisr karena hasil penjemuran dengan oven hasil

kualitas kurupuk kurang baik, yaitu kerupuk tidak mengembang dengan sempurna

ketika digoreng.

4.3.3. Pengemasan

Kerupuk yang sudah kering disortir oleh pekerja bagian pengemasan,

kerupuk yang kualitasnya baik tidak terdapat banyak lubang dan bentuknya baik

yaitu tidak pecah atau remuk. Selanjutnya kerupuk dikemas di dalam plastik

ukuran 250 g dan 200 g yang sudah diberi label dengan nama merek, komposisi,

dan alamat, kemudian ditimbang.

Kerupuk yang sudah ditimbang, disegel dengan menggunakan mesin

segel/sealer dengan panas. Setelah disegel kemudian dikemas lagi dengan plastik

yang berukuran 5 kg dan 4 kg, sebagian ada yang dikemas lagi dengan karung,

ada juga dengan kertas karton/dus biasanya tergantung permintaan pemesan.


Ikan

Pencucian dan pengeluaran isi


perut, pemisahan kulit dan
kepala kemudian dihaluskan

Bubur Ikan Telur ayam Tepung


Siap Pakai Tapioka

Gula, Dicampur hingga merata


garam, (mengembang)
MSG

Dicampur
hingga merata

Pencetakan
Bentuk

Pengukusan

Adonan

Pendinginan/ditiriskan
± 12 jam
hingga mengeras

Pemotongan

Penjemuran

Sortiasi dan Pengemasan

Gambar 5. Alur Proses Produksi Kerupuk


4.4. Kategori Industri Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kananga
Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat

Penggolongan skala industri di Indonesia beragam, ada beberapa Badan

dan atau Lembaga yang mendefinisikan industri/perusahaan berdasarkan berbagai

kriteria, yaitu berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS, 2005 : 4), bahwa industri

dikategorikan ke dalam empat golongan yaitu yang pertama, industri kecil,

industri yang mempunyai pekerja 5 – 19 orang termasuk pengusaha; kedua,

industri kerajinan rumah tangga, yaitu industri yang mempunyai pekerja 1 – 4

orang; ketiga industri sedang adalah perusahaan/usaha industri yang mempunyai

pekerja 20 - 99 orang, dan keempat industri besar, yaitu industri yang mempunyai

pekerja 100 orang atau lebih.

Pemerintah mendefinisikan penggolongan perusahaan/usaha sesuai dengan

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 yaitu, usaha mikro adalah usaha yang

memiliki kekayaan bersih paling banyak 50 juta rupiah tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 300

juta rupiah. Kriteria Usaha kecil yaitu usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih

dari 50 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan memiliki

hasil penjualan tahunan lebih dari 300 juta rupiah sampai paling banyak dua

miliar lima ratus juta rupiah. Kriteria Usaha menengah yaitu memiliki kekayaan

bersih lebih dari 500 juta rupiah sampai dengan paling banyak sepuluh millar

rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan memiliki hasil

penjualan tahunan lebih dari dua millar lima ratus juta rupiah sampai dengan

paling banyak 50 miliar rupiah.


Bank Indonesia mendefinisikan industri/perusahaan berdasarkan dua pola,

yaitu omset, aset dan badan hukum; industri mikro yaitu usaha yang dilakukan

oleh orang miskin atau hampir miskin, milik keluarga, sumber daya lokal dan

teknologi sederhana, lapangan usaha mudah dimasuki dan mudah keluar; industri

skala kecil beraset kurang dari atau sama dengan 200 juta di luar tanah dan

bangunan dengan omset satu miliar, industri skala sedang/menengah yaitu

perusahaan/industri yang beromset 3 miliar dengan aset 5 miliar untuk industri

manufaktur di luar tanah dan bangunan, dan aset industri non manufaktur hingga

600 juta di luar tanah dan bangunan, sedangkan kategori perusahaan berdasarkan

nilai kredit yang diterima dapat digolongkan sebagai berikut, yaitu perusahaan

mikro, perusahaan yang menerima kredit kurang atau sama dengan 50 juta,

perusahaan kecil yaitu perusahaan yang menerima kredit 50 juta hingga 500 juta;

industri sedang yaitu industri yang menerima kredit 500 juta hingga 5 miliar.

4.4.1. Industri Kerupuk Skala Sedang

Berdasarkan kriteria penggolongan usaha yang telah dijelaskan di atas,

terdapat delapan pengrajin kerupuk di Desa Kananga Kecamatan Sindang

Kabupaten Indramayu, Jawa Barat yang tergolong kriteria menengah/sedang, hal

tersebut ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam produksi kerupuk

dan berdasarkan undang-undang no. 20 tahun 2008 (Lampiran 4 ).

4.4.2. Industri Kerupuk Skala Kecil

Pengrajin kerupuk di Desa Kananga Kecamatan Sindang Kabupaten

Indramyau, Jawa Barat yang termasuk dalam kategori skala kecil berjumlah 30

pengrajin, hal ini berdasarkan jumlah tenaga kerja yang terlibat dan Undang-

Undang Pemerintah No. 20 Tahun 2008 (Lampiran 4).


BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Pengrajin Kerupuk

Pengrajin kerupuk secara umum dapat diketahui dengan karakteristik.

Karakteristik yang dimiliki oleh setiap pengrajin dapat mempengaruhi

aktivitasnya sebagai pengrajin kerupuk. Karakteristik tersebut adalah pekerjaan

utama dan sampingan, usia, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, lama

menjadi pengrajin kerupuk (pengalaman), jenis kerupuk yang diproduksi, alasan

memproduksi kerupuk, keahlian membuat kerupuk.

5.1.1.Pekerjaan Utama dan Sampingan

Pekerjaan/kegiatan utama pengrajin kerupuk di desa Kenanga kecamatan

Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat adalah kegiatan yang mempunyai nilai

pendapatan paling besar diantara jenis kegiatan dalam suatu usaha.

Sebaran responden berdasarkan pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan

dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini

Tabel 7. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Pekerjaan Utama dan


Sampingan

Pengrajin Kerupuk Pengrajin Kerupuk


Jenis Pekerjaan Skala Sedang Skala Kecil
Jumlah % Jumlah %
Pekerjaan Utama 8 100% 15 100 %
Pekerjaan Sampingan 2 25 % 5 33,33%
Jumlah 8 100% 15 100%
Data pada Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa kegiatan utama pengrajin

kerupuk adalah usaha kerupuk (100,00%), pada pengrajin kerupuk skala sedang

mayoritas tidak mempunyai pekerjaan sampingan yaitu sebesar 75 persen.

Sedangkan untuk pengrajin dalam skala kecil hanya 33,33 persen yang

mempunyai pekerjaan sampingan, selebihnya menjadi pengrajin kerupuk sebagai

kegiatan utamanya.

5.1.2.Umur Pengrajin Kerupuk

Umur pengrajin kerupuk skala sedang mayoritas berusia diantara 46 – 50

tahun, sedangkan pengsaha kerupuk skala kecil rata- rata berusia 36 – 40 tahun.

Sebaran respnden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Karakteristik Pengrajin Berdasarkan Umur Pengrajin

Pengrajin Kerupuk Pengrajin Kerupuk


Umur Skala Sedang Skala Kecil
Jumlah Orang % Jumlah Orang %
31 – 35 0 0.00% 3 20.00%
36 – 40 0 0.00% 12 80.00%
41 – 45 3 37.50% 0 0.00%
46 – 50 5 62.50% 0 0.00%
>50 0 0.00% 0 0.00%
Jumlah 8 100% 15 100%

Responden pengrajin kerupuk dalam skala sedang mempunyai umur 46 –

50 tahun sebesar 62,50 persen atau berjumlah lima orang dari delapan orang

responden, kemudian diikuti oleh umur antara 41 – 45 tahun dengan jumlah tiga

orang. Reponden pengrajin kerupuk dalam skala kecil paling banyak berumur

antara 36 - 40 tahun dengan persentase 80 %, diikuti oleh tingkat umur antara 31 –


35 tahun dengan persentase 20 persen. Data Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa

pengrajin skala sedang usianya relatif lebih tua dibandingkan dengan skala kecil.

5.1.3.Tingkat Pendidikan Pengrajin Kerupuk

Tingkat pendidikan Pengrajin Kerupuk di desa Kenangan Kecamatan

Sindang Kabupaten Indramayu mayoritas menyelesaikan pendidikannya samapai

Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 75,00 persen atau 6 orang dari delapan

responden, selebihnya lulusan SMP dan SMU masing-masing sebesar 12,50

persen atau satu orang untuk pengrajin skala sedang, sedangkan untuk pengrajin

skala kecil sebesar 60 persen yang menyelesaikan Sekolah Dasar (SD), diikuti

lulusan SMP sebesar 33,33 persen dan lulusan SMU 6,67 persen. Sebaran

responden berdasarkan tingkat pendidikan pengrajin kerupuk dapat dilihat pada

Tabel 9.

Tabel 9. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pengrajin Kerupuk Pengrajin Kerupuk


Pendidikan Skala Sedang Skala Kecil
Jumlah Orang % Jumlah Orang %
SD 6 75.00% 9 60.00%
SMP 1 12.50% 5 33.33%
SMU 1 12.50% 1 6.67%
Jumlah 8 100.00% 15 100.00%

Berdasarkan Tabel 9 di atas menggambarkan bahwa pendidikan pengrajin

kerupuk baik dalam skala sedang maupun kecil mayoritas menyelesaikan Sekola h

Dasar, hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak berpengaruh terhadap skala

usaha kerupuk.
5.1.4. Jumlah Anggota Keluarga Pengrajin Kerupuk

Responden pengrajin kerupuk di desa Kenanga Kecamatan Sindang

Kabupaten Indramayu Jawa Barat mempunyai status sudah menikah semuanya.

Jumlah keluarga yang dimiliki oleh pengrajin kerupuk rata-rata lima orang yang

terdiri dari dua orang tua dan mempunyai anak berjumlah tiga orang. Jumlah

keluarga yang dimiliki mempengaruhi tingkat pengeluaran yang harus

dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari dan umur anak mempengaruhi proses

produksi yang berkaitan dengan tenaga kerja. Sebaran responden berdasarkan

jumlah keluarga dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Jumlah Anggota Kelurga

Pengrajin Kerupuk Pengrajin Kerupuk


Jumlah Keluarga Skala Sedang Skala Kecil
Jumlah Orang % Jumlah Orang %
2–4 1 12.50% 7 46.67%
5–7 5 62.50% 8 53.33%
8 – 10 2 25.00% 0 0.00%
Jumlah 8 100.00% 15 100.00%

Data Tabel 10 di atas menggambarkan bahwa paling banyak jumlah

keluarga pengrajin kerupuk skala sedang mempunyai antara 5 -7 anggota keluarga

sebesar 62,50 persen, kemudian diikuti jumlah anggota keluarga antara 8 – 10

sebesar 25,00 persen dan 2 – 4 sebesar 12,50 persen. Jumlah anggota keluarga

pengrajin kecil paling banyak berjumlah antara 5 – 7 orang dengan persentase

sebesar 53,33 persen atau delapan dari 15 orang responden, diikuti 2 – 4 orang

sebesar 46, 67 persen atau tujuh orang. Berarti jumlah anggota keluarga yang

dimiiki antara pengrajin kerupuk sekala sedang dan skla kecil relatif sama.
5.1.5.Lama Menjadi Pengrajin Kerupuk

Pengalaman pengrajin menjadi pengrajin kerupuk sangat diperlukan untuk

bisa belajar dan mengembangkan produk lebih baik, biasanya berkaiatan dengan

lama bergerak dalam usaha tersebut (BPS, 2005:13). Secara umum pengrajin

kerupuk mendapatkan ilmunya dari keluarga dan kerabat. Hal ini terjadi karena

adanya budaya pembuatan kerupuk turun temurun serta membekali keluarganya

atau anaknya dengan keterampilan tersebut. Sehingga perusahaan kerupuk yang

ada di desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat rata-

rata masih ada ikatan keluarga. Sebaran responden berdasarkan lamanya menjadi

pengrajin kerupuk dapat dlihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Lama Menjadi Pengrajin


Kerupuk

Pengrajin Kerupuk Pengrajin Kerupuk


Lama
Skala Sedang Skala Kecil
(Tahun)
Jumlah Orang % Jumlah Orang %
1–5 0 0% 10 67%
6 – 10 0 0% 5 33%
11 – 15 5 63% 0 0%
16 – 20 3 38% 0 0%
> 20 0 0% 0 0%
Jumlah 8 100% 15 100%

Berdasarkan data Tabel 11 di atas, pengrajin dalam skala sedang rata-rata

sudah 11 - 15 tahun menjadi pengrajin kerupuk, yaitu sebesar 63 persen atau lima

orang dari delapan pengrajin kerupuk, kemudian diikuti dengan lama antara 16 –

20 tahun sebesar 38 persen atau tiga pengrajin kerupuk. Sedangkan pengrajin

kerupuk dalam skala kecil sebesar 67 persen. Hal ini berarti pengrajin kerupuk
skala sedang relatif lebih lama menjadi pengrajin kerupuk dibandingkan dengan

pengrajin kerupuk skala kecil.

5.1.6.Jenis Kerupuk yang Diproduksi

Pengrajin kerupuk di desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten

Indramayu Jawa Barat memproduksi beranaka ragam jenis kerupuk biasanya

sesuai dengan pemesanan konsumen, namun pengrajin mayoritas lebih

menspesialisasikan diri pada produksi kerupuk ikan, jengkol dan bawang.

Sebaran responden berdasarkan jenis kerupuk yang diproduksi dapat dilihat pada

Tabel 12.

Tabel 12. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Jenis Kerupuk yang


diproduksi

Pengrajin Pengrajin
Kerupuk Kerupuk
Jenis Kerupuk yang diproduksi
Skala Sedang Skala Kecil
Jumlah % Jumlah %
Ikan, Udang, Jengkol, Bawang 6 62.50% 13 86.67%
Udang, Ikan, Bawang 2 25.00% 2 13.33%
Udang, ikan, bawang,
1 12.50% 0 0%
stik/kancing
Jumlah 8 100% 15 100%

Berdasarkan data pada Tabel 12 di atas, Responden pengrajin kerupuk

dalam skala sedang mayoritas memproduksi kerupuk udang, ikan, jengkol dan

bawang, begitu pula dengan pengrajin kerupuk dalam skala kecil mayoritas

memproduksi kerupuk udang, kerpuk ikan, kerupuk jengkol dan kerupuk bawang.
5.1.7.Alasan Menjadi Pengrajin Kerupuk

Setiap pengrajin yang memulai atau menjalankan usahanya mempunyai

latar belakang yang memotivasinya untuk menjalankan usahanya tersebut,

sehingga usaha tersebut tetap eksis berproduksi. Motivasi atau faktor pendorong

pengrajin Kerupuk di desa Kenanga kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu

dalam usaha pembuatan kerupuk rata-rata mempunyai alasan bahwa usaha

kerupuk merupakan usaha yang lebih menguntungkan, diikuti dengan alasan

bahwa usaha kerupuk untuk meneruskan usaha yang telah dirintas orang tua

mereka, sedangkan selebihnya menyatakan karena bahan mudah didapat di

masyarakat sekitar. Sebaran responden berdasarkan alasan memproduksi kerupuk

dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah ini.

Tabel 13. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Alasan Memproduksi


Kerupuk

Pengrajin Kerupuk Pengrajin Kerupuk


Alasan Skala Sedang Skala Kecil
Jumlah % Jumlah %
Menguntungkan 4 50.00% 7 46.67%
Melanjutkan Usaha Orang Tua 2 25.00% 5 33.33%
Bahan Mudah didapat 2 25.00% 3 20.00%
Jumlah 8 100.00% 15 100.00%

Berdasarkan Tabel 13 di atas, sebagian besar pengrajin menyatakan

alasan menjalankan usaha kerupuk adalah bahwa usaha kerupuk ini lebih

menguntungkan, hal ini menunjukkan bahwa alasan pengrajin dalam menjalankan

usahanya merupakan alasan rasional, semata-mata karena usaha yang

menguntungkan.
5.1.8.Keahlian Membuat Kerupuk

Keahlian membuat kerupuk pengrajin kerupuk di desa Kenanga

kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu untuk pengrajin kerupuk dalam skala

sedang rata-rata keahlian membuat kerupuk diperoleh dari pengalaman hidup dan

keluarga sedangkan pengrajin kerupuk dalam skala kecil rata-rata keahlian

membuat kerupuk didapat dari keluarga mereka. Sebaran reponden berdasarkan

keahlian membuat kerupuk dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Karaktersitik Responden Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Asal


Memperoleh Keahlian Membuat Kerupuk

Pengrajin Kerupuk Pengrajin Kerupuk


Keahlian skala sedang skala Kecil
Jumlah % Jumlah %
Pengalaman Hidup 3 37.50% 4 26.67%
Keluarga 5 62,50% 11 73.33%
Jumlah 8 100.00% 15 100.00%

Berdasarkan Tabel 14 di atas, pengrajin kerupuk di Desa Kenanga baik

pengrajin skala sedang, maupun skala kecil keahlian membut kerupuk mereka

berasal dari pihak keluarga.

5.1.9.Persaingan dan Bentuk Persaingan Usaha Kerupuk

Umumnya dalam dunia usaha terdapat persaingan usaha, begitupun

didalam usaha produksi kerupuk yang ada di desa Kenanga Kecamatan Sindang

kabupaten Indramayu, berdasarkan responden pengrajin kerupuk menyatakan

bahwa persaingan dalam usaha kerupuk itu terjadi.


Bentuk persaingan usaha para pengrajin kerupuk di desa Kenanga

Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu - Jawa Barat beragam dari segi

kualitas, harga, kuantitas jenis kerupuk dan profesionalisme. Pengrajin kerupuk

memadukan pendekatan dalam menjalankan strategi persaingan. Jenis atau bentuk

persaingan pengrajin kerupuk di desa Kenanga Kecamatan Sindang kabupaten

Indramayu terangkum dalam Tabel 15 di bawah ini

Tabel 15. Bentuk Persaingan Pengrajin Kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan


Sindang Kabupaten Indramayu – Jawa Barat

Pengrajin Kerupuk Pengrajin Kerupuk


Bentuk Persaingan
Skala Sedang Skala Kecil
Produksi Kerupuk
Jumlah % Jumlah %
Kualitas 2 25.00% 7 46.67%
Kualitas dan harga 1 12.50% 6 40.00%
Kualitas, kuantitas, harga 1 12.50% 0 0.00%
Kualitas, jenis kerupuk 1 12.50% 0 0.00%
Kualitas, jenis, harga 1 12.50% 0 0.00%
Kualitas dan professional 1 12.50% 0 0.00%
Kualitas, kuantitas 1 12.50% 2 13.33%
Jumlah 8 100.00% 15 100.00%

5.1.10. Diversifikasi dan Sumber Ide Diversifikasi Produk Kerupuk

Kerupuk yang diproduksi di desa Kenanga Kecamatan Sindang

Kabupaten Indramayu beranekaragam, biasanya berdasarkan permintaan

konsumen atau pasar yang ada. Hal ini karena peralatan yang dibutuhkan untuk

membuat kerupuk jenis apapun relatif sama. Ide Diversifikasi produk kerupuk

yang beranekaragam sesuai dengan permintaan pasar/konsumen akan berimplikasi

pada kuantitas produksi kerupuk meningkat, karena pada dasarnya bahan-bahan

yang dibutuhkan relatif sama untuk membuat jenis kerupuk yang berbeda-beda,
yaitu tepung tapioka, telur, dan cita rasa sesuai dengan yang diinginkan. Untuk

kerupuk tertentu biasanya berdasarkan permintaan dari konsumen sehingga

produksinya pun terbatas.

Pengrajin kerupuk dalam skala sedang seluruhnya menyatakan bahwa

pengembangan produk itu ada dan keharusan untuk bisa eksis dan meningkatkan

omset penjualan kerupuk mereka, begitupun dengan pengrajin kerupuk dalam

skala kecil mayoritas menyatakan bahwa pengembangkan produk kerupuk itu

dibutuhkan untuk menjaga produktivitas usaha mereka yaitu sebanyak 11 orang

atau sebesar 73,33 persen, sedangkan sebagian kecil menyatakan sudah cukup

dengan jenis kerupuk yang diproduksi sekarang yaitu sebesar 26,67 persen atau

empat orang dari 15 orang pengrajin kerupuk dalam skala kecil. Data tersebut

dapat dilihat pada Tabel 16 di bawah ini

Tabel 16. Diversifikasi Produk Kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan Sindang


Kabupaten Indramayu - Jawa Barat

Pengrajin Pengrajin
Kerupuk Kerupuk
Diversifikasi Produk
Skala sedang Skala Kecil
Jumlah % Jumlah %
Ada Diversifikasi 8 100.00% 11 73.33%
Tidak Ada Diversifikasi 0 0.00% 4 26.67%
Jumlah 8 100.00% 15 100.00%

Ide diversifikasi produk kerupuk pada pengrajin kerupuk di desa Kenanga

kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu didapat dari konsumen yang memesan

langsung ke pengrajin, dari daerah lain yang memproduksi kerupuk seperti

Sidoarjo karena dari Sidoarjo sering memesan kerupuk tertentu dari desa Kenanga

juga dari pasar yang ada sebagai referensi jenis kerupuk yang diminati pasar.
Pengrajin kerupuk dalam skala sedang sebagian besar sumber ide

diversifikasi dari konsumen yaitu sebesar 50,00 persen atau empat dari delapan

pengrajin kerupuk, selebihnya bersal dari Sidoarjo dan sumber-sumber lain (buku,

majalah, koran dan media lain), yaitu masing-masing sebesar 25,00 persen.

Pengrajin kerupuk dalam skala kecil mayoritas sumber ide diversifikasi produk

kerupuk berasal dari konsumen yaitu sebesar 91,67 persen atau 11 pengrajin dari

12 pengrajin kerupuk yang menyatakan ada pengembangan selebihnya dari

Sidaorjo yaitu sebesar 8,33 persen. Data mengenai sumber ide diversifikasi

produk kerupuk dapat dilihat pada Tabel 17 di bawah ini

Tabel 17. Sumber Ide Diversifikasi Produk Kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu – Jawa Barat

Pengrajin Kerupuk Pengrajin Kerupuk


Sumber Ide Diversifikasi Skala Sedang skala Kecil
Jumlah % Jumlah %
Konsumen 4 50.00% 11 91.67%
Sidoarjo 2 25.00% 1 8.33%
Sumber lain 2 25.00% 0 0.00%
Jumlah 8 100.00% 12 100.00%

Berdasarkan data Tabel 17 di atas, pengrajin kerupuk skala sedang dan

skala kecil sumber ide diversifikasi bersumber dari konsumen hal ini berarti

produk kerupuk yang diproduksi merupakan produk kerupuk yang berdasarkan

referensi konsumen.
5.2. Faktor-Faktor Produksi Kerupuk Ikan

5.2.1. Modal

Pada perusahaan pembuatan kerupuk modal yang dikeluarkan bisa

dibedakan menjadi dua, yaitu modal/biaya tetap dan biaya tidak tetap, biaya tetap

berkaitan dengan peralatan dan fasilitas produksi/investasi sedangkan biaya tidak

tetap, yaitu biaya berkaitan dengan kapasitas produksi dan biaya operasional

produksi.

Biaya tetap yang dikeluarkan untuk produksi kerupuk yaitu meliputi

fasilitas bangunan, tempat penjemuran, mesin dan alat-alat yang digunakan untuk

proses produksi kerupuk, dalam analisis faktor produksi biaya tetap yang dihitung

adalah nilai depresiasi dari fasilitas produksi, mesin, dan alat-alat produksi lainnya

yang bersifat tetap. Daftar fasilitas dan mesin, alat-alat sebagai biaya tetap yang

digunakan dalam produksi kerupuk dapat dilihat pada Tabel 18 di bawah ini :

Tabel 18. Daftar Fasilitas, Mesin dan Alat-Alat sebagai Biaya Tetap yang
Digunakan dalam Produksi Kerupuk Ikan

No. Nama Peralatan/Fasilitas Kegunaan


1. Bangunan/Tempat Produksi Tempat proses produksi
2. Lahan/tempat penjemuran Untuk menjemur kerupuk
3. Gudang penyimpanan Untuk menyimpan kerupuk yang sudah dikemas
4. Peralatan Kantor
Lemari Tempat berkas-berkas jual beli dan lain sebagainya
Kalkulator Untuk kalkulasi
Meja Kursi Tempat administrasi
5. Peralatan Kerja
- Mesin aduk/molen Mengaduk, mencampur adonan kerupuk
- Boiler/ketel uap Mengukus adonan yang sudah jadi
- Oven Mengeringkan kerupuk yang sudah dipotong
- Mesin potong Untuk membuat kepingan-kepingan kerupuk
- Mesin giling ikan Untuk menghancurkan ikan
- Alat cetak adonan Mencetak adonan dalam bentuk bongko, mall
Membuat pecah-pecahan es untuk mendinginkan
- Pemecah es
ikan
Alat pengukus adonan yang sudah berbentuk
- Rak Stainless
bongko
Alat untuk mentiriskan/pengeringan adonan
- Rak bambu
setelah dikukus
- Timbangan kecil Untuk menimbang kerupuk dalam kemasan
- Timbangan besar Untuk menimbang bahan-bahan untuk komposisi
- Timbangan gantung Untuk menimbang bahan-bahan untuk komposisi
Alat untuk mentiriskan/pengeringan adonan
- Gebreg
setelah dikukus
Untuk penjemura keping-keping kerupuk yang
- Tempayan/tampah
sudah dipotong
- Bak/paso plastik Tempat adonan
- Boks Ikan/Fiber Untuk penyimanan ikan
- Cetakan Untuk membentuk mall/bongko agar seragam
- Gayung Untuk
- Pisau Pemotongan
6. Biaya Peralatan Pasca Produksi
- Plastik Sealer Untuk pembungkusan kemasan
- Rak Untuk tempat kerupak yang sudah dikemas

Sedangkan untuk Biaya tidak tetap yaitu berupa biaya operasional, biaya

yang dikeluarkan untuk bahan baku dan bahan pembantu pembuatan kerupuk,

meliputi tepung tapioka, ikan, Gula, telor, MSG, dan air; dan bahan pelengkap

seperti batu es, kayu bakar, plastik untuk pengemasan, dus, karung. Daftar item

biaya yang dikeluarkan tidak tetap/operasional dapat dilihat pada Tabel 19 di

bawah ini
Tabel 19. Daftar item-item yang masuk dalam biaya Tidak Tetap/Operasional
Pembuatan Kerupuk

No. Uraian
1. Bahan Baku
- Tepung Tapioka
- Udang/Ikan/Bawang/Jengkol,
dll
2. Bahan Pembantu
- Gula
- Garam
- Telur
- MSG
- Air
3. Bahan Pembantu proses
- Es pendingin ikan
- Kayu bakar
- Plastik kemasan
- Karung
- Dus karton
4. Gaji/Upah
5. Biaya Listrik dan Air
6. Biaya Telepon
7. Biaya Perawatan Mesin
8. Biaya lain-lain

Modal yang dikeluarkan oleh pengrajin kerupuk di Desa Kenanga

Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat selama bulan Nopemeber

2008 bervariatif, hal ini dikarenakan keputusan pengrajin kerupuk dalam jumlah

kapasitas produksi yang diinginkan pada bulan Nopember tersebut. Baik karena

stok kerupuk digudang yang masih ada, maupun faktor lainnya. Data modal yang

dikeluarkan dalam produksi kerupuk di desa Kenanga Kecamatan Sindang

kabupaten Indramayu Jawa Barat selama bulan Nopember 2008, baik pengrajin

dalam skala sedang maupun skala kecil terangkum dalam Tabel 20 di bawah ini
Tabel 20. Modal yang Dikeluarkan oleh Pengrajin Kerupuk di Desa Kenanga
Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat Selama Bulan
Nopember 2008

Pengrajin Kerupuk Pengrajin Kerupuk


Nilai Modal (Rp) Skala Sedang Skala Kecil
Jumlah % Jumlah %
31.000.000 – 101.832.691 0 0% 5 33.33%
102.832.691 – 173.665.383 0 0% 5 33.33%
174.665.383 – 245.498.074 0 0% 1 6.67%
246.498.074 – 317.330.766 0 0% 2 13.33%
318.330.766 – 389.163.457 0 0% 1 6.67%
390.163.457 – 460.996.149 2 25.00% 1 6.67%
461.996.149 – 532.828.840 1 12.50% 0 0%
533.828.840 – 604.661.532 3 37.50% 0 0%
605.661.532 – 676.494.223 1 12.50% 0 0%
677.494.223 – 748.326.915 1 12.50% 0 0%
Jumlah 8 100.00% 15 100,00%

Data Tabel 20 di atas, modal yang dikeluarkan oleh pengrajin skala sedang

mayoritas sebanyak Rp 533.828.840,00 – Rp 604.661.532,00, yaitu sebesar 37,50

persen atau tiga orang dari delapan pengrajin kerupuk; kemudian Rp

390.163.457,00 – Rp 460.996.149,00 sebesar 25,00 persen atau dua dari delapan

orang. Sedangkan modal yang dikeluarkan oleh pengrajin kerupuk dalam skala

kecil selama bulan Nopember 2008 berdasarkan responden yang dipilih yaitu

sebagian besar modal yang dikeluarkan adalah antara Rp 31.000.000,00 – Rp

101.832.691,00 dan Rp 102.832691 – Rp 173.665.383,00 masing-masing sebesar

33,33 persen atau sepuluh orang dari 15 pengrajin kerupuk.

Berdasarkan data tersebut di atas jumlah modal pengrajin kerupuk skala

sedang relatif lebih besar dibandingkan pengrajin skala kecil hal ini disebabkan

oleh jumlah kapasitas produksi kerupuk pada pengrajin kerupuk skala sedang
lebih banyak jika dibandingkan pengrajin skala kecil, selain itu fasilitas dan

peralatan yang digunakan dalam proses produksi pada pengrajin kerupuk skala

sedang relatif lebih lengkap dan berjumlah lebih banyak daripada pengrajin skala

kecil

5.2.2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam produksi kerupuk meliputi tenaga

kerja untuk pembuatan adonan, pemotongan, penjemuran dan pengemasan.

Biasanya sistem pembayaran/upah tenaga kerja dalam proses produksi kerupuk

ada yang borongan, ada juga yang harian. Sistem borongan biasanya untuk

pembuatan adonan kerupuk, perhitungannya ditentukan banyaknya bak paso

adonan, yang berisi 40 kg per bak/pasonya. Semakin banyak bak/paso adonan

yang dibuat semakin besar bayaran yang akan diterima tenaga kerja. Tenaga kerja

untuk pembuatan adonan ini berkisar 4 – 10 orang. Tergantung banyaknya adonan

yang akan dibuat.

Tenaga kerja pemotongan sistem pembayarannya dengan sistem borongan

per bongko yang akan diiris, biasanya ada yang bagian memotong dan ada yang

bagian penyusun kepingan pada tampah/tempayan untuk kemudian dijemur,

sedangkan untuk penjemuran dan pengemasan sistem pembayarannya dihitung

(dibayar) harian, yaitu 8 jam per hari. Data jumlah tenaga kerja dalam proses

produksi dapat dilihat pada Tabel 21 di bawah ini :


Tabel 21. Jumlah Tenaga Kerja dalam Proses Produksi Kerupuk di Desa Kenanga
Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Pada Bulan Nopember 2008

Pengrajin Kerupuk Pengrajin Kerupuk


Jumlah
Skala Sedang Skala Kecil
Tenaga Kerja (Orang)
Jumlah % Jumlah %
11 – 15 0 0% 3 20.00%
16 – 20 0 0% 8 53.33%
21 – 25 0 0% 2 13.33%
26 – 30 0 0% 2 13.33%
31 – 35 0 0% 0 0%
36 – 40 2 25.00% 0 0%
41 – 45 2 25.00% 0 0%
46 – 50 3 37.50% 0 0%
> 50 1 12.50% 0 0%
Jumlah 8 100.00% 15 100.00%

Data Tabel 21 di atas menunjukkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan

selama proses produksi kerupuk bagi pengrajin dalam skala sedang sebagian besar

tenaga kerja yang digunakan sebanyak 51 – 60 orang, yaitu sebesar 37,00 persen,

berjumlah 26 – 35 orang dan 36 – 40 orang masing-masing sebesar 25,00 persen,

kemudian tenaga kerja berjumlah 61 – 70 orang sebesar 12,50 persen. Sedangkan

pengrajin kerupuk skala kecil mayoritas tenaga kerja yang digunakan berjumlah

16 – 20 orang yaitu sebesar 53,00 persen, diikuti oleh tenaga kerja berjumlah 11 –

15 orang tenaga kerja sebesar 20,00 persen, selebihnya 21 – 25 tenaga kerja dan

26 – 30 tenaga kerja masing-masing sebesar 13,33 persen.


5.2.3. Permintaan Kerupuk

Permintaan kerupuk pada perngrajin kerupuk di desa Kenanga Kecamatan

Sindang Kabupaten Indramayu – Jawa Barat pada umumnya merupakan pesanan

dan pembelian langsung konsumen di tempat produksi. Permintaan kerupuk

dibedakan mejadi dua yaitu permintaan tetap dan permintaan tidak tetap.

Permintaan tetap biasanya permintaan dari rekanan atau pelanggan yang

pengirimannya secara berkala dan kontinyu yaitu bulanan atau dua bulan sekali

atau pun berdasarkan stok yang tersedia.

Besarnya permintaan kerupuk pada pengrajin kerupuk dalam skala sedang

dan kecil di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat

bulan Nopember 2008 dapat dilihat pada Tabel 22 berikut :

Tabel 22. Data Permintaan Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Di Desa


Kenanga Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu Bulan Nopember
2008

Pengrajin Kerupuk Pengrajin Kerupuk


Jumlah Permintaan
Skala Kecil Skala Sedang
(Kg)
Jumlah % Jumlah %
3000 – 10000 0 0.00% 6 40.00%
11000 - 18000 0 0.00% 3 20.00%
19000 - 26000 0 0.00% 4 26.67%
27000 - 34000 0 0.00% 1 6.67%
35000 - 42000 0 0.00% 1 6.67%
43000 - 50000 1 12.50% 0 0.00%
51000 - 58000 6 75.00% 0 0.00%
> 58000 1 12.50% 0 0.00%
Jumlah 8 100.00% 15 100.00%
Berdasarkan data di atas, pengrajin kerupuk dalam skala kecil jumlah

permintaannya sebanyak 3.000 hingga 10.000 kilogram menempati urutan

pertama yaitu sebesar 40,00 persen, diikuti permintaan sebanyak 19.000 hingga

26.000 kilogram sebesar 26,67 persen dan 11.000 hingga 18.000 kilogram sebesar

20 persen, sedangkan permintaan pada pengrajin kerupuk dalam skala sedang

rata-rata jumlah permintaannya sebanyak 52.200 hingga 59.400 kilogeam

persentasenya sebesar 75,00 persen

Permintaan keruuk di sentra produksi kerupuk di Desa Kenanga Kecamtan

Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat dibedakan dalam empat permintaan

yaitu permintaan yang datangnya dari daerah/kota dalam kabupaten, permintaan

dari daerah/kota yang masih dalam satu propinsi, permintaan dari daerah/kota

yang lain propinsi dan yang terakhir permintaan dari konsumen yang datang

langsung ke tempat produksi yaitu yang masuk dalam keompok lain-lain. Data

permintaan kerupak pada pengrajin kerupuk dalam skala sedang dan kecil di Desa

Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat berdasarkaan

kota tujuan dapat dilihat pada Lampiran 6.

5.2.4. Harga Kerupuk

Harga kerupuk pada pengrajin kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan

Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat dimulai dengan harga Rp 14.000,00

hingga Rp 20.000,00 per kilogram. Beragamnya harga kerupuk dikarenakan

kualitas kerupuk dan strategi perusahaan dalam memasarkan produk. Berikut ini

Tabel 23 merupakan rangkuman sebaran harga pada responden.


Tabel 23. Daftar Harga Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk di Desa Kenanga
Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat Bulan Nopember
2008

Pengrajin Kerupuk Pengrajin Kerupuk


Harga Skala Sedang Skala Kecil
Jumlah % Jumlah %
14.000 – 15.000 1 12.50% 4 26.67%
15.500 – 16.500 1 12.50% 4 26.67%
17.000 – 18.000 0 0.00% 1 6.67%
18.500 – 19.500 3 37.50% 5 33.33%
20.000 -21.000 3 37.50% 1 6.67%
Jumlah 8 100.00% 15 100.00%

Berdasarkan Tabel 23 di atas, harga kerupuk untuk perusahaan dalam

skala kecil mayoritas berkisar Rp 14.000,00 hingga Rp 16.500,00 yaitu sebesar

53,34 persen, diikuti harga kerupuk berkisar 18.500,00 hingga 19.500,00 dan

17.000,00 hingga 18.000,00 dan 20.000,00 – 21.000,00 yaitu masing-masing

sebesar 6,67 persen. Sedangkan perusahaan dalam skala sedang harga kerupuk

rata-rata berkisar Rp 18.500,00 hingga Rp 21.000,00 yaitu sebesar 75.00 persen

selebihnya yaitu 25 persen harga kerupuk berkisar Rp 14.000,00 hingga

16.500,00. Hal ini berarti pengrajin dalam skala sedang menetapkan harga relatif

lebih tinggi dibandingkan harga yang ditetapkan pengrajin dalam skala kecil.
5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk di Sentra
Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu Propinsi Jawa Barat

Produksi kerupuk yang ada di desa Kenanga Kecamatan Sindang

Kabupaten Indramayu Jawa Barat dipengaruhi beberapa faktor yaitu Modal,

Tenaga Kerja, Permintaan dan Harga. Faktor-faktor tersebut merupakan variabel

yang mempengaruhi tingkat produksi yang berubah-ubah sesuai dengan

kebutuhan yang diinginkan. Sedangkan jumlah kerupuk yang dihasilkan

merupakan variabel output yang besaran jumlahnya dipengaruhi faktor-faktor

produksi tersebut.

Fungsi produksi yang terdiri dari variabel yang menjelaskan (X) dan

variabel yang dijelaskan (Y) akan diukur dengan menggunakan analisis regresi.

Model analisis regresi yang diperoleh digunakan untuk mengetahui pengaruh atau

kekuatan dari beberapa variabel prediktor terhadap variabel respon. Pengujian

dengan model regresi memberikan nilai pada koefisien determinan, nilai F-hitung,

nilai t-hitung dan mendeteksi adanya multikolinieritas antar variabel prediktor dan

kaidah asumsi klasik. Daftar faktor-faktor produksi yang dianalisis dengan model

regresi pada usaha kerupuk skala sedang dan skala kecil dapat dilihat pada

Lampiran 11.

5.4.1. Usaha Kerupuk Skala Sedang

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada faktor-faktor produksi

kerupuk skala sedang mempunyai nilai koefisien dan Varians Inflation Factor

(VIF) yang berbeda-beda. Nilai tolerance dan VIF memberikan identifikasi bahwa

antar variabel bebas (indevenden) yaitu faktor-faktor produksi mempunyai


multikolinearitas dalam model, yaitu suatu keadaan dimana antar variabel

prediktor terdapat hubungan sangat erat. Apabila nilai tolerance lebih kecil dari

0,1 atau nilai VIF lebih besar dari 10, maka terjadi multikolinearitas. Tabel hasil

uji multikolinearitas dapat dilihat pada Lampiran 11. Nilai hasil uji

multikolinearitas diketahui bahwa hasil tolerance pada masing-masing variabel

lebih besar dari 0,1 sedangkan nilai Varians Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari

10 sehingga model regresi dalam penelitian ini tidak ada masalah

multikolenearitas.

Faktor-faktor produksi kerupuk diduga dengan menggunakan fungsi cobb-

Douglas yang dimasukkan dalam regresi berganda adalah faktor-faktor yang tidak

mempunyai nilai nol. Faktor produksi yang mempunyai nilai nol tidak dapat

dimasukkan dalam fungsi Cobb-Douglas karena variabel tidak dapat terdefinisi.

Semua faktor produksi kerupuk dalam skala sedang dalam penelitian ini tidak

mempunyai nilai nol, sehingga Modal, Tenaga Kerja, Permintaan dan Harga dapat

mempengaruhi output kerupuk. Hasil regresi berganda ada fakto-faktor roduksi

kerupuk skala sedang dapat dilihat pada Lampiran 11.

Hasil pendugaan regresi berganda faktor-faktoryang mempengaruhi

produksi kerupuk skala sedang terangkum pada tabel 24 di bawah ini


Tabel 24. Hasil Pendugaan Regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi Kerupuk
Skala Sedang

Variabel B t-hitung Sig Kesimpulan


Konstan -1263.38311
X1 0.00005 7.431 0.005 Signifikan
X2 452.14712 4.973 0.016 Signifikan
X3 0.24573 2.788 0.069 Signifikan
X4 -0.62715 -1.647 0.198 Tidak Signifikan
R2 0.996 Signifikan

Hasil dugaan model linear berganda diperoleh koefisoen determinan (R2)

sebesar 99,6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 99,6 persen produksi kerupuk di

sentra produksi kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten

Indramayu Jawa Barat dipengaruhi oleh variabel-variabel penjelas yaitu modal

(X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X 3) dan harga (X 4), sedangkan sisanya 0,04

persen ditentukan oleh variabel lainnya.

Berdasarkan Tabel 24 di atas dugaan model fungsi produksi kerupuk skala

sedang secara matematis dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut :

Y = - 1263.38311 + 0.00005 X1 + 452.14712 X2 + 0.24573 X3 - 0.62715 X4

Dari hasil dugaan persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel X 1

(Modal) mempunyai hubungan positif terhadap produksi kerupuk. Nilai dugaan

modal adalah 0,00005 yang berarti bahwa apabila penambahan modal sebesar

10.000,00 maka produksi akan meningkat sebesar 0,5 kg. Variabel X 2 (Tenaga

Kerja) mempunyai hubungan positif sebesar 452,147 hal ini menunjukkan bahwa
setiap penambahan tenaga kerja satu orang akan meningkatkan produksi sebanyak

452,147 kg, demikian pula dengan nilai dugaan X 3 (permintaan) mempunyai

hubungan positif sebesar 0,2457 yang berarti bahwa setiap penambahan

permintaan sebesar 10 kg akan menyebabkan naiknya produksi sebesar 2,457 kg.

Sedangkan dugaan persamaan untuk variabel X 4 (harga) mempunyai

hubungan negatif yaitu sebesar -0,62715 hal ini berarti bahwa setiap kenaikkan

harga kerupuk sebesar 100 rupiah akan menyebabkan produksi kerupuk turun

sebesar 62,715 kg. Berdasarkan pengamatan dan observasi di lapangan fenomena

tersebut berkaitan erat dengan salah satu bahan baku pembuatan kerupuk yaitu

ikan dan udang, bahan baku ikan dan udang sering mengalami kelangkaan

pasokan yang akan menyebabkan tingkat produksi kerupuk menurun, yang

berimplikasi pada naiknya harga kerupuk.

Untuk pengujian tingkat signifikansi faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi kerupuk skala sedang di desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten

Indramayu Jawa Barat secara bersama-sama dengan uji F, uji F-hitung diperoleh

sebesar 186,75 sedangkan nilai F-tabel sebesar 28,71, berarti tolak H0 (signifikan),

yaitu faktor-faktor produksi kerupuk meliputi modal (X 1), tenaga kerja (X 2),

permintaan (X 3) dan harga (X 4) mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi

kerupuk skala sedang.

Sedangkan untuk menguji kebermaknaan masing-masing variabel bebas

(X 1, X2, X 3, X 4) terhadap produksi kerupuk melalui uji-t. Dimana jika t-hitung

lebih besar dari t-tabel maka parameter/variabel (Xi) yang diuji berpengaruh nyata

terhadap produksi, sebaliknya jika t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka variabel
tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kerupuk skala sedang.

Hipotesa yang diuji yaitu minimal ada satu faktor yang berpegaruh signifikan

terhadap produksi kerupuk. Untuk menjelaskan daerah penolakan dan penerimaan

hipotesis dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini :

H0 ditolak H0 diterima H0 ditolak


α = 0,05 α = 0,05
- 2,306 + 2,306

Gambar 6. Daerah Penolakan dan Penerimaan H0 untuk Uji t-hitung


Pengrajin Kerupuk Ikan Skala Sedang

Nilai t-hitung untuk variabel X1 (modal) adalah 7,431, sedangkan nilai t-

tabelnya adalah 2,306 hal ini berarti variabel Modal (X 1) berpengaruh sangat

nyata (0,005) terhadap produksi kerupuk. Nilai t-hitung variabel tenaga kerja (X 2)

adalah 4,973 lebih besar dari t-tabel = 2,306 yang berarti variabel X2 berpengaruh

nyata terhadapa variabel Y (produksi kerupuk) dengan tingkat signifikansi 0,016.

Nilai t-hitung X 3 (permintaan) adalah 2.788 lebih besar dari t-tabel yang berarti

faktor permintaan (X3) berpengaruh nyata terhadap produksi kerupuk (Y) dengan

taraf signifikansinya 0,069. Sedangkan nilai t hitung variabel X 4 adalah – 0,627

yaitu lebih kecil dari t-tabel yang berarti faktor harga tidak berpengaruh nyata

terhadap produksi kerupuk skala sedang di sentra produksi kerupuk desa Kenanga

kecamatan Sindang kabupaten Indramayu Jawa Barat.


5.4.2. Usaha Kerupuk Skala Kecil

Analisis regresi liniear berganda faktor-faktor yang mempenagruhi

produksi kerupuk pada pengrajin kerupuk skala kecil di sentra produksi kerupuk

Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat meliputi

modal (X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X 3) dan harga (X 4). Berdasarkan hasil

analisis pengolahan data dengan program SPSS for Windows 12 diperoleh model

regresi produksi kerupuk usaha kecil dapat dilihat pada Lampiran 11.

Berdasarkan hasil pengolahan data, maka diketahui nilai tolerance maupun

nilai VIF menunjukkan tidak ada masalah multikolinearitas pada model regresi

produksi kerupuk usaha kecil yaitu niali tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai

VIF lebih kecil dari 10, dapat dilihat padal Lampiran 11.

Hasil dugaan model regresi linear berganda faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi kerupuk dalam skala kecil dapat dilihat pada Tabel 25 di

bawah ini.

Tabel 25. Hasil Pendugaan Regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi Kerupuk


Skala Kecil

Variabel B t-hitung Sig Kesimpulan


Konstans -1219.180
X1 .00005 9.840 .000 Signifikan
X2 337.632 3.276 .008 Signifikan
X3 .255 5.647 .000 Signifikan
X4 -.229 -1.133 .284 Tidak Signifikan
2
R 0.997 Signifikan
Pada Tabel 25 di atas, diketahui bahwa nilai koefesien determinan (R2)

sebesar 0,997 persen, yang berarti bahwa produksi kerupuk skala kecil di desa

Kenanga kecamatan Sindang kabupaten Indramayu Jawa Barat dipengaruhi oleh

modal (X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X 3) dan harga (X4) yaitu sebesar 99,7

persen, sedangkan sisanya ditentukan oleh variabel-variabel lain yaitu sebesar

0,03 persen.

Secara matematis hasil dugaan model fungsi produksi kerupuk dalam

skala kecil berdasarkan Tabel 25 dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai

berikut :

Y = -1219.180 + 0.00005 X1 + 337.632 X2 + 0.255 X3 - 0.229 X4

Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa dugaan model

fungsi persamaan produksi mempunyai nilai intercept negatif yang berarti

pengrajin kerupuk ketika memulai usaha dalam keadaan minus atau dalam

keadaan merugi/kerugiaan (cateris paribus), hal ini karena pengrajin kerupuk

skala kecil sebagian besar faktor produksi yang dipakai didapat dari pinjaman.

Sedangkan untuk variable modal (X 1) mempunyai hubugan nilai positif

yaitu 0,00005 hal ini berarti bahwa apabila penambahan modal sebesar 10.000,00

maka produksi akan meningkat sebesar 0,5 kg. Variabel X2 (Tenaga Kerja)

mempunyai hubungan positif sebesar 337,632 hal ini menunjukkan bahwa setiap

penambahan tenaga kerja satu orang akan meningkatkan produksi sebanyak

337,632 kg, demikian pula dengan nilai dugaan X 3 (permintaan) mempunyai

hubungan positif sebesar 0.255 yang berarti bahwa setiap penambahan permintaan

sebesar 10 kg akan menyebabkan naiknya produksi sebesar 2,55 kg.


Dugaan persamaan untuk variabel X 4 (harga) mempunyai hubungan

negatif yaitu sebesar -0.229 hal ini berarti bahwa setiap kenaikkan harga kerupuk

sebesar 100 rupiah akan menyebabkan produksi kerupuk turun sebesar 22,9 kg kg.

Fenomena tersebut serupa dengan pengrajin kerupuk skala sedang yaitu berkaitan

erat dengan salah satu bahan baku pembuatan kerupuk yaitu ikan dan udang,

bahan baku ikan dan udang sering mengalami kelangkaan pasokan yang akan

menyebabkan tingkat produksi kerupuk menurun, yang berimplikasi pada naiknya

harga kerupuk.

Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi pengaruh faktor-faktor

produksi terhadap produksi kerupuk pengrajin kerupuk skala kecil diperlukan uji

F, dengan hipotesa faktor-faktor produksi (modal, tenaga kerja, permintaan dan

harga) berpengaruh terhadap produksi kerupuk. Hasil perhitungan F-hitung

diperoleh nilai sebesar 622,5 sedang F-tabel sebesar 5,99. hal ini berarti faktor-

faktor produksi yaitu modal (X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X 3) dan harga

(X 4) berpengaruh nyata terhadap produksi kerupuk (terima H1). Sedangkan untuk

mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi secara parsial yaitu dengan uji-t.

Apabila nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel maka faktor-faktor produksi (X 1, X 2,

X 3 dan X4) berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas atau output (Y) dalam

hal ini produksi kerupuk. Sebaliknya, jika t-tabel lebih besar dari t-hitung berarti

faktor-faktor produksi tersebut tidak berpengaruh terhadap produksi kerupuk pada

pengrajin kerupuk skala kecil di desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten

Indramayu Jawa Barat.

Hipotesa yang diuji yaitu minimal ada satu faktor produksi kerupuk yang

mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk. Data pada Tabel 25

menunjukkan bahwa Nilai t-hitung untuk variabel produksi modal (X 1) sebesar


9,840, sedangkan nilai t-tabel sebesar 2,132 hal ini berarti bahwa modal (X 1)

mempunyai pengaruh sangat signifikan terhadap produksi kerupuk skala kecil (Y)

dengan taraf signifikansinya 0,000 (sangat signifikan). Nilai t-hitung untuk

variabel tenaga kerja (X 2) sebesar 3,276 berarti lebih besar dari t-tabel dengan

demikian variabel tenaga kerja (X 2) mempunyai pengaruh signifikan terhadap

produksi kerupuk skala kecil (Y) dengan tingkat signifikansinya 0,008. Variabel

permintaan (X 3) mempunyai nilai t-hitung sebesar 5,647 yang berarti lebih besar

dari t-tabel = 2,132 sehingga variabel permintaan (X 3) mempunyai pengaruh

sangat signifikan terhadap produksi skala kecil dengan tingkat signfikansinya

0,000 (sangat signifikan).

Berbeda dengan variable harga (X 4) mempunyai nilai t-hitung sebesar -

1,133 lebih kecil dari t-tabel =2,132 yang berarti variable harga tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap produksi kerupuk skala kecil di desa Kenanga

kecamatan Sindang kabupaten Indramayu Jawa Barat dengan tingkat signifikansi

sebesar 0, 284 (tidak signifikan). Grafik untuk uji hipotesis t-hitung dapat dilihat

pada Gambar 6 di bawah ini.

H0 ditolak H0 diterima H0 ditolak


α = 0,05 α = 0,05
- 2,306 + 2,306

Gambar 7. Daerah Penerimaan dan Penolakan uji t-hitung pada Industri


Skala Kecil
5.4. Fator-Faktor yang Paling Berpengaruh Pada Produksi Kerupuk di
Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamtan Sindang
Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat

Faktor-faktor yang diteliti dalam proses produksi kerupuk di Sentra

Produksi Kerupuk desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten Indramayu

propinsi Jawa Barat mengambil empat faktor (variable) penelitian yaitu modal

(X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X3) dan harga (X4). Berdasarkan hasil

analisis baik melalui analisis deskriptif maupun melalui analisis regresi didapat

faktor-faktor yang paling berpengaruh pada pengrajin kerupuk skala sedang dan

pengrajin kerupuk skala kecil sebagai berikut :

5.5.1. Pengrajin Kerupuk Skala Sedang

Berdasarkan analisis deskriptif pengrajin kerupuk di sentra produksi

kerupuk desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten Indramayu propinsi Jawa

Barat diperoleh rata-rata kerupuk yang dihasilkan selama bulan Nopember 2008

sebanayk 50.625 kg, rata-rata modal yang dikeluarkan selama bulan Nopember

2008 sebesar Rp 543.739.309, rata-rata tenaga kerja yang digunakan selama bulan

Nopember 2008 yaitu sebanyak 51 orang, rata-rata permintaan selama bulan

Nopember 2008 sebanyak 52.775 kg sedangkan rata-rata harga kerupuk per kg

yaitu sebesar 18.625,00.

Data-data analisis regresi yang telah diulas di atas menunjukkan bahwa

faktor produksi yang paling berpengaruh nyata pada pengrajin kerupuk skala

sedang yaitu modal (X1) yang mempunyai nilai t-hitung sebesar 7,431

dibandingkan dengan t-tabel = 2,776 maka t-hitung lebih besar dari t-tabel, dilihat

dari nilai koefisien regresi faktor modal yaitu 0.00005, artinya bahwa setiap
penambahan modal sebesar satu persen akan meningkatkan produksi sebesar

0.00005 kg kerupuk atau jika penambahan modal sebesar 10.000,00 akan

menaikkan produksi sebanyak 0,5 kg kerupuk, cateris paribus.

Faktor produksi tenaga kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap

produksi kerupuk yang ditunjukkan dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel

yaitu 4,973 > 2,773, ditinjau dari nilai koefisien regresi faktor tenaga kerja maka

tenaga kerja mempunyai pengaruh yang positif atau searah dengan tingkat

produksi kerupuk dengan nilai 452.147, artinya bahwa setiap penambahan tenaga

kerja satu persen akan meningkatkan produksi kerupuk sebesar 452,147 kg

kerupuk.

Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap produksi kerupuk adalah

permintaan. Faktor permintaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi

kerupuk ditinjau dari uji t-hitung yang lebih besar dari t-tabel (2,788 > 2,773).

Sedangkan ditinjau dari nilai koefesin regresi faktor permintaan mempunyai nilai

sebesar 0.24573, artinya bahwa setiap penambahan permintaan sebanyak sepuluh

kilogram akan menyebabkan naiknya produksi kerupuk sebanyak 2,4573

kilogram.

5.5.2. Pengrajin Kerupuk Skala Kecil

Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi kerupuk pada

pengrajin kerupuk skala kecil secara berurutan yaitu modal, permintaan, dan

tenaga kerja sedangkan harga kerupuk tidak mempunyai pengaruh signifikan.

Berdasarkan analisis deskriptif, rata-rata penggunaan modal unuk produksi

kerupuk pada skala kecil yaitu sebesar 165.032.912,00, rata-rata tenaga kerja
sebanayak 19 orang, rata-rata permintaan sebanyak 17600 kg dan rata-rata harga

kerupuk pada pengrajin skala kecil sebesar 15.700,00 per kilogram.

Penggunaan faktor produksi modal mempunyai pengaruh sangat signifikan

terhadap produksi kerupuk, hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung yang lebih besar

dari t-tabel (9.840> 2,201), sedangkan dilihat dari nilai koefisien regresinya faktor

produksi modal mempunyai nilai sebesar 0,00005 yang berarti bahwa setiap

penambahan modal sebesar 10.000,00 akan meningkatkan produksi kerupuk

sebanyak 0,5 kilogram.

Faktor permintaan mempunyai pengaruh sangat signifikan terhadap

produksi kerupuk yaitu berdasarkan nilai t-hitung permintaan sebesar 5,647 lebih

besar dari t-tabel = 2,201. sedangkan berdasarkan nilai koefisien regresi faktor

permintaan mempunyai nilai sebesar 0,255, yang berarti bahwa setiap kenaikan

permintaan sebanyak 10 kilogram akan meningkatkan produksi sebanyak 2,55

kilogram kerupuk.

Penggunaan faktor produksi tenaga kerja mempunyai pengaruh signifikan

terhadap produksi kerupuk, berdasarkan nila t-hitung yang lebih besar dari t-tabel

(3.276>2,201). Sedangkan berdasarkan nilai koefesien regresi faktor penggunaan

tenaga kerja mempunyai pengaruh sebesar 337,632. hal ini berarti bahwa setiap

penambahan tenaga kerja sebanyak satu orang akan menyebabkan naiknya

produksi kerupuk sebanyak 337,632 kilogram.


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas,

maka pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi kerupuk ikan yaitu modal (X1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X 3)

dan harga (X 4). Keempat faktor produksi (X 1, X 2, X 3, dan X 4) dapat

menjelaskan sebesar 99,6 persen untuk pengrajin skala sedang dan 99,7 persen

untuk pengrajin skala kecil.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk ikan pada pengrajin

kerupuk skala sedang melalui analisis regresi secara bersama-sama

mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk ikan

ditunjukkan dengan nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel (186,75>28,7),

analisa secara parsial faktor tersebut menunjukkan tingkat signifikansi

ditandai t-hitung > t-tabel yaitu modal (X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan

produk (X 3), sedangkan harga (X 4) tidak berpengaruh (t-hitung < t-tabel)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk ikan pada pengrajin

kerupuk skala kecil berdasarkan hasil analisis regresi secara bersama-sama

mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk ikan

ditunjukkan dengan nilai F-hitung lebih besar dari F tabel (622,5>5,99),


analisa secara parsial faktor produksi menunjukkan tingkat signifikansi
ditandai t-hitung > t-tabel yaitu modal (X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan

produk (X 3), sedangkan harga (X 4) tidak berpengaruh (t-hitung < t-tabel)

2. Faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi kerupuk ikan, baik

pada industri skala sedang maupun skala kecil adalah modal.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran-saran yang dianjurkan sebagai

berikut :

1. Produksi kerupuk diperlukan kontinuitas pemasok bahan baku, terutama

tepung tapioka, ikan dan udang. Hal ini untuk menjaga kelancaran

produksi kerupuk dan stabilitas harga kerupuk.

2. Perlu adanya diversifikasi produk kerupuk lebih banyak yang sesuai

dengan permintaan pasar untuk meningkatkan kapasitas produksi kerupuk.

Selain itu untuk mengantisipasi kejenuhan pasar terhadap satu produk

kerupuk.

3. Perlu adanya pembinaan dan pendampingan yang berkelanjutan baik dari

segi keterampilan maupun modal oleh instansi yang terkait.


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. Statistik Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga
Survei Usaha Terintegrasi 2005. (Jakarta, BPS, 2007).

Badan Pusat Statistik. Profile Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga 2005,
(Jakarta : BPS, 2007)

Badan Pusat Statistik. Jawa Barat dalam Angka 2007.(Jakarta, 2007)

Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu. Indramayu dalam Angka 2007,


(Indramayu : BPS Kabupaten Indramayu, 2007)

Bank Indonesia, Sistem Informasi Terpadu Pengembangan Usaha Kecil


(SIPUK), www.bi.go.id/ 18 September 2008 pkl 12.30 WIB

Disperindag Kabupaten Indramayu, Potensi Industri dan Perdagangan Kabupaten


Indramayu. (Indramayu : Disperindag Kabupaten Indramayu, 2006)

Hermawan, Sigit. Akuntansi Perusahaan Manufaktur. Cet. I (Yogyakarta : Graha


Ilmu, 2008)

Jawa Post. Pengesahan Undang-Undang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah


(UMKM) diharapkan mampu menjadi stimulan positif bagi terwujudnya
kebangkitan sektor tersebut . (Jakarta, 14/06/2008)

Theresia, Maria. 2006. (Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Hasil


Produksi Pada Industri Kecil Perajutan (Suatu Kasus Pada Sentra
Industri Kecil Rajutan Binong Jati) : 85,
http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1003106-111601, 20.00 WIB

Rahardja, Pratama dan Manurung, Mandala. Teori Ekonomi Mikro Suatu


Pengantar Edisi Revisi. (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2002).

Ridwan. Dasar-dasar Statistika. Cet. ke-3. (Bandung : Alfabeta, 2003)

Ritonga, Jhon Tafbu. Mendefinisi ulang UMKM, http://www.waspada.co.id, 06


Oktober 2007 00 : 59 WIB

Desa Kenanga. Monografi Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten


Indramayu Jawa Barat Tahun 2008 (Indramayu : Desa Kenanga, 2008)
Soekartawi. Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb-Douglas
Edisi Revisi Cet. Ke-3 (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2003).

Soekartawi. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori Dan Aplikasi. Edisi Revisi
Cet. Ke-4 (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2002). Sugiyono.

Metode Penelitian Bisnis. (Bandung : Alfa Beta, 2002)

Suprapti, Lies, M. Kerupuk Udang Sidoarjo (Yogyakarta : Kanisius, 2005)

Theresia, Maria. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Hasil


Produksi Pada Industri Kecil Perajutan (Suatu Kasus Pada Sentra
Industri Kecil Rajutan Binong Jati). [Skripsi]. Bandung: Universitas
Pendidikan Bandung, Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Koperasi; 2006

Putong, Iskandar. Economics Pengantar Makro dan Mikro, Edisi Ke-2 (Jakarta : Mutra
Wacana Media, 2008)

Wapedia. 2008. Faktor Produksi, www.wiki-pedia indonesia.com 01 Nopember


2008, Pkl. 12.07
Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian

Yang bertanda tangan dibawah ini Kuwu Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat menerangkan bahwa :

Nama : Nurul Mubarok


NIM : 101092123370
Fakultas : Sains dan Teknologi
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis

Mahasiswa tersebut telah mengadakan penelitian pada Industri Kerupuk di Desa


kami selama 1 (satu) bulan dari tanggal 2 Nopember s/d 2 Desember 2008. Kami ucapkan
terima kasih atas kerja sama dan perhatiannya pada industri Kerupuk yang ada di Desa
kami

Demikian keterangan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan dapat


dipergunakan seperlunya.

77
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

DAFTAR PERTANYAAN/KUESIONER PENELITIAN


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KERUPUK
IKAN DI SENTRA PRODUKSI KERUPUK DESA KENANGA
KECAMATAN SINDANG KABUPATEN INDRAMAYU JAWA BARAT
OLEH : NURUL MUBAROK
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :

2. Pekerjaan Utama :

3. Pekerjaan Sampingan :

4. Usia :

5. Pendidikan :

6. Jumlah Keluarga :

7. Jumlah anak yang sekolah :

8. Lama menjadi pengrajin kerupuk :

9. Jenis kerupuk yang diproduksi :

1. Kerupuk Udang 2. Kerupuk Ikan

Kerupuk Bawang Kerupuk Kulit Ikan

5 6.

78
B. PRODUKSI KERUPUK
1. Alasan memilih memproduksi kerupuk?
2. Keahlian membuat kerupuk didapat darimana?
3. Adakah Persaingan usaha diantara pengusaha kerupuk?
4. Jika ada, Persaingan usaha diantara pengusaha kerupuk dalam bentuk/jenis
apa?
5. Adakah pengembangan produk (diversifikasi produk kerupuk)?
6. Sumber ide pengembangan/diversifikasi produk berasal dari mana?
Proses Produksi Kerupuk
7. Bahan-bahan Apa saja yang dibutuhkan untuk memproduksi kerupuk
(Lampiran)?
8. Peralatan atau perlengkapan apa saja yang dibutuhkan (Lampiran)?
9. Bagaimana proses produksi kerupuk dari awal hingga kerupuk siap
dipasarkan (Lampiran)?
10. Berapa frekuensi produksi kerupuk dalam satu bulan?
11. Berapa kapasitas produksi kerupuk dalam satu kali proses produksi ?
12. Berapa lama waktu yang dibutuhan untuk proses pembuatan kerupuk sejak
penyiapan peralatan, bahan baku hingga pengemasan?

C. MODAL

1. Jenis modal dan penggunaannya ?


a. Modal tetap (Fixed)
b. Modal tidak tetap (variabel)
2. Modal tetap digunakan untuk membeli/membiayai apa saja?

3. Modal tidak tetap digunakan untuk membeli/membiayai apa saja?

79
D. TENAGA KERJA

1. Berapa banyak tenaga kerja yang dibutuhkan?


2. Tenaga kerja untuk apa saja?
Jenis Jenis Kelamin Waktu yang
Keterangan
Pekerjaan Laki-laki Perempuan dibutuhkan

3. Berapa jam kerja dalam satu hari?


4. Berapa hari kerja dalam satu minggu?
5. Berapa insentif karyawan dalam satu hari?

E. HARGA KERUPUK

1. Berdasarkan apa saja untuk menetapkan harga kerupuk?

2. Apa jenis kemasan kerupuk?

a. Plastik c. Kaleng e. Lainnya ......................

Kantong Kertas/Dus Karung


b. d.

3. Berapa harga perkemasan sesuai dengan berat bersih dan Bentuk/Jenis


kemasan?
Bentuk/Jenis Berat Bersih Kemasan Harga Per Kemasan
Kemasan

4. Pemasaran produk kerupuk kemana saja?

1. Dalam wilayah Kab. 2. Keluar Kab. Indramayu (Propinsi


Indramayu JABAR)

3. Pemasaran ke Jakarta 4. Wilayah lain ..................................

80
5. Luar Negeri

5. Produk tersebut dipasarkan dimana?

1. Warung Kelontong 2. Pasar

Restoran Supermarket ..................................


3. 4.
Lain-lain ………………..

F. PERMINTAAN KERUPUK

1. Berapa Pengiriman/distribusi kerupuk per bulan?

2. Berapa banyak (Kg) kerupuk dalam satu kali pengiriman/distribusi?

3. Pada bulan apa saja permintaan kerupuk meningkat, kenapa?

4. Apa saja yang menjadi kendala dalam distribusi kerupuk?

81
Lampiran 3. Kapasitas Produksi dan Utilitas Industri Makanan Pada Tahun 2006 –Triwulan II Tahun 2008

Jenis Industri/Komoditi Sat Kapasitas Produksi Utlts (%) Kapasitas Produksi Utlts (%) Kapasitas Produksi Utlts (%)
Biskuit Ton 299,035 225,173 75.3 302,025 228,029 76 305,045 137,270 45.0
Pengolahan Kakao Ton 353,900 196,200 56 353,900 198,200 56 353,900 120,000 33.9
Daging Olaha Ton 149,447 97,596 65.3 150,941 98,547 65.3 152,450 73,938 48.5
Desiccated Coconut Ton Ton 132,587 57,900 43.7 133,931 57,983 43.3 135,270 52,755 39.0
Gula Lainnya (Glucose, Fructosa) Ton 1,050,500 556,765 53 1,050,500 577,775 55 1,250,500 562,725 45.0
Gula Rafinasi Ton 2,180,000 1,111,228 51 2,180,000 1,441,000 66.1 2,430,000 1,166,400 48.0
Ikan/Udang Beku Ton 1,511,499 760,284 50.3 1,541,729 792,449 51.4 1,557,146 311,429 20.0
Ikan dan Udang Dalam Kaleng Ton 410,000 215,250 52.5 415,000 219,950 53 419,150 122,718 30.0
Kecap dan Saos Lainnya Ton 102,492 59,625 58.2 103,517 59,615 57.6 104,552 41,821 40.0
Kembang Gula Ton 116,255 85,796 73.8 118,580 88,224 74.4 119,766 56,290 47.0
Kerupuk Ton 17,694 9,466 53.5 17,871 9,740 54.5 18,050 6,408 35.5
Margarine Ton 538,278 270,216 50.2 549,044 275,620 50.2 554,534 194,087 35.0
Mete Olahan Ton 70,739 35,582 50.3 71,446 36,080 50.5 72,160 19,483 27.0
Mie Instan Ton 1,691,588 1,353,270 80 1,691,588 1,429,392 84.5 1,708,504 820,082 48.0
Minyak Goreng Kelapa Ton 1,029,000 498,036 48.4 1,039,290 504,056 48.5 1,049,683 314,905 30.0
Minyak Goreng Lain Dari Nabati Ton 1,130,335 536,909 47.5 1,141,639 513,738 45 1,153,055 345,917 30.0
Minyak Goreng Sawit Ton 15,430,000 7,596,786 49.2 15,430,000 7,374,213 47.8 15,430,000 6,172,000 40.0
Monosodium Glutamite (Msg) Ton 203,200 162,560 80 203,200 172,517 84.9 205,232 150,925 73.5
Olahan Rumput Laut (Agar-Agar) Ton 23,127 14,500 62.7 23,127 14,516 62.8 23,358 11,446 49.0
Pakan Ternak (Komp+Ransum) Ton 15,736,324 9,940,727 63.2 15,893,687 10,040,135 63.2 16,052,624 6,902,628 43.0
Snack Food (Makanan Ringan Ton 22,672 15,938 70.3 22,898 16,372 71.5 23,127 10,407 45.0
Tepung Ikan Ton 174,500 88,123 50.5 176,245 89,532 50.8 178,500 46,410 25.0
Tepung Tapiok Ton 2,473,705 1,684,545 68.1 2,498,442 1,374,143 55 2,523,426 1,200,000 47.6
Tepung Terigu Ton 4,728,600 3,049,947 64.5 4,998,600 3,329,068 66.6 4,998,600 2,142,363 42.9
Total Ton 49,575,476 28,624,422 59.1 50,107,200 28,940,892 59.7 50,818,635 20,982,408 40.3

Sumber : BPS 2008

82 82
Lampiran 4. Daftar Pengrajin Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu

Pengrajin Industri Kecil


No. Nama Merk Kerupuk Pemilik
1. Bintang Sembilan Bpk. H. Nasihin
2. Kereta Kencana Bpk. Darmo
3. Tresna Jambal Bpk. Sidiq
4. Ikan Koki Bpk. Tasmad
5. Daun Bpk. Warsan
7. Terang Bulan Bpk. Wara
8. Tiga Kunci Bpk. Kolinih
9. Perahu Kencana Ibu Siti
10. Dua Naga Bpk. Suwarno
11. Bunga Manggis Bpk. Ade
12. Rajawali Bpk. Yusuf
13. Sri Gunting Bpk. Agus Rukyat
14. Rantai Emas Bpk. Casipan
15. Kembang Padi Bpk. Abdullah
16 Laba-Laba Bpk. Taslim
17. Kupu-Kupu Bpk. Tarmin
18. Sari Mawar Bpk. Ranto
19. Turangga Bpk. Bpk. Dani
20. Kembang Tanjung Bpk. H.Tamyid
21. Malea Bpk. Dedi
22. Bunga Sari Bpk. Dakim
23. Gajah Mada Bpk. H. Wartaman
24. Kembang Delima Bpk. H. Mastar
25. Perahu Kencana Bpk. H. Sueb
26. Perahu Layar Bpk. Tarman
27. Terang Bulan Bpk. H. Rasidi
28. Tunas Kelapa Bpk. Wartim
29. Tiga Berlian Bpk. Karim
30. Kapal Toko Bpk. Randi
Pengrajin Industri Sedang

No. Nama Merk Pemilik


1. Candramawa H. Kasan Basri
2. Dua mawar H. Carkendi
3. Sri Tanjung H. Sunarto
4. Kelapa Gading H. Murtasim
5. Dua Gajah H. Saein
6. Indrasari H. Wakyan
7. Padi Kapas H. Daspan
8. Kijang H. Achmad

83
Lampiran 5. Tabel Mata Pencaharian dan Pendidikan penduduk Desa
Kenanga Kecamtan Sindang Kabupaten Indaramayu
Propinsi Jawa Barat

Mata Pencaharaian Penduduk Desa Kenangan Kecamatan Sindang


Kabupaten Indramayu Tahun 2008

Jumlah
No. Jenis Pekerjaan
(orang)
1. Pedagang 175
2. Buruh Tani 143
3. Petani tambak 80
4. Petani sawah 71
5. Pertukangan 62
6 PengrajinKerupuk 38
7. PNS 28
8. Jasa 17
9. ABRI/Polisi 15
10. Lain-lain 33

Sumber : Data Sekunder (diolah dari data monografi Desa Kenanga)

Pendidikan Penduduk Desa Kenanga Kecamatan Sindang


Kabupaten Indramayu Tahun 2008

No. Jenis Pendidikan Jumlah


(orang)
Pendidikan Umum
1. SD/MI 630
2. SMP/MTs 472
3. SMA/MA 377
4. Akademi/D1-D3 20
5. Sarjana/S1-S3 36
Pendidikan Khusus
1. Pondok Pesantren 17
2. Madrasah Diniyah 85

84
Lampiran 6. Tujuan Pemasaran Kerupuk Ikan pada Bulan Nopember 2008

1. Tujuan Pemasaran Produk Kerupuk Ikan pada Industri Kecil

TUJUAN PEMASARAN
No. Resp Permintaan Jumlah
Kabupaten Propinsi Luar propinsi Lain-lain
1 20000 6000 4000 8000 2000 20000
2 24000 7200 4800 9600 2400 24000
3 8000 2400 1600 3200 800 8000
4 3000 900 600 1200 300 3000
5 29000 8700 5800 11600 2900 29000
6 7000 2100 1400 2800 700 7000
7 16000 4800 3200 6400 1600 16000
8 10000 3000 2000 4000 1000 10000
9 12000 3600 2400 4800 1200 12000
10 14000 4200 2800 5600 1400 14000
11 9000 2700 1800 3600 900 9000
12 39000 11700 7800 15600 3900 39000
13 25000 7500 5000 10000 2500 25000
14 24000 7200 4800 9600 2400 24000
15 20000 6000 4000 8000 2000 20000
Sumber : Diolah dari data Primer (Nopember 2008)

2. Tujuan Pemasaran Produk Kerupuk Ikan pada Industri sedang

No. Resp Permintaan TUJUAN PEMASARAN Jumlah


Kabupaten Propinsi Luar propinsi Lain-lain
1 44000 13200 8800 17600 4400 44000
2 66000 19800 13200 26400 6600 66000
3 58000 17400 11600 23200 5800 58000
4 58300 17490 11660 23320 5830 58300
5 56000 16800 11200 22400 5600 56000
6 59200 17760 11840 23680 5920 59200
7 56000 16800 11200 22400 5600 56000
8 57450 17235 11490 22980 5745 57450
Sumber : Diolah dari data Primer (Nopember 2008)

85
Lampiran 7. Perhitungan Biaya Tetap dan Tidak Tetap Pengrajin Kerupuk Skala Kecil

1. PERHITUNGAN BIAYA TETAP

No. Nama Peralatan/Fasilitas Umur Juml Satuan Harga/Satuan Nilai Rp Sisa Usia Pembelian Depresiasi
1 Bangunan/Tempat Produksi 15 1 Rp25,000,000 Rp25,000,000 Rp7,500,000 9 Rp97,222
2 Sewa Lahan/tempat penjemuran 12 1 Rp1,500,000 Rp1,500,000 Rp125,000
3 Gudang penyimpanan 15 1 Rp15,000,000 Rp15,000,000 Rp4,500,000 9 Rp58,333
4 Peralatan Kantor
Lemari 5 1 Rp200,000 Rp200,000 9 Rp0
Kalkulator 5 2 Rp50,000 Rp100,000 9 Rp0
Meja Kursi 5 1 Rp350,000 Rp350,000 9 Rp0
5 Peralatan Kerja
− Mesin aduk/molen 10 2 Rp12,000,000 Rp24,000,000 Rp7,200,000 9 Rp140,000
− Boiler/ketel uap 20 1 Rp60,000,000 Rp60,000,000 Rp18,000,000 5 Rp175,000
− Oven Rp0
− Mesin potong 5 2 Rp2,000,000 Rp4,000,000 9 Rp0
− Mesin giling ikan 5 1 Rp5,000,000 Rp5,000,000 9 Rp0
− Alat cetak adonan (seng) 3 10 Rp 25,000 Rp250,000 9 Rp0
− Pemecah es 5 1 Rp5,000,000 Rp5,000,000 9 Rp0
− Rak Stainless 10 6 Rp1,000,000 Rp6,000,000 9 Rp0
− Rak bamboo 1 4 Rp500,000 Rp2,000,000 1 Rp0
− Timbangan kecil 5 4 Rp300,000 Rp1,200,000 9 Rp0
− Timbangan besar 5 1 Rp2,000,000 Rp2,000,000 9 Rp0
− Timbangan gantung 5 1 Rp250,000 Rp250,000 9 Rp0
− Gebreg 1 3 Rp1,500,000 Rp4,500,000 1.5 Rp0

86 86
Lanjutan Tabel Perhitungan Biaya Tetap

No. Nama Peralatan/Fasilitas Umur Juml Satuan Harga/Satuan Nilai Rp Sisa Usia Pembelian Depresiasi
− Tempayan/tampah 0.5 3000 Rp5,500 Rp16,500,000 1 Rp0
− Bak/paso plastic 1 30 Rp20,000 Rp600,000 2 Rp0
− Boks Ikan/Fiber 5 3 Rp2,000,000 Rp6,000,000 9 Rp0
− Gayung 1 2 Rp10,000 Rp20,000 3 Rp0
− Pisau 1 3 Rp5,000 Rp15,000 3 Rp0
− Perangkat Penyaringan 1 2 Rp100,000 Rp100,000 2 Rp0
6 Biaya Peralatan Pasca Produksi
− Plastik Sealer 5 4 Rp60,000 Rp240,000 9 Rp0
− Rak 5 2 Rp300,000 Rp600,000 9 Rp0
JUMLAH Rp180,425,000 Rp595,556

Sumber : Diolah dari data Primer (Nopember 2008)

87 87
2. BIAYA TIDAK TETAP

1. Penjumlahan Biaya Bahan Baku, Pendukung dan Biaya Lain-Lain

No. Listrik Pembantu Biaya


Tapioka Rp paso Ikan Gula Garam Telur MSG TK Telepon BBM jumlah
Resp dan Air proses Lain-lain

1 16000 48,000,000 400 66,000,000 19,200,000 1,200,000 350,000 30,000 8,505,000 400,000 100,000 70,000 27,102,000 200,000 171,157,000
2 23000 69,000,000 575 94,875,000 27,600,000 1,725,000 503,125 43,125 10,190,000 450,000 130,000 90,000 39,144,000 300,000 244,050,250
3 7000 21,000,000 175 28,875,000 8,400,000 525,000 153,125 13,125 2,750,000 300,000 10,000 60,000 13,048,000 150,000 75,284,250
4 3000 9,000,000 75 12,375,000 3,600,000 225,000 65,625 5,625 1,170,000 300,000 80,000 40,000 3,224,000 100,000 30,185,250
5 27000 81,000,000 675 111,375,000 32,400,000 2,025,000 590,625 50,625 10,250,000 520,000 150,000 70,000 45,668,000 300,000 284,399,250
6 5000 15,000,000 125 20,625,000 6,000,000 375,000 109,375 9,375 2,000,000 330,000 100,000 40,000 6,536,000 100,000 51,224,750
7 14000 42,000,000 350 57,750,000 16,800,000 1,050,000 306,250 26,250 5,375,000 420,000 120,000 50,000 25,090,000 200,000 149,187,500
8 10000 30,000,000 250 41,250,000 12,000,000 750,000 218,750 18,750 3,970,000 360,000 100,000 55,000 18,584,000 200,000 107,506,500
9 13000 39,000,000 325 53,625,000 15,600,000 975,000 284,375 24,375 4,750,000 410,000 110,000 40,000 20,672,000 200,000 135,690,750
10 13000 39,000,000 325 53,625,000 15,600,000 975,000 284,375 24,375 5,000,000 380,000 110,000 50,000 19,584,000 300,000 134,932,750
11 7000 21,000,000 175 28,875,000 8,400,000 525,000 153,125 13,125 3,220,000 340,000 90,000 40,000 13,084,000 200,000 75,940,250
12 36000 108,000,000 900 148,500,000 43,200,000 2,700,000 787,500 67,500 15,750,000 700,000 200,000 100,000 63,180,000 400,000 383,585,000
13 30000 90,000,000 750 123,750,000 36,000,000 2,250,000 656,250 56,250 14,250,000 600,000 150,000 100,000 51,180,000 300,000 319,292,500
14 6000 18,000,000 150 24,750,000 7,200,000 450,000 131,250 11,250 2,515,000 300,000 120,000 60,000 9,842,000 100,000 63,479,500
15 10000 30,000,000 250 41,250,000 12,000,000 750,000 218,750 18,750 3,760,000 350,000 200,000 65,000 15,272,000 200,000 104,084,500

88 88
2. Uraian Biaya Tenaga Kerja

Adonan Pemotongan Penjemuran Pengemasan


No Resp Hari Kerja Juml TK Nilai Rp
Jumlah RP Jumlah Rp Jumlah Rp Jumlah Rp
1 4 2400000 4 1600000 5 2125000 7 2380000 17 20 8505000
2 5 3450000 4 2300000 6 600000 8 3840000 24 23 10190000
3 4 1050000 4 700000 4 200000 5 800000 8 17 2750000
4 4 450000 3 300000 3 100000 4 320000 4 14 1170000
5 6 4050000 4 2700000 7 700000 5 2800000 28 22 10250000
6 4 750000 3 500000 3 150000 5 600000 6 15 2000000
7 6 2100000 4 1400000 4 375000 5 1500000 15 19 5375000
8 4 1500000 4 1000000 4 350000 4 1120000 14 16 3970000
9 4 1950000 4 1300000 4 300000 5 1200000 12 17 4750000
10 4 1950000 4 1300000 5 350000 5 1400000 14 18 5000000
11 4 1050000 3 700000 3 350000 4 1120000 14 14 3220000
12 6 5400000 5 3600000 9 750000 10 6000000 30 30 15750000
13 6 4500000 5 3000000 8 750000 10 6000000 30 29 14250000
14 4 900000 4 600000 4 175000 6 840000 7 18 2515000
15 5 1500000 4 1000000 4 300000 4 960000 12 17 3760000

89 89
3. Uraian Biaya Pendukung/Proses Produksi/Pengemasan

Es Kayu Bakar Plastik Karung Dus Karton


No. Nilai Rp
Resp Juml Rp
Juml Rp
Juml Rp Rp Rp
Juml Juml
(Balok) (Truk) (Kg)
1 51 102000 5 5000000 2000 22000000 27102000
2 72 144000 6 6000000 3000 33000000 39144000
3 24 48000 2 2000000 1000 11000000 13048000
4 12 24000 1 1000000 200 2200000 3224000
5 84 168000 7 7000000 3500 38500000 45668000
6 18 36000 1 1000000 500 5500000 6536000
7 45 90000 3 3000000 2000 22000000 25090000
8 42 84000 2 2000000 1500 16500000 18584000
9 36 72000 3 3000000 1600 17600000 20672000
10 42 84000 3 3000000 1500 16500000 19584000
11 42 84000 2 2000000 1000 11000000 13084000
12 90 180000 8 8000000 5000 55000000 63180000
13 90 180000 7 7000000 4000 44000000 51180000
14 21 42000 1 1000000 800 8800000 9842000
15 36 72000 2 2000000 1200 13200000 15272000

90 90
Lampiran 8. Perhitungan Biaya Tetap dan Tidak Tetap Pengrajin Kerupuk Skala Sedang

1. Kalkulasi Biaya Tetap

No. Nama Peralatan/Fasilitas Umur Juml Satuan Harga/satuan Nilai Rp Sisa Usia Pembelian Depresiasi
1 Bangunan/Tempat Produksi 15 1 Rp65,000,000 Rp65,000,000 18 0
2 Lahan/tempat penjemuran 15 1 Rp3,000,000 Rp3,000,000 18 0
3 Gudang penyimpanan 15 1 Rp10,000,000 Rp10,000,000 18 0
4 Peralatan Kantor
Lemari 5 2 Rp200,000 Rp400,000 10 0
Kalkulator 5 3 Rp40,000 Rp120,000 Rp10,000 2 Rp21.000
Meja Kursi 5 2 Rp350,000 Rp700,000 4 0
5 Peralatan Kerja
- Mesin aduk/molen 10 3 Rp12,000,000 Rp36,000,000 18 Rp0
- Boiler/ketel uap 20 1 Rp60,000,000 Rp60,000,000 Rp18,000,000 18 Rp175,000
- Oven 20 1 Rp60,000,000 Rp60,000,000 Rp18,000,000 7 Rp175,000
- Mesin potong 5 1 Rp6,000,000 Rp6,000,000 7 Rp00
- Mesin giling ikan 5 1 Rp5,000,000 Rp5,000,000 15 Rp0
- Alat cetak adonan 5 8 Rp100,000 Rp800,000 15 Rp0
- Pemecah es 5 1 Rp5,000,000 Rp5,000,000 15 Rp0
- Rak Stainless 20 8 Rp5,000,000 Rp40,000,000 Rp12,000,000 15 Rp116,500
- Rak bamboo 1 8 Rp500,000 Rp4,000,000 1,5 0
- Timbangan kecil 5 3 Rp300,000 Rp900,000 10 Rp0
- Timbangan besar 5 2 Rp2,000,000 Rp4,000,000 10 Rp0
- Timbangan gantung 5 1 Rp250,000 Rp250,000 10 Rp0
- Gebreg 1 6 Rp1,500,000 Rp9,000,000 1.5 Rp0
- Tempayan/tampah 0.5 4000 Rp3,000 Rp12,000,000 1 Rp0

91 91
Lanjutan Tabel Biaya Tetap

No. Nama Peralatan/Fasilitas Umur Juml Satuan Harga/satuan Nilai Rp Sisa Usia Pembelian Depresiasi
- Bak/paso plastic 1 60 Rp15,000 Rp900,000 2 Rp0
- Boks Ikan/Fiber 5 5 Rp2,000,000 Rp10,000,000 13 Rp0
- Gayung 1 3 Rp3,000 Rp9,000 3 Rp0
- Pisau 1 6 Rp5,000 Rp30,000 3 Rp0
6 Biaya Peralatan Pasca Produksi
- Plastik Sealer 5 5 Rp400,000 Rp2,000,000 12 Rp0
- Rak 5 3 Rp300,000 Rp900,000 8 Rp0
JUMLAH Rp336,039,000 487.500

2. Kalkulasi Biaya Tidak Tetap

1. Penjumlahan Biaya Bahan Baku, Pendukung dan Biaya Lain-Lain

No. Listrik Pembantu Biaya


Tapioka Rp paso Ikan Gula Garam Telur MSG TK Telepon BBM Jumlah
Resp dan Air proses Lain-lain

1 60000 180,000,000 1500 247,500,000 72,000,000 4,500,000 1,312,500 112,500 36,750,000 1,000,000 100,000 200,000 118,286,667 1,000,000 662,761,667

2 65000 195,000,000 1625 268,125,000 78,000,000 4,875,000 1,421,875 121,875 42,290,000 1,200,000 130,000 250,000 111,950,556 2,000,000 705,364,306

3 40000 120,000,000 1000 165,000,000 48,000,000 3,000,000 875,000 75,000 21,000,000 1,000,000 80,000 150,000 78,971,112 1,000,000 439,151,112

4 54000 162,000,000 1350 222,750,000 64,800,000 4,050,000 1,181,250 101,250 34,125,000 1,200,000 80,000 140,000 99,080,001 1,200,000 590,707,501

5 40000 120,000,000 1000 165,000,000 48,000,000 3,000,000 875,000 75,000 27,380,000 900,000 150,000 160,000 86,027,112 800,000 452,367,112

6 50000 150,000,000 1250 206,250,000 60,000,000 3,750,000 1,093,750 93,750 26,250,000 1,100,000 100,000 150,000 98,488,890 1,000,000 548,276,390

7 50000 150,000,000 1250 206,250,000 60,000,000 3,750,000 1,093,750 93,750 27,800,000 1,000,000 120,000 150,000 80,203,890 900,000 531,361,390

8 36000 108,000,000 900 148,500,000 43,200,000 2,700,000 787,500 67,500 22,200,000 800,000 100,000 80,000 92,490,000 1,000,000 419,925,000

92 92
2. Uraian Biaya Tenaga Kerja

No Adonan Pemotongan Penjemuran Pengemasan


Hari Kerja Juml TK Nilai Rp
Resp Jumlah RP Jumlah Rp Jumlah Rp Jumlah Rp
1 10 9000000 15 6000000 15 15750000 10 6000000 30 50 36750000
2 15 9750000 15 6500000 18 17640000 15 8400000 28 63 42290000
3 10 6000000 10 4000000 10 7000000 10 4000000 20 40 21000000
4 10 8100000 12 5400000 15 13125000 15 7500000 25 52 34125000
5 13 6000000 10 4000000 14 10780000 15 6600000 22 52 27380000
6 10 7500000 15 5000000 10 8750000 10 5000000 25 45 26250000
7 14 7500000 10 5000000 15 10500000 12 4800000 20 51 27800000
8 8 5400000 12 3600000 10 8400000 10 4800000 24 40 22200000

3. Uraian Biaya Pendukung/Proses Produksi/Pengemasan

No. Es Kayu bakar Plastik Karung Dus Karton


Nilai Rp
Resp Juml Rp Juml Rp Juml Rp Juml Rp Juml Rp
1 300 600,000 90 108,000,000 833 9,166,667 500 400,000 400 120,000 118,286,667
2 280 560,000 84 100,800,000 903 9,930,556 600 480,000 600 180,000 111,950,556
3 200 400,000 60 72,000,000 556 6,111,112 500 400,000 200 60,000 78,971,112
4 250 500,000 75 90,000,000 750 8,250,001 300 240,000 300 90,000 99,080,001
5 220 440,000 66 79,200,000 556 6,111,112 300 240,000 120 36,000 86,027,112
6 250 500,000 75 90,000,000 694 7,638,890 400 320,000 100 30,000 98,488,890
7 200 400,000 60 72,000,000 694 7,638,890 150 120,000 150 45,000 80,203,890
8 240 480,000 72 86,400,000 500 5,500,000 100 80,000 100 30,000 92,490,000

93 93
Lampiran 9. Jumlah Biaya (Modal) yang Dikeluarkan Pengrajin Kerupuk Pada
Bulan Nopember 2008

PENJUMLAHAN MODAL TETAP DAN MODAL TIDAK TETAP


PENGRAJIN KERUPUK DI SENTRA PRODUKSI KERUPUK
DESA KENANGA KECAMATAN SINDANG
KABUPATEN INDRAMAYU PROPINSI JAWA BARAT
PADA BULAN NOPEMBER 2008

1. Pengrajin Skala Kecil


No Resp Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp) Jumlah
1 Rp418,611 171,157,000 171,575,611
2 Rp457,500 244,050,250 244,507,750
3 Rp418,611 75,284,250 75,702,861
4 Rp418,611 30,185,250 30,603,861
5 Rp496,389 284,399,250 284,895,639
6 Rp376,944 51,224,750 51,601,694
7 Rp418,611 149,187,500 149,606,111
8 Rp438,056 107,506,500 107,944,556
9 Rp438,056 135,690,750 136,128,806
10 Rp438,056 134,932,750 135,370,806
11 Rp457,500 75,940,250 76,397,750
12 Rp595,556 383,585,000 384,180,556
13 Rp515,833 319,292,500 319,808,333
14 Rp426,389 63,479,500 63,905,889
15 Rp447,778 104,084,500 104,532,278

2. Skala Pengrajin Skala Sedang

No. Resp Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp) Jumlah


1 Rp428,711 662,761,667 Rp663,180,279
2 Rp487,500 705,364,306 Rp705,821,806
3 Rp468,511 439,151,112 Rp439,569,723
4 Rp437,711 590,707,501 Rp591,126,112
5 Rp595,389 452,367,112 Rp452,863,500
6 Rp475,934 548,276,390 Rp548,653,334
7 Rp435,611 531,361,390 Rp531,780,001
8 Rp447,056 419,925,000 Rp420,363,056

94
Lampiran 10. Variabel Bebas (X) Dan Variabel Tidak Bebas (Y) Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk di Sentra Produksi
Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu Propinsi Jawa Barat

1. Pengrajin Skala Sedang

No. Resp Modal (X1) TK (X2) Permintaan (X3) Harga (X4) Produksi (Y)
1 662761667 55 60000 20000 60000
2 705364306 63 63000 20000 65000
3 439151112 50 50000 18000 45000
4 590707501 52 50000 18000 54000
5 452367112 52 50000 20000 45000
6 548276390 45 59200 18000 50000
7 531361390 51 50000 17000 50000
8 419925000 40 40000 18000 36000

2. Pengrajin Skala Kecil

No. Resp Modal (X1) TK (X2) Permintaan (X3) Harga (X4) Produksi (Y)
1 179969625 20 20000 16000 16000
2 254033825 23 24000 16000 23000
3 84208625 17 8000 15000 7000
4 39035292 14 3000 15000 3000
5 295642458 22 29000 16000 27000
6 59730083 15 7000 17000 5000
7 157870958 19 16000 14000 14000
8 116641542 16 10000 14000 10000
9 144546625 17 12000 14000 13000
10 143911125 18 14000 17000 13000
11 85304500 15 9000 16000 7000
12 397249842 30 39000 17000 36000
13 329799675 29 30000 17000 30000
14 71880450 19 23000 16000 12000
15 115669058 13 20000 16000 10000

95
Lampiran 11. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat dengan
Menggunakan Software SPSS For Windows Versi 12

1. Hasil Analisis pada Pengrajin Kerupuk Skala Kecil

Regression
Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N


Y 15066.6667 9691.42969 15
X1 165032912.2000 107072134.78031 15
X2 19.1333 5.05494 15
X3 17600.0000 10069.75670 15
X4 15733.3333 1099.78353 15

Correlations

Y X1 X2 X3 X4
Pearson Y 1.000 .988 .946 .939 .404
Correlation X1 .988 1.000 .924 .893 .382
X2 .946 .924 1.000 .861 .431
X3 .939 .893 .861 1.000 .473
X4 .404 .382 .431 .473 1.000
Sig. (1- Y . .000 .000 .000 .068
tailed) X1 .000 . .000 .000 .080
X2 .000 .000 . .000 .054
X3 .000 .000 .000 . .037
X4 .068 .080 .054 .037 .
N Y 15 15 15 15 15
X1 15 15 15 15 15
X2 15 15 15 15 15
X3 15 15 15 15 15
X4 15 15 15 15 15

Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 X4, X1, X3, X2(a) . Enter


a All requested variables entered.
b Dependent Variable: Y

96
Model Summary(b)

Change Statistics
Adjusted Std. Error
R Durbin-
Model R R of the R
Square Watson
Square EstimateSquare F Sig. F
Change Change df1 df2 Change
1 .998(a) .996 .994 719.19850 .996 633.045 4 10 .000 1.916
a Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2
b Dependent Variable: Y

ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


1 Regression 1309760868.467 4 327440217.117 633.045 .000(a)
Residual 5172464.867 10 517246.487
Total 1314933333.333 14
a Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2
b Dependent Variable: Y

Coefficients(a)

Unstandardized Standardized Collinearit y


Model Coefficients Coefficients t Sig. Statistics
Std.
B Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -
3061.904 -.398 .699
1219.180
X1 .00005 .000 .598 9.840 .000 .106 9.400
X2 337.632 103.065 .176 3.276 .008 .136 7.347
X3 .255 .045 .265 5.647 .000 .178 5.605
X4 -
-.229 .202 -.026 .284 .747 1.339
1.133
a Dependent Variable: Y

97
2. Hasil Analisis pada Pengrajin Kerupuk Skala Sedang

Regression
Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N


Y 50625.0000 9132.94664 8
X1 543739309.7500 105075702.54081 8
X2 51.0000 6.76123 8
X3 52775.0000 7483.64884 8
X4 18625.0000 1187.73494 8

Correlations

Y X1 X2 X3 X4
Pearson Y 1.000 .970 .874 .880 .486
Correlation X1 .970 1.000 .766 .830 .447
X2 .874 .766 1.000 .708 .605
X3 .880 .830 .708 1.000 .516
X4 .486 .447 .605 .516 1.000
Sig. (1- Y . .000 .002 .002 .111
tailed) X1 .000 . .013 .005 .133
X2 .002 .013 . .025 .056
X3 .002 .005 .025 . .095
X4 .111 .133 .056 .095 .
N Y 8 8 8 8 8
X1 8 8 8 8 8
X2 8 8 8 8 8
X3 8 8 8 8 8
X4 8 8 8 8 8

Variables Entered/Removed(b)

Mode Variables Variables


l Entered Removed Method
1 X4, X1,
. Enter
X2, X3(a)
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: y

98
Model Summary(b)

Change Statistics
Adjusted Std. Error
R Durbin-
Model R R of the R
Square F Sig. F Watson
Square Estimate
Square df1 df2
Change Change
Change
1 .998(a) .996 .990 927.30370 .996 169.002 4 3 .001 1.894
a Predictors: (Constant), X4, X1, X2, X3
b Dependent Variable: Y

ANOVA(b)

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.


1 Regression 581295323.521 4 145323830.880 169.002 .001(a)
Residual 2579676.479 3 859892.160
Total 583875000.000 7
a Predictors: (Constant), X4, X1, X2, X3
b Dependent Variable: y

Coefficients(a)

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF


1 (Constant) -1263.383 5580.662 -.226 .835
X1 .000 .000 .583 7.431 .005 .239 4.176
X2 452.147 90.929 .335 4.973 .016 .325 3.077
X3 .246 .088 .201 2.788 .069 .282 3.542
X4 -.627 .381 -.082 -1.647 .198 .601 1.665
a Dependent Variable: y

99
Lampiran 12. Komposisi dan Neraca Massa Proses Produksi Kerupuk Ikan

Bahan Komposisi
Daging Ikan 15 Kg
Tapioka 40 Kg
Gula 8 Kg
Gaeam 3 Kg
Telur 1 butir
MSG 50 gram
Air 5 liter

Ikan Segar
1000 Kg

Air = 9 m3
Pencucian dan
pengeluaran isi perut, Sisa Ikan 250 Kg
pemisahan kulit dan
kepala 1000 kg

Penggilingan daging Pengeringan adonan


750 Kg selama 12 jam
3803,93 Kg

Tapioka = 2000 kg
Gula = 400 kg Pembuatan
Garam = 150 kg Pemotongan/pengirisan
MSG = 2.5 Kg
adonan
3305,63 Kg 3753,93
Telur = 50 butir

Tepung dan adonan Penjemuran


1,7 kg
kerupuk 1 hari
Pencetakana
Terigu = 50 Kg 3753,93
Adonan
3355,63 Kg

Kerupuk kering
3353,93
Air = 500 liter Pengukusan
Kayu baker = 2 m 3 dengan suhu
110 0C, 1 jam
3853,93
100

Anda mungkin juga menyukai