Anda di halaman 1dari 7

Proposal Penelitian

Efektivitas Air Seduhan Labu Siam (Sechium edule L.) terhadap Penurunan
Tekanan Darah Mencit

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Penelitian Pendidikan
Dosen Mata Kuliah : Dr. Hj. Mia Nurkanti, M.Kes.

Disusun Oleh :
Sindanita Yulianty 135040138
Biologi C 2013

POGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
2016
A. Judul Penelitian
Efektivitas Air Seduhan Labu Siam (Sechium edule L.) terhadap Penurunan
Tekanan Darah Mencit
B. Latar Belakang Masalah

Hiperternsi adalah suatu penyakit tingginya tekanan darah pada seseorang.


Menurut WHO di Jenewa 2002, didapatkan prevalensi penyakit hipertensi adalah 13-155
dari populasi dewasa dunia. Setengah dari populasi yang berusia lebih dari 60 tahun
adalah penderita hipertensi. Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian 7,1 juta
orang seluruh dunia, yaitu sekitar 13% dari total kematian, dan prevalensinya hampir
sama besar baik di Negara berkembang maupun dinegara maju.
Di Indonesia, jumlah penderita hipertensi mencapai 17-21% dari jumlah itu 60%
penderita hipertensi berakhir pada stroke. Diperkirakan hipertensi yang ada di Indonesia
mencapai 15 juta jiwa tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi
6-15% pada lanjut usia, 50% tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga
cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui
faktorresiko, dan 90% merupakan hipertensi esensia.
. Hipertensi tidak memiliki keluhan dan tanda gejala yang khas, karena itulah
disebut silent killer. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberculosis, yakni mencapai 6,7 % dari populasi kematian pada semua umur di
Indonesia, bahkan fakta membuktikan bahwa satu dari empat penderita tidak mengetahui
jika mereka menderita hipertensi.
Hipertensi sering dianggap kondisi normal pada orang tua dan lansia. Padahal
tidak demikian faktanya penyakit hipertensi sangat berbahaya dan mengakibatkan orang
meninggal dunia karena penyakit hipertensi dan komplikasinya.
Oleh karena itu penelitian lebih mendalam mengenai penyakit hipertensi harus
dilakukan demi menjegah maupun mengobati penyakit ini. Salah satu penelitian yang
menjadi referensi penulis adalah artikel jurnal yang berjudul Pemberian Air Seduhan
Bawang Putih Terhadap Penurunan Tekanan Darah karya Mohanis dalam Jurnal IPTEK
Terapan 9 (1) (2015): 124-135. Dalam jurnal tersebut dikatakan bahwa selain bawang
putih, labu siam juga berkhasiat untuk menurunkan tekanan darah.
C. Batasan dan Rumusan Masalah
C.1. Batasan Masalah
Jenis labu yang digunakan adalah labu siam. Uji coba dilakukan terhadap
Mencit jenis … . Hal yang diamati pada penelitian ini hanya tekanan darah setelah
pemberian air rebusan Labu Siam setiap 3 kali sehari selama 3 mingggu.
C.2. Rumusan Masalah
Apakah air rebusan labu siam dapat menurunkan tekanan darah?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D.1. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah air rebusan Labu Siam
dapat menurunkan tekanan darah
D.2. Manfaat Penelitian.
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan masyarakat dan memberikan
solusi kepada masyarakat mengenai alternatif pengobatan penyakit Hipertensi
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat membuka wawasan peneliti dan menambah motivasi untuk
melakukan penelitian lebih lanjut
E. Asumsi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis di mana tekanan darah
pada dinding arteri (pembuluh darah bersih) meningkat. Kondisi ini dikenal sebagai
“pembunuh diam-diam” karena jarang memiliki gejala yang jelas. Satu-satunya cara
mengetahui apakah Anda memiliki hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah.
Jika Anda belum memeriksa dan tidak tahu tekanan darah Anda, mintalah kepada dokter
untuk memeriksanya. Semua orang dewasa sebaiknya memeriksa tekanan darah mereka
setidaknya setiap lima tahun sekali.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa
penderita hipertensi yang berusia di atas 18 tahun mencapai 25,8 persen dari jumlah
keseluruhan penduduk Indonesia. Dari angka tersebut, penderita hipretensi perempuan
lebih banyak 6 persen dibanding laki-laki. Sedangkan yang terdiagnosis oleh tenaga
kesehatan hanya mencapai sekitar 9,4 persen. Ini artinya masih banyak penderita
hipertensi yang tidak terjangkau dan terdiagnosa oleh tenaga kesehatan dan tidak
menjalani pengobatan sesuai anjuran tenaga kesehatan. Hal tersebut menyebabkan
hipertensi sebagai salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
 Risiko Mengidap Hipertensi
Penyebab hipertensi belum bisa dipastikan pada lebih dari 90 persen kasus. Seiring
bertambahnya usia, kemungkinan Anda untuk menderita hipertensi juga akan meningkat.
Berikut ini adalah faktor-faktor pemicu yang diduga dapat memengaruhi peningkatan
risiko hipertensi:
 Berusia di atas 65 tahun.
 Mengonsumsi banyak garam.
 Kelebihan berat badan.
 Memiliki keluarga dengan hipertensi.
 Kurang makan buah dan sayuran.
 Jarang berolahraga.
 Minum terlalu banyak kopi (atau minuman lain yang mengandung kafein).
 Terlalu banyak mengonsumsi minuman keras.
Risiko mengidap hipertensi dapat dikurangi dengan mengubah hal-hal di atas
dan menerapkan gaya hidup yang lebih sehat. Pemeriksaan tekanan darah secara rutin
juga bisa membantu diagnosis pada tahap awal. Diagnosis hipertensi sedini mungkin
akan meningkatkan kemungkinan untuk menurunkan tekanan darah ke taraf normal. Hal
ini bisa dilakukan dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat tanpa perlu
mengonsumsi obat.
 Mengukur Tekanan Darah
Kekuatan darah dalam menekan dinding arteri ketika dipompa oleh jantung ke
seluruh tubuh menentukan ukuran tekanan darah. Tekanan yang terlalu tinggi akan
membebani arteri dan jantung Anda, sehingga pengidap hipertensi berpotensi mengalami
serangan jantung, stroke, atau penyakit ginjal.
Pengukuran tekanan darah dalam takaran merkuri per milimeter (mmHG) dan
dicatat dalam dua bilangan, yaitu tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan sistolik adalah
tekanan darah saat jantung berdetak memompa darah keluar. Sedangkan tekanan diastolik
merupakan tekanan darah saat jantung tidak berkontraksi (fase relaksasi) . Saat ini darah
yang baru saja dipompa keluar jantung (tekanan sistolik), berada di pembuluh arteri dan
tekanan diastolik juga menunjukkan kekuatan dinding arteri menahan laju aliran darah.
Jika tekanan darah 130 per 90 atau 130/90 mmHG, berarti tekanan sistolik 130
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Angka normal tekanan darah adalah yang berada
di bawah 120/80 mmHG.
Seseorang akan dianggap mengidap hipertensi atau tekanan darah tinggi jika
hasil dari beberapa kali pemeriksaan, tekanan darah tetap mencapai 140/90 mmHg atau
lebih tinggi.
 Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi
Jika tekanan darah Anda tinggi, pantaulah dengan ketat sampai angka tersebut turun dan
bisa dikendalikan dengan baik. Dokter biasanya menyarankan perubahan pada gaya
hidup yang termasuk dalam pengobatan untuk hipertensi sekaligus pencegahannya.
Langkah tersebut bisa diterapkan melalui:
- Mengonsumsi makanan sehat.
- Mengurangi konsumsi garam dan kafein.
- Berhenti merokok.
- Berolahraga secara teratur.
- Menurunkan berat badan, jika diperlukan.
- Mengurangi konsumsi minuman keras.
 Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan hipertensi bisa diatasi dengan 2 cara yaitu dengan farmakologis atau
dengan obat-obatan anti hipertensi dengan jangka panjang bahkan seumur hidup, seperti
diuretik, (Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide). Pengobatan
nonfarmakologis yaitu dapat menurunkan tekanan darah sehingga pengobatan
farmakologis menjadi tidak diperlukan atau setidaknya ditunda, adapun obat
nonfarmakologis atau obat tradisional adalah mengkudu, daun salam, rumput laut, umbi
bawang putih, labu siam dan tumbuhan herbal lainnya.
Menurut beberapa ahli, pengobatan nonfarmakologis sama penting dengan
pengobatan farmakologis, dan bahkan akan lebih menguntungkan terutama bagi penderita
hipertensi ringan. Pada penderita hipertensi ringan, pengobatan nonfarmakologis kadang
dapat mengendalikan atau menurunkan tekanan. sehingga pengobatan secara
farmakologis tidak diperlukan atau sekurangnya ditunda. Namun pada kondisi ketika obat
antihipertensi sangat diperlukan, maka pengobatan nonfarmakologis dapat dijadikan
sebagai pelengkap sehingga menghasilkan efek pengobatan yang lebih baik.
Survey Kesehatan Nasional 2010 menunjukkan bahwa 59,12% penduduk
Indonesia merupakan konsumen herbal dan 95% memanfaatkan herbal. Obat herbal
menjadi alternative guna meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit, terutama untuk penyakit degenerative dan gangguan metabolisme, serta untuk
tujuan rehabilitasi sehingga penelitian mengenai obat herbal juga sama pentingnya untuk
dilakukan.
Menurut Sudarman Mardisiswojo dalam buku Cabe Puyang Warisan Nenek
Moyang, tanaman yang di Manado bernama ketimun jepang ini, buahnya mengandung
vitamin A, B, C, niasin, dan sedikit albuminoid. Karena bersifat dingin, jika dimakan
terasa sejuk dan dingin di perut. 
Dr Setiawan Dalimartha, Ketua II PDPKT (Perhimpunan Dokter Indonesia
Pengembang Kesehatan Tradisional Timur), menyebut daging buahnya terdiri dari 90
persen air, 7,5 persen karbohidrat, 1 persen protein, 0,6 persen serat, 0,2 persen abu, dan
0,1 persen lemak. Juga mengandung sekitar 20 mg kalsium, 25 mg fosfor, 100 mg
kalium, 0,3 mg zat besi, 2 mg natrium, serta beberapa zat kimia yang berkhasiat obat.
"Buahnya mengandung zat saponin, alkaloid, dan tannin. Daunnya mengandung saponin,
flavonoid, dan polifenol," kata Dr Setiawan.
Dalam buku Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang, Sudarman hanya menjelaskan
bahwa buah tanaman ini baik untuk menyembuhkan gangguan sariawan, panas dalam,
serta menurunkan demam pada anak-anak karena mengandung banyak air. 
Maksudnya, tidak ada penjelasan kandungan mana yang bisa meredakan darah tinggi. 
Dr Setiawan menduga, selain bersifat diuretik (peluruh air seni), kandungan
alkoloidnya juga bisa membuka pembuluh darah yang tersumbat. Oleh sebab itulah, labu
siam bisa menurunkan darah tinggi.
Seperti diketahui, melalui air seni yang banyak terbuang akibat sifat diuretik dari
labu siam, kandungan garam di dalam darah pun ikut berkurang. Berkurangnya kadar
garam yang bersifat menyerap atau menahan air ini akan meringankan
kerja jantung dalam memompa darah sehingga tekanan darah akan menurun.  
Sementara itu, R Broto Sudibyo, Ketua Sentra Pengembangan dan Penerapan
Pengobatan Tradisional Yogyakarta, menyarankan pasien dengan gangguan asam urat di
Klinik Obat Tradisional RS Bethesda, Yogyakarta, mengonsumsi labu siam. Menurut dia,
air labu siam memiliki efek diuretik yang baik sehingga melancarkan buang air kecil.
Dengan begitu, kelebihan asam urat bisa segera dikeluarkan dari dalam tubuh. 
Selain penderita asam urat, R Broto menjelaskan, penderita kencing manis juga
cocok mengonsumsi labu siam yang telah dikukus. Kandungan patinya mengenyangkan
sehingga penderita diabetes melitus tak lagi mengonsumsi makanan pokok secara
berlebihan. 
F. Kerangka Pikir

H
e
p
i
u
b
m
e
i
k
A
P
t
a
t
i
e
p
a
y
n
m
e
t
r
Sehingga melancarkan
pembuluh darah dan
l
r
a
d
h
u
u
a
t
mengurangi tekanan

i
s
n
s
r
e
u
t
m
a
b darah

Anda mungkin juga menyukai