Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN SISTEMATIKA MIKROBA

ISOLASI PEMBIAKAN MIKROBA DAN PEWARNAAN BAKTERI

DISUSUN OLEH

ALICIA SYAVIRA DJANU

2017-76-038

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2020
PRAKTIKUM 1
ISOLASI DAN PEMBIAKAN MIKROBA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mikroorganisme atau mikrobia adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk
mengamatinya diperlukan alat bantuan, mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik. (Buchanan,
2003). Mikroba memang dapat bertahan pada berbagai kondisi lingkungan, ekstrim panas, ekstrim dingin,
lingkungan yang berkonsentrasi garam tinggi, asam, basa, tekanan tinggi, bahkan di daerah yang
mendekati kemustahilan untuk hidup makhluk hidup lain seperti lingkungan dengan radioaktivitas tinggi
(Adam, 2001).
        Mikroba di lingkungan mana saja pada umumnya berada dalam populasi campuran dan di alam
jarang mikrobia berada sebagai satu spesies tunggal dan selalu dalam hidup berkoloni dalam menjalankan
peranannya pada siklus kehidupan (Bell, 2000). Dalam bidang mikrobiologi dan bioteknologi,
ketersediaan biakan murni sangatlah penting. Selain pemurnian isolate selama dalam penyimpanan juga
sangat perlu diperhatikan, karena bekaitan dengan produk atau metabolit tertentu dari satu spesies
tunggal, untuk itu pertama-tama spesies tersebut harus dapat diisolasi dari organisme lain kemudian
ditumbuhkan menjadi biakan murni dimana sel-selnya berasal dari pembelahan satu sel tunggal melalui
teknik pemurnian (Burrows, 2004).
        Teknik isolasi dilakukan dengan berbagai cara yaitu melakukan pengenceran berseri dilanjutkan
dengan membiakkan pada media yang sesuai yaitu metode cawan tuang (poured plate) atau cawan gores
(streak plate) dan teknik untuk menghitung jumlah sel mikrobia yang telah diisolasi dengan menggunakan
perhitungan angka lempeng total sedangkan penyimpanan mikroorganisme sering menggunakan teknik
agar slants (Colome, 2001). 
        Berdasarkan dari penjelasan sebelumnya maka praktikum ini sangat penting dilakukan agar
mengetahui cara mengisolasi atau pemurnian suatu mikroorganisme tertentu dari suatu koloni, cara
menyimpan isolat mikroorganisme murni dan menghitung serta mengkarakterisasi mikrobia setelah
diisolasi.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut
1. Mahasiswa dapat mengetahui pertumbuhan dari masing-masing mikroba yang diisolasi dan
diinokulasi pada medium pertumbuhan yang digunakan
2. Mahasiswa dapat mengetahui media apa saja yang biasa digunakan untuk isolasi dan pembiakan
bakteri
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Teori

Pengertian Isolasi

  Teknik isolasi mikroba adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba diluar dari lingkungan
alamiahnya. Mikroorganisme dapat diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara, substrat yang berupa
bahan pangan, tanaman dan hewan. Jenis mikroorganismenya dapat berupa bakteri, khamir, jamur,
kapang dll. Populasi mikroba di lingkungan sangat beranekaragam sehingga dalam mengisolasi
diperlukan beberapa tahap penanaman sehingga berhasil diperoleh koloni tunggal. Koloni yang tunggal
ini kemudian yang akan diperbanyak untuk suatu tujuan penelitian misalnya untuk mengisolasi DNA
mikroba yang dapat mendeteksi mikroba yang telah resistem terhadap suatu antibiotic atau untuk
mengetahui mikroba yang dipakai untuk bioremediasi holokarbon (Afrianto, 2004).
Prinsip kerja isolasi bakteri cukup sederhana yakni dengan menginokulasikan sejumlah kecil
bakteri pada suatu medium tertentu yang dapat menyusung kehidupan bakteria. Sejumlah kecil bakteri ini
didapat dari bermacam-macam tempat tergantung dari tujuan inokulasi. Dalam kajian mikrobiologi yang
berhubungan dengan sumber bakteri adalah mikrobia tanah, air, makanan dan udara (Talaro, 1999).
Tujuan dari pemindahan biakan untuk menguasai teknik pemindahan biakan bakteri dari satu
wadah ke wadah lain secara aseptik, sehingga hanya biakan murni yang diharapkan yang tumbuh. Hal ini
sangat penting dalam tahap awal pekerjaan isolasi mikroba terutama yang berasal dari stok kultur (bukan
dari substrat). Kegagalan dalam hal pemindahan biakan dapat menyebabkan kontaminasi dari
pertumbuhan mikroba yang tidak diharapkan (Dwidjoseputro, 1990).

Macam Teknik Isolasi 

Beberapa cara atau metode yang dikenal untuk memperoleh biakan murni dari suatu biakan
campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan gores dan metode cawan
tuang. Metode tersebut didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud untuk memperoleh spesies
individu, dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat
diamati  (Dwidjoseputro, 1990).

1. Teknik Gores (Streak plate method)

Medium agar dicairkan, didinginkan pada suhu 45°C, dituang ke dalam cawan petri steril (cawan
gelas dengan garis tengah sekitar tiga inci) dan dibiarkan sampai menjadi padat. Kemudian
menginokulasi biakan dilakukan dengan jarum ose pada permukaan atas agar yang penuh dengan biakan
campuran (misalnya specimen ludah atau bahan lain). Ada beberapa metode penggoresan yang berbeda,
namun kesemua metode bertujuan untuk meletakkan sebagian besar organisme pada beberapa goresan
pertama. Apabila sebaran dilakukan dengan menggerakkan jarum ose bergantian dari satu bagian ke
bagian lain cawan petri, bakteri yang tertinggal pada jarum ose semakin berkurang. Jika dilakukan secara
sempurna, goresan akhir akan meninggalkan bakteri individual cukup terpisah satu sama lain, sehingga
setelah mengalami pertumbuhan, koloni yang berasal dari bakteri individual akan benar-benar terpisah
satu sama lain. Kemudian koloni tunggal dapat ditinggalkan kemedium steril, dan akan tumbuhlah biakan
murni (Hadioetomo, 1993).   

        Ada beberapa teknik goresan yang biasa dipakai yaitu:

a. Goresan Sinambung
Prosedur kerjannya adalah inoculum loop (jarum ose) disentuhkan pada koloni bakteri
dan gores secara kontinyu sampai setengah permukaan agar. Lalu cawan petridish diputar 180°
dan dilanjutkan goresan sampai habis. Goresan sinambung umumnya digunakan untuk
mendapatkan koloni tunggal, melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium baru.
b. Goresan T
Prosedur kerjannya adalah cawan petri dibagi menjadi 3 bagian menggunakan spidol dan
daerah tersebut diinokulasi dengan streak zig-zag. Jarum ose dipanaskan dan didinginkan, lalu
distreak atau digores secara zig-zag.
c. Goresan Kuadran
Prosedur kerjannya hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan yang berbeda
yaitu dibagi empat. Daerah pertama merupakan goresan awal sehingga masih mengandung
banyak sel mikroba. Goresan selanjutnya dipotongkan atau disilangkan dari goresan pertama
sehingga jumlahnya semakin kecil dan selanjutnya terpisah-pisah menjadi koloni tunggal.

2. Metode Tuang (pour plate method)

            Terdiri atas penginokulasian biakan campuran kedalam tabung uji yang mengandung agar cair
yang telah didinginkan pada suhu 450 C isinya diaduk untuk memencarkan bakteri keseluruh medium.
Campuran itu kemudian ditungkan kedalam cawan petri steril dan dibiarkan padat pertumbuhan koloni
terjadi baik dalam medium tujuan pada kedua proses ialah untuk memisahkan bakteri satu sama lain
sehingga sel-sel itu akan tumbuh menjadi koloni-koloni yang terpisah didalam medium yang padat.
Kemudian dapat diambil sel-sel dari satu koloni untuk mendapatkan biakan murni. Piringan kedua dalam
praktek sering digores kembali dengan organisme yang berasal dari koloni yang diidolasi untuk menjamin
bahwa hasil yang diperoleh adalah biakan murni  (Hadioetomo, 1993).

3.  Metode Sebar (spread plate method)

Metode cawan sebar (spread plate) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan mikroorganisme di
dalam media agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri atau mengapuskannya di atas media agar
yang telah memadat. Bedanya dengan pour plate adalah, pencampuran stok kultur bakteri dilakukan
setelah media agar memadat sedangkan pour plate kultur dicampurkan ketika media masih cair (belum
memadat). Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada bagian
permukaan media agar (Hadioetomo, 1993).

4. Teknik Pengenceran (dilution method)

Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam spesies diencerkan dalam
suatu tabung yang tersendiri. Hasil pengenceran ini kemudian diambil kira-kira 1 mL untuk diencerkan
lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada suatu medium
padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh dalam medium
tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan memperoleh satu koloni saja. Hal yang demikian ini
dapat kita jadikan biakan murni. Jika kita belum yakin, bahwa koloni tunggal yang kita peroleh tersebut
merupakan koloni yang murni, maka kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini
sebagai sampel (Pelczar, 1986).

5. Teknik Micromanipulator

Mengambil satu bakteri dengan mikropipet yang ditempatkan dalam mikro manupulator, kemudian
ditempatkan dalam mikromanupulator. Kemudian ditempatkan dalam medium encer untuk dibiakkan
(Pelczar, 1986).

Menurut Jutono (1980), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengisolasi bakteri, yaitu
Sifat-sifat spesies mikrobia yang akan diisolasi, Tempat hidup atau asal mikrobia tersebut, Medium untuk
pertumbuhannya yang sesuai, Cara menanam mikrobia tersebut, Cara inkubasi mikrobia tersebut, Cara
menguji bahwa mikrobia yang diisolasi telah berupa biakan murni dan sesuai dengan yang dimaksud,
Cara memelihara agar mikrobia yang telah diisolasi tetap merupakan biakan murni
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Adapun Praktikum ini dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Jum’at 24 Januari
Pukul : 09:00-12:00 WIT
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA Universitas Pattimura.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun Alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Cawan Petri
2. Jarum Ose
3. Lampu Bunsen
4. Inkubator
5. Kertas Label
6. Medium EMBA
7. Kumlut Bakteri E. coli

3.3. Prosedur Kerja Isolasi E. coli pada medium EMBA dalam cawan petri dengan metode
goresan (Streak plate)
1. Sediaan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Medium EMBA dicairkan terlebih dahulu
3. EMBA cari dituang dalam cawan petri steril dan dibiarkan hingga memadat
4. Biakan E. coli diambil dengan jarum ose bulat dan dipindahkan ke medium EMBA dalam
cawan petri dengan cara menggores secara langsung dan kuadran
5. Jarum ose dipijarkan kembali dan cawan petri ditutup dengan baik
6. Cawan petri dimasukkan dalam incubator dengan posisi terbaik pada suhu 34°C selama 2x24
jam
7. Bersihkan dan kembalikan alat dan bahan praktikum pada tempatnya
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Media Gambar Keterangan


EMBA Bakteri Escherichia coli
(Eosin Methylene Ukuran : kecil
Blue Agar) Bentuk : Circular (Bulat)
Warna : Hijau Metalik
Margin : Entire (Tepi rata)
Elevasi : Umbonate

4.2. Pembahasan

Pada praktikum isolasi dan pembiakan mikroba ini kami menggunakan media selektif EMBA
Dalam (Eosin Methylene Blue Agar) sebagai media untuk menumbuhkan bakteri Escherichia coli .
Karena media EMBA adalah media selektif yang khusus untuk menumbuhan bakteri gram negative
seperti E. coli dan bakteri coliform lainnya. Dengan tanda bakteri yang tumbuh akan memiliki warna
hijau metalik mengkilat untuk E.coli dan warna kehitaman untuk bakteri coliform.

Prosedur pengisolasian bakteri E. coli yang digunakan menggunakan metode isolasi gores (streak
plate method) dengan jenis teknik goresan kuadran. Dimana saat menggores daerah inokulasi dibagi
menjadi 4 bidang, dan goresan pertama secara zig-zag dan goresan berikutkan mengikuti titik akhir
goresan awal untuk memulai goresan yang baru. Sehingga semakin lama jumlah kepadatan bakteri
sampel yang diisolasi kedalam media EMBA akan semakin berkurang dan didapat biakan tunggal.
Setelahnya dilakukan penginkubasian selama 2x24 jam untuk menunggu pertumbuhan bakteri yang telah
diisolasi kedalam media EMBA.

Dari praktikum ini, didapatkan biakan bakteri E.coli yang berhasil tumbuh pada media selektif
EMBA dengan teknik pengisolasian streak plate. Dari hasil isolasi bakteri tersebut dapat di amati
morfologi dari bakteri tersebut. Pada Escherichia coli pengamatan yang kita lakukan memperlihatkan
ukuran dari bakteri ini kecil, berbentuk bulat dengan garis tepi rata, berwarna hijau metalik pada media
EMBA, dengan elevasi menonjol dibagian tengah. kelembaban homogen, bersifat aerobik sampai
fakultatif anaerobik.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari dilakukannya praktikum ini adalah Mahasiswa dapat
mengetahui pertumbuhan dari masing-masing mikroba yang diisolasi dan diinokulasi pada
medium pertumbuhan yang digunakan dan dapat mengetahui media apa saja yang biasa
digunakan untuk isolasi dan pembiakan bakteri. Dari hasil isolasi bakteri E. coli dalam media
selektif EMBA dapat diamati morfologi dari bakteri itu sendiri. E. coli berukuran kecil, berwarna
hijau metalik, berbentuk bulat, tepian rata, topografinya menojol bagian tengah.
PRAKTIKUM 2
PEWARNAAN BAKTERI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas
begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana
sel-sel bakteri yang ada di suspensikan. Salah satu cara unutk mengamati bentuk sel bakteri sehingga
mudah di identifikasi adalah dengan cara metode pengenceran atau pewarnaan. Hal tersebut berfungsi
untuk mengetahuisifat fisiologisnya  yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian
pengecetan atau pewarnaan (Dwidjoseputro, 1998).
Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, spirilum. Bakteri yang berbentuk
tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil pembagiannya yaitu basil
tunggal, diplobasil, dan tripobasil. Sedangkan pada coccus dibagi menjadi monococcus, diplococcus,
sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum hanya dibagi dua yaitu setengah melengkung dan
melengkung (Dwidjoseputro, 1998).
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak
berwarna juga transparan dan sangat kecil. Unutk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu
teknik pewarnaan sel bakteri sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Oleh karena itu
teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-
penelitian mikrobiologi (Dwidjoseputro, 1998).
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan praktikum kali ini unutk mengetahui teknik pewarnaan
mikroorganisme baik itu dengan cara pewarnaan sederhana untuk mengetahui morfologi
mikroorganisme (Sutedjo, 1991). Teknik Pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian
dan kecermatan bekerja serta mengikuti aturan dasar yang berlaku (Vlock, 1998)
Oleh karena itu yang melatar belakangi praktek ini yaitu untuk mengetahui teknik pewarnaan
mikroorganisme sehingga mempermudah dalam melihat bagian-bagian bakteri.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat melakukan
pewarnaan bakteri untuk pengamatan melihat bentuk dan susunan dari sampel bakteri yang
digunakan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Teori

Bakteri adalah mikroba yang memiliki bentuk bervariasi seperti coccus, bacillus, dan spiral. Dan
pada umumnya, bakteri tidak memiliki pigmen sehingga bakteri tidak berwarna. Untuk itu perlu
dilakukan pewarnaan agar bakteri tampak jelas bila diamati dengan mikroskop. (Dwidjoseputro, 1994)
Bacillus sp merupakan bakteri Gram positif, berbentuk batang dan dapat tumbuh pada kondisi aerob dan
anaerob. Sporanya tahan terhadap panas (suhu tinggi), mampu mendegradasi xylan dan karbohidrat.
(Gozali, 2009). Pewarnaan pada bakteri dibedakan menjadi empat, yaitu pewarnaan sederhana,
pewarnaan gram, pewarnaan negatif dan pewarnaan spora.

Pewarnaan Sederhana
Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan pada
praktikum mikrobiologi. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat untuk mewarnai
mikroba yang akan diamati. Pada umumnya bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan sederhana, karena
sitoplasmanya bersifat basofilik atau suka dengan basa. Pewarnaan sederhana biasanya menggunakan
pewarna tunggal yaitu metal biru, basic fuchsin dan kristal violet. Pewarnaan sederhana bertujuan untuk
memberikan kontras antara bakteri dan latar belakang. Pewarnaan sederhana dilakukan ketika kita ingin
mengetahui informasi tentang bentuk dan ukuran sel bakteri.

Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram digunakan untuk membedakan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif
berdasarkan sifat fisik kimia dinding sel bakteri. Pewarnaan menggunakan pewarna utama kristal violet
dan pewarna tandingan safranin. Tujuan pewarnaan ini adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan
mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam
bakteri seperti dinding sel dan vakuola, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya.
Pewarnaan ini dapat membagi bakteri menjadi gram positif dan gram negatif berdasarkan
kemampuannya untuk menahan pewarna primer (kristal ungu) atau kehilangan warna primer dan
menerima warna tandingan (safranin). Bakteri gram positif mengandung protein dan gram negatif
mengandung lemak dalam presentase lebih tinggi dan dinding selnya tipis. Pemberian alcohol (etanol)
pada praktikum pewarnaan bakteri, menyebabkan terekstraksi lipid sehingga memperbesar permeabilitas
dinding sel. Pewarnaan safranin masuk kedalam sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada
bakteri gram negatif sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi dengan perlakuan
alcohol, pori-pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga pewarna safranin
tidak dapat masuk sehingga sel menjadi berwarna ungu, yang merupakan warna dari kristal violet.

Pewarnaan Negatif
Pewarnaan negatif adalah pewarnaan yang menggunakan pewarna asam seperti negrosin, eosin,
atau tinta cina sebagai pewarna utama. Pewarnaan negatif dilakukan pada bakteri yang sukar diwarnai
oleh pewarna sederhana. Pewarnaan negatif bertujuan untuk memberi warna gelap pada latar belakang
dan tidak member warna pada sel bakteri. Hal tersebut dapat terjadi karena pada pewarnaan negatif,
pewarna yang digunakan adalah pewarna asam dan memiliki komponen kromoforik yang bermuatan
negatif. Sehingga pewarna tidak dapat menembus atau berpenetrasi ke dalam sel bakteri karena negative
charge pada permukaan sel bakteri. Pada pewarnaan negatif ini, sel bakteri terlihat transparan (tembus
pandang).

Pewarnaan Spora
Ada dua genus bakteri yang dapat membentuk endospora, yaitu genus Bacillus dan genus
Clostridium. Struktur spora yang terbentuk di dalam tubuh vegetative bakteri disebut sebagai endospora
(endo: dalam, spora: spora) yaitu spora yang terbentuk di dalam tubuh. Secara sederhana, dapat dikatakan
bahwa endospora merupakan sel yang mengalami dehidrasi dengan dinding yang mengalami penebalan
serta memiliki beberapa lapisan tambahan (Aditya, 2010)
Dalam pewarnaan spora bakteri diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat menembus dinding
tebal spora. Contoh dari pewarnaan yang dimaksud tersebut adalah dengan penggunaan larutan hijau
malakit dan untuk memperjelas pengamatan, sel vegetatif juga diwarnai dengan larutan safranin sehingga
sel vegetatif ini berwarna merah, sedangkan spora berwarna hijau. Dengan demikian, ada atau tidaknya
spora dapat teramati, bahkan posisi spora di dalam tubuh sel vegetatif juga dapat diidentifikasi (Volk dan
Wheeler, 1988)
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Adapun Praktikum ini dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Jum’at 24 Januari
Pukul : 09:00-12:00 WIT
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA Universitas Pattimura.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun Alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai Kaca
objek, Kaca preparat, Bunsen, Jarum ose, Zat pewarnaa Eosin dan Metylen Blue, Kertas isap,
Mikroskop cahaya, dan Biakan mikroba yang digunakan S. aureus dan E. coli.

3.3. Prosedur Kerja Pewarnaan Sederhana


A. Pewarnaan Asam
1. Siapkan kaca benda lalu teteskan aquades diatasnnya
2. Buat apusan bakteri dengan menggunakan jarum inoculum
3. Tetesan larutan eosin dengan apusan
4. Ratakan campuran tersebut dengan menggunakan kaca benda
5. Keringkan selama 60 menit
6. Amati dibawah mikroskop cahaya
B. Pewarnaan Basa
1. Buat apusan bakteri yang akan diperiksa lalu fiksasi
2. Teteskan metilen blue pada apusan bakteri, biarkan terendam selama 1-2 menit
3. Cuci pewarna dengan air mengalir
4. Keringkan dengan cara diisap dengan kertas isap, jangan dilap atau dihapus
5. Amati dengan mikroskop dengan minyak imersi pada pembesaran 1000x
6. Gambarkan bentuk sel bakteri yang saudara amati dan tuliskan warna yang muncul
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Nama Bakteri Pewarnaan Pewarnaan Basa Keterangan


Asam (Metylen blue)
(Eiosin)
Staphylococcus - Pewarnaan asam : Tidak
aureus terlihat
Pewarnaan basa :
 Bentuk : Coccus
(Bulat)
 Susunan :
Staphylococcus
(Bola yang
berkoloni seperti
anggur)
 Warna : Biru

Pembesaran 1000x
Escherichia coli - Pewarnaan asam : Tidak
terlihat
Pewarnaan basa :
 Bentuk : Basil
(Batang)
 Susunan :
Monobasil (Basil
tunggal)
 Warna : Biru

Pembesaran 1000x

4.2. Pembahasan

Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas
ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan
vakuola, menghasilkan sifatsifat fisik dan kimia yang khas dari pada bakteri dengan zat warna, serta
meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya ( Pelczar, 2007 ).
Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu pewarnaan
sederhana, pewarnaan diferensial dan pewarnaan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad-
jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang
sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di
antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba disebut teknik pewarnaan diferensial ( Pelczar,
2007 ).
Prinsip dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri
dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Ikatan ion dapat terjadi karena adanya
muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Terdapat tiga mcam metode
pewarnaan yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan diferensial dan pewarnaan gram. Pewarnaan sederhana
menggunakan pewarna tunggal, pewarnaan diferensial memakai serangkaian larutan pewarna atau reagen.
Pewarnaan gram merupakan metode pewarnaan yang paling umum digunakan untuk mewarnai sel bakteri
( Volk & Wheeler, 1984 ).
Pada praktikum kali ini jenis pewarnaan yang digunakan untuk melihat bentuk sel dan susunanya
dalam bakteri sampel yang digunakan adalah pewarnaan sederhana. Dengan menggunakan zat pewarna
asam dan basa, pewarna asam menggunakan Eosin dan basa menggunakan Metylen blue. Pada pewarnaan
basa bakteri S. aureus memiliki bentuk sel coccus atau bulat, dengan susunannya membentuk sekumpulan
bola menyerupai rangkaian anggur, sedangkan pada bakteri E.coli selnya berbetuk basil atau batang
dengan susunanya monobasil atau batang tunggal. Dan pada pewaraan asam kedua bakteri tidak dapat
diamati bentuk selnya maupun susunan selnya karena zat warna tidak dapat memvisualkan sel bakteri.
Karena Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif, salah satu di
antaranya berwarna. Pada zat warna yang bersifat basa, warna terdapatpada ion positif (zat pewarna+
Cl- ) dan pada pewarna asam, warna akan terdapat pada ion negatif (zat pewarna- Na+ ). Hubungan antara
bakteri dengan zat pewarna basa yang menonjol disebabkan terutama oleh adanya asam nukleat dalam
jumlah besar dalam protoplasma sel.
Jadi, jika bakteri itu diwarnai, muatan negatif dalam asam nukleat bakteri akan bereaksi dengan
ion positif zat pewarna basa, Kristalviolet, safranin dan metylen blue adalah beberapa zat pewarna basa
yang biasa digunakan. Sebaliknya zat pewarna asam ditolak oleh muatan negatif bakteri menyeluruh.
Jadi, mewarnai bakteri dengan zat pewarna asam akan menghasilkan hanya pewarnaan pada daerah latar
belakang saja. Karena sel bakteri tak berwarna di atas latar belakang yang berwarna ( Volk & Wheeler,
1984 ).
Hal ini yang menyebabkan pada mikroba yang diwarnai menggunakan zat warna bersifat asam
Eosin tidak memvisualkan sel bakteri, namun berbeda dengan pewarnaan basa yang diberikan kepada
bakteri sampel. Warna dari zat warna Metylen blue dapat diserap oleh dinding sel bakteri dengan baik.
Hal ini berlaku untuk kedua jenis bakteri yang digunakan baik S. aureus ataupun E.coli.
BAB V

PENUTUP

5.2. Kesimpulan
Mahasiswa mampu membuat pewarnaan pada bakteri sampel yang digunakan ( S. aureus
dan E.coli) sekaligus mampu mengamati bentuk sel dan susunan sel dari masing-masing bakteri
sampel yang digunakan. Pada pewarnaan basa Bakteri S. aureus memiliki bentuk sel coccus dan
susunanya stafilokokus (segerobol bola menyerupaian anggur), sedangan E.coli bentuk sel basil
dan susunannya monobasil (batang tunggal). Dan pada pewarnaan asam tidak dapat diamati
bentuk dan susunan sel bakteri sampel yang digunalan karena zat pewarna asam ditolak oleh
muatan negatif bakteri menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA

Adam. M. R. 2001. Microbiology of Fermented Food. Elsivier Applied Science Publisher, Ltd. New York

Afrianto, L., 2004, Menghitung Mikroba Pada Bahan Makanan, Cakrawala (Suplemen pikiran rakyat


untuk iptek), Farmasi FMIPA ITB : Bandung.

Bell. J. G. Sherman. N. 2000. Microbiology Laboratory Manual. The Benjamin Publishing Company. Inc.
California

Buchanan. R. E. Gibbons. N. E. 2003. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. The Willian and
Willkins Company Baltimore. United State of America

Burrows. W. J. M. Moulder. Lewert. R. M. 2004. Textbook of Microbiology. W. B Saunders Company.


Philadelphia

Colome. J. S. 2001. Laboratory Exercises in Microbiology. West Publishing Company. New York

Dwidjoseputro, S. 1990. Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Dwidjoseputro. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Gozali, Amir. 2009. Pewarnaan Gram. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Hadioetom. Textbook Microbiology. UI Press. Hal.8. Jakarta

Hadioetomo. Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka
Utama.

Jutono. 1972. Dasar-dasar Mikrobiologi Umum. Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM.


Yogyakarta.

Pelczar, M.J. E. Chan. E. C. S. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Terjemahan R.S.

Talaro K.P. and A. Talaro, 1999. Foundation in Microbiology Third Edition. McGraw Hill Company.
Boston, p.61.

Volk & Wheeler. 1984. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima Jilid I. Jakarta : Erlangga

Volk, W. A. dan Margareth F. W., 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Erlangga Express. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai