Anda di halaman 1dari 15

IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

TEKNIK RADIOGRFI II
SKS : 3 SKS

POKOK BAHASAN : TEKNIK RADIOGRAFI


ABDOMEN :
Disusun Oleh : DWI ROCHMAYANTI.

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

Format Modul Praktek Klinik / Lapangan / Laboratorium

1. TEMA MODUL : TEKNIK RADIOGRAFI ABDOMEN

2. MATA KULIAH/KODE : TEKNIK RADIOGRAFI 2 /RAD-302

3. JUMLAH SKS : 3 SKS PRAKTEK

4. ALOKASI WAKTU : 3 X 170 MENIT

5. SEMESTER / T.A : II (DUA) 2019/2020

6. TUJUAN :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan, mengidentifikasi macama-macam kelainan
patologis abdomen akut.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan jenis teknik radiografi pada
kasus abdomen.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan analisa hubungan teknik
radiografi abdomen dengan jenis patologis klinis.
4. Mahasiswa dapat melakukan teknik radiografi abdomen sesuai dengan klinis

7. GAMBARAN UMUM MODUL :


Modul ini memberikan panduan kepada mahasiswa tentang :
a. Indikasi Pemeriksaan Radiografi Abdomen
b. Persiapan pasien dan alat pemeriksaan radiografi abdomen
c. Proyeksi yang digunakan pada pemeriksaan radiografi abdomen
d. Kriteria Radiograf abdomen

8. KARAKTERISTIK MAHASISWA :
Untuk dapat menggunakan dan melakukan praktek radiografi abdomen dengan
modul ini mahasiswa harus sudah mempelajari tentang anatomi dan teknik
radiografi abdomen

9. TARGET KOMPETENSI :
Mahasiwa mampu melakukan persiapan pasien dan alat, teknik posisioning dan
melakukan prosessing sampai pencetakan gambaran radiograf.

10. INDIKATOR KETERCAPAIAN :


Unjuk kerja yang harus dilakukan oleh praktikan adalah :
a. Mampu melakukan persiapan alat yang akan digunakan
b. Mampu melakukan persiapan pasien
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

c. Mampu mengaplikasikan proyeksi yang akan digunakan sesuai dengan indikasi


pemeriksaan
d. Mampu membuat radiograf abdomen sesuai dengan kriteria radiograf
e. Mampu melakukan evaluasi hasil radiograf yang dihasilkan
f. Mampu melakukan Penyusunan laporan praktek,dengan susunan sebagai
berikut :
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Prosedur Praktikum
BAB III : Hasil
BAB IV : Pembahasan
BAB V : Kesimpulan

11. MATERI PEMBELAJARAN


SIMULASI

TEKNIK RADIOGRAFI ABDOMEN

A. Kompetensi
Mahasiswa melakukan Teknik Radiografi Abdomen dengan baik dan benar.
Simulasi , roleplay, real play .
B. Administrasi Pemeriksaan Radiografi
1. Lembar permintaan pemeriksaan radiografi
a. Pasien datang dengan lembar permintaan pemeriksaan radiografi
b. Form berisi tentang
 Identitas pasien : nama, umur, alamat, no. catatan medik(CM /RM),
asal rujukan (IRJAL, IRNA, IGD atau dokter praktek)
 Permintaan foto
 Riwayat penyakit
2. Pendataan pasien pada buku registrasi dan kelengkapannya
a. Pencatatan identitas pasien ke dalam buku registrasi dan pemberian
nomor foto pasien (no. register radiologi) yang ditulis juga pada lembar
permintaan pasien.
b. Membuat kartu ambil foto
c. Membuat amplop foto sesuai dengan film yang digunakan
C. Pra Pemeriksaan
1. Pemanggilan pasien
a. Pemanggilan pasien sesuai dengan nama yang ada pada lembar
permintaan foto
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

b. Mencocokkan identitas pasien (nama, umur, alamat) apabila benar


pasien dipersilahkan masuk ke dalam ruangan pemeriksaan
2. Perkenalan diri
a. Mahasiswa memperkenalkan diri dengan memberi salam, menyebutkan
nama dan unit tugasnya kepada pasien
b. Contoh : “ selamat pagi nama saya Ridwan, saya mahasiswa radiologi
yang akan melakukan pemeriksaan radiologi kepada bapak/ ibu “
3. Anamnesa singkat (keluhan pasien dan keadaan umum pasien)
a. Mahasiswa melihat keadaan umum pasien (datang sendiri, dibantu orang
lain, dapat berdiri / menggunakan alat tertentu mis : infuse)
b. Mahasiswa menanyakan perihal keluhan yang dirasakan oleh pasien dan
posisi yang sakit tanpa menyebutkan apa yang tertulis pada lembar
permintaan foto. Contoh : ‘maaf Pak/Ibu ,keluhan apa yang dirasakan?
nyeri / sakit? Sudah berapa lama? Boleh ditunjukkan bagian yang mana ?
c. Mahasiswa menanyakan apakah pernah dilakukan pemeriksaan radiologi
yang sama ? apabila pernah tanyakan foto lama dari pemeriksaan
tersebut!
d. Mahasiswa melakukan “recall” gambaran anatomi normal region bagian
tubuh pasien yang akan diperiksa secara radiografi mengacu pada
informasi kriteria anatomi radiologi
4. Analisa kebutuhan pemeriksaan radiografi
Setelah selesai anamnase, mahasiswa harus dengan segera dapat
menentukan kesesuaian tindakan radiografi, proyeksi yang akan digunakan
gigi depan, belakang atau bagian gigi yang sebelah mana, persiapan pasien
dan alat.
5. Penjelasan ringkas prosedur
Setelah penentuan tindakan radiografi, pasien diberikan penjelasan singkat
mengenai apa yang akan dilakukan selama pemeriksaan.
6. Persiapan pasien
Pastikan tidak ada benda logam atau benda lain pada daerah abdomen yang
akan diperiksa
7. Persiapan alat
a. Pesawat sinar-X siap pakai
b. Film x-ray
c. Radiographic phantom abdomen
d. Lead apron
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

D. Pelaksanaan Pemeriksaan

1. Persiapan Pemeriksaan
Secara umum tidak diwajibkan adanya persiapan untuk jenis pemeriksaan
ini. Namun dari beberapa argumen dan literatur persiapan dimungkinkan
untuk kasus-kasus yag sifatnya tidak akut. Adapun persiapan tersebut dapat
berupa diet atau puasa, laxative, enemas. Akan tetapi Pada klinis dilapangan
untuk pemeriksaan abdomen yag sifatnya akut dan sering dijumpai
dilapangan tidak dilakukan persiapan. Tentu saja ini berdasarkan
pertimbangan kondisi pasien yang tidak memungkinkan dilakukan persiapan
karena pasien mengalami kesakitan hebat pada daerah abdomen, seperti
pada patologis perforasi, obstruksi, dan ruptur viscera. Hanya saja
diharuskan kejelian dari radiographer untuk melepas dan menghindarkan
benda-benda yang dapat menimbulkan bayangan opaque yang dapat
mengganggu gambaran radiografi seperti kancing baju, resliting, peniti dan
lain-lain.

Jenis Proyeksi Pada Pemeriksaan Abdomen


Proyeksi yang umumnya dilakukan pada pemeriksaan abdomen antara laian
AP supine, AP berdiri, dan Lateral Left Decubitus (LLD), namun ada pula jenis
pemeriksaan lainnya. Jenis proyeksi ini diharapkan mampu memperlihatkan
kelainan patologis seperti Visceroptosis (turunnya abdomen viscera), dan
munculnya air fluid level.

2. Patologis
Peritonitis, merupakan radang pada peritoneum (membrane serosa rangkap
yang menyeliputi rongga abdomen. Peritoneum dibagi dua peritoneum
parietal yang melapisi rongga abdomen, dan peritoneum visceral yang
melapisi ssemua organ yang ada di abdomen. Sedangkan ruang yang ada di
antara keduanya disebut peritoneal atau kantung peritoneum). Peritonitis
merupakan peradangan yang sangat berbahaya sebagai komplikasi dari
penyebaran infeksi yang terjadi pada organ-organ abdomen seperti
appendicitis, salphingitis, rupture saluran cerna, luka tembus abdomen.
Reaksi patologis sebagai akibat terjadinya peritonitis adalah munculnya
eksudat fibrinosa yang melekat menjadi satu dengan permukaan-
permukaan sekitarnya, dan jika meluas infeksi ini dapat mencapai
peritoneum dan terjadilah peritonitis. Apa yang dapat anda simpulkan jika
muncul kantung-kantung eksudat pada hasil radioraf abdomen, dan
dimungkinkan eksudat ini pecah?.
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

Obstruksi usus, merupakan penyumbatan usus yang terjadi karena adanya


daya mekanik dan mempengaruhi dinding usus sehingga mengakibatkan
penyempitan atau penyumbatan lumen usus. Hal ini menyebabkan
perjalanan isi lumen usus terganggu. Pelebaran dinding lumen usus biasanya
terjadi karena adanya perjalanan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan
pada bagian proksimal sumbatan. Sumbatan usus dan pelebaran dinding
lumen usus akan menyebabkan rangsangan terjadinya hiperekskresi kelenjar
pencernaan. Dengan demikian cairan dalam usus makin bertambah,
akibatnya pelebaran dinding lumen usus tidak hanya terjadi pada daerah
penyumbatan, tetapi terjadi juga pada seluruh daerah sebelah proksimal
sumbatan. Menurut G. Simon, gambaran radiologik dari ileus obstruktif yaitu
jika obstruksi terjadi di bagian yang tinggi pada usus maka tidak akan
nampak adanya usus-usus yang melebar, tetapi nampak adanya udara yang
banyak di dalam lambung. Kalau terjadi sumbatan pada bagian tengah atau
bawah dari usus halus maka tampak pelebaran usus yang berisi udara
berjalan melintang dalam abdomen sebagai lapisan-lapisan yang paralel.
Kalau terjadi sumbatan pada kolon bagian bawah, maka bagian atas dari
sumbatan akan melebar dan radiograf menunjukkan gambaran
hiperradiolusen. Ujung dari radiolusen ini biasanya menunjukkan tempat
dari sumbatan. Radiolusen ini terjadi sepanjang kolon bagian atas. Haustra
akan tampak pada jarak yang berjauhan, dibanding stria pada usus halus.
Pada bagian tengah, haustra itu menebal kira-kira setebal 8 mm. Sekum
biasanya melebar dari bagian kolon lainnya, meski sumbatan itu terjadi pada
kolon di bagian pelvis.

3. PROYEKSI

Proyeksi :
a. AP Supine
b. AP berdiri
c. PA berdiri
d. AP duduk
e. LLD
f. Lateral basic
g. Lateral : dorsal decubitus

FPA ( Foto Polos Abdomen ) / Umum


- tanpa persiapan
- biasanya dilakukan pada kasus emergency / cyto / akut
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

Pada foto FPA atau BNO, eksposi dilakukan pada saat ekspirasi; alasannya
pada saat ekspirasi diafragma naik sehinggarongga abdomen tampak
luas.

Indikasi pemeriksaan :
- batu ginjal
- akut abdomen
- Gameli (bayi kembar/sungsang)
- Kadang usus melilit

Proyeksi :
AP Supine

Abdomen Akut
Yaitu keadaan mendadak dalam rongga abdomen yang memerlukan
tindakan segera.

Sebab Pemeriksaan :
1. dalam abdomen sendiri :
- radang intra abdomen
- perforasi
- pendarahan intra abdominal
- ileus obstruksi dan paralitik
2. diluar abdomen
kelainan di rongga thorax, dapat menimbulkan ileus paralitik

Jenis akut abdomen:


- ileus : usus tersumbat
- perforasi : kebocoran usus
- atresia ani
- strangulasi : usus terbelit / terpelintir
- volvulus : usus menyempit karena tekanan
- infaginasi : usus masuk ke dalam usus

Posisi :
1. AP
2. Setengah duduk
3. LLD
Batas atas : vertebra thoracal xi
Batas bawah : simphisis pubis
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

Alasan dibuat LLD: lambung terletak disebelah kiri, diatasnya ada bagian
cekung yang kosong sehingga bisa menimbulkan gambar lucent. Ini bisa
dianggap udara/kelainan.
Posisi AP, kriteria:
1. Dinding abdomen : peritoneum fat line kanan dan kiri
2. Psoas line kanan dan kiri
3. Batu yang radioopaq, kalsifikasi, benda asing
4. Kontur ginjal kanan-kiri
5. Gambar udara usus:
- normal
- pelebaran lambung, usus halus, kolon
- penyebaran dari usus-usus yang melebar
- keadaan dinding usus
- jarak antara dua dinding usus yang berdampingan
6. Kesuraman yang dapat disebabkan oleh cairan diluar usus atau massa
tumor

Posisi Tegak / Setengah Duduk


1. adanya cairan didalam/diluar usus
2. udara bebas dibawah diafragma
3. cairan dirongga pelvis / abdomen bawah
Setengah duduk biasanya dilakukan pada luka tembak, tertusuk, usus robek
maka udara dalam usus keluar dan berada diperitoneum. Bila tidak segera
ditolong maka akan terjadi peradangan.
Bila udara keluar dari usus akan mengambil temapat paling tinggi (atas)
maka dibuat setengah duduk dengan sinar horisontal (terlihat udara) sekat
rongga dada tidak boleh terpotong.
Pada radiograf membentuk bayangan semilunaris (bulan sabit). Bila ada
udara berarti pasien terkena perforasi. Simphisis pubis terpotong tidak apa-
apa, karena yang dilihat bagian diafragma.

LLD
Udara bebas yang terletak antara hati dengan dinding abdomen atau antara
pelvis dengan dinding abdomen

Tujuan Pemeriksaan Abdomen Akut:


1. melihat udara bebas diruang peritoneum
2. cairan bebas diruang peritoneus
3. tekanan udara pada usus
4. permukaan cairan (fluid level) pada usus
5. massa pada intra abdomen
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

6. kalsifikasi / benda asing yang opaq


7. Peritoneum : rongga antara usus dengan lapisan perut bagian dalam

BNO = KUB = IVU


BNO: Blass Nier Overzih ( Blass=VU, Nier=ginjal, Overzih=keseluruhan)
Buick Nier Overzih (Buick=perut)
KUB = Kidney Ureter Bladder
Foto BNO = FPA, bedanya BNO disertai dengan persiapan untuk kelanjutan
IVP.
Persiapan pasien : tujuan agar tercapai keberhasilan pemeriksaan dalam
menegakkan diagnosa.

Persiapan Foto BNO :


1. 24 jam sebelum pemeriksaan : makan makanan lunak
2. 18 jam sebelum pemeriksaan : minum dulcolax /garam inggris/kastol oli
(untuk memperbesar colon)
Fungsi dulcolax : untuk memperbesar gerakan saluran pencernaan,
haustrasi meningkat, sehingga mendorong makanan keluar.
Garam inggris jangan diberikan pada pasien colitis maupun gratitis
3. 12 jam sebelum pemeriksaan makan bubur kecap
4. 2 jam sebelum pemeriksaan pasien di lavement
5. puasa sampai pemerksaan selesai
6. dibuat foto

Kriteria BNO :
1. simetris
2. batas kedua rongga peritoneum terlihat
3. musculus psoas line harus terlihat
4. terlihat kontur ginjal
5. terlihat thoracal xi
6. simphisis pubis tidak terpotong

Penilaian Foto BNO :


1. Pre peritoneal fat line
2. Psoas line, jika tidak tampak dikaburkan oleh proses radang peritoneal,
abses psoas, distensi usus
3. Distribusi udara dalam usus, pemerataannya:
Usus kecil Usus Besar
- plica sirkularis - incisura
- lobus lebih banyak - lebih sedikit
- lokasi ditengah - ditepi
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

- diameter lebih kecil - lebih besar ( > 5 cm)


- haustra (-) - haustra (+)
4. Kontur ginjal, ginjal kanan lebih rendah daripada ginjal kiri, karena ada
hepar.
5. Tulang-tulang vertebra
6. Bahan-bahan radioopaq didaerah tractus urinarius

12. STRATEGI PEMBELAJARAN


Pembelajaran pada modul ini dilakukan dengan Simulasi dan role play

13. SARANA PENUNJANG PEMBELAJARAN :


a. Ruang laboratorium radiografi
b. Pesawat sinar-X
c. Kaset dan film dental
d. Manual Prosessing

14. PROSEDUR (JIKA DIPERLUKAN):

PROYEKSI PEMERIKSAAN TEKNIK RADIOGRAFI ABDOMEN

1. *Antero Posterior (Supine)*

Proyeksi AP sering juga dikenal dengan istilah proyeksi KBU (Kidney, Ureters,
Bladder)
Tujuan proyeksi ini adalah, untuk menampakkan adanya gambaran distribusi udara
dalam usus dan kemungkinan adanya distensi usus (pelebaran usus).
Ukuran kaset 30 x 40 cm + grid (membujur/memanjang).
Posisi pasien : berbaring diatas meja pemeriksaan bahu diatur sejajar dengan
jarak yang sama pada permukaan meja pemeriksaan, kedua tungkai lurus dan
dibawah lutut diberi pengganjal.
Posisi objek : bidang median sagital (MSP) dipertengahan meja, SIAS
berjarak sama dengan permukaan meja. Kaset dengan ukuran yang sesuai
diletakkan dibawah grid. Batas bawah simpisis pubis.
Titik Bidik : pada Krista Iliaka atau 5-7 centimeter kearah cranial dari
batas atas SIAS, tepat dititik tengah film (kurang lebih setinggi L3).
Sinar : vertikal tegak lurus kaset, ditujukan pada pertengahan film, jarak
focus ke film 100 cm.
FFD : 100 cm (Glenda Bryan), 90 -120 (clark).
Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas
Proteksi radiasi : dapat mengunakan gonad shield
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

Kriteria radiografi :
a. Simpisis pubis hingga bagian atas abdomen masuk dalam area film.
b. Columna vertebralis berada pada pertengahan film.
c. Iga, pelvis dan sendi panggul berada pada jarak yang sama terhadap kedua sisi
tepi radiografi.
d. Penderita tidak berada pada posisi rotasi, dapat dilihat dari letak prosesus
spinosus yang berada pada pertengahan vertebrae lumbalis.
e. Dapat menampakkan dinding lateral abdomen dan lapisan lemak peritoneum
(properitoneal fat layer), psoas, batas bawah hati, tulang iga dan prosesus
spinosus.
f. Diafragma tampak.

2. *Antero Posterior (berdiri)*

Tujuan proyeksi ini adalah, untuk memperlihatkan adanya udara bebas di dalam
rongga abdomen dibawah diafragma dan menampakkan adanya cairan di abdomen
bagian bawah.
Posisi pasien : pasien berdiri dengan kedua tungkai lurus dan berat tubuh
diatur seimbang bertumpu pada kedua kakinya.
Posisi Obyek : bidang median sagital diatur tegak lurus terhadap
pertengahan meja bidang median koronal diatur sejajar dengan meja pemeriksaan.
Kaset dengan ukuran yang sesuai dengan obyek dipasang dengan pertengahan
kaset berada 2-3 inchi (5-7 cm) superior garis yang menghubungkan kedua krista
iliaca. Meja digerakkan dari posisi horizontal kearah vertical.
Arah Sinar : horisontal tegak lurus dengan pertengahan meja, menuju ke
pertengahan film.
Jarak Fokus Film: 90 -120 cm (clark)
Eksposi : ekspirasi penuh dan tahan nafas.
Kriteria radiografi :
a. Simpisis pubis hingga bagian atas abdomen masuk dalam area film.
b. Columna vertebralis berada pada pertengahan film.
c. Iga, pelvis dan sendi panggul berada pada jarak yang sama terhadap kedua sisi
tepi radiografi.
d. Penderita tidak berada pada posisi rotasi, dapat dilihat dari letak prosesus
spinosus yang berada pada pertengahan vertebrae lumbalis.
e. Dapat menampakkan dinding lateral abdomen dan lapisan lemak peritoneum
fat, spoas, batas bawah hati, tulang iga dan prosesus spinosus.
f. Diafragma tampak.
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

3. *Postero Anterior (berdiri)*

Tujuan proyeksi untuk memperlihatkan adanya udara bebas didalam rongga


abdomen dibawah diafragma, dengan catatan ginjal bukan merupakan obyek
utama pemotretan. Dengan proyeksi ini diharapkan dapat mengurangi dosis
berlebihan yang dapat mengenai gonad dibandingkan dengan posisi AP.

Teknik radiografi dilakukan dengan penderita berdiri dan permukaan anterior


abdomen menempel bucky stand. Bidang median sagital (MSP) diatur tegak lurus
dengan film dan garis tengah meja pemeriksaan. Pertengahan film terletak 5-7
cm diatas Krista iliaka ditarik garis lurus pada pertengahan film. (kurang lebih
setinggi L3). Kriteria sama dengan proyeksi abdomen posisi AP berdiri.

4. *Antero Posterior (posisi duduk)*

Tujuan proyeksi ini adalh untuk menampakkan adanya udara beebas didalam
rongga abdomen dibawah diafragma dan menampakkan adanya cairan di
abdoemen bagian bawah.
Posisi Pasien : tidur berbaring di atas meja pemeriksaan. Penderita dibantu
duduk di salah satu sisi meja pemeriksaan. Jika penderita datang dengan tempat
tidur diposisikan tegak pada salah satu sisinya. Bantal non opaque diletakkan
dibawah pantat. Kedua kaki lurus searah tubuh dan kedua tangan berpegangan
pada meja pemeriksaan atau menggantung disamping badan untuk
keseimbangan.
Posisi obyek : bidang MSP tubuh berimpit dengan garis tengah kaset. penderita
diatur agar daerah abdomen tercakup dalam film. kedua diafragma juga harus
tercakup dalam film, yaitu menempatkan titik MSP setinggi 5 – 7 cm superior
dari garis yang menghubungkan kedua Krista iliaka tepat dititik tengah kaset.
Daerah abdomen diusahakan tidak terjadi rotasi.
Arah sinar : arah sinar horizontal menuju ke titik tengah kaset. Upayakan
agar berkas sinar tegak lurus dengan kaset dengan cara mengatur penyudutan
tabung yang sesuai.
FFD : 90 -120 cm (clark)
Eksposi : pemotretan dilakukan pada saat penderita ekspirasi penuh,
tahan napas dan tidak bergerak.
Kriteria radiograf :
Secara khusus memperlihatkan daerah sekitar diafragma.
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

5. *Left Lateral Decubitus*

Tujuan proyeksi untuk menampakkan adanya udara bebas pada sisi kanan atas
abdomen. Miller merekomendasikan bahwa posisi penderita tetap pada posisi
miring (LLD) selama 10-20 menit sebelum dilakukan eksposi untuk memberikan
kesempatan udara bebas agar naik hingga daerah permukaan atas rongga
peritoneum.
Posisi pasien : berbaring miring dengan sisi kiri tubuh menempel pada meja
pemeriksaan. Kedua lengan ditekuk diletakkan disamping kepala, tangan dapat
digunakan untuk bantalan kepal, kedua tungkai diatur berimpit dan ditekuk dengan
lutut diletakkan agak ke depan bidang anterior abdomen.
Posisi Objek : kaset dan grid dengan ukuran sesuai kebutuhan dipasang
dibelakang punggung secara vertikal dan diganjal agar posisinya terfiksasi.
Pertengahan kaset berada pada garis yang menghubungkan kedua krista iliaka.
Bidang Sagital Plane (MSP) berada sejajar dengan meja pemeriksaan dan tegak lurus
kaset. Kaset harus mencakup diafragma. Marker diletakkan bagian atas kaset diatas
pinggang kanan
Arah sinar : horizontal tegak lurus kaset, ditujukan pertengahan film
Eksposi : Ekspirasi penuh dan tahan nafas.
Kriteria radiografi :
a. Diafragma terlihat jelas.
b. Dinding abdomen kelihatan.,
c. Struktur panggul tampak.
d. Penderita tidak rotasi
e. Marker kanan terlihat.

6. *Lateral (basic)*

Posisi Pasien : berbaring miring ke sebelah kanan atau kiri sesua dengan
indikasi yang sakit.
Posisi objek : fleksikan kaki pasien agar nyaman, dan atur tubuh 5 cm kedepan
dari pertengahan kaset sehingga MSP berada pada
pertengahan kaset. Tempatkan sandbag diantara knee, fleksikan
elbow dan tempatkan tangan dibawah kepala. Tengahkan kaset
setinggi krista iliaka atau tingginya cukup untuk menampilkan
diafragma.
Arah sinar : tegak lurus pada pertengahan film kurang lebih 5 cm didepan
MSP pada Krista iliaca.
Eksposi : dilakukan saat ekspirasi penuh.
IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

Struktur yang diperlihatkan


a. Terlihat prevertebral tempat aorta abdomen, memperlihatkan calsifikasi
intraabdomen, masa.
Kriteria :
a. pasien tidak rotasi dengan terlihat pelvis dan vertebrae lumbal tidak rotasi.
b. Terlihat diafragma dan bagian-bagian abdomen

7. *Lateral posisi dorsal decubitus*

Tujuan proyeksi ini untuk memperlihatkan adanya udara bebeas dalam rongga
abdomen, tampak bagian atas berbatasan dengan diafragma, berupa bayangan
radiolusen yang turkumpul dibagian atas. Digunakan jika pasien tidak dapat
memposisikan diri untuk duduk (proyeksi setengah dudk) atau berbaring ke sisi
lateral.
Posisi pasien : berbaring diatas meja pemeriksaan. Tungkai lurus, lengan dan
tangan diangkat ke atas diletakkan dibawah kepala.
Posisi obyek : kaset dan grid sesuai kebutuhan dipasang vertical pada salah
satu sisi lateral penderita. Bidang median sagital (MSP) berada
sejajar dengan kaset. Ukuran kaset mencakup pinggir atas sisi
anterior abdomen. Sedapat mungkin seluruh areal abdomen
dan rongga thorax mencakup hingga pertengahan sternum.
Pertengahan kaset 5-7 cm diatas Krista iliaka ditarik menuju
pertengahan film.
Sinar : Tegak lurus kaset ditujukan pada pertengahan kaset.
Eksposi : tahan nafas saat ekspirasi penuh.
Kriteria radiografi :
a. Diafragma terlihat jelas.
b. Jaringan lunak yang terlihat
Untuk memperlihatkan seluruh isi abdomen penderita perlu diberikan pengganjal di
bawah punggung.

15. METODE EVALUASI


1. Evaluasi dan penilaian radiograf
Gunakan form evaluasi untuk menilai radiograf yang anda buat!
2. Penyusunan Laporan praktek
a. Gunakan form laporan untuk menyusun laporan praktek
b. Lengkapi laporan dengan referensi , minimal 1 texbook

Laporan paling lambat dikumpulkan 1 minggu setelah selesai praktek


IK-POLTEKKES-SMG-01010-03-UPM-08

16. METODE PENILAIAN


- Pembuatan laporan praktek
- Uji kompetensi

17. DAFTAR PUSTAKA/LITERATUR


a. Merrill s Atlas Radiographic positions & radiologic prosedures
b. Textbook of radiographic positioning and Related Anatomy
c. Bontrager, radiological Technique, 2000
d. Vinnita Merrils, Atlas of Roentgenographic Position and Standart Radiation
Procedure
e. Meschan radiographic Positioning and Related Anatomy, WB Saunders
f. KC Clark Positioning in radiography, Ilford Ltd William Heineman Medical Book

Disiapkan oleh Diperiksa oleh Disahkan oleh


Dosen Pengampu Ketua Program Studi Ketua Jurusan
Mata Kuliah

Dwi Rochmayanti, S.ST., M.Eng. Darmini, S.Si., M.Kes. Fatimah, S.ST.,MKes


NIP.19770321200604 2 001 NIP 19711019 199403 2001 NIP. 19750523199803 2 003

Anda mungkin juga menyukai