Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur terucap hanya kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya
akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas mengenai “Resiko
Manajemen K3 Di Luar Gedung ”.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarga dan sahabatnya, serta seluruh umat yang
senantiasa taat dalam menjalankan syariatnya.
Kami mengucapkan terima kasih tiada tara kepada seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Bila dalam penyampaian makalah ini ditemukan hal-hal tidak
berkenan bagi pembaca, dengan segala kerendahan kami, kami mohon maaf yang
setulusnya.
Kritik dan saran dari pembaca sebagai koreksi sangat kami harapkan untuk
perbaikan makalah ini kedepan. Semoga taufik, hidayah dan rahmat senantiasa
menyertai kita semua menuju terciptanya keridhaan Allah SWT.
Gorontalo, Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Definisi......................................................................................................3

2.2 Konsep Manajemen Risiko K3..................................................................3

2.3 Teori Penyebab Kecelakaan dan Manajemen K3......................................4

2.4 Faktor Risiko K3 Diluar gedung...............................................................5

2.5 Perencanaan Respon Terhadap Risiko......................................................8

2.6 Cara Pengendalian dan Monitoring Risiko K3 Diluar Gedung................9

2.7 Proses Manajemen Risiko Kecelakaan Kerja..........................................11

BAB III PENUTUP...............................................................................................13

3.1 Kesimpulan..............................................................................................13

3.2 Saran........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih termasuk buruk. Pada tahun
2014 saja, lebih dari seribu tujuh ratus pekerja meninggal di tempat kerja.
Menurut Juan Somavia, Dirjen ILO, industri konstruksi termasuk paling
rentan kecelakaan, diikuti dengan anufaktur makanan dan minuman
(Kompas, 1/05/14). Tidak saja di negara-negara berkembang, di negara maju
sekalipun kecelakaan kerja konstruksi masih memerlukan perhatian serius.
Penelitian yang dilakukan oleh Duff (2008) dan Alves Diaz (2005)
menyatakan hasil analisa statistik dari beberapa negara-negara menunjukkan
peristiwa tingkat kecelakaan fatal pada proyek konstruksi adalah lebih tinggi
dibanding rata-rata untuk semua industri, dalam Suraji (2012).
Kecelakaan kerja sering terjadi akibat kurang dipenuhinya persyaratan
dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam hal ini
pemerintah sebagai penyelenggara Negara mempunyai kewajiban untuk
memberikan perlindungan kepada tenaga kerja.
Dahulu, para ahli menganggap suatu kecelakaan disebabkan oleh
tindakan pekerja yang salah. Sekarang anggapan itu telah bergeser bahwa
kecelakaan kerja bersumber kepada faktor-faktor organisasi dan manajemen.
Para pekerja dan pegawai mestinya dapat diarahkan dan dikontrol oleh pihak
manajemensehingga tercipta suatu kegiatan kerja yang aman. Sejalan dengan
teori-teori penyebab kecelakaan yang terbaru, maka pihak manajemen harus
bertanggungjawab terhadap keselamatan kerja para pekerjanya. Tulisan ini
akan membahas peranan manajemen risiko K3 di dalam gedung.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi manajemen risiko K3?
2. Bagaimanakah konsep manajemen risiko K3 ?
3. Bagaimanakah teori penyebab kecelakaan dan manajemen K3 ?
4. Bagaimanakah faktor resiko K3 diluar gedung RS?

1
5. Bagaimanakah perencanaan respon terhadap risiko ?
6. Bagaimanakah cara pengendalian dan monitoring risiko K3 diluar
gedung RS?
7. Bagaimanakah proses manajemen risiko kecelakaan kerja ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengethaui definisi manajemen risiko K3.
2. Untuk mengetahui konsep manajemen risiko K3.
3. Untuk mengetahui teori penyebab kecelakaan dan manajemen
risiko.
4. Untuk mengetahui faktor resiko K3 diluar gedung.
5. Untuk mengetahui perencanaan respon terhadap risiko.
6. Untuk mengetahui cara pengendalian dan monitoring risiko K3
diluar gedung.
7. Untuk mengetahui proses maanjemen risiko kecelakaan kerja.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Manajemen risiko adalah proses pengukuran atau penilaian risiko serta
pengembangan strategi pengelolahannya.

Menurut Mangkunegara (dalam Sayuti, 2013:196) kesehatan kerja adalah


kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental emosi, atau rasa sakit yang
disebabkan oleh lingkungan kerja. Sedangkan keselamatan kerja adalah
pengawasan terhadap orang, mesin, material, dan metode yang mencakup
lingkungan kerja agar supaya pekerja tidak mengalami cedera.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) menurut Ramli (2013:62) adalah


kondisi atau faktor yang mempengaruhi atau dapat mempengaruhi kesehatan
dan keselamatan pekerja atau pekerja lain (termasuk pekerja sementara dan
kontraktor), pengunjung, atau setiap orang di tempat kerja.

Manajemen resiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko untuk


mencegah terjadinya kecelakaan yan g tidak diinginkan secara komperhensif,
terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Sehingga
memungkinkan manajemen meningkatkan hasil dengan cara mengidentifikasi
dan menganalis risiko yang ada.pendekatan manajemen risiko yang terstruktur
dapat meningkatkan perbaikan berkelanjutan

2.2 Konsep Manajemen Risiko K3


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan satu ilmu
perilaku yang mencakup aspek sosial dan tidak terlepas dari tanggung jawab
keselamatan dan kesehatan kerja baik dari segi perencanaan maupun
pengambilan keputusan dan organisasi, baik kecelakaan kerja, gangguan
kesehatan, maupun pencemaran lingkungan harus merupakan bagian dari
biaya produksi. Manajemen K3 pada dasarnya mencari dan mengumpulkan
kelemahan operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Hal ini
dapat dilaksanakan dengan mengungkapkan sebab suatu kecelakaan, dan

3
meneliti apakah pengendalian secara cermat dapat dilakukan atau tidak.
Kesalahan operasional yang kurang lengkap, keputusan yang tidak tepat,
salah perhitungan, dan manajemen yang kurang tepat dapat menimbulkan
risiko terjadinya kecelakaan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(MK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan K3 dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja, guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Konsep rasional Total Safety
Control adalah suatu pengintegrasian tindakan manajemen dan tindakan
pelaksanaan yang sinergis untuk mempromosikan suatu proses konstruksi
yang aman (Suraji, 2014). Ada banyak pendekatan dalam manajemen K3,
diantaranya menurut OHSAS 18001, dan menurut TQM di mana keselamatan
merupakan suatu pusat dan fokus integral dalam program pengendalian mutu
terpaduyang harus ditingkatkan secara terus - menerus untuk memenuhi
kepuasan pelanggan (intern-ekstern).
Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk mengenali risiko dalam
sebuah proyek dan mengembangkan strategi untuk mengurangi atau bahkan
menghindarinya, dilain sisi juga harus dicari cara untuk memaksimalkan
peluang yang ada (Wideman, 2012). Dalam mencapai tujuan tersebut
diperlukan suatu proses di dalam menangani risiko-risiko yang ada, sehingga
dalam penanganan risiko tidak akan terjadi kesalahan. Proses tersebut antara
lain adalah identifikasi, pengukuran risiko dan penanganan risiko.

2.3 Teori Penyebab Kecelakaan dan Manajemen K3


Kecelakaan adalah kejadian merugikan yang tidak direncanakan, tidak
terduga, tidak diharapkan serta tidak ada unsur kesengajaan(Hinze, 2009).
Ada beberapa teori yang menjelaskan penyebab suatu kecelakaan. Dahulu
teori penyebab kecelakaan memandang bahwa kecelakaan disebabkan oleh
tindakan pekerja yang salah (misalnya pada The Accident-Proneness Theory).

4
Semenjak dikenalkannya The Chain-of-Events Theory, The Domino Theory,
dan The Distraction Theory, maka pihak organisasi dan manajemenyang
dianggap berperan sebagai penyebabsuatu kecelakaan. Anggapan tentang
kecelakaan kerja yang bersumber kepada tindakan yang tidak aman yang
dilakukan pekerja telah bergeser dengan anggapan bahwa kecelakaan kerja
bersumber kepada factor-faktor organisasi dan manajemen (Andi, 2015).
Pihak manajemen harus bertanggungjawab terhadap keselamatan. Para
pekerja dan pegawai mestinya dapat diarahkan dan dikontrol oleh pihak
manajemen sehingga tercipta suatu kegiatan kerja yang aman. Pada teori yang
terbaru makin terlihat bahwa penyebab kecelakaan kerja semakin komplek.
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan K3 dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja, guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif. Konsep rasional Total Safety Control adalah suatu
pengintegrasian tindakan manajemen dan tindakan pelaksanaan yang sinergis
untuk mempromosikan suatu proses konstruksi yang aman (Suraji, 2014).
Ada banyak pendekatan dalam manajemen K3, diantaranya menurut OHSAS
18001, dan menurut TQM di mana keselamatan merupakan suatu pusat dan
fokus integral dalam program pengendalian mutu terpaduyang harus
ditingkatkan secara terus - menerus untuk memenuhi kepuasan pelanggan
(intern-ekstern).

2.4 Faktor Risiko K3 Diluar gedung


Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam dapat digolongkan dalam :

1. Ruang bangunan dan halaman


Ruang bangunan dan halaman : semua ruang/unit dan halaman
yang ada dalam batas pagar (bangunan fisik dan kelengkapannya )
yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan gedung.

5
2. Lingkungan bangunan.
Lingkungan bangunan gedung harus mempunyai batas yang jelas,
dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang
atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas
3. Lingkungan bangunan harus bebas dari banjir.
Lingkungan bangunan gedung harus bebas dari banjir, jika
berlokasi di daerah rawan banjir harus menyediakan
fasilitas/teknologi untuk mengatasinya.
4. Lingkungan harus bebas dari asap rokok, tidak berdebu, tidak
becek, atau tidak terdapat genangan air, dan dibuat landai menuju
ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air
masuk dan disesuaikan dengan luas halaman.
5. Pencahayaan Faktor-Faktor Risiko K3 di Luar Gedung
jalur pejalan kaki harus cukup terang, lingkungan bangunan
gedung harus dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang
cukup terutama pada area dengan bayangan kuat dan yang
menghadap cahaya yang menyilaukan.
6. Kebisingan
terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu
atau membahayakan kesehatan. Dengan menanam pohon (green
belt), meninggikan tembok dan meninggikan tanah (bukit buatan)
yang berfungsi untuk penyekatan/ penyerapan bising.
7. Kebersihan
halaman bebas dari bahaya dan risiko minimum untuk terjadinya
infeksi silang, masalah kesehatan dan keselamatan kerja
8. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan
terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi
pengolahan air limbah.
9. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas
lahan keseluruhan,sehingga tersedia tempat parkir yang memadai
dan dilengkapi dengan rambu parkir

6
10. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat-tempat
tertentu yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat
sampah.
11. Lingkungan, ruang dan bangunan gedung harus selalu dalam
keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan
kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan sehingga tidak
memungkinkan sebagai tempat berenang dan berkembang
biaknyaserangga, binatang pengerat, dan binatang pengganggu
lainnya.
12. Jalur lalu lintas pejalan kaki dan jalur kendaraan harus dipisahkan.
Jalur pejalan kaki : lebar, tidak licin, mengakomodasi penyandang
cacat, memiliki rambu atau marka yang jelas, bebas penghalang
dan memiliki rel pemandu.
Jalur kendaraan : cukup lebar, konstruksi kuat, tidak berlubang,
drainase baik, memiliki pembatas kecepatan (polisi tidur),marka
jalan jelas, memiliki tanda petunjuk tinggi atau lebar maksimum,
memungkinkan titik perlintasan dan parkir, menyediakan
penyebrangan bagi pejalan kaki
13. Ketetapan yang diatur oleh the environment protection act 1990
mendefinisikan :
 Polutan : limbah padat dibuang ke tanah,limbah cair
dibuang ke tanah atau saluran air, dibuang ke atmosfir,
bising dalam komunitas masyarakat
 Limbah terkendali : limbah rumah tangga, limbah industri,
limbah usaha komersial
 Limbah khusus : limbah terkendali yang berbahaya
sehingga membutuhkan prosedur pembuangan khusus
14. Kriteria limbah berbahaya.
 Dapat menyala/mudah menyala
 Iritan
 Berbahaya

7
 Beracun
 Karsinogenik
 Korosif
 Produk obat-obatan yang hanya diresepkan

2.5 Perencanaan Respon Terhadap Risiko


A. Risiko Positif
Risiko positif adalah risiko yang mungkin terjadi dan merupakan
peluang untuk memberikan manfaat terhadap suatu proyek. Strategi untuk
risiko positif antara lain:
1. Exploit : strategi untuk memastikan bahwa kesempatan (risiko
positif) dapat terealisasi. Contoh: menugaskan SDM yang lebih
berbakat untuk mengurangi waktu penyelesaian atau menyediakan
mutu lebih baik dari yang direncanakan.
2. Share : alokasi kepemilikan kepada pihak ke tiga yang memiliki
kemampuan terbaik menangkap peluang manfaat proyek. Contoh:
special purpose company, joint venture.
3. Enchance : memodifikasi ukuran kesempatan dengan meningkatkan
peluang dan dampak positif dengan mengidentifikasi dan
memaksimalkan pengendali kunci dari risiko berdampak positif.
B. Risiko Negatif
Risiko Negatif adalah risiko yang mungkin terjadi dan jika terjadi
dapat memberikan dampak buruk dan merugikan untuk suatu proyek.
Strategi untuk risiko negatif antara lain:
1. Avoid : upaya untuk mencegah risiko dengan cara menghentikan
aktivitas atau kondisi yang dapat memberikan risiko. Upaya ini
dilakukan jika tidak ada respon risiko yang sesuai untuk menangani
risiko yang diperkirakan.
2. Transfer : respon risiko yang dilakukan dengan upaya mengurangi
frekuensi ataupun dampak risiko dengan cara mentransfer atau
membagi porsi risiko dengan pihak lain dengan cara membuat asuransi

8
atau melakukan outsource pada aktivitas yang diperkirakan dapat
memberikan risiko.
3. Mitigate : melakukan tindakan pengurangan peluang atau dampak
dari aktivitas risiko yang dapat merugikan.

2.6 Cara Pengendalian dan Monitoring Risiko K3 Diluar Gedung

1) Eliminasi – memodifikasi desain untuk menghilangkan bahaya;


misalnya, memperkenalkan perangkat mengangkat mekanik untuk
menghilangkan penanganan bahaya manual;

2) Subtitusi – pengganti bahan kurang berbahaya atau mengurangi


energi sistem (misalnya, menurunkan kekuatan, ampere, tekanan,
suhu, dll);

3) Kontrol teknik / Perancangan – menginstal sistem ventilasi,


mesin penjagaan, interlock, dll.

4) Kontrol administratif – tanda-tanda keselamatan, daerah


berbahaya tanda, tanda-tanda foto-luminescent, tanda untuk trotoar
pejalan kaki, peringatan sirene / lampu, alarm, prosedur
keselamatan, inspeksi peralatan, kontrol akses, sistem yang aman,
penandaan, dan izin kerja, dll.

5) Alat Pelindung Diri (APD) – kacamata safety, perlindungan


pendengaran, pelindung wajah, respirator, dan sarung tangan.

Umumnya tiga tingkat pertama adalah paling diinginkan, namun


tiga tingkat tersebut  tidak selalu mungkin untuk diterapkan. Dalam
menerapkan hirarki, Anda harus mempertimbangkan biaya relatif,
manfaat pengurangan risiko, dan keandalan dari pilihan yang tersedia.
Dalam membangun dan memilih kontrol, masih banyak hal yang perlu
dipertimbangkan, diantaranya:

9
 Kebutuhan untuk kombinasi kontrol, menggabungkan unsur-unsur
dari hirarki di atas (misalnya, perancangan dan kontrol
administratif),

 Membangun praktik yang baik dalam pengendalian bahaya tertentu


yang dipertimbangkan, beradaptasi bekerja untuk individu
(misalnya, untuk memperhitungkan kemampuan mental dan fisik
individu),

 Mengambil keuntungan dari kemajuan teknis untuk meningkatkan


kontrol,

 Menggunakan langkah-langkah yang melindungi semua orang


(misalnya, dengan memilih kontrol rekayasa yang melindungi
semua orang di sekitar bahaya daripada menggunakan Alat
Pelindung Diri),

 Perilaku manusia dan apakah ukuran kontrol tertentu akan diterima


dan dapat dilaksanakan secara efektif,

 Tipe dasar kegagalan manusia/human error (misalnya, kegagalan


sederhana dari tindakan sering diulang, penyimpangan memori atau
perhatian, kurangnya pemahaman atau kesalahan penilaian, dan
pelanggaran aturan atau prosedur) dan cara mencegahnya,

 Kebutuhan untuk kemungkinan peraturan tanggap darurat bila


pengendalian risiko gagal,

 Potensi kurangnya pengenalan terhadap tempat kerja, contoh:


visitor atau personil kontraktor.

Setelah kontrol telah ditentukan, organisasi dapat memprioritaskan


tindakan untuk melaksanakannya. Dalam prioritas tindakan, organisasi
harus memperhitungkan potensi pengurangan risiko kontrol
direncanakan. Dalam beberapa kasus, perlu untuk memodifikasi
aktivitas kerja sampai pengendalian risiko di tempat atau menerapkan
pengendalian risiko sementara sampai tindakan yang lebih efektif

10
diselesaikan – misalnya, penggunaan mendengar perlindungan sebagai
langkah sementara sampai sumber kebisingan dapat dihilangkan, atau
aktivitas kerja dipisahkan untuk mengurangi paparan kebisingan.
kontrol sementara tidak harus dianggap sebagai pengganti jangka
panjang untuk langkah-langkah pengendalian risiko yang lebih efektif.

Seleksi dan pelaksanaan kontrol adalah bagian paling penting


dari Sistem Manajemen K3, tapi itu tidak cukup untuk membuatnya
bekerja. Efek dari implementasi kontrol harus dipantau untuk
menentukan apakah sudah mencapai hasil yang diinginkan, dan
organisasi harus selalu mengejar kemungkinan adanya kontrol baru
yang lebih efektif dan lebih low cost.

2.7 Proses Manajemen Risiko Kecelakaan Kerja


Proses yang dilalui dalam manajemen risiko adalah :
A. Perencanaan Manajemen Risiko
Perencanaan meliputi langkah memutuskan bagaimana mendekati
dan merencanakan aktivitas manajemen risiko untuk proyek.
B. Identifikasi Risiko
Tahapan selanjutnya dari proses identifikasi risiko adalah
mengenali jenis-jenis risiko yang mungkin dan umumnya
dihadapi oleh setiap pekerja.
C. Analisis Risiko Kualitatif
Analisis kualitatif dalam manajemen risiko adalah proses menilai
(assessment) kemungkinan dari risiko yang sudah diidentifikasi.
Proses ini dilakukan dengan menyusun risiko berdasarkan
efeknya terhadap tujuan proyek.
D. Analisis Risiko Kuantitatif
Proses identifikasi secara numerik probabilitas dari setiap risiko
dan konsekuensinya terhadap tujuan proyek.
E. Perencanaan Respon Risiko

11
Risk response planning adalah proses yang dilakukan untuk
meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai batas yang
dapat diterima.
F. Pengendalian dan Monitoring Risiko
Langkah ini adalah proses mengawasi risiko yang sudah
diidentifikasi, memonitor risiko yang tersisa, dan
mengidentifikasikan risiko baru, memastikan pelaksanaan risk
management plan dan mengevaluasi keefektifannya dalam
mengurangi risiko.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Manajemen K3 pada dasarnya mencari dan mengumpulkan
kelemahan operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan.
Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengungkapkan sebab suatu
kecelakaan.
2. Dahulu teori penyebab kecelakaan memandang bahwa kecelakaan
disebabkan oleh tindakan pekerja yang salah. Tetapi anggapan
tentang kecelakaan kerja telah bergeser dengan anggapan bahwa
kecelakaan kerja bersumber kepada faktor-faktor organisasi dan
manajemen.
3. Perencanaan respon terhadap risiko terdapat respon positif dan
respon negatif. Respon positif meliputi : exploit, share dan
enchance, sedangkan respon negatif meliputi :avoid, transfer,
mitigate.
4. Cara pengendalian dan monitoring risiko K3 diluar gedung adalah
dengan eliminasi, Substitusi, Kontrol teknik atau perancangan,
Administratif dan APD.
5. Proses yang dilalui dalam manajemen risiko adalah perencanaan
manajemen risiko, identifikasi risiko, analisis risiko kualitatif,
analisis risiko kuantitatif, perencanaan respon risiko, pengendalian
dan monitoring risiko.

3.2 Saran
1. K3 harus dibudayakan dan dilaksanakan sepenuhnya oleh para
pekerja, stakeholder dan semua yang ada dalam satu organisasi
perusahaan atau proyek. Manajemen risiko K3 harus menjamin
adanya tindakan perbaikan kinerja dan budaya keselamatan secara
berkesinambungan.

13
2. Perusahaan dapat memperhatikan penerapan K3 yang baik bagi
pekerjanya agar tidak terjadi hal-hal yang dapat menimbulkan risiko
yang sangat tinggi (Very High Risk).
3. Perusahaan dapat melakukan pemeriksaan yang rutin terhadap
pekerja, alat dan berbagai hal yang menyangkut Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3).
4. Pekerja dapat mengikuti setiap instruksi ataupun aturan yang
ditetapkkan oleh pihak manajemen secara berkesinambungan
sehingga target zero accident dapat tercapai.

14
DAFTAR PUSTAKA
Adityanto, Beryl,dkk. 2013. Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) Pada Pekerjaan Struktur Bawah dan Struktur Atas Gedung
Bertingkat. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Semarang.

Anwar, Fahmi Nurul. 2014. Analisis Manajemen Risiko Kesehatan dan


Keselamatan Kerja (K3) Pada Pekerjaan Upper Structure Gedung
Bertingkat (Studi Kasus Proyek Skyland City – Jatinangor). Jurnal
Konstruksi ISSN : 2302-7312 Vol. 13 No. 1 2014.

Soputan, Gabby E. M.,dkk. 2014. Manajemen Risiko Kesehatan Dan


Keselamatan Kerja (K3) Study Kasus Pada Pembangunan Gedung SMA
Eben Haezar. Universitas Sam Ratulangi. Jurnal Ilmiah Media Engineering
Vol.4 No.4, Desember 2014 (229-238) ISSN: 2087-9334.

15

Anda mungkin juga menyukai