2a Kelompok 1 Tugas Bunda Lusi
2a Kelompok 1 Tugas Bunda Lusi
Disusun Oleh
Kelompok 2 :
1. Ade Sintiya
2. Alta Milltri
3. Andesta Jaya
4. Caca Anggela
5. Chenny Mustika
6. Cindy Chintia
7. Deltin Tiara Rindiani
8. Dina Fitriani
9. Dini Rosvi Amanda
10. Fivin Fariski
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya serta kemudahan–Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan
Perempuam Dan Perencanaan Keluarga. Tujuan lain dari penyusunan makalah ini adalah
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan akademis serta meningkatkan rasa tanggung
jawab kami sebagai seorang mahasiswa.
Kami menyadari makalah yang sederhana dan singkat ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran dari semua pihak sangat membantu demi
terciptanya karya yang lebih baik dimasa-masa yang akan datang. Semoga dengan segala
keterbatasan yang ada pada kami, makalah ini dapat memberi manfaat kepada semua
pihak.Terima kasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHALUAN
A.Latar Belakang.......................................................................................................4
B.Rumusan Masalah..................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..................................................................................................................24
B. Saran............................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini sangat
mendukung dalam kehidupan manusia di Indonesia bahkan di dunia, penemuan yang setiap
waktu terjadi dan para peneliti terus berusaha dalam penelitiannya demi kemajuan dan
kemudahan dalam beraktivitas.
Terkait ilmu kesehatan dalam hal ini, yaitu kesehatan reproduksi banyak sekali teori-teori
serta keilmuan yang harus dimiliki oleh para pakar atau spesialis kesehatan
reproduksi.Wilayah keilmuan tersebut sangat penting dimiliki demi mengemban tugas untuk
bisa menolong para pasien yang mana demi kesehatan, kesejahteraan dan kelancaran pasien
dalam menjalanakan kodratnya sebagai perempuan.Pengetahuan kesehatan reproduksi bukan
saja penting dimiliki oleh para bidan tau spesialais tetapi sangat begitu penting pula dimiliki
khususnya oleh para istri-istri atau perempuan sebagai ibu atau bakal ibu dari anak-anaknya
demi kesehatan, dan kesejahteraan meraka.
Kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: kebersihan alat-alat
genital, akses terhadap pendidikan kesehatan, hubungan seksual pranikah, penyakit menular
seksual (PMS), pengaruh media massa, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang
terjangkau, dan hubungan yang harmonis antara remaja dengan keluarganya. Tujuan
kesehatan reproduksi wanita untuk meningkatkan kemandirian wanita untuk memutuskan
fungsi dan peran alat reproduksinya, termasuk kehidupan seksualitasnya, sehingga hak-hak
reproduksinya dapat terpenuhi, yang pada akhirnya menuju peningkatan kualitas hidupnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kesehatan reproduksi dan sejarah kesehatan reproduksi?
2. Apa tujuan kesehatan reproduksi?
3. Apa sasaran kesehatan reproduksi ?
4. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi ?
5. Apa saja ruang lingkup kesehatan reproduksi?
6. Apa pendekatan siklus kehidupan ?
7. Apa saja hak hak yang terkait dengan kesehatan reproduksi?
8. Apa saja derajat kesehatan reproduksi ?
4
BAB II
PEMBAHASAN
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya
bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya.Istilah reproduksi berasal dari kata “re” yang artinya
kembali dan kata produksi yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi
mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi
kelestarian hidupnya. Sedangkan yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang
berfungsi untuk reproduksi manusia.
Menurut BKKBN, (2001), defenisi kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik,
mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan
sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit
dan kecacatan.
Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.
Menurut Depkes RI, 2000 kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara
menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi
serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas
dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman
dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah..
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental
dan kehidupan sosial,yang berkaitan dengan alat,fungsi serta proses reproduksi. Dengan
demikian kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi bebas dari penyakit,melainkan
bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum
menikah dan sesudah menikah.
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik,mental,dan sosial secara utuh
tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam suatu yang berkaitan dengan
system reproduksi, fungsi dan prosesnya (WHO).
5
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sempurna fisik, mental dan kesejahteraan social
dan tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berkaitan
dengan system reproduksi dan fungsi serta proses (ICPD, 1994).
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan kesejahteraan sosial
secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses
reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk
berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang
layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, spiritual yang memiliki hubungan yang
serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan antara keluarga dengan masyarakat
dan lingkungan (BKKBN,1996).
Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan alat
reproduksi dengan mengukur kesuburannya dapat menjalani kehamilannya dan persalinan
serta aman mendapatkan bayi tanpa resiko apapun (Well Health Mother Baby) dan
selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal (IBG. Manuaba, 1998).
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik,
mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang
pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan
bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum
dan sesudah menikah (Depkes RI, 2000).
6
KB. Perubahan pendekatan juga terjadi dalam penanganan kesehatan ibu dan anak, kesehatan
reproduksi remaja, pencegahan dan penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk
HIV/AIDS, serta kesehatan Universitas Sumatera Utara 13 reproduksi usia lanjut, yang
dibahas dalam konteks kesehatan dan hak reproduksi. Dengan paradigma baru ini diharapkan
kestabilan pertumbuhan penduduk akan dapat dicapai dengan lebih baik.
7
masyarakat”, dalam Bab III Pasal 4 “Setiap orang menpunyai hak yang sama dalam
memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
8. Berbagi aspek Kesehatan Reproduksi lain misalnya kanker serviks, mutilasi genetalia,
fistula dll.
11
kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase
kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tak ditangani dengan baik maka hal ini dapat
berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.
12
H. Hak-Hak Reproduksi
Hak reproduksi perorangan adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang, baik laki-laki
maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial, suku, umur, agama, dll) untuk
memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab (kepada diri, keluarga, dan masyarakat)
mengenai jumlah anak, jarak antar anak, serta penentuan waktu kelahiran anak dan akan
melahirkan. Hak reproduksi ini didasarkan pada pengakuan akan hak-hak asasi manusia yang
diakui di dunia internasional (Depkes RI, 2002).
13
6. Terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi dan kondisi
yang diinginkan bersama tanpa unsure pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.
7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan
dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual
9. Hak atas kerahasiaan pribadi berkaitan dengan pilihan atas pelayanan dan
kehidupan reproduksinya
11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga
dan kehidupan reproduksi
12. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi
14
1. Hak untuk hidup
2. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan
4. Hak privasi
7. Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk dan
merencanakan sebuah keluarga
11. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik
Jadi,hak reproduksi dapat dijabarkan secara praktis antara lain sebagai berikut :
15
5. Hubungan suami istri yang didasari penghargaan terhadap pasangan masing-
masing dan dilakukan dalam situasi dan kondisi yang diinginkan bersama,
tanpa unsur paksaan, ancaman, dan kekerasan.
6. Para remaja, laki-laki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi yang
tepat dan benar tentang kesehatan reproduksi remaja, sehingga dapat
berprilaku sehat dan menjalani kehidupan seksual yang bertanggung jawab.
7. Laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi yang mudah diperoleh,
lengkap, dan akurat mengenai penyakit menular seksual, termaksur
HIV/AIDS. Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan hak reproduksi ini akan
digambarkan dalam derajat kesehatan reproduksi masyarakat. Untuk Indonesia
saat ini, derajat kesehatan reproduksi masih rendah antara lain ditunjukkan
oleh angka kematian ibu ( AKI ) yang masih tinggi, banyakknya ibu hamil
yang mempunyai “4 terlalu” ( terlalu muda, terlalu sering, terlalu tua, teralu
banyak anak), atau banyak yang mempunyai masalah kesehatan dan kurang
energi kronis sehingga memperburuk kesehatan reroduksi masyarakat. Selain
itu perempuan juga kurang terlindungi terhadap penularan penyakit menular
seksual ( PMS ), sementara laki-laki kurang paham terhadap upaya
pencegahan dan penularannya, yang dapat berakibat buruk terhadap kesehatan
reproduksi laki=laki dan perempua, serta kesehatan keturunannya.
16
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa kesehatan reproduksi
merupakan keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata
bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses
reproduksi pada laki-laki dan perempuan. Setiap orang berhak untuk mendapatkan
keturunan, termasuk juga hak untuk tidak mendapatkan keturunan, hak untuk hamil, hak
untuk tidak hamil, dan hak untuk menentukan jumlah anak yang diinginkan.Pemahaman
kesehatan reproduksi tersebut termasuk pula adanya hak – hak setiap orang untuk
memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, efektif, dan terjangkau.
Ruang lingkup pelayanan kesehatan reproduksi yang paling penting adalah masalah
kesehatan ibu, infertilitas dan aborsi, terutama pada kesehatan reproduksi
perempuan.Permasalahan kesehatan ibu menjadi penting karena angka kematian ibu di
Indonesia masih tinggi dan memerlukan perhatian serta upaya khusus untuk
menurunkannya.Sedangkan infertilitas dan aborsi menjadi isu penting karena sangat
terkait dengan aspek etikolegal.Kesehatan ibu yang disebut juga sebagai kesehatan
maternal, merupakan bagian dari kesehatan reproduksi perempuan yang mencakup
kesehatan reproduksi sejak remaja, saat sebelum hamil, hamil, persalinan, dan sesudah
melahirkan.
Maka dari itu dengan adanya kasus yang telah terjadi di akhir – akhir ini menyatakan
bahwa munculnya kasus negative mengenai kesehatan reproduksi. Hal ini merupakan
tugas utama pihak pemerintah untuk membuat kebijakan demi meminimalisir adanya
kasus dan jatuh nya korban yang tidak lain adalah masyarakat itu sendiri. Sehingga akan
membawa dampak pada menurunnya kualitas hidup masyarakat serta derajat kesehatan
masyarakat,berdasarkan permasalahan tersebut maka saya akan menganalisis mengenai
sebuah kebijakan yang sesuai dengan pendekatan segitiga kebijakan yang bersifat
retrospektif (analysis of policy) yang meliputi berbagai hal terutama mengenai
permasalahan tersebut aspek yang terdapat di pendekatan segitiga tersebut adalah :
1. Actor
a. Siapa Pembuat atau penyusunan Kebijakan
Kementerian Kesehatan : Mengidentifikasi status kesehatan
masyarakat sebagai bahan perumusan kebijakan
Kementerian Sosial dan Kementerian Dalam Negeri : Program
intervensi pengentasan kemiskinan, PNPM Generasi dan PKH
Pemerintah Pusat (Presiden Republik Indonesia) : Yang selanjutnya
disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang
17
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
LSM nasional dan internasional : Berperan dalam penyusunan
kebijakan public termasuk pengalokasian anggaran yang bersumber
dari APBD.
Dinas Kesehatan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota
Kelompok intersektoral dipimpin oleh Bappenas di tingkat pusat dan
Bappeda di tingkat provinsi dan kabupaten/kota
b. Siapa penyediaan layanan
Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, Klinik, dan Praktek perorangan
LSM, yang bekerja sebagai promotif dan preventif
2. Context
a. Konteks Situasional
18
kabupaten untuk memperhatikannya. Di berbagai daerah anggaran
untuk Kesehatan Reproduksi masih rendah.Kebijakan Kesehatan
Reproduksi terlihat hanya satu di seluruh Indonesia.Belum terlihat
banyak program yang khas daerah. Hal ini terjadi karena tingkat
ekonomi yang rendah, kesadaran masyarakat yang masih rendah akan
pentingnya kesehatan reproduksi.
b. Konteks kultural
c. Konteks global
3. Proses
19
Setelah mengidentifikasi masalah dan isu mengenai pentingnya kesehatan
reproduksi maka pemerintah dan pihak – pihak yang terlibat dapat merumuskan
kebijakan mengenai Kesehatan Reproduksi tersebut. Kebijakan ini dirumuskan
oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam Peraturan Pemerintah No.61 tahun
2014 yang mengacu pada:Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063)
20
bisa dimanfaatkan oleh perempuan yang stres karena kehamilan yang tidak
direncanakan untuk melakukan aborsi. Di sisi lain, aturan itu bakal
mempidanakan dokter yang menjalankan praktek aborsi sesuai pasal 349
KUHP karena menghilangkan nyawa orang lain.
b. Perumusan Kebijakan
21
disfungsi dan gangguan orientasi seksual; (c).Terbebas dari kekerasan fisik
dan mental (d).Mampu mengatur kehamilan dan (e).Sesuai dengan etika dan
moralitas.
c. Pelaksanaan Kebijakan
Kebijakan kependudukan
Muncul dan berkembangnya penyakit HIV/AIDS dan PMS (penyakit
menular seksual) lainnya
22
Indonesia sedikit demi sedikit akan meningkatkan derajat kesehatan serta
kualitas hidup masyarakat.
4. Isi (konten)
23
Angka Kematian Ibu ( AKI, 1997 ) : 373/100.000 KH
Anemia ibu hamil : 50 %
Kurang Energi Kronis ( KEK ) pd ibu hamil 30 %
Angka Kematian Bayi ( AKB 1995 ) : 53 per 1000 KH
Cakupan pelayanan KB ( CPR, 1997 ) : 57 %
Partisipasi laki-laki dalam ber KB ( 1997) : 1,1 %
Ibu hamil yang mempunyai satu atau lebih keadaan ”4 terrlalu” ( 65 % ibu hamil )
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi buruk terhadap derajat Kespro Perorangan
1. Kemiskinan sekitar 40 % berakibat kesakitan kecacatan dan kematian
2. Kedudukan perempuan dalam keluarga masalnya keadaan sosioekonomi, budaya
dan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat
3. Akses ke fasilitas kesehatan yang memberikan kespro belum memadai (jarak,
jauh, kurang informasi, keterbatasan biaya, tradisi)
4. Kualitas pelayanan kespro (pelayanan kes kurang memperhatikan klien,
kemampuan fasilitas kesehatan yang kurang memadai)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan reproduksi bukan hanya mencakup kesehatan reproduksi perempuan secara
sempit misalnya masalah seputar perempuan usia subur yang telah menikah, kehamilan dan
persalinan, tetapi mencakup seluruh tahapan hidup perempuan sejak konsepsi sampai usia
lanjut. Beberapa masalah yang perlu diperhatikan dalam kesehatan reproduksi, yaitu
kesehatan reproduksi itu sendiri, PMS dan pencegahan HIV/AIDS, remaja, Keluarga
Berencana, Usia Lanjut. Faktor-faktor non klinis yang menyertai seperti faktor demografi,
ekonomi, budaya dan lingkungan, faktor biologis dan faktor psikologis yang mempengaruhi
kesehatan reproduksi dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan perempuan, oleh
karena itu perlu memberikan pemahaman akan keterlibatan perempuan, dengan harapan
semua perempuan mendapatkan hak-hak reproduksinya dan menjadikanya kehidupan
reproduksinya menjadi lebih berkualitas. Intervensi pemerintah terhadap penanganan masalah
Kesehatan Reproduksi ini akan sangat membantu dalam mewujutkan kesejahteraan
perempuan.
24
B. Saran
Untuk itu wawasan dan pengetahuan kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk
bisa dikuasai dan dimiliki oleh para perempuan dan laki-laki yang berumah tangga, supaya
kesejahtaraan dan kesehatan bisa tercapai dengan sempurna. Oleh kerana itu penulis memberi
saran kepada para pihak yang terkait khususnya pemerintah, Dinas Kesehatan untuk bisa
memberikan pengetahuan dan wawasan tersebut kepada khalayak masyarakat dengan cara
sosialisasi, kegiatan tersebut mudah-mudahan kesehatan reproduksi masyarakat bisa tercapai
dan masyarakat lebih pintar dalam menjaga kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA
25
26