Anda di halaman 1dari 11

ASAL MULA NEGARA DAN PEMERINTAHAN

KELOMPOK 1 :

1. Mila Arsita Nugraheni


2. Siti Zulaikhah (19221809)
3. Aprilia Denisa Rahmawati (19221808)
4. Bambang Sumitro (19221807)

Mata kuliah :

Dasar-dasar Ilmu Pemerintahan

Dosen Pengampu :

Dr. Bambang Widiyahseno,M.Si

PRODI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2019/2020
KATA PENGANTAR

            Puji syukur seraya kami ucapkan kepada Tuhan atas rahmat dan berkat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini guna melengkapi tugas yang dibebankan
oleh dosen pengampu kami, yaitu Dosen Pembimbing mata kuliah Dasar-dasar Ilmu
Pemerintahan Bapak Dr. Bambang Widiyahseno,M.Si . Di samping itu, kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah
ini.

            Makalah ini berisi materi tentang “Asal Mula Negara dan Pemerintahan”. Di mana
disini akan dijabarkan tentang teori-teori yang merujuk pada terbentukinya suatu negara,
berikut contoh-contoh tentang uraian yang berkaitan.

            Tujuan pembuatan makalah ini seperti sudah kami sebutkan di atas adalah untuk
menyelesaika tugas Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan. Di samping itu juga dapat bermanfaat
untuk para pembaca guna mendapatkan wawasan dan pengetahuan tentang asal mula
terbentuknya negara.

            Dari hati yang terdalam kami mengutarakan permintaan maaf atas kekurangan
makalah ini, karena kami tahu makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami berharap kritikan, saran, dan masukan yang membangun dari pembaca
guna penyempurnaannya ke depan.

            Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan semoga makalah ini bermanfaat sesuai
dengan fungsinya. Amin.

                                                                                                                                                       
                                   

                       

                                                                                                                       Penulis
Daftar Isi
A. Latar Belakang

Manusia yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan maanusi lain.
Oleh karena itu manusia dikatakan makhluk sosial. Manusia yang tidak dapat hidup sendiri
tentunya akan melahirkan suatu hubungan atau interaksi antar sesama manusia. Sehingga,
dari hasil interaksi tersebut terciptalah sebuah komunitas atau perkumpulan dalam suatu
wilayah. Lama kelamaan komunitas atau perkumulan tersebut berkembang hingga menjadi
sebuah Negara.          

  Negara adalah suatu wilayah yang memiliki batas, penduduk, dan pemerintahan yang
berdaulat di dalamnya. Suatu negara terbentuk bukan karena tidak ada alasan atau
penyebabnya. Semua negara di muka bumi ini memiliki sejarah tersendiri tentang asal mula
terbentuknya. Oleh karenanya kita harus mengetahui asal mula terbentuknya suatu negara.
Dalam proses pembentukan suatu Negara tentu bermunculan teori-teori bagaimana
terbentuknya suatu Negara. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai hal itu.

            Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas yang dibebankan oleh dosen pembimbing
mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan. Dan juga bertujuan memberikan sedikit bahan
bacaan untuk melengkapi pengetahuan kita tentang topik yang telah diutarakan sebelumnya.

B.Pembahasan

Pengertian Ilmu Negara

Ilmu negra ialah ilmu yang menyelidiki atau membicarakan Negara.Tetapi sebetulya
ilmu yang membicarakan Negara itu bukanlah hanya ilmu Negara saja,oleh karena itu di
samping ilmu Negara maih ada ilmu-ilmu lain yang membicarakan Negara.ilmu ini adalah
pengetahuan yang mmpunyai sifat-sifat teratur dan sistematik,maka penentuan objek
pembicaraan itu adalah suaatu keharusan.hal ini dimaksudkan agar dapat mengetahui sampai
dimana luas ilmu negara tersebut tidak sampai melampaui lapangan pembicaraan ilmu-ilmu
pembicaraan lain.

Objek Ilmu Negara

Ilmu Negara memandang objek yaitu Negara dari sifat atau pengertianya yang abstrak
artinya objek itu dalam keadaan terlepas dari tempat,keadaan dan waktu,jadi belum
mempunyai objektif tertentu bersifat abstrak-umum-universal.Hal tersebut yang dibicarakan
lebih lanjut adalah:kapankah sesuatu dinamakan Negara,kapan tidak,lalu apakah yang disebut
dengan Negara ituhakikatnya itu apa dan lainya.dari hal tersebut,ngara dlam pengertianya
abstrak,yang diselidiki lebih lanjut adalah:

1. Asal Mula Negara

A.Jaman Yunani kuno


1.Socrates

Menurut Socrates Negara bukan merupakan suatu keharusan yang bersifat objeektif,yang
asal mulanya berpangkal pada pekerti manusia. Sedang tugas Negara adalah menciptakan
hukum,yang harus dilakukan para pemimpin,atau para penguasa yang dipilih secara seksama
oleh rakyat. Di sinilah tersimpul pikiran demokratis dari Socrates.

2. Plato

Plato adalah murid terbesar Socrates,menurut Plato Negara itu timbul atau ada karena
adanya kebutuhan dan keinginan manusia yang beraneka macam, yang menyebabkan mereka
harus bekerja sama, untuk memenuhi kebutuhan mereka. Karena masing-masing orang itu
secara sendiri-sendiri tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Karena itu sesuai dengan
kecakapan mereka masing-masing, tiap-tiap orang itu mempunyai tugas sendiri-sendiri dan
bekerja sama untuk memenuhi kepentingan mereka bersama. Kesatuan mereka inilah yang
kemudian disebut masyarakat atau Negara.

3. Aristoteles

Seperti juga Plato, Aristoteles pun beranggapan bahwa Negara dimaksudkan untuk
kepentingan warga negaranya, supaya mereka itu dapat hidup baik dan bahagia. Jadi menurut
Aristoteles Negara itu merupakan suatu kesatuan, yang tujuannya untuk mencapai kebaikan
yang tertinggi yaitu kesempurnaan diri manusia sebagai anggota daripada Negara. Dengan
demikian Aristoteles telah menjadi seorang realistis, sedangkan kalau Plato adalah seorang
idealistis. Hal yang demikian ini akan dapat kita pahami,bila kita melihat, dan
memperhatikan keadaan, yaitu bahwa Plato menciptakan filsafatnya itu dalam keadaan alam
demokrasi, dimana orang selalu mencari jalan untuk mencapai keadilan. Sedangkan kalau
Aristoteles menciptakan filsafatnya itu dalam keadaan alam kerajaan dunia,dimana rakyat
yang dulunya merdeka itu dikuasai oleh penguasa asing yang memerintah dengan kekuasaan
tak terbatas.

4. Epicurus

Negara menurut Epicurus itu adalah merupakan hasil daripada perbuatan


manusia,yang diciptakan untuk menyelenggarakan kepentingan anggota-anggotanya.
Masyarakat tidak merupakan realita dan tidak mempunyai dasar kehidupan sendiri.
Manusialah sebagai individu, dan sebagai anggota masyarakat, yang mempunyai dasar-dasar
kehidupan yang mandiri, dan yang merupakan realita. Jadi menurut Epicurus yang hidup itu
adalah individunya, yang merupakan keutuhan itu adalah individunya, sedang negara atau
masyarakat adalah buatan daripada individu-individu tersebut, jadi sama benda mati dan
merupakan suatu mekanisme.

5.        Zeno
Kaum Stoa dengan ajarannya yang bersifat universalistis, sebenarnya ingin mengajarkan
bahwa orang itu harus menyesuaikan diri dengan susunan dunia internasional, dan dengan
demikian praktis mematikan alam pikiran demokrasi nasional seperti yang telah diajarkan
oleh Aritoteles. Bersamaan dengan ini bangsa Romawi sedang melebarkan sayap
kerajaan  dunianya, oleh karena itu bangsa Yunani justru akan mengoper filsafat kaum Stoa
ini dari bangsa Yunani sebagai barang sesuatu yang sangat berguna bagi mereka, yaitu untuk
menciptakan kerajaan dunia.
B.   Jaman Romawi Kuno

1.        Polybius
Karena menurut Polybius bentuk negara atau pemerintahan yang satu sebenarnya adalah
merupakan akibat daripada bentuk negara yang lain yang telah langsung mendahuluinya. Dan
bentuk negara yang terakhir itu tadi kemudian akan merupakan sebab dari negara-negara
berikutnya, demikian seterusnya, sehingga nanti bentuk-bentuk negara itu dapat terulang
kembali. Jadi dengan demikian diantara berbagai-bagai bentuk negara itu terdapat hubungan
sebab akibat. Bentuk-bentuk negara itu berubah-ubah sedemikian rupa, sehingga
perubahannya itu merupakan  suatu lingkaran, suatu cyclus, maka dari itu teorinya disebut
cyclus theori.

2.        Cicero
Negara menurut Cicero adanya itu adalah merupakan suatu keharusan, dan yang harus
didasarkan atas ratio manusia. Ajaran Cicero ini sebetulnya meniru dan disesuaikan dengan
ajaran kaum Stoa. Pengertian ratio disini yang dimaksud oleh Cicero adalah ratio murni, yaitu
yang didasarkan atau menurut hukum alam kodrat. Jadi tidaklah seperti ajaran Epicurus yang
menganggap bahwa negara itu adalah merupakan hasil daripada perbuatan manusia, dan
fungsinya hanya sebagai alat saja daripada manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

3.        Semeca
Setelah jatuhnya Imperium Romawi, maka sejarah pemikiran tentang negara dan hukum
memasuki jaman abad pertengahan. Pemikiran tentang negara dan hukum pada jaman abad
pertengahan ini tidak secara langsung dikuasai oleh masalah-masalah  keduniawian, terutama
yang berhubungan dengan kepentingan-kepentingan materiel, dan bukan lagi dari sudut
filsafat, melainkan ditinjau dari segi ke-Tuhanan, dari segi agama. Dan memang
sesungguhnya bahwa perkembangan  sejarah pemikiran tentang negara dan  hukum pada
jaman abad pertengahan ini berbarengan dengan timbulnya perekembangan agama Kristen,
yang nantinya akan menimbulkan ajaran-ajaran tentang negara dan hukum yang bersifat
teokratis.
C.      Jaman Abad Pertengahan

1.        Augustinus
Menurut Augustinus, yang ajarannya sangat bersifat Teokratis, dikatakan bahwa
kedudukan gereja yang dipimpin oleh Paus itu lebih tinggi daripada kedudukan negara yang
diperintah oleh raja. Mengapa demikian? Dalam hubungan ini dikatakan oleh Augustinus
bahwa adanya negara didunia itu merupakan suatu kejelekan, tetapi adanya itu merupakan
suatu keharusan. Yang penting  itu adalah terciptanya suatu negara seperti yang diangan-
angankan atau dicita-citakan oleh agama, yaitu Kerajaan Tuhan. Maka dari itu sebenarnya
negara yang ada di dunia ini hanya merupakan suatu organisasi yang mempunyai tugas untuk
memusnahkan perintang-perintang agama dan musuh-musuh gereja. Jadi disini nampak
dengan jelas bahwa  negara mempunyai kedudukan atau kekuasaan yang lebih rendah dan
ada di bawah gereja. Negara sifatnya hanyalah sebagai alat daripada gereja untuk membasmi
musuh-musuh gereja.

2.        Thomas Aquinas
Selanjutnya Thomas Aquinas memberikan tempat yang khusus pada manusia di dalam
kedudukannya, tanpa kehendak, tetapi manusia itu adalah sebagai suatu makhluk sosial yang
berhasrat untuk hidup bermasyarakat. Ini disebabkan karena manusia itu mempunyai ratio,
dan tak dapat memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain.

3.        Marsilius
Mengenai ajarannya tentang kenegaraan, Marsilius sangat dipengaruhi oleh ajaran
Aristoteles. Negara adalah suatu badan atau organisasi yang mempunyai dasar-dasar hidup
dan mempunyai tujuan tertinggi, yaitu menyelenggarkan dan mempertahankan perdamaian.
Dengan demikian Marsilius bersama-sama dengan Dante adalah yang pertama-tama
memberikan tujuan tersendiri pada negara.
D.      Jaman Renaissance (abad ke XVI)
1.        Niccolo Machiavelli
Tujuan negara menurut Niccolo Machiavelli adalah sangat berbeda dengan ajaran-ajaran
yang telah terdahulu, yaitu untuk mencapai kesempurnaan seperti yang diajarkan oleh
sarjana-sarjana jaman abad pertengahan. Sedang menurut Nicollo Machviavelli tujuan negara
adalah mengusahakan terselenggaranya ketertiban, keamanan dan ketenteraman. Dan ini
hanya dapat dicapai oleh pemerintah seorang raja yang mempunyai kekuasaan absolut. Jadi
usahanya itu menuju ke arah mendapatkan serta menghimpun kekuasaan yang sebesar-
besarnya pada tangan raja. Tetapi itu semuanya bukanlah merupakan sarana saja untuk
mencapai tujuan yang lebih tinggi yaitu kemakmuran bersama.

2.        Thomas Morus
Thomas Morus menerbitkan sebuah buku karangannya, yang sesungguhnya tidak ada sangkut
pautnya dengan masalah pemikiran tentang negara dan hukum, karena buku tersebut bersifat
roman kenegaraan, yaitu De optimo rei publicae statu deque nova insula Utopia tentang
susunan pemerintahan yang paling baik dan tentang pulau yang tidak dikenal, yang
dinamakan negara entah berantah, atau disingkat disebut Utopia. Karena tulisannya itulah
nama Thomas Morus terkenal di seluruh dunia dan bahkan namanya dapat diabadikan dalam
sejarah pemikiran tentang negara dan hukum.

3.        Jean Bodin
Sesuai dengan pendapatnya tentang tujuan negara, maka Jean Bodin mengatakan bahwa
negara merupakan perwujudan daripada kekuasaan. Untuk memperkuat pendapatnya itu,
maka ia lalu merumuskan pengertian kedaulatan. Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi
terhadap para warga negara dan rakyatnya, tanpa ada suatu pembatasan apapun dari undang-
undang. Dalam perumusannya atau lebih tegas definisinya ini, sekaligus terkandung
pengertian negara, dan kekuasaan raja. Raja tidak terikat oleh kekuasaan undang-undang.
Raja adalah yang menetapkan undang-undang. Yang dimaksud dengan undang-undang
adalah hukum positif, jadi bukan hukum Tuhan atau hukum alam.

E.       Kaum Monarkomaken
Istilah Monarkomaken dalam pengertiannya yang umum berarti anti raja, atau menentang
raja. Tetapi sesungguhnya pengertian ini adalah kurang tepat, sebab ajaran-ajaran dari para
ahli pemikir tentang negara dan hukum dimasukkan dalam golongan kaum monarkomaken
sama sekali tidak anti atau melawan raja-raja, bahkan tidak anti atau melawan sistem
pemerintahan absolutisme pada umumnya, melainkan yang ditentang atau dilawan itu adalah
eksesnya. Siapa-siapa sajakah termasuk kaum monarkomaken, dan bagaimanakah ajarannya?
nama-nama yang disebutkan termasuk kaum monarkomaken adalah Hotman, Brutus,
Buchanan, Johannes Althunius, Mariana, Bellarmin, Suarez, dan Milton. Dari semuanya itu
yang banyak menguraikan ajaran tentang negara dan hukum adalah Johannes Althusius.

F.       Jaman Berkembangnya Hukum Alam

1.        Teori Hukum Alam abad XVII


a.    Grotius (Hugo de Groot)
Filsafat Grotius tentang negara dan hukum adalah suatu usaha untuk mengatasi segala
perpecahan di lapangan agama, dengan berdasarkan pada akal manusia yang  berlaku umum
itu. Bahkan tidak hanya terbatas pada kaum Kristen saja, melainkan  juga berlaku untuk dan
mengikat semua orang kafir dan atheis. Meskipun Grotius dianggap sebagai pencipta
daripada ajaran hukum alam modern, namun ajarannya itu banyak diilhami, dan hukum
alamnya itu lebih langsung berhubungan dengan hukum alam jaman kuno (Yunani kuno –
Aristoteles), kaum Stoa (Zeno), dan Cicero, daripada dengan Thomas Aquinas dan Francesco
Suarez.
b.   Thomas Hobbes
Apakah kiranya sumbangan Thomas Hobbes dalam sejarah pemikiran tentang negara dan
hukum sebagai ahli pikir? Sumbangannya ialah suatu sistem materialistis yang besar, dalam
mana termasuk juga perikehidupan organis dan rokhaniah. Artinya bahwa tujuan hidup, yaitu
kebahagian, itu hanya dapat dicapai dengan cara berlomba dengan gerak. Adapun alat-alat
untuk dapat mencapai kebahagiaan adalah kekuasaan terbesar untuk kepentingan manusia
adalah negara. Ajarannya itu ditulis dalam dua buah bukunya yang sangat terkenal ialah De
Cive (tentang warga negara) dan Leviathan (tentang negara).

 c.    Benedictus de Spinoza


Tugas negara menurut Spinoza adalah menyelenggarakan perdamaian, ketentraman dan
menghilangkan ketakutan. Maka untuk mencapai tujuan ini, warga negara harus mentaati
segala peraturan dan undang-undang negara, ia tidak boleh membantah, meskipun peraturan
atau undang-undang negara itu sifatnya tidak adil dan merugikan. Sebab jika tidak demikian,
maka keadaan alamiah akan timbul kembali. Jadi dengan demikian kekuasaan negara adalah
mutlak terhadap warga negaranya.
d.    John Locke
John Locke sebagaimana ia ahli pemikir hukum alam, mendasarkan juga teorinya pada
keadaan manusia dalam alam bebas. Dan memang menganggap bahwa keadaan alam bebas
atau keadaan alamiah itu mendahului adanya negara, dan dalam keadaan itu pun telah ada
perdamaian dan akal pikiran seperti halnya dalam negara. Tugas negara menurut John Locke
adalah menetapkan dan melaksanakan hukum alam.
2.        Teori Hukum Alam abad XVIII
a.    Frederik Yang Agung
Frederik Yang Agung menulis ajarannya dalam isi bukunya yang berjudul Antimachiavelli
berupa tantangan serta bantahan terhadap isi buku Il Principe dari Niccolo Machiavelli, serta
merupakan cita-cita serta semangat dari seorang raja muda dari Prusia itu, yang menjadi dasar
dari suatu kebangsaan, dan persatuan pikiran dari seluruh rakyat negara.

b.   Montesquieu

Menurut pendapatnya kekuasaan negara dibagi atau dipisahkan menjadi tiga, dan yang
masing-masing kekuasaan itu dilaksanakan oleh suatu badan yang berdiri sendiri, yaitu: 

1. Kekuasaan perundang-undangan yaitu legislatif.

2. Kekuasaan melaksanakan pemerintahan yaitu eksekutif.

3. Kekuasaan kehakiman yaitu judikatif.

Pendapat Montesquieu tersebut di atas, kemudian terkenal sebagai ajaran Trias Politica, yang
member nama sebagai demikian adalah Immanuel Kant.

c.    Jean Jacques Rousseau
Dari ajaran Rousseau ini nanti yang terpenting adalah idenya tentang kedaulatan rakyat.
Dalam hal ini yang dipersoalkan adalah bagaimanakah cara mendapatkan suatu keterangan
yang masuk akal atau yang rasional tentang keseimbangan antara adanya perjanjian
masyarakat yang mengikat dengan kebebasan dari orang-orang yang menyelenggarakan
perjanjian masyarakat tersebut. Jadi soalnya tetap pada keseimbangan antara kekuasaan dan
kebebasan.
d.   Immanuel kant
Sebagaimana Immanuel Kant sebagai seorang sarjana hukum alam, maka ia menerima
pendapat bahwa negara itu terjadi karena perjanjian masyarakat, jadi sama dengan pendapat
Rousseau, dan menyatakan pendapatnya bahwa kedaulatan itu ada pada rakyat, dan kemauan
umum itu menjelma dalam perundang-undangan negara. Tetapi meskipun demikian ada
perbedaanya, dan perbedaan itu bersifat prinsipiil yang artinya menurut Immanuel Kant
bahwa perjanjian masyarakat itu tidak pernah ada, tidak pernah terjadi, tidak pernah
merupakan kenyataan atau peristiwa di dalam sejarah.
G.      Jaman Berkembangnya Teori Kekuatan (Kekuasaan)
Menurut teori kekuatan, seperti telah dikatakan di atas negara itu adalah merupakan alat dari
golongan yang kuat untuk menghisap golongan yang lemah terutama sekarang dalam
lapangan ekonomi. Memang kadang-kadang negara itu atau konkritnya penguasa,
mengeluarkan peraturan-peraturan yang nampaknya menguntungkan golongan yang lemah.
Tetapi akhirnya tokoh yang diperhitungkan hanya kepentingan si penguasa saja. Tokoh dalam
teori tersebut antara lain : F. Oppenheimer, Karl Marx, H.J. Laski, dan Leon Duguit.
H.      Teori Positivisme
Kegagalan daripada para ahli pemikir tentang negara dan hukum dalam menyelidiki dan
menerangkan asal mula negara, hakekat negara, serta kekuasaan negara, menimbulkan sikap
skeptis terhadap negara. Dan orang lalu lebih suka menentukan sikap positif terhadap negara.
Kebanyakan orang telah kehilangan nafsunya untuk mempelajari atau menyelidiki dasar
negara yang pokok. Kecenderungan timbul untuk hanya membatasi diri kepada pelajaran
hukum positif, selain hal ini telah terdapat pada kebanyakan negara, juga hukum positif itu
akan lebih mudah dipelajari. Demikianlah ilmu negara lambat laun tetapi pasti menarik
dirinya, dan datang mengunjungi tinjauan-tinjauan ilmu pengetahuan teoritis dan historis. Ia
menjadi relativistis, negatif serta skeptis. Malahan Struycken sampai kepada eklektisme yang
bersifat skeptis. Tokoh dalam teori ini : Hans Kelsen.
I.         Teori Modern
Di dalam peninjauannya tentang negara dan hukum teori atau aliran modern ini mengatakan
bahwa, kalau kita hendak menyelidiki atau mempelajari negara, maka baiklah negara itu
dianggap saja suatu fakta atau suatu kenyataan, yang terikat pada keadaan, tempat, dan
waktu. Dan harus disadari terlebih dahulu negara itu ditinjau dari segi apa. Sebab tergantung
dari segi penyelidikannya ini akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda tentang
pengertian, bentuk serta hakekat negara. Tetapi dengan demikian apakah ini lalu tidak berarti
melewati batas pembicaraan ilmu negara dan masuk ke lapangan pembicaraan ilmu hukum
tata negara.  Tokoh dalam ajaran ini antara lain: Prof. Mr. R. Kraneburg dan Logemann.
B. Rumusan Masalah

            Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah:

Proses atau pendekatan primer tentang asal mula terjadinya negara;

Teori-teori tentang terjadinya negara;

Proses atau pendekatan sekunder tentang asal mula terjadinya negara; dan

Pendapat sebagian tokoh dalam teori terjadinya negara.

Anda mungkin juga menyukai