Anda di halaman 1dari 14

PEMBATALAN SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH

NOVIASIH MUHARAM
Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Metro

ABSTRACT

Land is a national treasure determining welfare, justice, sustainability, and harmony


for nation and state of Indonesia. Land has multidimensional characteristics such as
physical, chemical, biological, social, economic, and magic-religious characteristics and
each of them has potential to human welfare. The problems in this research were: how did
the conduct of land ownership certificate nullification based on the court decision with
permanent legal strength in Land. This research used normative approaches. Data sources
were from secondary data. Data were processed with data editing, classification, and
systematization with qualitative jurisdiction analysis. The results were obtained the
conduct of land ownership certificate nullification based on the court decision with
permanent legal strength in Land had been in accordance with prevailing legislation.The
researcher suggests that BPN should be more encouraged and immediate in responding
the process of land ownership certificate nullification based on the court decision with
permanent legal strength.

Keywords: Certificate,Court,Cancellation

I. PENDAHULUAN Fungsi tanah yang sangat strategis,


tidak hanya di bidang sosial, politik,
Tanah merupakan karunia Tuhan
pertahanan keamanan, dan sumber daya
Yang Maha Kuasa untuk kesejahteraan
alam saja, tetapi tanah juga memiliki nilai
Bangsa Indonesia dan komponen utama
ekonomis, sehingga kebijakan
bagi kehidupan manusia, sehingga
pembangunan pertanahan haruslah
hubungan Bangsa Indoensia dengan tanah
merupakan bagian yang tidak terpisahkan
bersifat abadi. Tanah juga merupakan
(integral) dari kebijakan pembangunan
kekayaan nasional yang sangat menentukan
nasional. (Lutfi Ibrahim Nasiotion, 2001).
kesejahteraan, kemakmuran, keadilan,
Tanah juga dijadikan sebagai sarana
keberlanjutan, dan Harmoni bagi Bangsa
investasi. Bagi investor, pemilikan dan
dan Negara Indonesia. Dalam konteks
penguasaan tanah merupakan sarana
demikian, tanah bersifat multidimensional,
investasi yang sangat menguntungkan dan
mulai dari dimensi fisik, kimia, biologi,
menjadikan keamanan dalam jangka
sosial, ekonomi, politik, dan magis-religius,
panjang, ”akibatnya banyak tanah yang
yang masing-masing berpotensi
dibeli tidak untuk digarap atau
memberikan kesejahteraan bagi umat
dikembangkan” (Mochtar Mas’oed dan,
manusia.
Noer Fauzi Rachman, Tanah dan

14
Pembangunan, Pustaka Sinar Harapan, b. Meletakkan dasar-dasar untuk
Jakarta, 1997, hlm. 5). mengadakan kesatuan dan
Bagi Bangsa Indonesia, hubung an kesederhanaan dalam hukum pertanahan;
manusia/masyarakat dengan tanah c. Meletakkan dasar-dasar untuk
merupakan hak yang sangat mendasar dan memberikan kepastian hukum mengenai
asasi. Jika hubungan ini tidak tersusun hak-hak atas tanah bagi rakyat
dengan baik, maka akan lahir kemiskinan seluruhnya. (Boedi Haarsono, 1999, hlm.
dan ketidakadilan bagi sebagian rakyat 216).
Indoneisa. Hubungan yang mendasar dan Selanjutnya dalam Peraturan
asasi dimaksud dijamin dan dilindungi Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
keberadaannya oleh Konstitusi yaitu Pasal Pendaftaran Tanah, Pasal 32 ayat (1)
33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 beserta penjelasannya, disebutkan bahwa :
(UUD 1945), yang berbunyi : ”Bumi, air, Pasal 32 ayat (1) :
serta kekayaan alam yang terkandung di Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak
dalamnya dikuasai negara dan yang berlaku sebagai alat pembuktian yang
dipergunakan untuk sebesar-besar kuat mengenai data fisik dan data yuridis
kemakmuran rakyat”. yang termuat di dalamnya, sepanjang data
Selanjutnya berdasarkan pada fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan
ketentuan konstitusi dimaksud, maka data yang ada dalam surat ukur dan buku
sebagai landasan kebijakan pertanahan di tanah hak yang bersangkutan.
Indonesia ditetapkanlah Undang-Undang Pejelasan Pasal 32 ayat (1) :
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Sertipikat merupakan tanda bukti hak yang
Dasar Pokok-Pokok Agraria atau yang lebih kuat, dalam arti bahwa selama tidak dapat
dikenal dengan sebutan Undang-Undang dibuktikan sebaliknya data fisik dan data
Pokok Agraria dan disingkat UUPA, yang yuridis yang tercantum di dalamnya harus
memiliki tujuan, sebagaimana diuraikan diterima sebagai data yang benar. Sudah
dalam Penjelasan Umum Angka I UUPA, barang tentu data fisik maupun data yuridis
dijelaskan bahwa :” Undang-Undang Pokok yang tercantum dalam sertipikat harus
Agraria (UUPA) telah meletakkan dasar- sesuai dengan data yang tercantum dalam
dasar pemikiran baru dalam hubungan buku tanah dan surat ukur yang
hukum antara rakyat dan masyarakat bersangkutan, karena data itu diambil dari
Indonesia dengan bumi, air dan ruang buku tanah dan surat ukur tersebut sehingga
angkasa serta kekayaan alam yang sangatlah tegas bahwa Sertipikat sebagai
terkandung di dalamnya, seperti yang alat pembuktian yang kuat yang diberikan
dijelaskan dalam tujuan pokok UUPA yaitu oleh negara untuk menjamin kepastian
antara lain : hukum dan kepastian hak, selama tidak ada
a. Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan pihak lain yang dapat membuktikan
Hukum Agraria Nasional, yang akan sebaliknya mengenai status ke
merupakan alat untuk membawakan pemilikannya. Maka dalam hal ada pihak
kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan lain yang dapat membuktikan sebaliknya
bagi negara dan rakyat, terutama rakyat bahwa suatu bidang tanah yang sudah
tani, dalam rangka masyarakat yang adil diterbitkan Sertipikat adalah secara sah dan
dan makmur; nyata adalah miliknya dan hal tersebut
Pembatalan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah (Noviasih Muharam) 15
dilakukan melalui proses persidangan di sesuai dengan PP No. 24 Tahun 1997, Surat
pengadilan yang kemudian Majelis Hakim Keputusan Pemberian Hak sebagai alat
memutuskan bahwa pemegang Sertipikat bukti pendaftaran hak dan penerbitan
tidak berhak atas bidang tanah tersebut, sertipikat.
maka bidang tanahnya harus diserahkan Pada prinsipnya Lembaga Pembatalan
kepada pihak yang berhak dan Sertipikat Hak adalah lembaga paksa yang digunakan
Hak Atas Tanahnya harus dibatalkan. untuk memutuskan / menghentikan /
menghapuskan hubungan hukum antara si
II. PEMBAHASAN Pemilik dengan tanahnya. Dunia hukum
perdata Indonesia mengenal / menganut
Pembatalan Hak Atas Tanah ajaran kebatalan (nietigheid) sebagaimana
Pembatalan hak atas tanah dapat yang dimuat dalam Pasal 1320 s/d 1337
ditemukan dalam penjelasan Pasal 14 Kitab Undang–Undang Hukum Perdata
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 (KUHPerdata) ditegaskan bahwa suatu
Tahun 1972 tentang pelimpahan wewenang persetujuan batal (nietig) apabila
pemberian hak atas tanah yang pada intinya mengandung unsur: paksaan/
menjelaskan bahwa pembatalan hak atas
penipuan/kekhilafan/sebab yang tidak
tanah bukan berarti pencabutan hak atas
tanah sebagaiman dimaksud dalam Undang halal/ketidakcakapan.
– Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang UUPA sebagai bagian dari hukum
pencabutan hak- hak atas tanah dan benda perdata umum, tentu saja harus selaras
– benda yang ada diatasnya, melainkan dengan hukum perdata induk
pembatalan sesuatu hak yang disebabkan (KUHPerdata), itulah sebabnya UUPA pun
karena penerima hak tidak memenuhi menganut ajaran kebatalan, melalui sistim
syarat- syarat yang telah ditetapkan dalam
pendaftaran tanah yang negative stelsel,
surat keputusan pemberian hak atau
terdapat kekeliruan dalam surat keputusan yang bermakna bahwa Seseorang yang
pemberian hak bersangkut an. namanya terdaftar dalam Sertifikat Hak
Rumusan pembatalan hak atas tanah Atas Tanah / Buku Tanah, belumlah
terdapat didalam Pasal 1 angka 12 dijamin sebagai Pemilik tanah yang
Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala sesungguhnya, bila suatu waktu ada pihak
Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 lain yang dapat membuktikan sebaliknya
Tahun 1999 yaitu pembatalan keputusan (tentunya lewat proses peradilan) maka
mengenai pemberian suatu hak atas tanah Sertifikat hak atas tanahnya akan
karena keputusan tersebut mengandung dibatalkan.
cacat hukum dalam penerbitannya atau Ada dua jenis Pembatalan Hak yaitu :
melaksanakan putusan pengadilan yang A. Pembatalan Secara Langsung.
telah berkekuatan hukum tetap. Rumusan Pembatalan Hak Karena Cacat
pembatalan hak atas tanah dimaksud belum Hukum Administratif, yaitu Pembatalan
lengkap karena hanya menyangkut secara langsung, tanpa melalui proses
pemberian hak atas tanahnya saja, peradilan. Pembatalan secara langsung ini
meskipun dengan dibatalkan surat dapat ditempuh apabila dalam permohonan
keputusan pemberian hak atas tanah, hak yang bersangkutan terdapat cacad
tentunya juga kan mengakibatkan hukum administratif (Pasal 107
pendaftaran dan sertipikatnya batal karena PMNA/KBPN No.9/1999) seperti :
16 PRANATA HUKUM Volume 10 Nomor 1 Januari 2015
1. Terjadi kesalahan prosedur; 1. Surat keputusan pemberian hak atas
2. Terjadi kesalahan penerapan peraturan tanah.
perundangan; 2. Sertipikat hak atas tanah.
3. Terjadi kesalahan Subjek hak; 3. Surat keputusan pemberian hak atas
4. Terjadi kesalahan Objek hak; tanah dalam rangka pengaturan
5. Terjadi kesalahan perhitungan luas; penguasaan tanah.
6. Terjadi kesalahan jenis hak; Dari rumusan diatas Hasan Basri
7. Terdapat tumpang tindih hak atas tanah; Nata Menggala dan Sarjita menyimpulkan
8. Terdapat data yuridis atau data fisik bahwa :
yang tidak benar, atau; a. Pembatalan hak atas tanah adalah
9. Kesalahan lainnya yang bersifat hukum merupakan suatu perbuatan hukum yang
administratif. bermaksud untuk memutuskan,
B. Pembatalan Tidak Langsung. menghentikan atau menghapus suatu
Pembatalan Hak Karena hubungan hukum antara subyek hak atas
Melaksanakan Putusan Peradilan yang tanah dengan obyek hak atas tanah;
berkekuatan hukum tetap (Inkracht). b. Jenis / macam kegiatannya meliputi
Pembatalan yang dilaksanakan dalam pembatalan surat keputusan pemberian
rangka menindaklanjuti putusan lembaga hak atas tanah dan atau sertipikat hak
peradilan yang telah berkekuatan hukum atas tanah;
tetap. c. Penyebab pembatalan adalah karena
Dalam Pasal 1 angka 14 Peraturan cacat hukum administrasi dan atau untuk
Menteri Negara Agraria / Kepala Badan melaksanakan putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap, karena
Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999
pemegang hak tidak memenuhi syarat-
pengertian pembatalan hak atas tanah yaitu syarat yang telah ditetapkan dalam surat
pembatalan keputusan pemberian hak atas keputusan pemberian hak atas tanah
tanah atau sertipikat hak atas tanah karena serta karena adanya kekeliruan dalam
keputusan tersebut mengandung cacat surat eputusan pemberian hak
hukum administrasi dalam penerbitannya bersangkutan. (Hasan Basri Nata, 2004,
atau untuk melaksana kan putusan hlm.27).
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
Dasar Kewenangan Pembatalan
Surat Keputusan pembatalan hak atas tanah Sertipikat Hak Atas Tanah
menurut Pasal 104 ayat
Peraturan Menteri Negara Agraria / Badan Pertanahan Nasional (disingkat
Kepala BPN Nomor 9 Tahun 1999, BPN) adalah lembaga pemerintah
diterbitkan apabila terdapat : nonkementerian di Indonesia yang
1. Cacat hukum administratif. mempunyai tugas melaksanakan tugas
2.Melaksanakan putusan Pengadilan yang pemerintahan di bidang pertanahan secara
telah berkekuatan hukum tetap. nasional, regional dan sektoral. BPN dahulu
Berdasarkan ketentuan Pasal 104 ayat dikenal dengan sebutan Kantor Agraria.
(1) PMNA / Kepala BPN Nomor 9 Tahun BPN diatur melalui Peraturan Presiden
1999, yang menjadi obyek pembatalan hak Nomor 10 Tahun 2006 dan Peraturan
atas tanah meliputi : Presiden Nomor 85 Tahun 2012.

Pembatalan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah (Noviasih Muharam) 17


Terminologi Kewenangan digunakan pada menteri Cq Direktur Jendral
untuk menunjukkan kekuasaan yang Agraria.
terletak dibidang publik. Secara historis, 4) Surat Kepala Direktorat Jendral Agraria
dasar kewenangan dalam pembatalan hak Departemen Dalam Negeri No.
atas tanah dapat diuraikan sebagai berikut : 250/Sekret/IX/69 Tanggal 6 September
1) Pasal 29 ayat (1) huruf a, PP No 10 1969 perihal pembatalan sesuatu
Tahun 1961 Tentang Pendaftaran Tanah sertipikat. Disebutkan bahwa dalam hal
menyatakan bahwa kepala kantor ada sesuatu yang tidak benar dalam
perndaftaran tanah mencatat hapusnya pembuatan surat keputusan, maupun
semua hak, jika kepadanya disampaikan prosedur pengeluaran sertipikat, maka
salinan surat putusan hakim yang hakimlah antara lain yang dapat
mempunyai kekuatan hukum untuk memutuskanya.
dijalankan atau salinan surat keputusan 5) Surat Kepala Direktorat Pendaftaran
pejabat yang berwenang untuk Tanah Direktorat Jendral Agraria
membatalkan hak itu. Departemen Dalam Negeri No.
2) Surat Kepala Direktorat Hukum Agraria Dpt/12/2386/1270 Tanggal 14 Februari
No. DHK/13/38 Tanggal 18 Maret 1966 1970 perihal pembatalan surat bukti hak
yang ditujukan kepada Kepala Kantor milik, disebutkan bahwa pendapat yang
Inspeksi Agraria Sumatera Utara, dianut oleh mahkamah agung dalam
menegaskan bahwa pejabat yang putusannya Tanggal 3 Mei 1969 No.
berwenang membatalkan suatu hak atas 350/K/Sip/1968 yang menyimpulkan
tanah sebagaimana dimaksud Pasal 29 bahwa menyatakan batal surat bukti hak
ayat (1) PP 10 Tahun 1961 baik hak atas milik (sertipikat) yang dikeluarkan oleh
tanah yang wewenang pemberian haknya Instansi Agraria secara sah, tidak
didelegir kepada instansi agraria di termasuk wewenangnya adminis trasi
daerah berdasarkan surat keputusan sehingga pihak yang oleh pengadilan
menteri (pertanian dan agraria) No SK. dimenangkan wajib meminta pembatalan
112/Ka/1961, Jo. SK. 4/Ka/1962 adalah surat bukti hak milik itu kepada instansi
menteri agraria. agraria berdasarkan putusan pengadilan
3) Keputusan Menteri Dalam Negeri No. yang diperolehnya itu. Permintaan
SK. 16/DDAT/Agr/68 Tanggal 18 Maret pembatalan surat bukti hak milik
1968 tentang larangan kepada semua tersebut harus diajukan oleh yang
Gubernur KDH Cq Kepala Kantor bersangkutan kepada Direktur Jendral
Inspeksi Agraria /Kepala Dinas Agraria Agraria dengan perantaraan Kepala
Daerah Istimewa Yogyakarta untuk Direktorat Pendaftaran Tanah.
mengadakan pencabutan surat-surat 6) Surat Direktorat Pengurusan Hak-Hak
keputusan pemberian hak milik dalam Atas Tanah Direktorat Jendral Agraria
rangka redistribusi tanah objek Departemen Dalam Negeri No.
landreform. Dalam diktum ketiga surat DPH.7/220/7/72 Tanggal 10 Juli 1972
tersebut disebutkan bahwa wewenang perihal hapusnya hak atas tanah karena
pencabutan surat-surat keputusan putusan pengadilan pidana, disebutkan
pemberian hak milik dalam rangka bahwa :
redistribusi tanah objek landreform ada
18 PRANATA HUKUM Volume 10 Nomor 1 Januari 2015
(a) Tentang hapusnya sesuatu hak atas Wilayah Badan Pertanahan Nasional
tanah sudah jelas dirumus kan oleh Provinsi memberi Keputusan mengenai :
UUPA (a) Pembatalan Keputusan Pemberi an
(b)Penyitaan oleh suatu kekuasaan Hak Atas Tanah yang telah
negara, misalnya kejaksaan atau dikeluarkan oleh Kepala Kantor
pengadilan dengan keputusannya Pertanahan Kabupaten/Kotamadya
tidak dengan sendirinya meng yang terdapat cacat hukum dalam
akibatkan hapusnya suatu hak penerbitannya.
7) Pasal 14 ayat (1) Peraturan Menteri (b)Pembatalan Keputusan Pemberi an
Dalam Negeri No. 6 Tahun 1972 tentang Hak Atas Tanah yang kewenangan
pelimpahan wewenang pemberian hak Pemberiannya di limpahkan kepada
atas tanah, menyatakan bahwa Menteri Kepala Kantor BPN Provinsi, untuk
Dalam Negeri dapat membatalkan melaksana kan keputusan pengadilan
sesuatu hak atas tanah yang berakibat yang telah memperoleh kekuatan
batalnya sertipikat. hukum tetap
8) Surat Direktur Jendral Agraria 10) Pasal 103 ayat (2) dan Pasal 104
Departemen Dalam Negeri No. sampai dengan 132 PMNA/KBPN No.
Da/5/85/7-74 Tanggal 4 Mei 1974 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara
tentang pembatalan surat bukti milik Pemberian dan Pembatalan Hak Atas
ditegaskan hal-hal sebagai berikut : Tanah Negara dan Hak Pengelolaan
(a) Bahwa semua permintaan hak atas yang meliputi :
tanah i.c.sertipikatnya harus saudara (a) Dalam hal penerimaan hak tidak
ajukan kepada kami disertai salinan memenuhi kewajiban sebagai
sah vonis yang bersangkutan serta penerima hak atas tanah, Menteri
fatwah saudara dapat membatalkan haknya sesuai
(b)Dasar hukum/alasan kebijaksana an dengan ketentuan peraturan
terebut adalah pendapat MARI perundang-undangan yang belaku
melalui putusan No. 350/k/Sip /1968, (b)Jenis Pembatalan meliputi
Pasal 26 ayat (2) alenia Ke-2 Undang pembatalan hak atas tanah karena
Undang No. 14 Tahun 1970 tentang cacat hukum administratif karena
Kekuasaan Kehakiman, PMDN No. 6 permohonan maupun tanpa ada
Tahun 1972 permohonan, dan pembatalan hak
(c) Bahwa tidak selamanya putusan atas tanah karena melaksanakan
pengadilan yang sudah incrach keputusan pengadilan yang telah
vangewijsde itu mengikat pe mempunyai kekuatan hukum tetap.
merintah, lebih-lebih lagi bila 11) Pasal 125 dan Pasal 131 ayat (2)
pemerintah tidak termasuk dalam satu Peraturan Menteri Negara
pihak dari perkara ber angkutan. Agraria/KBPN No. 3 Tahun 1997
9) Pasal 12 PMNA/KBPN No. 3 Tahun tentang Peraturan pelaksanaan PP No.
1999 tentang Pelimpahan Kewenangan 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran
Pemberian dan Pembatalan Keputusan tanah. Dalam Pasal 125 diatur
Pemberian Hak Atas Tanah Negara, mengenai pencatatan perubahan data
yang menyatakan bahwa Kepala Kantor pendaftaran tanah berdasarkan
Pembatalan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah (Noviasih Muharam) 19
keputusan pengadilan atau penetapan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun
hakim/Ketua pengadilan oleh Kepala 1997
Kantor Pertanahan dlam daftar buku 3) Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun
tanah yang bersangkutan dan daftar 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak
umum. Sedangkan dalam Pasal 131 Guna Bangunan dan Hak Pakai atas
ayat (2) ditegaskan bahwa Pendaftaran tanah.
Hapusnya Hak atas Tanah, Hak 4) Instruksi Menteri Negara Agraria/
Pengelolaan atau Hak Milik Atas KBPN No. 3 Tahun 1998 tentang
satuan rumah susun yang disebabkan Peningkatan Efisiensi dan Kwalitas
oleh dibatalkan atau dicabutnya hak Pelayanan Masyarakat dibidang
yang bersangkutan dilakukan oleh Pertanahan
kepala kantor pertanahan atas 5) PMNA/KBPN No. 3 Tahun 1999
permohonan yang berkepentingan tentang Pelimpahan tentang Pelimpahan
dengan melampir kan : Kewenangan Pemberian dan Pembatalan
(a) Salinan keputusan pejabat yang Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah
berwenang yang menyatakan bahwa 6) PMNA/KBPN No.9 Tahun 1999 tentang
hak yang bersangkutan telah batal, Tata Cara Pemberian dan Pembatalan
dibatalkan atau dicabut, atau Hak Atas Tanah Negara dan Hak
(b)Sertipikat hak atau apabila sertipikat Pengelolaan
tersebut tidak ada pada pemohon, Surat Kepala BPN No. 500-2147
keterangan mengenai keberadaan Tanggal 19 Juli 2000 tentang kelengkapan
sertipikat tersebut permohonan pembatalan hak atas tanah dan
12) Pasal 17 ayat (1) huruf b, Pasal 35 ayat atau sertipikat. (Hasan Basri Nata Menggala
(1) huruf b dan Pasal 55 ayat (1) huruf 2004, hlm.27).
b Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun
1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Pejabat Yang Berwenang Membatal kan
Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Sertipikat Hak Atas Tanah
tanah. Wewenang Pembatalan Hak Atas
Dari berbagai ketentuan yang pernah Tanah telah diatur dalam ketentuan Pasal 12
dan masih digunakan sebagai dasar dan 14 Peraturan Menteri Negara Agraria /
kewenangan dalam pembatalan hak atas Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
tanah di atas, yang masih berlaku dan 3 Tahun 1999 tentang pelimpahan
menjadi dasar kewenangan dalam kewenangan pemberian dan pembatalan
pembatalan hak atas tanah adalah sebagai keputusan pemberian hak atas tanah
berikut : Negara, pada bagian keenam Pasal 12
1) Undang Undang No. 5 Tahun 1960 disebutkan bahwa Kepala Kantor Wilayah
tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Badan Pertanahan Nasional Provinsi
Agraria memberikan keputusan mengenai :
2) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun (1). Pembatalan Keputusan pemberian hak
1997 tentang Pendaftaran Tanah Jo. atas tanah yang telah dikeluarkan oleh
PMNA/KBPN No. 3 Tahun 1997 Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten /
tentang Ketentuan Pelaksanaan

20 PRANATA HUKUM Volume 10 Nomor 1 Januari 2015


Kota yang terdapat cacat hukum dalam Nasional Provinsi atau Kepala Kantor
penerbitannya; Pertanahan Kabupaten /Kota.
(2). Pembatalan Keputusan pemberian hak Dari bunyi kedua Pasal diatas dapat
atas tanah yang kewenangan ditarik suatu kesimpulan bahwa pejabat
pemberiannya dilimpahkan kepada yang berwenang untuk mengeluarkan Surat
Kepala Kantor Pertanahan keputusan pembatalan hak atas tanah adalah
Kabupaten/Kota dan Kepala Kantor :
Wilayah Badan Pertanahan Nasional a. Kepala Badan Pertanahan Nasional
Provinsi, untuk melaksanakan putusan berdasarkan kewenang an Atributif;
pengadilan yang telah berkekuatan b. Kepala Kantor Wilayah Badan
hukum tetap. Pertanahan Nasional Provinsi
Selanjutnya pada Pasal 14 mengenai berdasarkan pelimpahan ke
wewenang Menteri Negara Agraria/Kepala wenangan meliputi: Pembatalan
Badan Pertanahan Nasional yaitu : keputusan pemberian hak atas tanah
(1). Menteri Negara Agraria/Kepala Badan yang telah dikeluarkan oleh Kepala
Pertanahan Nasional memberi keputusan Kantor Pertanahan Kabupaten /Kota
mengenai pemberian dan pembatalan yang terdapat cacat hukum dalam
hak atas tanah yang tidak dilimpahkan penerbitan nya, Pembatalan
kewenangannnya kepada Kepala Kantor keputusan pemberian hak atas tanah
Wilayah Badan Pertanahan Nasional yang kewenangan pemberian
Provinsi atau Kepala Kantor Pertanahan dilimpah kan kepada Kepala Kantor
Kabupaten /Kotamadya sebagaimana Pertanahan Kabupaten/ Kota dan
dimaksud dalam Bab II dan Bab III. kepada Kepala Kantor Wilayah
(2). Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Badan Pertanahan Nasional Provinsi
Pertanahan Nasional memberi keputusan untuk melaksanakan putusan
mengenai pemberian dan pembatalan Pengadilan yang telah memperoleh
keputusan pemberian hak atas tanah kekuatan hukum yang tetap.
yang telah dilimpahkan kewenangan nya Alur Pembatalan Hak Atas Tanah :
kepada Kepala Kantor Wilayah Badan A. Kantor Pertanahan.
Pertanahan Nasional Provinsi atau 1. Semua permohonan pembatalan hak
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/ (lengkap dengan lampiran berkas yang
Kotamadya sebagai mana dimaksud terkait) diajukan melalui Kantor
dalam Bab II dan Bab III apabila atas Pertanahan Kabupaten/Kota setempat.
laporan Kepala Kantor Wilayah Badan 2. Selanjutnya Kepala Kantor Pertanahan
Pertanahan Nasional Provinsi hal Kabupaten/Kotamenerus kan berkas
tersebut diperlukan berdasarkan keadaan permohonan tersebut ke Kantor Wilayah
di lapangan. BPN Provinsi.
Menteri Negara Agraria/ Kepala B. Kanwil BPN Provinsi.
Badan Pertanahan Nasional memberi 1. Jika permohonan pembatalan di maksud
keputusan mengenai pemberian dan adalah wewenangnya, maka Kakanwil
pembatalan hak atas tanah yang tidak BPN Provinsi mem proses nya dengan
dilimpahkan kewenangannya kepada menerbitkan Surat Keputusan
Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Pembatalan Haknya dan
Pembatalan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah (Noviasih Muharam) 21
menyampaikannya kepada Kantor an Pelaksanaan, Jilid 1 Hukum
Pertanahan Kabupaten / Kota; Tanah Nasional, Djambatan, Jakarta,
2. Jika permohonan pembatalan di maksud 1997
adalah wewenang Menteri Negara --------, Hukum Agraria Indonesia : Sejarah
Agraria, maka Kakanwil me neruskan Pembentukan Undang-Undang Pokok
permohonan dimaksud kepada Menteri. Agraria, Isi dan Pelaksanaannya,
C. Menteri Negara Agraria/kepala BPN. Jilid I, Djambatan, Jakarta,2003
Menteri Negara Agraria / Kepala Hasan Basri Nata Menggala dan Sarjita,
BPN menerbitkan Surat Keputusan Aspek Hukum Pembatalan dan
Pembatalan Hak terhadap : Kebatalan Hak Atas Tanah, BA
1. Keputusan Pemberian Hak yang Offset, Yogyakarta, 2004
diterbitkan oleh Kakanwil BPN Provinsi Mochtar Mas’oed dan, Noer Fauzi
yang mengandung cacad hukum Rachman, Tanah dan Pem bangunan,
administratif dalam proses pemberian Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997
haknya; Sumarja FX, Hukum Pendaftaran
2. Keputusan Pemberian Hak yang Tanah,Universitas Lampung
diterbitkan oleh Menteri Negara Press,Bandar Lampung, 2009
Agraria/Kepala BPN yang mengandung
cacad hukum administratif dalam proses B. PERATURAN PERUNDANG-
pemberian haknya maupun Putusan UNDANGAN
Pemberian Hak yang sudah ada Putusan Undang-Undang Dasar 1945
Peradilan yang inkracht. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
3. Dan menyampaikan Surat Keputusan tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Pembatalan Hak kepada Kepala Kantor Agraria
Wilayah BPN Provinsi untuk diteruskan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
kepada Kepala Kantor 1997 tentang Pendaftaran Tanah
PertanahanKabupaten/Kota yang ber Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala
sangkutan Badan Per tanahan Nasional Nomor 3
Tahun 1997 tentang Ketentuan
III. PENUTUP Pelaksanaan Peraturan Pe merintah
Badan Pertanahan Nasional sebaiknya Nomor 24 Tahun 1997 tentang
lebih berani dan cepat dalam merespon Pendaftaran Tanah
proses pembatalan Sertipikat sehingga Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala
fungsi hukum yang seharusnya memberi Badan Pertanahan Nasional Nomor 9
kepastian dapat terwujud. Tahun 1999 tentang Tata Cara
Pemberian dan Pembatalan Hak Atas
DAFTAR PUSTAKA Tanah Negara dan Hak Pengelolaan
Peraturan Kepala Badan Pertanahan
A. BUKU-BUKU Nasional Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan
Boedi Harsono, Hukum Agrariaia
Tata Kerja Badan Pertanahan
Indonesia Sejarah Pembentukan
Nasional Republik Indonesia.
Undang-Undang Pokok Agraria, Isi

22 PRANATA HUKUM Volume 10 Nomor 1 Januari 2015


Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor
Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pelimpahan
4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Kewenangan Pemberian Hak Atas
Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Tanah Dan Kegiatan Pendaftaran
Pertanahan Nasional Provinsi dan Tanah Tertentu
Kantor Pertanahan Kabupaten /Kota
Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 C. SUMBER LAIN
tentang Badan Pertanahan Nasional Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Nasional Republik Indonesia Nomor Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
1 Tahun 2011 Tentang Pelimpahan 2001
Kewenangan Pem berian Hak Atas Lutfi Ibrahim Nasiotion, Tanah Untuk
Tanah Dan Kegiatan Pendaftaran
Kesejahteraan Rakyat, Paper
Tanah Tertentu disampaikan pada Kursus Lemhanas
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Angkatan II, Jakarta, 2001.
Nasional Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2012 Tentang Perubahan
Peraturan Kepala Badan Pertanahan

Pembatalan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah (Noviasih Muharam) 23

Anda mungkin juga menyukai