BIDANG PEREKONOMIAN
3
2
LATAR BELAKANG
POLITIK DAN
KEBIJAKAN
PANGAN
RPJMN 2015-2019
3
LATAR BELAKANG
4
LATAR BELAKANG
Luas Sawah
Tahun Selisih Keterangan
(Ha)
• Alih fungsi lahan sawah ke non
< 1980
6.607.477 sawah ± 100.000 Ha/tahun
1980 Tanpa Intervensi
7.262.372 654.895
• Cetak sawah baru + 60.000
1990
8.481.754 1.219.382 Ha/tahun
2000
8.157.526 (324.228)
2009
• Potensi kehilangan sawah +
8.106.860 (50.666)
40.000 Ha/tahun
2013 PP No 13/ 2017 Tentang RTRW
7.750.499 (356.361)
Permen ATR/BPN No.339/Kep-
2018 7.105.145 (645.354)
23.3/X/2018
Dari 508 Kabupaten/Kota, baru 225 ( 44,29 % ) Yang telah menetapkan secara Geospasial :
yang menetapkan LP2B 19.171 Ha ( 0,24 % )
PERMASALAHAN
Terdapat persepsi Pemerintah Daerah bahwa LP2B dapat mengganggu investasi dan tidak
memberikan tambahan PAD
Konsekuensi diterapkan LP2B adalah daerah harus menyediakan anggaran untuk pemberian
insentif
Pemerintah Daerah merasa terikat dan sulit membangun wilayah daerahnya jika sudah
ditetapkan sebagai LP2B ( menjadi sangat tidak fleksibel ).
Tidak ada konsekuensi bagi Kepala Daerah yang tidak menetapkan LP2B
Tidak adanya anggaran untuk melakukan pemetaan
Presepsi sawah adalah kawasan pengembangan, bukan area yang harus dipertahankan
Keberpihakan RTRW sangat kurang
Mekanisme pasar yang mengorbankan sawah, bahkan PSN/pembangunan yang masif atau
investasi
6
LATAR BELAKANG
Presiden menugaskan
Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian
untuk bertindak sebagai
Ketua TIM PERCEPATAN
KEBIJAKAN SATU PETA
(KSP)
Rapat Terbatas
Presiden (14 Maret Menugaskan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk mengkoordinasikan
2017 ) kegiatan sinkronisasi antara kementerian / lembaga terkait serta pemerintah daerah dalam
Tentang Tindak melakukan perencanaan, pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang terintegrasi.
Sinergi dilakukan untuk mewujudkan kesamaan pemahaman mengenai pengelolaan sumber
Lanjut Dukungan
daya air yang berbasis single management dengan memanfaatkan informasi geospasial.
Pengembangan
Sektor Irigasi 7
KEBIJAKAN SATU PETA
8
KEGIATAN KEBIJAKAN SATU PETA DAERAH IRIGASI
KOMPILASI
01 Proses pengumpulan IGT Lahan Sawah & IGT Daerah Irigasi
dari semua kewenangan yang dimiliki oleh K/L/Pemda saat ini
INTEGRASI
02 Proses penyelarasan IGT, baik yang telah dimiliki oleh
K/L/Pemda maupun yang baru dibuat (Daerah Irigasi Usulan)
SINKRONISASI
Proses penyelarasan antar IGT, termasuk didalamnya
03 penyelesaian konflik yang terjadi akibat tumpang tindih
hasil Integrasi
IGT Daerah Irigasi &
Sawah Beririgasi
9
TUJUAN DAN MANFAAT
MANFAAT
Tujuan : Mewujudkan Satu Peta Sawah Beririgasi Nasional
Eksternal:
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang 1. Mendorong percepatan
(2017) (2018) (2019) penetapan Perda Lahan
Pertanian Pangan
1. Mewujudkan kesepahaman Menyusun Satu Peta 1. Menyusun Satu Peta Berkelanjutan (LP2B);
dan/atau kesepakatan Lahan Sawah Beririgasi Lahan Sawah Beririgasi
2. Mengarahkan subsidi pada
Logical Framework/Diagram untuk 14 provinsi Nasional Skala 1:5.000-
program peningkatan
Alur Kerja Validasi, Integrasi, lumbung padi nasional 1:10.000;
dan Verifikasi;
produksi lahan pertanian
2. Sosialisasi kepada pangan;
2. Mewujudkan kesepahaman
pemangku kepentingan
dan/atau kesepakatan 3. Memperbaiki perencanaan
Logical Framework/Diagram terkait
lokasi pembangunan jaringan
Alur Kerja Proses irigasi (termasuk tersier) dan
Sinkronisasi; cetak sawah baru;
3. Menyusun Satu Peta Lahan
Sawah Beririgasi 4. Memberikan acuan
kewenangan pusat untuk pengambilan kebijakan
Provinsi Daerah Istimewa pencapaian kedaulatan
Yogyakarta (DIY); pangan nasional.
10
TARGET PENCAPAIAN SATU PETA SAWAH BERIRIGASI
12
KETENTUAN BERBAGI DATA SATU PETA
Ketiga ketentuan yang mengatur kegiatan berbagi data produk PKSP (Perpres No. 20/2018,
13
Permenko No. 6/2018, dan Permenko No. 7/2018) kini telah diundangkan.
TAMPILAN GEOPORTAL BIG
IGT DAERAH IRIGASI PERMUKAAN
Tools (buffer dan intersect)
yang dapat digunakan untuk
Fungsi Simpul Jaringan menganalisis
IGT Pengelolaan Sumber Daya Air masuk Peta Daerah Irigasi Permukaan Kewenangan
tema Sarana Prasarana dan Sumber Daya Pusat, Provinsi & Kab/Kota masih sementara,
Alam dan Lingkungan progres per 13 Juli 2018 & belum Sinkronisasi 14
2
16
17
18
Contoh Peta Provinsi Lampung 19
Contoh Peta Provinsi Aceh 20
Aceh
1.100
1.065
Sumatera
Utara
96,8% Kalimantan
1.962 Selatan
1.308 Kalimantan 383 Sulawesi
Barat 380 Selatan
66,7% 774 2.469
601 99,2% 1.988
77,6% 80,5%
Lampung
1.015
981
96,7% Jawa
Barat
38.516
3.817
Jawa
3.261
Timur 31.428
100,0% 85,4% 8.682 NTB
2.489 7.455
470
2.489
Sumatera
Barat 49,1%
85,9 470
100,0%
81,6%
344 TOTAL DARI
701
Sumatera 44,5% 15 PROVINSI
Selatan
602 100,0%
99,9%
1.353 1.089
669
Banten 1.089
Yogyakarta 670
Bali
75,6%
8.726 Target
11.542
Jawa Realisasi 21
Tengah
1
3
22
Jumlah Daerah Irigasi Per Kewenangan
NO PROVINSI Kewenangan Pusat Kewenangan Provinsi Kewenangan Kab/Kota Total
Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Banten 5 5 100.0% 21 21 100.0% 1,327 576 43.4% 1,353 602 44.5%
2 Sumatera Selatan 7 7 100.0% 28 28 100.0% 666 309 46.4% 701 344 49.1%
3 Sumatera Utara 11 11 100.0% 61 61 100.0% 1,890 1,236 65.4% 1,962 1,308 66.7% Masih ada 8 provinsi
4
5
Jawa Tengah
Kalimantan Barat
33 33 100.0% 108
12
108
12
100.0%
100.0%
11,401
762
8,585
589
75.3%
77.3%
11,542
774
8,726
601
75.6%
77.6%
yang progresnya
6 Sulawesi Selatan 26 26 100.0% 38 38 100.0% 2,405 1,924 80.0% 2,469 1,988 80.5% dibawah 90%
7 Jawa Barat 18 18 100.0% 97 97 100.0% 3,702 3,146 85.0% 3,817 3,261 85.4%
8 Jawa Timur 32 32 100.0% 176 176 100.0% 8,474 7,247 85.5% 8,682 7,455 85.9%
9 Lampung 13 13 100.0% 19 19 100.0% 983 949 96.5% 1,015 981 96.7%
10 Aceh 10 10 100.0% 18 18 100.0% 1,072 1,037 96.7% 1,100 1,065 96.8%
11 Kalimantan Selatan 7 7 100.0% 6 6 100.0% 370 367 99.2% 383 380 99.2%
12 Bali 9 9 100.0% 14 14 100.0% 647 646 99.8% 670 669 99.9% Masih ada 12 Provinsi yang
13 Sumatera Barat 10 10 100.0% 63 63 100.0% 2,416 2,416 100.0% 2,489 2,489 100.0%
14 Nusa Tenggara Barat 16 16 100.0% 35 35 100.0% 419 419 100.0% 470 470 100.0%
belum selesai 100 % tapi
15 D.I. Yogyakarta 3 3 100.0% 41 41 100.0% 1,045 1,045 100.0% 1,089 1,089 100.0% dan 4 Provinsi sdh > 90 %
JUMLAH 200 200 100.0% 737 737 100.0% 37,579 30,491 81.1% 38,516 31,428 81.6%
23
REVISI JUMLAH DAERAH IRIGASI PER KEWENANGAN (Permen No.14/2015)
NO PROVINSI Pusat Provinsi Kabupaten/Kota Total
Permen Dihapus Revisi Permen Dihapus Revisi Permen Dihapus Revisi Permen Dihapus Revisi %
1 Aceh 12 2 10 38 20 18 1,350 278 1,072 1,400 300 1,100 21.4%
2 Sumatera Utara 11 0 11 76 15 61 1,923 33 1,890 2,010 48 1,962 2.4%
3 Sumatera Barat 11 1 10 65 2 63 3,133 717 2,416 3,209 720 2,489 22.4%
4 Sumatera Selatan 7 0 7 28 0 28 696 30 666 731 30 701 4.1%
5 Lampung 14 1 13 19 0 19 1,084 101 983 1,117 102 1,015 9.1%
6 Banten 5 0 5 21 0 21 1,327 0 1,327 1,353 0 1,353 0.0%
7 Jawa Barat 20 2 18 97 0 97 4,921 1,219 3,702 5,038 1,221 3,817 24.2%
8 Jawa Tengah 33 0 33 108 0 108 11,401 0 11,401 11,542 0 11,542 0.0%
9 Jawa Timur 32 0 32 176 0 176 8,703 229 8,474 8,911 229 8,682 2.6%
10 Sulawesi Selatan 26 0 26 38 0 38 2,509 104 2,405 2,573 104 2,469 4.0%
11 Bali 9 0 9 14 0 14 674 27 647 697 27 670 3.9%
12 Nusa Tenggara Barat 16 0 16 35 0 35 440 21 419 491 21 470 4.3%
13 Kalimantan Barat 12 0 12 931 169 762 943 169 774 17.9%
14 Kalimantan Selatan 8 1 7 6 0 6 397 27 370 411 28 383 6.8%
15 DI Yogyakarta 3 0 3 41 0 41 1,235 190 1,045 1,279 190 1,089 14.9%
JUMLAH 207 7 200 774 37 737 40,724 3,145 37,579 41,705 3,189 38,516 7.6%
24
Usulan Revisi Permen PUPR No.14/2015:
1) Kewenangan Pusat, diusulkan utk dihapus 7 DI dari 207 DI (3,4%);
2) Kewenangan Provinsi, diusulkan utk dihapus 37 DI dari 774 DI (4,8%);
3) Kewenangan Kab/Kota, diusulkan utk dihapus 3.145 DI dari 40.724 DI (7,7%);
4) Total semua Kewenangan, diusulkan utk dihapus 3.189 DI dari 41.705 DI (7,6%).
Kewenangan Pusat dgn Provinsi Kewenangan Pusat dgn Kabupaten/Kota Kewenangan Provinsi dgn Kabupaten/Kota 26
Kendala Penyelesaian Kasus Overlap di Daerah :
1) Tidak adanya data pendukung (peta dasar, as built drawing atau skema
jaringan) sehingga menghambat dalam penyelesaian kasus overlap;
2) Lambatnya pejabat daerah yang berwenang dalam mengambil keputusan
sehingga kesepakatan antar pihak juga menjadi lambat;
3) Ada beberapa daerah yang merasa tidak dilibatkan dalam penyelesaian
kasus overlap sehingga merasa hasil kesepakatannya hanya sepihak;
4) Dari sisi Non Teknis, ada beberapa daerah yang tidak memiliki anggaran
untuk melakukan verifikasi dan validasi lapangan sehingga penyelesaian
kasus overlap menjadi tertunda.
27
JUMLAH DAERAH IRIGASI PER KEWENANGAN (Sesuai Permen PUPR No.14/2015)
Rencana delineasi
NO PROVINSI Pusat Provinsi Kabupaten/Kota Total
Jumlah DI % Jumlah DI % Jumlah DI % Jumlah DI % Daerah Irigasi di 18
1 Riau 2 2.6% 8 3.8% 63 1.0% 73 1.2% Provinsi Th 2019, jumlah
2 Kep. Riau - - - - 8 0.1% 8 0.1%
3 Jambi 3 3.9% 4 1.9% 461 7.6% 468 7.4%
total DI untuk semua
4 Bengkulu 6 7.8% 10 4.8% 771 12.8% 787 12.4% kewenangan ada 6.324
5 Kep. Bangka Belitung 2 2.6% 3 1.4% 43 0.7% 48 0.8%
6 Nusa Tenggara Timur 26 33.8% 42 20.0% 2,020 33.5% 2,088 33.0%
DI, terdiri dari:
7 Kalimantan Tengah 1 1.3% 2 1.0% 40 0.7% 43 0.7% kewenangan Pusat 77
8 Kalimantan Timur - - 8 3.8% 333 5.5% 341 5.4%
9 Kalimantan Utara - - - - 58 1.0% 58 0.9%
DI; Provinsi 210 DI, &
10 Sulawesi Utara 4 5.2% 12 5.7% 288 4.8% 304 4.8% Kab/Kota 6.037 DI.
11 Gorontalo 3 3.9% 7 3.3% 110 1.8% 120 1.9%
12 Sulawesi Tengah 6 7.8% 30 14.3% 445 7.4% 481 7.6% Secara nasional, jumlah
13 Sulawesi Barat 2 2.6% 11 5.2% 592 9.8% 605 9.6%
14 Sulawesi Tenggara 7 9.1% 12 5.7% 610 10.1% 629 9.9%
6.324 DI setara dengan
15 Maluku 7 9.1% 18 8.6% 123 2.0% 148 2.3% 13,2% dan luasan
16 Maluku Utara 2 2.6% 29 13.8% 28 0.5% 59 0.9%
17 Papua Barat 3 3.9% 11 5.2% 16 0.3% 30 0.5%
1.336.767 Ha setara
18 Papua 3 3.9% 3 1.4% 28 0.5% 34 0.5% dengan 18,7%
JUMLAH 77 100.0% 210 100.0% 6,037 100.0% 6,324 100.0%
28
29
30
1) Kesiapan dan Distribusi Peta Lahan Baku Sawah 18 Provinsi
2) Surat pemberitahuan ke daerah
3) Kesiapan SDM (Tenaga Ahli GIS dan SDM Daerah)
4) Dukungan Anggaran (untuk pelaksanaan Bimtek/Klinik dan
Sinkronisasi)
5) Dukungan Instansi Daerah (B/BWS, Pemprov, Pemkab/kota)
6) Rencana Kerja Pelaksanaan
31
SURAT MENKO KEPADA 18 GUBERNUR (1)
Nomor : S-152/M.EKON/04/2018
Tanggal : 26 April 2018
32
SURAT MENKO KEPADA K/L (2)
Nomor : S-153/M.EKON/04/2018
Tanggal : 26 April 2018
Nomor : S-02/D.VI.EKON/01/2019
Tanggal : 14 Januari 2019
34
SURAT DEPUTI KEPADA DIRJEN BINA BANGDA
KEMENDAGRI (4)
Nomor : S/IPW.1.2/01/D.VI.EKON/
02/2019
Tanggal : 8 Februari 2019
35
DUKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI DAN KAB/KOTA
1. Menyiapkan data peta tematik IGT Irigasi dan data pendukung (peta dasar,
as built drawing atau skema jaringan)
2. Berkoordinasi dengan K/L wali data (Kementerian PUPR, Pertanian, ATR/
BPN, dan BIG)
3. Berpartisipasi dalam proses perbaikan peta pada tahap kompilasi, integrasi
dan sinkronisasi dengan K/L wali data
4. Pengalokasian anggaran, khususnya untuk kegiatan verifikasi lapangan
5. Penyediaan SDM yang berkompeten di bidang Sistem Informasi Geografis
(SIG)
6. Menyampaikan kontak info pejabat teknis terkait penyiapan data dan
penyelesaian peta di atas
36
sda.ekon@gmail.com 37
4
38
Semula DI Jering masuk dalam kewenangan kabupaten, tetapi setelah mengalami pengembangan
sistem jaringan dari DI Karangtalun (Kewenangan Pusat) terdapat suplesi dari saluran sekunder ke
Jering, sehingga diangggap masuk kewenangan pusat Solusinya perlu dilakukan uji coba
penutupan suplesi ke DI Jering, untuk melihat kecukupan air bila tidak ada suplesi
39
Lubang masuknya suplesi air
Hasil tracking dari Bina OP PUPR terdapat saluran yang dianggap masih satu sistem dengan DI
Karangtalun tetapi setelah di verifikasi lapangan ternyata ada bendung yang memisahkan kedua
sistem jaringan irigasi tersebut Solusinya DI Gayam dikeluarkan dari Kewenangan Pusat
40
Pada awalnya DI Sipentol dianggap masuk kewenangan pusat dikarenakan ada tambahan suplai air
dari kewenangan pusat. Setelah dilakukan cek lapangan ternyata tidak ada saluran tersier yang
masuk ke DI Sipentol Solusinya : DI Sipentol dikeluarkan dari kewenangan pusat
41