Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan Dan


Leverage Terhadap Integritas Laporan Keuangan

Dosen Pengampu: Ari Dewi Cahyati,S.E.,M.SA.

Disusun Oleh :

Rifka Ayu Irawan

NPM:41183403170031

Universitas Islam 45 Bekasi

Fakultas Ekonomi

Jl. Cut Meutia No.83 Bekasi17113(021)8802015 (8801027)

Fax (021)8801192 Homepage :www.unisma.ac.id

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai kasus yang menunjukkan lemahnya integritas laporan


keuangan yang disajikan perusahaan melibatkan banyak pihak, mulai dari
pihak internal sampai pihak eksternal. Terungkapnya ketidakjujuran
perusahaan dalam menyajikan laporan keuangan berdampak pada
merosotnya kepercayaan masyarakat, terutama masyarakat keuangan, yang
ditandai dengan menurunnya harga saham dari perusahaan yang terkena
skandal secara drastis.
Fenomena yang terjadi di PT Garuda Indonesia pernah tersandung
kasus hingga pihaknya dikenai denda sebanyak Rp 100 juta. Denda
tersebut disebabkan karena pelanggaran laporan keuangan tahun buku
2018. Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II OJK Fahmi Hilmi
menyampaikan bahwa pengenaan sansi administratif berupa denda Rp 100
juta karena pelanggaran Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2019 tentang
Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Adapun sanksi
Akuntan
diberikan setelah Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memeriksa
Publik (AP) Kasner Sirumpea dan Kantor Akuntan Publik (KAP)
Tanubrata terkait permasalahan laporan keuangan tersebut. Diketahui,
dalam pemerikasaan tersebut Kemenkeu menemukan adanya pelanggaran,
khususnya pengakuan pendapatan atas perjanjian kerja sama dengan PT
Mahata Aero Teknologi yang diindikasikan tidak sesuai dengan standar
akutansi.
Beberapa skandal kecurangan tersebut mungkin tidak akan terjadi jika
perusahaan menerapkan sebuah sistem pengelolaan yang baik yang biasa
disebut dengan istilah good corporate governance . Sistem ini diharapkan

1
dapat menjadi sebuah sistem yang mengatur hubungan antara pemegang
saham, dewan komisaris, dan dewan direksi dalam mencegah terjadinya
kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera.
Sehingga perusahaan yang menerapkan sistem ini dengan baik akan
terhindar dari segala praktik kecurangan atau kesalahan-kesalahan
signifikan dalam strategi perusahaan.
Perusahaan yang berskala besar akan dihadapkan pada tuntutan
yang lebih besar dari stakeholders dalam penyajian laporan keuangan
sesuai dengan kondisi keuangan yang sebenarnya dibandingkan
perusahaan kecil. Tingginya penggunaan utang dalam membiayai aset
perusahaan diduga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
integritas dari laporan keuangan. Oleh karena itu, perusahaan dengan
leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk mengungkapkan informasi
secara lebih luas dibandingkan perusahaan dengan leverage yang lebih
rendah. Perusahaan yang memiliki utang yang lebih tinggi akan
menerapkan akuntansi konservatif agar laba yang disajikan rendah.
Keefektifan dari komisaris independen diharapkan akan
mendorong peran komisaris dalam independensinya dan diharapkan
laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen memiliki tingkat
integritas yang tinggi dan dapat dipertanggung jawabkan keberadaannya.
Menurut penelitian Nicolin (2013) serta Dewi dan Putra (2016)
menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh positif terhadap
integritas laporan keuangan, sedangkan penelitian dari Rahiim dan
Wulandari (2014) menunjukkan bahwa komisaris independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Di sisi lain, kepemilikan institusional memiliki peranan yang
sangat penting, membuat minimalnya konflik keagenan yang terjadi antara
manajer dan pemegang saham. Karena investor institusional merupakan
investor yang berpengalaman sehingga dapat melaksanakan fungsi
pengawasan dengan lebih efektif dan tidak mudah diperdaya oleh tindakan
manajer seperti manipulasi penyajian laporan keuangan. Menurut
penelitian Fajaryani (2015) serta Dewi dan Putra (2016) menunjukkan

2
bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap integritas
laporan keuangan. Berlawanan dengan hasil dari penelitian Latifah (2015)
menurutnya kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap
integritas laporan keuangan.
Besar kecilnya perusahaan menjadi sorotan dalam penyajian
laporan keuangan yang berintegritas. Semakin besar ukuran perusahaan,
biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan
keputusan sehubungan dengan investasi dalam saham perusahaan tersebut
semakin banyak dan perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh
masyarakat sehingga akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan
keuangan, berbeda dengan perusahaan kecil yang cenderung ingin
memperlihatkan kondisi perusahaan yang selalu berkinerja baik agar
investor menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Menurut
Semakin tinggi leverage semakin tinggi juga kewajiban perusahaan
memberikan informasi dalam bentuk penyajian laporan keuangan secara
lebih luas, dengan cara ini menghapuskan rasa keraguan kreditor.
Leverage dalam tingkat tinggi juga akan menimbulkan keraguan kepada
para pemegang saham, mereka khawatir tidak akan mendapat return yang
tinggi dari saham mereka. penelitian Fajaryani (2015), menunjukkan
bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan.
Sedangkan menurut penelitian Latifah (2015) leverage tidak berpengaruh
signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Penelitian mengenai pengaruh good corporate governance,ukuran
perusahaan dan leverage terhadap integritas laporan keuangantelah banyak
dilakukan, namun yang membedakan penelitian ini dengan sebelumnya
adalah tahun pengamatan, objek perusahaan dalam penelitian. Peneliti
melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2016-2018. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang menjual
produknya yang dimulai dengan proses produksi yang tidak terputus mulai
dari pembelian bahan baku, proses pengolahan bahan hingga menjadi
produk yang siap jual.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh terhadap
integritas laporan keuangan?
2. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap integritas
laporan keuangan?
3. Apakah kepemilikan instituisional berpengaruh terhadap integritas
laporan keuangan?
4. Apakah komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan?
5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan?
6. Apakah Leverage berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengatuhui pengaruh dewan komisaris independen
terhadap integritas laporan keuangan
2. Untuk mengetahui pengaruh pengaruh kepemilikan manajerial
terhadap integritas laporan keuangan
3. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional terhadap
integritas laporan keuangan
4. Untuk mengetahui pengaruh komite audit terhadap integritas
laporan keuangan
5. Untuk mengetahui pengaruh mengetahui ukuran perusahaan
terhadap integritas laporan keuangan
6. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap integritas laporan
keuangan

4
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1) Bagi Peneliti
Untuk memperoleh gambaran tentang pokok masalah yang ada di
objek penelitian dan membandingkan dengan teori yang diperoleh
selama mengikuti perkuliahan
2) Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan bagi perusahaan terhadap pokok masalah
yang telah disesuaikan dengan teori yang ada,

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Agency Teori

Teori keagenan menjelaskan tentang dua pelaku ekonomi yang saling


bertentangan yaitu prinsipal dan agen. Hubungan keagenan merupakan
suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah orang
lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi
wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal
(Ichsan, 2013). Jika prinsipal dan agen memiliki tujuan yang sama maka
agen akan mendukung dan melaksanakan semua yang diperintahkan oleh
prinsipal.

Pertentangan terjadi apabila agen tidak menjalankan perintah prinsipal


untuk kepentingannya sendiri. Dalam penelitian ini, pemerintah adalah
prinsipal sedangkan perusahaan adalah agen. Pemerintah yang bertindak
sebagai prinsipal memerintahkan kepada perusahaan untuk membayar
pajak sesuai dengan perundang-undangan pajak. Hal yang terjadi adalah
perusahaan sebagai agen lebih mengutamakan kepentingannya dalam
mengoptimalkan laba perusahaan sehingga meminimalisir beban, termasuk
beban pajak dengan melakukan penghindaran pajak.Manajer perusahaan
yang berkuasa dalam perusahaan untuk pengambilan keputusan sebagai
agen memiliki kepentingan untuk memaksimalkan labanya dengan
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan. Karakter manajer perusahaan
tentunya mempengaruhi keputusan manajer untuk memutuskan
kebijakannya untuk meminimalkan beban termasuk beban pajak dengan
mempertimbangkan berbagai macam hal seperti sales growth atau leverage.

6
2.1.2 Integritas Laporan Keuangan

Integritas laporan keuangan adalah laporan keuangan yang


menampilkan kondisi suatu perusahaan yang sebenarnya, tanpa ada yang
ditutup–tutupi atau disembunyikan (Tia Astria, 2011). Jadi, apabila seorang
auditor mengaudit laporan keuangan yang tidak berintegritas (tidak
mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya) maka, peluang
seorang auditor untuk dituntut akan semakin besar. Karena apabila laporan
keuangan yang tidak berintegritas itu ternyata laporan keuangan yang
overstate akan sangat merugikan bagi pengguna laporan keuangan tersebut
(Pancawati, 2010). Integritas sebagai prinsip moral yang tidak memihak
dan jujur, seseorang yang berintegritas tinggi memandang fakta seperti apa
adanya dan mengemukakan fakta tersebut seperti apa adanya Mulyadi
(2002:82-88). Mayangsari (2008) mendefinisikan integritas laporan
keuangan sebagai ukuran sejauh mana laporan keuangan yang disajikan
menunjukkan informasi yang jujur dan benar sehingga tidak menyesatkan
para pengguna dalam membuat keputusan. Menurut Pancawati (2010),
integritas laporan keuangan merupakan laporan yang menampilkan kondisi
perusahaan yang sebenarnya tanpa ada yang disembunyikan. Berdasarkan
berbagai pengertian integritas laporan keuangan tersebut dapat disimpulkan
bahwa integritas laporan keuangan merupakan penyajian laporan keuangan
secara jujur dengan menggambarkan realitas ekonomi perusahaan
sesungguhnya.

2.1.3 Dewan Komisaris Independen

Komisaris independen merupakan suatu badan dalam perusahaan


yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang independen berasal
dari luar perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan
secara keseluruhan (Emirzon, 2007). Komisaris independen bertujuan
untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam
rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak
lain yang terkait. Hal ini dikarenakan kegagalan dewan komisaris dalam
menjalankan fungsi pengendaliannya terhadap pihak dewan direksi dan

7
manajemen dengan baik. Adanya keberadaan komisaris independen pada
suatu perusahaan dapat mempengaruhi integritas suatu laporan keuangan
yang dihasilkan oleh manajemen karena terdapat badan yang mengawasi
dan melindungi hak pihak eksternal diluar manajemen perusahaan.

2.1.4 Kepemilikan Manajerial

Persentase saham yang dimiliki oleh manajemen termasuk


didalamnya persentase saham yang dimiliki oleh manajemen secara
pribadi maupun dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan
beserta afiliasinya (Susiana dan Herawaty,2007). Kepemilikan managerial
juga dapat berperan dalam membatasi perilaku menyimpang dari
manajemen. Kepemilikan managerial merupakan suatu mekanisme yang
dapat diterapkan dalam meningkatkan integritas laporan keuangan.
Dimana manajer akan cenderung bertindak dalam kepentingan pemegang
saham, antara lain dengan tidak memanipulasi informasi yang tersaji di
laporan keuangan.

2.1.5 Kepemilikan Institusional

Susiana dan Herawaty (2007) menyatakan kepemilikan institusional


merupakan persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan
lain baik yang berada di dalam maupun luar negeri serta saham yang
dimiliki pemerintah dalam maupun luar negeri. Shleifer dan Vishny (1986)
mengungkapkan large investors, seperti investor institusional terdiri dari
bank, perusahaan asuransi, maupun institusi lainnya memiliki kepemilikan
saham dalam jumlah signifikan sehingga suara mereka sangat berpengaruh
dalam pengambilan keputusan. Selain itu, investor institusional juga dapat
berperan dalam pengawasan terhadap kinerja manajer.

2.1.6 Komite Audit

Komite audit merupakan badan yang dibentuk oleh dewan direksi


untuk mengaudit operasi dan keadaan. Badan ini bertugas memilih dan
menilai kinerja perusahaan kantor akuntan publik (Susiana dan Herawaty,

8
2007). Dalam hal pelaporan keuangan, peran dan tanggungjawab komite
audit adalah mengawasi audit laporan keuangan dan memastikan agar
standar dan kebijaksanaan keuangan yang berlaku terpenuhi, memeriksa
ulang laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan standar dan
kebijaksanaan tersebut dan apakah sudah konsisten dengan informasi lain
yang diketahui oleh anggota komite audit, serta menilai mutu pelayanan
dan kewajaran biaya yang diajukan auditor eksternal (Supriyono, 1988).

2.1.7 Ukuran Perusahaan

Ardi Murdoko dan Lana (2007) mendefinisikan ukuran perusahaan


sebagai besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dilihat dari total aset,
penjualan, dan kapitalisasi pasar. Ketiga pengukuran tersebut sering
digunakan untuk mengidentifikasi besar kecilnya suatu perusahaan karena
semakin besar aset yang dimiliki oleh perusahaan, maka semakin besar
modal yang ditanam. Semakin besar penjualan, maka semakin besar pula
perputaran uang dalam perusahaan tersebut, dan semakin besar kapitalisasi
pasar maka perusahaan tersebut semakin dikenal oleh masyarakat.
Nuryaman (2009) mengungkapkan perusahaan yang berukuran besar
memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih luas sehingga berbagai
kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap
kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Semakin besar
suatu perusahaan, maka perusahaan akan menghadapi biaya politik yang
tinggi, perusahaan besar akan menghadapi tuntutan lebih besar dari para
stakeholder untuk menyajikan laporan keuangan yang lebih transparan

2.1.8 Leverage

Leverage merupakan pengukur besarnya aset yang dibelanjakan dari


utang (Brigham dan Houston:121125). Schiper (2012) menyatakan untuk
menghilangkan keraguan para pemegang obligasi terhadap dipenuhinya
hak-hak mereka sebagai kreditur, perusahaan perlu mengungkapkan
informasi dengan integritas yang tinggi. Oleh karena itu, perusahaan
dengan leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk mengungkapkan

9
informasi secara lebih luas dibandingkan perusahaan dengan leverage
yang rendah. Leverage menurut Kasmir kur kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka
panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Perusahaan dengan
leverage yang tinggi berarti perusahaan memiliki resiko keuangan yang
tinggi karena mengalami kesulitan keuangan yang disebabkan hutang yang
tinggi untuk membiayai aktivanya. Rasio hutang terhadap ekuitas yang
tinggi menunjukkan tingginya resiko keuangan perusahaan.

2.2 Penelitian Terdahulu


.

No Nama Judul Variabel Hasil


1 Yohana Kus Pengaruh 1.variabel Kepemilikan
Supratiwi(201 good dependen manajerial,dewan
6) corporate Integritas laporan komisaris kepemilikan
governance,ukeuangan institusional,komite
kuran 2.variabel audit,ukuran perusahann
perusahaan,le
independen berpengaruh positif dan
verage Dewan leverage berpengaruh
terhadap komisaris,kepemili negatif
integritas kan
laporan manajerial,kepemil
keuangan ikan
institusional,komite
audit,ukuran
perusahaan,leverag
e
2 Fitri dan Pengaruh 1.Variabel 1.Kepemilikan
Rochmi (2014) Reputasi Dependen: institusional dan
Auditor dan Integritas Laporan kepemilikan managerial
Mekanisme Keuangan tidak berpengaruh
Corporate 2. Variabel terhadap integritas
Governance Independen: laporan keuangan
terhadap Reputasi Auditor, 2. Komisaris independen
Integritas Komisaris dan reputasi auditor
Laporan Independen, berpengaruh terhadap
Keuangan Kepemilikan integritas laporan

10
Institusional, dan keuangan.
Kepemilikan
Managerial.
3 Defriandio dan Pengaruh 1.Variabel 1. Kepemilikan
Soliyah (2014 Mekanisme Dependen: institusional, komite
Corporate Integritas Laporan audit, komisaris
Governance Keuangan independen, dan kualitas
dan Kualitas 2. Variabel KAP tidak berpengaruh
KAP Independen: terhadap integritas
terhadap Mekanisme laporan keuangan 2.
Integritas Corporate Kepemilikan managerial
Laporan Governance berpengaruh terhadap
Keuangan (Kepemilikan integritas laporan
Managerial, keuangan.
Kepemilikan
Institusional,
Komite Audit, dan
Komisaris
Independen) dan
Kualitas KAP

11
2.3 Kerangka Pemikiran
Pada gambar 2.1 dibawah ini akan mengilustrasikan kerangka yang
akan mendukung dalam penelitian.kerangka pemikiran ini akan
menjelaskan pengaruh good corporate governance,ukuran perusahaan dan
laverage terhadap integritas laporan keuangan.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Dewan komisaris
independen(x1) H1

Kepemilikan manajerial(X2) H2
Integritas Laporan Keangan
H3
Kepemilikan institusional(X3) H4 (Y)
H5
Komite Audit(X4)

Ukuran perusahaan (X5) H6

Leverage (X6)

2.4 Pengembangan Hipotesis


Berdasarkan landasan teori,hasil penelitian terdahulu dan kerangka
pemikiran teoritis mengenai good corporate governance,ukuran
perusahaan,laverage terhadap integritas laporan keuangan,maka hipotesis
yang dapat dikembangkan adalah sebagi berikut:

2.4.1 Pengaruh Antara Dewan Komisaris Independen Terhadap


Integritas Laporan Keuangan

Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam perusahaan


yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang independen yang
berasal dari luar perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja
perusahaan secara luas dan keseluruhan. Komisaris independen bertujuan
untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam
rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak

12
lain yang terkait. Menurut (Tia Astria, 2011), dapat disimpulkan
keberadaan komisaris independen pada suatu perusahaan dapat
mempengaruhi integritas laporan keuangan yang dihasilkan oleh
manajemen. Jika perusahaan memiliki komisaris independen maka laporan
keuangan yang disajikan oleh manajemen cenderung lebih berintegritas,
karena terdapat badan yang mengawasi dan melindungi hak-hak diluar
perusahaan. Komisaris independen dapat menjadi penengah apabila terjadi
perselisihan diantara manajer internal dan mengawasi kebijakan-kebijakan
manajer serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris
independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi
monitoring agar tercipta perusahaan yang memenuhi good corporate
governance dan mengurangi resiko kecurangan yang dapat dilakukan
manajemen terhadap laporan keuangan sehingga dalam hal ini komisaris
independen dalam perusahaan dapat meningkatkan integritas laporan
keuangan. Berdasarkan uraian penjelasan diatas, maka hipotesis yang di
ajukan dalam penelitian ini adalah:H1 : Dewan Komisaris Independen
berpengaruh terhadap Integritas Laporan Keuangan

2.4.2 Pengaruh Antara Kepemilikan Manaerial Terhadap Integritas


Laporan Keuangan

Kepemilikan saham perusahaan merupakan salah satu mekanisme yang


dapat dipergunakan agar pengelola melakukan aktivitas sesuai kepentingan
pemilik perusahaan. Kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen
termasuk didalamnya dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun
dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya.
Kepemilikan manajerial berperan dalam membatasi perilaku menyimpang
dari manajemen perusahaan. Menurut (Tia Astria, 2011) Kepemilikan
manajerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat diterapkan dalam
meningkatkan integritas laporan keuangan. Dengan demikian, manajer
pada perusahaan yang memiliki persentase kepemilikan manajerial akan
cenderung memiliki tanggung jawab lebih besar dalam menjalankan
perusahaan, mengambil keputusan terbaik untuk kesejahteraan perusahaan,

13
dan melaporkan laporan keuangan dengan informasi yang benar dan jujur
sehingga memiliki integritas laporan keuangan yang tinggi. Kepemilikan
oleh manajer dapat menentukan kebijakan dan pengambil keputusan
terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka
kelola. Dengan demikian, manajer pada perusahaan yang memiliki
persentase kepemilikan manajerial akan cenderung memiliki tanggung
jawab lebih besar dalam menjalankan perusahaan, mengambil keputusan
terbaik untuk kesejahteraan perusahaan, dan melaporkan laporan keuangan
dengan informasi yang benar dan jujur sehingga memiliki integritas
laporan keuangan yang tinggi. Berdasarkan uraian penjelasan diatas, maka
hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini adalah: H2 : Kepemilkan
Manajerial berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

2.4.3 Pengaruh Antara Kepemilikan Institusional Terhadap Integritas


Laporan Keuangan

Kepemilikan institusional diukur dari persentase antara saham yang


dimiliki oleh institusi dibagi dengan banyaknya saham yang beredar.
Kepemilikan institusional adalah persentase hak suara yang dimiliki oleh
institusi. Kepemilikan institusional yang tinggi membatasi manajer untuk
melakukan pengelolaan laba dan dapat meningkatkan integritas laporan
keuangan. Hal ini berarti bahwa kepemilikan institusional dalam
perusahaan dapat meningkatkan monitoring terhadap perilaku manajer
dalam mengantisipasi manipulasi yang mungkin dilakukan sehingga dapat
meningkatkan integritas laporan keuangan. Berdasarkan uraian penjelasan
diatas, maka hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini adalah: H3:
Kepemilkan Institusioal berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan

2.4.4 Pengaruh Antara Komite Audit Terhadap Integritas Laporan


Keuangan

Komite audit harus terdiri dari individu-individu yang mandiri dan


tidak terlibat dengan tugas seharihari dari manajemen yang mengelola

14
perusahaan, dan yang memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi
pengawasan secara efektif. Salah satu dari beberapa alasan utama
kemandirian ini adalah untuk memelihara integritas serta pandangan yang
objektif dalam laporan serta penyusunan rekomendasi yang diajukan oleh
komite audit, karena individu yang mandiri cenderung lebih adil dan tidak
memihak serta objektif dalam menangani suatu permasalahan. Sesuai
dengan fungsi dan tujuan dibentuknya komite audit, yang salah satunya
yaitu memastikan laporan keuangan yang dihasilkan tidak menyesatkan
dan sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku umum, maka sedikit
banyak keberadaan dan efektivitas komite audit dalam perusahaan
berpengaruh terhadap kualitas dan integritas laporan keuangan yang
dihasilkan. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang dibuat adalah:
H4 : Komite Audit berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan.

2.4.5 Pengaruh Antara Ukuran Perusahaan Terhadap Integritas


Laporan Keuangan

Ukuran perusahaan merupakan rata–rata total penjualan bersih


untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun berikutya,
Brighamdan Houston (2007). Perusahaan dengan ukuran besar
diasumsikan dengan jumlah aktiva dan tingkat pendapatan yang besar
sehingga menghasilkan laba yang tinggi. Sebaliknya jika penjualan lebih
kecil dari pada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan
menderita kerugian. Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi
kelengkapan integritas laporan keuangannya. Menurut Karuniasari (2013)
Perusahaan yang berukuran besar cenderung lebih banyak
mengungkapkan butir-butir laporan keuangannya karena mereka memiliki
lebih banyak informasi yang lebih banyak diungkapkan. Perusahaan yang
berukuran besar juga diduga mempunyai karyawan ahli berkualitas yang
lebih memahami tentang integritas laporan keuangan. Faktor-faktor
pendukung yang dimiliki perusahaan kecil untuk memproduksi barang
berjumlah terbatas. Namun pada kenyataannya, perusahaan berukuran

15
kecil lebih mampu bertahan menghadapi krisis ekonomi. Perusahaan kecil
mungkin tidak memiliki sumber daya untuk mengumpulkan dan
menampilkan informasi yang luas pada laporan keuangan mereka sebab
banyak aktivitas banyak pula biaya yang dikeluarkan. Dengan demikian,
perusahaan dengan ukuran lebih besar akan lebih banyak melakukan
pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan uraian penjelasan diatas,
maka hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini adalah: H5 : Ukuran
Perusahaan berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

2.4.6 Pengaruh Antara Leverage Terhadap Integritas Laporan


Keuangan

Leverage merupakan proporsi total hutang terhadap rata-rata ekuitas


pemegang saham. Rasio ini digunakan untuk memberikan gambaran
mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan sehingga dapat dilihat
tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Perusahaan dengan leverage
yang tinggi berarti perusahaan memiliki resiko keuangan yang tinggi
karena mengalami kesulitan keuangan yang disebabkan hutang yang tinggi
untuk membiayai aktivanya. Modugu et al (2012) menyatakan perusahaan
yang mengalami rugi cenderung memerlukan auditor untuk memulai
proses pengauditan lebih lambat dari biasanya. Hal ini menunjukkan
bahwa resiko keuangan yang tinggi akan memperlambat manajemen untuk
menginformasikan kinerja perusahaan dan meningkatkan upaya
kecurangan untuk memanipulasi laporan keuangan. Perusahaan dengan
tingkat leverage yang tinggi akan memiliki kecenderungan untuk
melakukan pengungkapan laporan keuangan yang lebih luas jika
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki leverage lebih rendah.
Hal ini didorong agar para pemegang obligasi perusahaan tidak ragu
terhadap kinerja manajemen perusahaan dan hak-hak mereka sebagai
kreditur dapat terpenuhi. Oleh karena itu, perusahaan dengan leverage
yang tinggi lebih memilih untuk meningkatkan integritas laporan
keuangannya di mata para stakeholder, khususnya bagi para kreditur.

16
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang dibuat adalah: H6 :
Leverage berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

17
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Jenis penelitian ini adalah causal study, yang terdiri atas angka-
angka seperti jumlah saham yang beredar, harga saham penutupan
perusahaan dan laporan keuangan perusahaan. Data sekunder yang
digunakan adalah annual report semua perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan rentang waktu 2016-2018.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2016-2018. Sedangkan sampel dalam penelitian ini
dengan menggunakan metode purposive sampling dengan menggunakan
kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode tahun 2016-2018
b. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan per 31
Desember 2016 sampai dengan 31 Desember 2018
c. Perusahaan manufaktur yang mempunyai nilai ekuitas positif
selama periode tahun 2016-2018

3.2 Deskripsi Penelitian dan Cara Pengukuran

3.2.1 Variabel Independen

1. Dewan Komisaris Independen


Dewan komisaris independen dapat dihitung dengan cara
menghitung presentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar
perusahaan terhadap seluruh ukuran dewan komisaris
perusahaan,menurut (Ujiyanto 2007) dapat diukur dengan rumus:
DKI = DK luar

UDK

18
Keterangan:

DKI=Dewan komisaris independen

DK luar=Jumlah anggota dewan komisaris berasal dari luar perusahaan

UDK=Ukuran dewan komisaris

2. Kepemilikan manajerial
Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial
adalah persentase saham yang dimiliki oleh manajemen meliputi
direksi dan komisaris perusahaan. Menurut (Boediono 2005) Rumus
dapat dilihat sebagai berikut:

KM =Jumlah saham yang dimiliki manajemen x100%


Jumlah saham yang beredar
3. Kepemilikan institusional
Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan institusional
adalah persentase saham yang dimiliki oleh institusi/perusahaan lain.
Menurut (Boediono 2005) rumus dapat dilihat sebagai berikut:
KI = Jumlah saham yang dimiliki insitusi x 100%
Jumlah saham yang beredar
4. Komite audit
Komite audit dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan jumlah
komite audit dalam sebuah perusahaan setiap tahunnya.
5. Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini menggunakan market
value atas market capitalization yaitu harga pasar dikalikan dengan
jumlah saham beredar.Menurut (Ardi Murdoko dan Lana (2007).Dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Nilai Pasar = Harga Pasar x Total Saham yang beredar
6. Leverage
Rasio leverage diukur dengan total hutang dibagi total ekuitas
(Ardi Murdoko dan Lana, 2007). Total Debt to Equity Ratio (Rasio

19
Hutang terhadap Ekuitas) merupakan perbandingan antara hutang-
hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan
kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh
kewajibanya. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
(DER)= Total Hutang
Total Ekuitas

3.2.2 Variabel Dependen

1. Integritas laporan keuangan

Dalam penelitian ini integritas laporan keuangan diukur dengan


menggunakan konservatisme dengan asumsi non-operating accruals yang
dikemukakan Givoly dan Hayn (2002) menyatakan bahwa apabila akrual
bernilai negatif, maka laba dapat digolongkan konservatif, yang
disebabkan karena laba yang diperoleh perusahaan lebih rendah dari cash
flow pada periode tertentu. Dengan demikian, semakin konservatif suatu
perusahaan maka akan semakin tinggi integritas laporan keuangan
perusahaan tersebut.

Indikator yang digunakan untuk mengukur integritas laporan


keuangan adalah total accrual yang dihitung dengan cara pendapatan
bersih ditambah depresiasi dan hasilnya dikurangi arus kas dari
operasional. Indikator kedua adalah operating accrual yang dihitung
dengan cara piutang ditambah persediaan ditambah biaya dibayar dimuka
dikurangi utang dikurangi biaya yang akan dibayar dikurangi utang pajak.

Rumus dapat dilihat sebagai berikut :

Non-operating accruals = Total accruals - Operating accruals

Dimana:

Total accrual   = (net income + depreciation) – cash flow from


operational.

Operating accrual= account receivable + inventories +  prepaid expense


– account payable - accrued expense – tax payable

20
3.3 Populasi dan Sampel

Populasi di dalam penelitian ini merupakan perusahaan manufaktur yang tercatat


di BEI tahun 2016 – 2018. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi. Data sekunder yang sekunder
sekunder yang berupa data kuantitatif yang terdiri atas angka-angka seperti jumlah
saham yang beredar, harga saham penutupan perusahaan dan laporan keuangan
perusahaan. Data sekunder yang digunakan adalah annual report semua perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan rentang waktu
2016-2018

3.4 Metode Analisis Data


1. Analisis Regresi Berganda

21
DAFTAR PUSTAKA

Gayatri, Ida Ayu Sri dan Suputra, I Dewa Gede Dharma. 2013. Pengaruh
Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Integritas
Laporan Keuangan. EJurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.2 : 345-360

Ardi Murdoko Sudarmadji dan Lana Sularto, 2007. “Pengaruh Ukuran


Perusahaan, Profitabilitas, lev-erage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap
Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan”, Jurnal akutansi, Vol.2.
Hlm 259260.

22
23

Anda mungkin juga menyukai