Anda di halaman 1dari 5

PEMBUATAN SALEP ANTI JERAWAT DARI EKSTRAK RIMPANG

TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)


Selfie P.J. Ulaen, Yos Banne, Ririn A. Suatan

Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

Abstrak : Temulawak merupakan salah satu tanaman yang berkhasiat untuk mengobati jerawat. Salah
satu faktor pemicu timbulnya jerawat adalah produksi minyak yang berlebih pada kulit wajah. Oleh
karena itu dibutuhkan sediaan yang tidak mengandung bahan dasar yang berlemak yang bisa memicu
produksi minyak berlebih pada wajah. Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu sediaan salep anti
jerawat dari ekstrak rimpang temulawak yang memenuhi syarat pengujian sediaan salep. Penelitian ini
adalah penelitian deskriptif yang dilakukan di laboratorium. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah rimpang temulawak. Rimpang temulawak dibuat menjadi ekstrak kental menggunakan metode
maserasi. Hasil ekstrak kental yang diperoleh dibuat menjadi salep, dengan basis salep larut air yang
terdiri dari 40% PEG 4000 dan 60% PEG 400 serta nipagin sebagai pengawet. Salep kemudian melewati
beberapa uji diantaranya uji organoleptik, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji kemampuan
proteksi, uji daya serap, uji daya lekat dan uji ukuran partikel. Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak
rimpang temulawak dapat dibuat menjadi sediaan salep yang memenuhi persyaratan pengujian sediaan
salep.

Kata Kunci : Salep anti jerawat, Ekstrak rimpang temulawak.

Kulit merupakan salah satu panca indera dengan cepat dan menyebabkan timbulnya
manusia yang terletak di permukaan tubuh. jerawat (Mumpuni dan Wulandari, 2010). Oleh
Berkaitan dengan letaknya yang ada di karena itu dibutuhkan kosmetika untuk
permukaan tubuh maka kulit merupakan organ mengobati jerawat agar bakteri penyebab
pertama yang terkena pengaruh tidak jerawat tersebut dapat dihilangkan.
menguntungkan dari lingkungan (Santoso, Sediaan anti jerawat telah banyak
2001). Kulit mempunyai bermacam-macam beredar di pasaran, baik dalam bentuk gel,
fungsi dan kegunaan, diantaranya kulit salep, krim dan losio tetapi dari jenis sediaan
berfungsi sebagai termostat dalam tersebut salep lebih cocok digunakan untuk
mempertahankan suhu tubuh, melindungi tubuh jerawat. Sediaan salep merupakan bentuk
dari serangan mikroorganisme, sinar ultraviolet sediaan yang memiliki konsistensi yang cocok
dan berperan pula dalam mengatur tekanan digunakan untuk terapi penyakit kulit yang
darah (Lachman, 1994). disebabkan oleh bakteri. Sediaan salep dengan
Secara alamiah kulit telah berusaha basis PEG dapat melepaskan zat aktif dengan
untuk melindungi diri dari serangan baik dibandingkan dengan basis yang larut
mikroorganisme dengan adanya tabir lemak di minyak, selain itu basis ini juga cocok untuk
atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak kulit yang berjerawat karena tidak mengandung
dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta minyak (Pasroni dkk, 2004).
adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai Saat ini masih banyak masyarakat yang
sawar kulit (Wasitaatmadja, 2007). Namun lebih memilih menggunakan kosmetika
dalam kondisi tertentu faktor perlindungan tradisional, meskipun penggunaannya sedikit
alamiah tersebut tidak mencukupi dan rumit namun lebih aman untuk kesehatan kulit.
seringkali akibat bakteri yang melekat pada Banyak tumbuh-tumbuhan di sekitar kita yang
kulit menyebabkan terjadinya jerawat. Jerawat dapat dimanfaatkan untuk kesehatan maupun
(acne) adalah salah satu penyakit kulit yang kecantikan. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza
selalu mendapat perhatian bagi para remaja dan Roxb.) adalah salah satu dari berbagai jenis
dewasa muda (Yuindartanto, 2009). Kulit yang tanaman yang bermanfaat untuk kesehatan.
berminyak menyebabkan pori-pori tersumbat, Temulawak (Curcuma xanthorrhiza
sehingga bakteri anaerobic seperti Roxb.) mempunyai banyak khasiat, salah satu
Staphyloccocus aureus akan berkembang biak khasiat temulawak adalah dapat mengobati
45
jerawat. Temulawak mengandung fraksi pati, PEG 400 55,33 %
kurkuminoid dan minyak atsiri, kurkuminoid Nipagin 0,18 %
pada temulawak terdiri dari kurkumin dan Oleum citri qs
desmetoksikurkumin, kandungan kurkumin Ekstrak rimpang temulawak dibuat
pada rimpang temulawak berkhasiat dengan metode maserasi menggunakan pelarut
menetralkan racun, meningkatkan sekresi etanol 95% (Tobo, 2001). Salep dibuat dengan
empedu, menurunkan kadar kolesterol dan cara larutkan nipagin dengan PEG-400
trigliserida darah, sebagai antibakteri serta kemudian lebur PEG-4000 dan campuran PEG-
mencegah terjadinya perlemakan dalam sel-sel 400 dengan nipagin di atas tangas air, aduk
hati dan sebagai antioksidan penangkal sampai dingin. Tambahkan ekstrak rimpang
senyawa-senyawa radikal bebas yang berbahaya temulawak ke dalam campuran basis tersebut,
(Yasni, 1993). Minyak atsiri pada temulawak lalu diaduk sampai homogen. Setelah homogen,
juga berkhasiat fungistatik pada beberapa jenis ditambahkan oleum citri sedikit demi sedikit
jamur dan bakteriostatik pada beberapa mikroba dalam campuran tersebut. Kemudian dilakukan
(Dalimartha, 2002). pengujian salep.
Sebelumnya telah dilakukan penelitian Pengujian salep meliputi Uji
tentang temulawak yang memberikan hasil organoleptis (Anonim, 2012a), Uji homogenitas
bahwa ekstrak rimpang temulawak bersifat (Ditjen POM, 1979), Pengukuran pH (Ditjen
antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan POM, 1979), Uji daya sebar (Maulidaniar dkk,
Staphylococcus epidermis, bakteri yang 2011), Uji kemampuan proteksi (Anonim,
diisolasi dari permukaan kulit yang berjerawat. 2012b), Uji daya serap air (Lachman, 1994), Uji
Ekstrak rimpang temulawak dengan konsentrasi daya lekat (Anonim, 2012a) dan Uji ukuran
1,9%, 3,8% dan 7,6% b/v dalam sediaan krim partikel yang dilakukan dengan mengambil
dengan basis minyak dalam air dapat digunakan sejumlah salep kemudian diletakkan pada
untuk menghambat pertumbuhan mikroba bagian atas kaca obyek kemudian diratakan
penyebab jerawat tersebut. Dari ketiga dengan bantuan kaca obyek yang lainnya dan
konsentrasi tersebut yang memiliki aktivitas dimati di bawah mikroskop menggunakan salep
antibakteri tertinggi tanpa menimbulkan iritasi pembanding Slimming Gel Mustika Ratu.
adalah konsentrasi 7,6 % b/v (Soebagio dkk,
2006). HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk membuat Hasil
sediaan salep anti jerawat dari ekstrak rimpang Dari hasil ekstraksi rimpang temulawak
temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) yang secara maserasi diperoleh ekstrak kental
memenuhi syarat pengujian sediaan salep. sebanyak 50 gram. Ekstrak rimpang temulawak
yang digunakan untuk pembuatan salep anti
METODE jerawat dari ekstrak rimpang temulawak
Penelitian yang digunakan adalah jenis sebanyak 12,16 gram. Berdasarkan penelitian,
penelitian deskriptif yang dilakukan di formulasi salep ekstrak rimpang temulawak
laboratorium. Penelitian dilaksanakan di menghasilkan suatu sediaan semi padat yang
Laboratorium Farmakognosi dan Laboratorium memiliki konsistensi yang baik. Salep anti
Farmasetika Poltekkes Kemenkes Manado jerawat yang di buat dari ekstrak rimpang
Jurusan Farmasi bulan Februari-Juli 2012. temulawak menggunakan dasar salep larut air,
Sampel yang digunakan adalah rimpang terdiri dari campuran 40% PEG 4000 dan 60%
temulawak yang digunakan dalam penelitian ini PEG 400 dengan penambahan nipagin sebagai
diambil dari kelurahan Kotobangon, Kecamatan pengawet.
Kotamobagu Timur. Hasil pengujian salep ekstrak rimpang
Rancangan formula : temulawak dapat dilihat pada tabel berikut :
Ekstrak rimpang temulawak 7,6 %
PEG 4000 36,89 %

46
Tabel 1. Hasil pengujian salep ekstrak rimpang temulawak
No. Uji Hasil
1. Organoleptik Bentuk : setengah padat
Bau : bau khas rimpang temulawak
Warna : kuning kecoklatan
2. Homogenitas Bagian atas : homogen
Bagian tengah : homogen
Bagian bawah : homogen
3. pH 5 (Univesal Indikator E-Merck)
4. Daya sebar 5,3 cm
5. Kemampuan proteksi < 1 menit
6. Daya serap 160%
7. Daya lekat 23 detik
8. Ukuran partikel salep pembanding memiliki ukuran partikel yang lebih kecil
dibandingkan salep ekstrak rimpang temulawak

Pembahasan adalah homogen (SNI, 1996). Sediaan yang


Penelitian ini dilakukan untuk membuat homogen akan memberikan hasil yang baik
suatu sediaan anti jerawat, bahan aktif yang karena bahan obat terdispersi dalam bahan
dipilih adalah rimpang temulawak. Rimpang dasarnya secara merata, sehingga dalam setiap
temulawak sebagai bahan aktif dibuat ekstrak bagian sediaan mengandung bahan obat yang
dengan menggunakan metode maserasi. Basis jumlahnya sama. Jika bahan obat tidak
salep yang digunakan dalam penelitian ini terdispersi merata dalam bahan dasarnya maka
adalah basis salep larut air yaitu campuran 40% obat tersebut tidak akan mencapai efek terapi
PEG 4000 dan 60% PEG 400. Basis salep yang diinginkan.
tersebut dipilih karena tidak mengandung bahan Berdasarkan hasil pengujian diketahui
berlemak, sehingga baik untuk sediaan anti pH sediaan 5, pH tersebut memenuhi
jerawat. Bahan berlemak dapat memicu persyaratan pH sediaan topikal yaitu antara 4,5
produksi minyak berlebih pada wajah sehingga – 6,5. Kulit yang normal memiliki pH antara
dapat menyebabkan timbulnya jerawat. Selain 4,5 - 6,5 sehingga sediaan topikal harus
itu, digunakan nipagin sebagai pengawet untuk memiliki pH yang sama dengan pH normal
menjaga ketahanan sediaan. kulit tersebut. Kesesuaian pH kulit dengan pH
Oleum citri juga ditambahkan untuk sediaan topikal mempengaruhi penerimaan kulit
memperbaiki bau dari salep ekstrak rimpang terhadap sediaan. Sediaan topikal yang ideal
temulawak. Penambahan parfum dalam sediaan adalah tidak mengiritasi kulit. Kemungkinan
anti jerawat akan menimbulkan iritasi kulit, iritasi kulit akan sangat besar apabila sediaan
maka oleum citri dipilih untuk memperbaiki terlalu asam atau terlalu basa.
bau dari salep ekstrak rimpang temulawak, Hasil uji daya sebar, menunjukkan
karena selain tidak mengiritasi kulit oleum citri diameter penyebaran salep setelah ditutupi
juga berkhasiat untuk jerawat. dengan kaca adalah 5,3 cm. Setelah diberi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah beban 300 gram diameter tetap 5,3 cm.
dilakukan diperoleh hasil sediaan salep anti Persyaratan daya sebar untuk sediaan topikal
jerawat dari ekstrak rimpang temulawak yang yaitu sekitar 5-7 cm, maka berdasarkan hasil uji
memiliki konsistensi baik. Secara organoleptis daya sebar pada sediaan dapat dikatakan bahwa
terlihat bentuk sediaan setengah padat. Warna sediaan sudah memenuhi syarat daya sebar
sediaan kuning kecoklatan karena warna alami yang baik. Daya sebar yang baik menyebabkan
dari rimpang temulawak, sedangkan bau kontak antara obat dengan kulit menjadi luas,
sediaan berbau khas temulawak. Hasil uji sehingga absorpsi obat ke kulit berlangsung
homogenitas menunjukkan susunan yang cepat. Viskositas suatu sediaan berpengaruh
homogen karena pada bagian atas, tengah dan pada luas penyebarannya. Semakin rendah
bawah sediaan terdapat penyebaran partikel viskositas suatu sediaan maka penyebarannya
secara merata. Adapun syarat sediaan yang baik akan semakin besar sehingga kontak antara obat

47
dengan kulit semakin luas dan absorbsi obat ke Semakin kecil ukuran partikel suatu zat dalam
kulit akan semakin cepat (Maulidaniar dkk, sediaan salep maka semakin cepat bahan obat
2011). masuk atau terabsorpsi ke dalam kulit sehingga
Hasil pengujian kemampuan proteksi dapat menghasilkan efek yang diinginkan.
menunjukkan noda merah pada salep ekstrak Berdasarkan hasil pengujian yang telah
rimpang temulawak. Noda merah terbentuk dilakukan salep ekstrak rimpang temulawak
kurang dari 1 menit setelah penambahan larutan memiliki daya sebar dan daya lekat baik. Salep
KOH, sedangkan pada basis salep tidak ekstrak rimpang temulawak juga memiliki pH
menimbulkan reaksi noda merah selama lebih sesuai dengan pH normal kulit sehingga tidak
dari 10 menit. Basis salep yang baik dapat mengiritasi kulit. Ukuran partikel salep ekstrak
melindungi kulit dari pengaruh luar seperti rimpang temulawak lebih besar dibandingkan
asam-basa, debu dan sinar matahari pada waktu salep pembanding, karena salep pembanding
pengobatan, ditandai dengan tidak terbentuknya yang digunakan merupakan salep yang bahan
noda merah setelah penambahan KOH. obatnya terabsorpsi ke lapisan kulit paling
Berdasarkan hasil uji dapat dikatakan basis dalam sedangkan salep ekstrak rimpang
salep yang digunakan memenuhi syarat uji daya temulawak efeknya hanya di permukaan kulit.
proteksi, sedangkan terbentuknya noda merah Basis salep juga sangat mempengaruhi
pada salep ekstrak rimpang temulawak kualitas suatu sediaan. Basis salep yang
dikarenakan zat aktif dari salep yang bereaksi digunakan dalam penelitian ini merupakan basis
dengan KOH. salep larut air yang memiliki daya serap air
Pengujian daya serap air menunjukkan yang baik. Basis larut air juga memiliki daya
daya penyerapan air sediaan salep adalah 160%. proteksi yang baik terhadap kulit.
Basis yang digunakan dalam penelitian
merupakan basis larut air sehingga daya serap KESIMPULAN DAN SARAN
air sediaan baik. Basis larut air dapat bercampur Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak
atau larut dengan air. Hasil uji daya lekat salep rimpang temulawak dapat dibuat menjadi
menunjukkan kemampuan melekat salep adalah sediaan salep yang memenuhi syarat pengujian
23 detik atau sekitar 0,38 menit. Adapun syarat sediaan salep.
waktu daya lekat yang baik adalah tidak kurang Perlu dilakukan pengembangan dan
dari 4 detik. Berdasarkan hasil uji yang sosialisasi pemanfaatan tanaman obat seperti
dilakukan sediaan ini sudah memenuhi syarat temulawak dalam bidang kosmetika.
daya lekat. Semakin lama salep melekat pada
kulit maka efek yang ditimbukan juga semakin DAFTAR PUSTAKA
besar. Salep dikatakan baik jika daya lekatnya Anonim. (2012a).
itu besar pada tempat yang diobati (misal kulit), http://www.scribd.com/doc/80518334/3
karena obat tidak mudah lepas sehingga dapat 2048631-laporan-salep-tetrasiklin.
menghasilkan efek yang diinginkan. diakses tanggal 29 April 2012, 15 : 08
Pengujian ukuran partikel dilakukan Wita.
dengan membandingkan ukuran partikel salep Anonim. (2012b).
ekstrak rimpang temulawak dan salep http://www.scribd.com/doc/74995745/ju
pembanding yang sudah beredar di pasaran. rnal-salep. diakses tanggal 31 April
Sebagai salep pembanding digunakan Slimming 2012, 02:00 Wita.
Gel Mustika Ratu. Berdasarkan hasil Dalimartha, S. (2002). Atlas Tumbuhan Obat
pengamatan terlihat ukuran partikel pada salep Indonesia. Trubus Agriwidya. Jakarta
pembanding lebih kecil daripada salep ekstrak Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia.
rimpang temulawak. Salep pembanding yang Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan RI.
digunakan merupakan sediaan salep yang bahan Jakarta.
obatnya terabsorpsi sampai ke lapisan kulit Lachman, L., Lieberman, A. H. dan Kanig, J.
bagian dalam, oleh karena itu ukuran partikel L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi
nya harus lebih kecil agar dapat terabsorpsi. Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi.

48
Edisi Ketiga. Univesitas Indonesia. (Curcuma xanthorrhiza Roxb..).
Jakarta. Makalah Poster pada Pertemuan Ilmiah
Pasroni., Marchaban. dan Yulianti, T. (2004). Pembuatan Sediaan Temulawak
Uji Aktivitas Temu ireng (Curcuma (Curcuma xanthorrhiza ROXB) dari
aeruginosa Roxb.) sebagai Anti Jamur Produk Empiris sampai Produk
dalam Sediaan Salep ; Pengaruh Tipe Fitofarmaka di Universitas Padjajaran
Basis Beminyak dan Tipe Basis larut Bandung, dipublikasikan. 16 September
air. Media Farmasi Medan, 2006.
dipublikasikan. Tobo, F., Mufidah, H. B. dan Makhmud, A. I.
Maulidaniar, R., Rahima, S. R., Rita, M., (2001). Fitokimia I (Ekstraksi
Hamidah, N. dan Yuda, A. W. (2011). Komponen Kimia Bahan Alam). Jurusan
Gel Asam Salisilat. Universitas Farmasi FMIPA. Universitas
Lambung Mangkurat Banjar Baru, Hassanudin. Makassar.
dipublikasikan. Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu
Mumpuni, Y. dan Wulandari, A. (2010). Cara Kosmetik Medik. Universitas Indonesia.
Jitu Mengatasi Jerawat. Andi. Jakarta.
Yogyakarta. Yasni, S., Yoshi, K. and Oda, H (1993). Dietary
Santoso, D. (2001). Ramuan Tradisional untuk Curcuma Xanthorrhiza Roxb. Increased
Penyakit Kulit, Edisi Kedua. Penebar Mitogenic responses of
Swadaya. Jakarta. Spleniclymphocytes in Rats and Alters
SNI, 1996. SNI. 16-4399-1996 Sediaan Tabir Population of the Lymphocyes in Mice. J
Surya. Dewan Standarisasi Nasional. Nutri Science Vitaminol.
Jakarta. Yuindartanto, A. (2009). Acne Vulgaris.
Soebagio, B., Soeryati, S. dan Fauziah, K. Fakultas Kedokteran Universitas
(2006). Pembuatan Sediaan Krim Indonesia. Jakarta.
Antiakne Ekstrak Rimpang Temulawak

49

Anda mungkin juga menyukai