LP NICU Bab 1
LP NICU Bab 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang
asuhan keperawatan pada anak dengan RDS
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa/i mampu memahami tentang pengertian RDN
b. Mahasiswa/i mampu memahami tentang penyebab RDN
c. Mahasiswa/i mampu memahami tentang patofisiologi RDN
d. Mahasiswa/i mampu memahami tentang manifestasi klinik dari RDN
e. Mahasiswa/i mampu memahami tentang komplikasi dari RDN
f. Mahasiswa/i mampu m memahami tentang pemeriksaan diagnostik
RDN
g. Mahasiswa/i mampu m memahami tentang penatalaksanaan RDN
h. Mahasiswa/i mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada
RDN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3 Etiologi
Menurut Suriadi dan Yulianni (2006) etiologi dari RDS yaitu:
1. Ketidakmampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka.
2. Alveoli masih kecil sehingga mengalami kesulitan berkembang dan
pengembangan kurang sempurna. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar
kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi
prematur dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan daya
berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas.
3. Membran hialin berisi debris dari sel yang nekrosis yang tertangkap dalam
proteinaceous filtrat serum (saringan serum protein), di fagosit oleh
makrofag.
4. Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram.
5. Adanya kelainan di dalam dan di luar paru
Kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini adalah
pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membran hialin (PMH).
6. Bayi prematur atau kurang bulan
Diakibatkan oleh kurangnya produksi surfaktan. Produksi surfaktan ini
dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, semakin muda usia kehamilan,
maka semakin besar pula kemungkinan terjadi RDS.
Etiologi untuk penyakit RDS atau PMH sampai sekarang belum
diketahui dengan pasti (idiopatik). Tetapi dapat diketahui beberapa faktor
predisposisi penyebab sindrom ini dapat terjadi yaitu :
1. Kelainan faktor pertumbuhan (kematangan paru belum sempurna)
2. Bayi dengan prematuritas
3. Ibu yang menderita gangguan perfusi darah uterus selama kehamilan,
misalnya ibu yang menderita diabetes melitus, toksemia gravidarum,
hipotensi, seksio sesar, dan perdarahan antepartum
4. Pembentukan substansi surfaktan paru yang tidak sempurna.
Kelainan dianggap terjadi karena faktor pertumbuhan atau
pematangan paru yangbelum sempurna antara lain: bayi prematur,
terutama bila ibu menderita gangguan perfusi darah uterus selama
kehamilan, misalnyaibu dengan: diabetes, toxemia, hipotensi,
perdarahan, sebelumya melahirkan bayi dengan PMH.
Penyakit membrane hialin atau RDS ini diperberat dengan:
asfiksia pada perinatal, hipotensi, infeksi, bayi kembar.
Sindroma gawat pernafasan hampir selalu terjadi pada bayi
prematur, semakin prematur, semakin besar kemungkinan terjadinya
sindroma ini. Sindroma gawat pernafasan juga cenderung banyak
ditemukan pada bayi yang ibunya menderita diabetes. Bayi yang
sangat prematur mungkin tidak mampu untuk memulai proses
pernafasan karena tanpa surfaktan paru-paru menjadi sangat kaku.
Bayi yang lebih besar bisa memulai proses pernafasan, tetapi karena
paru-paru cenderung mengalami kolaps, maka terjadilah sindroma
gawat pernafasan.
Beberapa penyebab yang dapat menimbulkan gangguan
pernapasan pada bayi baru lahir adalah :
a) Atelektasis
Pengembangan paru yang tidak lengkap saat lahir atau sebentar
setelah lahir bisa mengenai satu lobus paru atau yang mengenai
satu lobus paru
b) Pematangan paru yang kurang sempurna pada bayi baru lahir
Pada bayi premature alat-alat tubuhnya belum matur dan terbentuk
kurang sempurna baik anatomic maupun fisiologik
c) Pembentukkan substansi surfaktan yang tidak sempurna
Surfaktan adalah zat yang memegang peranan penting dalam
pengembangan paru dan terdiri dari protein, karbohidrat, dan lemak.
Senyawa utama zat tersebut adalah lesitin. Zat ini terbentuk pada
kehamilan 22-24 minggu dan mencapai maksimum pada minggu ke-
35
d) Tidak lancarnya absorbsi cairan paru
e) Pusat pernapasan di medulla yang belum matur
Sering timbul pernapasan periodic atau apnea. Bentuk pernapasan
ini sering ditemukan pada bayi dengan berat badan < 2000 gram
atau masa gestasi < 36 minggu, jarang timbul dalam 24 jam pertama
kelahiran dan dapat berlangsung sampai kira-kira 6 minggu.
f) Belum menutup duktus arteriola
g) Aspirasi mekonium yang masif
Hal ini terjadi apabila cairan amnion yang mengandung cairan
mekonium terinhalasi oleh bayi.
h) Pneumonia bakteri atau virus
i) Sepsis
j) Obstruksi mekanis
k) Hipotermia
Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang
relative lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya
lemak cokelat (brown fat). (Wong, 2004)
2.1.4 Patofisiologi
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur
disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang,
pengembangan kurang sempurna karena dinding thorax masih lemah,
produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan
kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut
menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru
(compliance) menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting
intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang
menyebabkan asidosis respiratorik. Telah diketahui bahwa surfaktan
mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein, lipoprotein ini berfungsi
menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap
mengembang. Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan
berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan
tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya
atelektasis yang luas dari rongga udara bagian distal menyebabkan edema
interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi
dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi
tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis
yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan keracunan oksigen,
menyebabkan kerusakan pada endothelial dan epithelial sel jalan pernafasan
bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari
darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah
jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk
pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada
bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan
dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal
Displasia (BPD) (Aziz alimul Hidayat,2008).
2.1.6 Komplikasi
Menurut Suriadi dan Yulianni (2006) komplikasi yang kemungkinan terjadi
pada RDS yaitu:
a. Komplikasi jangka pendek
1) Kebocoran alveoli
Apabila dicurigai terjadi kebocoran udara (pneumothorak,
pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema interstitial), pada
bayi dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinikal
hipotensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis yang menetap.
2) Jangkitan penyakit karena keadaan penderita yang memburuk dan
adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat
timbul kerana tindakan invasif seperti pemasangan jarum vena, kateter,
dan alat-alat respirasi.
3) Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular: perdarahan
intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi
terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
b. Komplikasi jangka panjang
Komplikasi jangka panjang dapat disebabkan oleh keracunan oksigen,
tekanan yang tinggi dalam paru, memberatkan penyakit dan kekurangan
oksigen yang menuju ke otak dan organ lain. Komplikasi jangka panjang
yang sering terjadi yaitu:
1) Bronchopulmonary Dysplasia (BPD)
Merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen
pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan
tingginya volume dan tekanan yang digunakan pada waktu
menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan
defisiensi vitamin A. Insiden BPD meningkat dengan menurunnya masa
gestasi.
2) Retinopathy prematur
Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang
berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi
intrakranial, dan adanya infeksi.
2.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) tindakan untuk mengatasi masalah
kegawatan pernafasan meliputi:
a. Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.
b. Mempertahankan keseimbangan asam basa.
c. Mempertahankan suhu lingkungan netral.
d. Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.
e. Mencegah hipotermia.
f. Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:
a. Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.
b. Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan
cairan paru.
c. Fenobarbital.
d. Vitamin E menurunkan produksi radikal bebas oksigen.
g. Metilksantin (teofilin dan kafein) untuk mengobati apnea dan untuk
pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik.
h. Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam
pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan eksogen (derifat dari
sumber alami misalnya manusia, didapat dari cairan amnion atau paru
sapi, tetapi bisa juga berbentuk surfaktan buatan).
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Bentuk kepala Normochepal, fontanel Anterior masih lunak, Ubun-
ubun besar dan kecil belum menutup, sutura sagital datar dan
teraba,.
Mata
Mata simetris, reflek terhadap sentuhan, reflek pupil, respon
terhadap cahaya, reflek kedip.
Telinga
Telinga lunak dan mudah terlipat
Hidung
Bentuk simetris, pernafasan cuping hidung
Mulut
Simetris, kebiruan, stomatitis, refleks hisap, reflek rooting
Dada dan Paru- paru
- Penampian umum : Bentuk dada menonjol bentuk dada burung
(pektus karniatum), pergerakan antara dada kiri dan dada
kanan sama, retraksi suprasternal, intercosta, retraksi dinding
epigastrium
- Terdengar suara napas merintih saat ekspirasi (expiratory
grunting)
- Frekuensi nafas: takipneu adalah manifestasi awal distress
pernafasan pada bayi
Jantung
Penilaian fungsi kardiovaskuler meliputi:
- Frekuensi jantung dan tekanan darah adanya sinus tachikardi
merupakan rspon umum adanya stress, ansietas, nyeri, demam,
atau kelainan fungsi jantung.
Abdomen
Bentuk abdomen supel dan auskultasi bising usus terdengar 6-12
kali/menit
Ekstremitas
Ekstermitas dapat bergerak bebas, ujung jari merah mudah/
syanosis, CRT dalam waktu 2 detik.
Kulit
Warna kulit, sianosis, skin rush, ikterik, turgor kulit jelek, kulit
longgar disebabkan karena lemak subkutan berkurang, terdapat
lanugo.
c. Pemeriksaan penunjang
Foto rontgen thorak
Untuk mengetahui luasnya paru/alveoli yang kolaps, dan
komplikasi RDS ke organ lain seperti jantung
Pemeriksaan hasil analisa gas darah
Untuk mengetahui keseimbangan asam basa dalam tubuh. Untuk
mengetahui adanya hipoksemia, hipokapnia, dan alkalosis
respiratori ( pH >7,45) pada tahap dini
Tes fungsi paru
Untuk mengetahui keadaan paru kanan dan paru kiri.
2.2.3 Perencanaan
1) Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar kapiler
ditandai dengan sesak napas, napas cuping hidung, sianosis.
Goal : Klien akan terbebas dari gangguan pertukaran gas
Objective : Klien akan meningkatkan elastisitas membran alveolar
Outcomes :Dalam jangka waktu 3 x 24 jam perawatan klien akan:
a) Jalan nafas bersih
b) Frekuensi jantung 100-140 x/menit
c) Pernapasan 40-60 x/menit
d) Takipneu atau apneu tidak ada
e) Sianosis tidak
Intervensi:
1. Posisikan untuk pertukaran udara yang optimal; tempatkan pada posisi
telentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung menghadap keatap
dalam posisi ’mengendus’.
R:untuk mencegah adanya penyempitan jalan nafas.
2. Hindari hiperekstensi leher.
R: karena akan mengurangi diameter trakea.
3. Observasi adanya penyimpangan dari fungsi yang diinginkan, kenali
tanda-tanda distres misalnya: mengorok, pernafasan cuping hidung,
apnea.
R: memastikan posisi sesuai dengan yang diinginkan dan mencegah
terjadinya distres pernafasan.
4. Lakukan penghisapan mukus.
R: menghilangkan mukus yang terakumulasi dari nasofaring, trakea,
dan selang endotrakeal.
5. Penghisapan selang endotrakeal sebelum pemberian surfaktan.
R: memastikan bahwa jalan napas bersih.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Respirasi Distress Syndrome (RDS) atau Sindrom Distres Pernapasan
adalah sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama
pada bayi yang baru lahir dengan masa gestasi kurang (Malloy, 2000).
Sindrom Distres Pernapasan adalah perkembangan yang imatur pada
sistem pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS
dikatakan sebagai hyalin membrane diseaser (Suriadi dan Yulianni, 2006).
Sindrom Distres Pernapasan adalah sekumpulan temuan klinis, radiologis,
dan histologis yang terjadi terutama akibat ketidakmaturan paru dengan unit
pernapasan yang kecil dan sulit mengembang dan tidak menyisakan udara
diantara usaha napas (Bobak, 2005).
Jadi berdasarkan dari beberapa sumber dapat disimpulkan bahwa RDS
adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidakmaturan dan ketidakmampuan sel
untuk menghasilkan surfaktan yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA