FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BATANGHARI
2019
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
LANDASAN TEORI.........................................................................................................3
A. Pengertian Limbah Cair..........................................................................................3
B. Klasifikasi Limbah Cair.........................................................................................3
C. Industri Batik..........................................................................................................4
BAB III..............................................................................................................................6
STUDI KASUS..................................................................................................................6
BAB IV..............................................................................................................................7
PEMBAHASAN................................................................................................................7
A. Sumber Limbah Cair..............................................................................................7
B. Karakteristik Limbah Cair......................................................................................7
C. Prinsip Pengolahan Limbah Cair..........................................................................10
D. Dampak Pencemaran Limbah Cair.......................................................................16
BAB V PENUTUP...........................................................................................................18
A. Kesimpulan..........................................................................................................18
B. Saran....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
masyarakat. Banyak aspek kesehatan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan
banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang atau dirangsang oleh faktor-
faktor lingkungan. Bagi pengusaha yang belum sadar terhadap akibat buangan
mencemarkan lingkungan, tidak memiliki program pengendalian dan
pencegahan pencemarann yang mengakibatkan bahan buangan yang keluar dari
pabrik langsung dibuang ke alam bebas.
Limbah membutuhkan pengolahan bila ternyata mengandung senyawa
pencemaran yang berakibat menciptakan kerusakan terhadap lingkungan atau
paling tidak potensial menciptakan pencemaran. Suatu perkiraan harus dibuat
lebih dahulu dengan jalan mengidentifikasi: sumber pencemaran, kegunaan jenis
bahan, sistem pengolahan,banyaknya buangan dan jenisnya, kegunaan bahan
beracun dan berbahaya yang terdapat dalam pabrik. Dengan adanya perkiraan
tersebut maka program pengendalian dan penanggulangan pencemaran perlu
dibuat. Sebab limbah tersebut baik dalam jumlah besar atau sedikit dalam jangka
panjang atau jangka pendek akan membuat perubahan terhadap lingkungan,
maka diperlukan pengolahan agar limbah yang dihasilkan tidak sampai
mengganggu struktur lingkungan. Pengolahan limbah bertujuan untuk
mengambil barang-barang berbahaya di dalamnya dan atau
mengurangi/menghilangkan senyawa-senyawa kimia atau nonkimia yang
berbahaya dan beracun.
Oleh karena itu, makalah ini disusun untuk memaparkan salah satu
proses pengolahan limbah cair yang dapat merusak lingkungan, sehingga kita
dapat mengetahui bagaimana seharusnya menangani limbah tersebut dengan
tepat.
1
B. Rumusan Masalah
1. Dari mana sumber limbah cair diperoleh?
2. Bagaimana karakteristik limbah cair yang diperoleh?
3. Bagaimana prinsip pengolahan limbah cair yang diperoleh?
4. Dampak apa saja yang ditimbulkan dari limbah cair yang diperoleh?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sumber limbah cair yang diperoleh,
2. Untuk mengetahui karakteristik limbah cair yang diperoleh.
3. Untuk mengetahui prinsip pengolahan limbah cair yang diperoleh.
4. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari limbah cair yang
diperoleh.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
hujuan turun, terjadilah hujan asam sebagai akibat terjadinya reaksi antara
gas-gas belerang dan nitrogen di udara dengan air hujan.Hujan asam pHnya
rendah, berasa masam, bersifat korosif dan kadang-kadang terasa gatal di
kulit.
C. Industri Batik
Industri batik dan tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair
yang berasal dari proses pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya tinggi,
limbah industri batik dan tekstil juga mengandung bahan-bahan sintetik yang
sukar larut atau sukar diuraikan. Setelah proses pewarnaan selesai, akan
dihasilkan limbah cair yang berwarna keruh dan pekat. Biasanya warna air
limbah tergantung pada zat warna yang digunakan. Limbah air yang berwarna-
warni ini yang menyebabkan masalah terhadap lingkungan. Limbah zat warna
yang dihasilkan dari industri tekstil umumnya merupakan senyawa organik non-
biodegradable, yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama
lingkungan perairan. Senyawa zat warna di lingkungan perairan sebenarnya
dapat mengalami dekomposisi secara alami oleh adanya cahaya matahari, namun
reaksi ini berlangsung relatif lambat, karena intensitas cahaya UV yang sampai
ke permukaan bumi relatif rendah sehingga akumulasi zat warna ke dasar
perairan atau tanah lebih cepat daripada fotodegradasinya.
Kualitas limbah cair industri batik sangat tergantung jenis proses yang
dilakukan, pada umumnya limbah cair bersifat basa dan kadar organik yang
tinggi yang disebabkan oleh sisa-sisa pembatikan. Pada proses pencelupan
(pewarnaan) umumnya merupakan penyumbang sebagian kecil limbah organik,
namun menyumbang wama yang kuat, yang mudah terdeteksi, dan hal ini dapat
mengurangi keindahan sungai maupun perairan. Pada proses persiapan, yaitu
proses nganji atau penganjian, menyumbang zat organik yang banyak
mengandung zat padat tersuspensi. Zat padat tersuspensi apabila tidak segera
diolah akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan dapat digunakan untuk
menilai kandungan COD dan BOD.
Kebanyakan penggunaan bahan pencelup dengan struktur molekul
organik yang stabil tidak dapat dihancurkan dengan proses biologis, untuk
menghilangkan warna air limbah yang efisien dan efektif adalah dengan
4
perlakuan secara biologis, fisik dan kimia (Alaerts, 1984 dalam Purwaningsih,
2008).
Proses pembuatan batik terbagi menjadi 5 tahapan, masing-masing
tahapan pembuatan menghasilkan limbah cair yang dapat mencemari
lingkungan.
5
BAB III
STUDI KASUS
6
BAB IV
PEMBAHASAN
7
Berikut merupakan penjelasan dari maisng-masing karakteristik.
1. Karakteristik fisik
a. Padatan : pada limbah cair terdapat padatan organik dan nonorganik yang
mengendap dan tersuspensi sehingga bisa mengendap dan menyebabkan
pendangkalan.
b. Kekeruhan : kekeruhan menunjukkan sifat optis di dalam air karena
terganggunya cahaya matahari saat masuk ke dalam air akibat adanya
koloid dan suspense. Kekeruhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi,
baik yang bersifat organik maupun anorganik.
c. Bau : bau dikarenakan karena adanya mikroorganisme yang menguraikan
bahan organik. Selain itu, disebabkan pula oleh udara yang dihasilkan pada
proses dekomposisi materi atau penambahan substansi pada limbah.
Pengendalian bau sangat penting karena terkait dengan masalah estetika.
d. Suhu atau temperatur : Merupakan parameter yang sangat penting
dikarenakan efeknya terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan
organisme air dan penggunaan air untuk berbagai aktivitas sehari – hari.
Limbah cair memiliki suhu yang berbeda dibandingkan dengan air biasa,
biasanya suhunya lebih tinggi karena adanya proses pembusukan.
e. Warna : Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan
waktu dan menigkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang
abu–abu menjadi kehitaman.
2. Karakteristik kimiawi
a. Keasaman (pH) : keasaman limbah cair dipengaruhi oleh adanya bahan
buangan yang bersifat asam atau basa. Agar limbah tidak berbahaya, maka
limbah diupayakan untuk memiliki pH netral. pH dapat mempengaruhi
kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat
mematikan kehidupan mikroorganisme. pH normal untuk kehidupan air
adalah 6– 8.
b. Nitrogen : umumnya terdapat sebagai bahan organik dan diubah menjadi
ammonia oleh bakteri sehingga menghasilkan bau busuk dan bisa
menyebabkan permukaan air menjadi pekat sehingga tidak bisa ditembus
cahaya matahari.
8
c. Biological Oxygen Demand (BOD) : Menunjukkan jumlah oksigen terlarut
yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau
mengoksidasi bahan–bahan buangan di dalam air
d. Chemical Oxygen Demand (COD) : Merupakan jumlah kebutuhan oksigen
dalam air untuk proses reaksi secara kimia guna menguraikan unsur
pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm (part per milion) atau ml
O2/ liter.(Alaerts dan Santika, 1984).
e. Dissolved Oxygen (DO) : adalah kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan
untuk respirasi aerob mikroorganisme. DO di dalam air sangat tergantung
pada temperatur dan salinitas
f. Ammonia (NH3) : Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi,
meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses
desinfeksi dengan chlor (Soemirat, 1994). Ammonia terdapat dalam
larutan dan dapat berupa senyawa ion ammonium atau ammonia.
tergantung pada pH larutan
g. Sulfida : Sulfat direduksi menjadi sulfida dalam sludge digester dan dapat
mengganggu proses pengolahan limbah secara biologi jika konsentrasinya
melebihi 200 mg/L. Gas H2S bersifat korosif terhadap pipa dan dapat
merusak mesin (Sugiharto, 1987).
h. Fenol : mudah masuk lewat kulit. Keracunan kronis menimbulkan gejala
gastero intestinal, sulit menelan, dan hipersalivasi, kerusakan ginjal dan
hati, serta dapat menimbulkan kematian (Soemirat, 1994). Merupakan
salah satu bahan organik yang berasal dari industri tekstil, kertas, minyak
dan batubara
i. Logam Berat : bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik sehingga
diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandung logam
berat. Cadmium dari industri tekstil, merkuri dari pabrik cat, raksa dari
industri perhiasan dan jenis logam berat yang lainnya
9
3. Karakteristik biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama
air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa
digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air
limbah.
Bakteri dalam air limbah berfungsi untuk menyeimbangkan DO dan
BOD. Sedangkan bakteri pathogen banyak terdapat dari hasil buangan dari
peternakan, rumah sakit, laboratorium, sanatorium, buangan rumah tangga
khususnya dari kamar mandi/wc. Kandungan bakteri pathogen serta organism
golongan E. coli terdapat juga dalam air limbah tergantung dari mana
sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air
limbah. Limbah industri tidak banyak mengandung bakteri kecuali dari bahan
produksinya memang berhubungan dengan potensi adanya bakteri
diantaranya industri makanan/minuman, pengalengan ikan dan daging,
abbatoir. Beberapa mikroorganisme dalam air limbah, antara lain:
a. Kelompok protista : virus, bakteri, jamur, protozoa
b. Kelompok tanaman dan bintang : algae, cacing
10
1. Pengukuran pH
Proses
2. Jar tes
Pendahuluan
3. Analisa
pengukuran
filtrasi
1. Bak
Penampung awal
3. Bak
Sedimentasi I
4. Bak Flokulasi-
Koagulasi
Proses 5. Bak
Pengolahan Sedimentasi II
6. Bak Kontrol
7. Bak Filtrasi
8. Bak
Pengolahan secara
Biologi
9. Bak Lumpur
11
Langkah-langkah pengolahan limbah cair industri batik cetak
1. Proses Pendahuluan
Sebelum dilakukan proses pengolahan limbah industri batik cetak perlu
dilakukan proses pendahuluan beberapa proses dalam skala laboratorium
diantaranya :
a) Proses pengukuran pH
Proses pengukuran pH ini ditujukan untuk menentukan jenis koagulan yang
sesuai dalam nilai pH terukur dan juga penentuan proses.
b) Proses jar test
Adalah ditujukan untuk menentukan baik jenis koagulan yang paling sesuai
dan dapat memperkirakan berapa jumlah maksimum koagulan yang
ditambahkan. Penentuan dosis bahan koagulan yaitu dengan percobaan jar test
caranya :
1) Tambahkan bahan koagulan dengan dosis yang bergradasi ke dalam
beberapa bejana / beaker gelas (umumnya 6 buah) yang masing-masing
berisi 1 liter air.
2) Dilakukan pengadukan secara cepat kurang dan diikuti pengadukan lambat
sekitar dan seterusnya untuk memberi kesempatan terjadinya proses
pengendapan flok yang terbentuk.
3) Lakukan analisis kekeruhan dengan mengambil sampel air pada lapisan atas
(supernatan) dari masing-masing bejana.
4) Plotkan data-data kekeruhan ini pada kurve yang memberi hubungan antara
dosis koagulan dengan tingkat kekeruhan yang terjadi. Secara visual, dosis
optimum ditunjukkan oleh jumlah bahan koagulan yang ditambahkan
kedalam percobaan yang menunjukkan kondisi air yang paling jernih atau
kekeruhan yang paling rendah.
c) Analisis pendahuluan filtrasi, tujuannya menentukan ketebalan dari bahan filter
terutama variasi ketebalan zeolit dengan kondisi ketebalan pasir kuarsa, ijuk,
maupun krikil dan krakal tetap.
12
Gambar 1. Lapisan Filtrasi
2. Proses pengolahan limbah cair batik cetak seperti terlihat pada gambar dibawah
ini terdiri atas :
13
a) Bak penampung awal
Bak penampung awal berfungsi untuk menampung limbah cair batik cetak
dari proses pencucian setelah proses pewarnaan (deying) dan pencetakan
(printing) dengan kapasitas kira-kira 50 m3 /hari. Dalam bak penampung
terdapat bar screen yang berfungsi untuk menyaring partikel-partikel yang
berukuran besar.
b) Bak Ekualisasi/Bak Kontrol
Bak ekualisasi berfungsi untuk menyimpan sementara dan mengatur aliran air
limbah batik cetak pada saat debit maksimum dan menambah volume
keluaran pada saat debit minimum (Qipta Galang Kualita, 1999). Bak
ekualisasi /bak kontrol adalah berfungsi untuk mengontrol homogenitas
limbah batik cetak yang akan masuk ke bak sedimentasi I dan membantu
kerja pompa agar tidak terlalu berat.
c) Bak Sedimentasi I
Air limbah cair batik yang berasal dari bak ekualisasi/bak kontrol dialirkan
masuk ke bak sedimentasi I dengan bantuan pompa. Air limbah cair dari bak
ekualisasi/bak kontrol masuk ke bak sedimentasi I dengan waktu tinggal
tertentu yang memberi kesempatan partikel yang ukuran lebih kecil yang
tidak dapat terpisahkan dalam bar screen maupun bak ekualisasi dengan
prinsip pemisahan secara gravitasi.
d) Bak Flokulasi-Kagulasi
Setelah dari bak sedimentasi I , secara overflow air limbah batik cetak
mengalir ke bak flokulasi – koagulasi , di bak ini dilakukan penambahan
bahan kimia koagulan yang sesuai dengan pH air limbah tersebut . Sebelum
dilakukan penelitian bak flokulasi koagulasi hanya ada satu bak, sedangkan
pada saat penelitian bak dibagi menjadi dua yaitu bak pengadukan cepat dan
pengadukan lambat. Pengadukan cepat berlangsung sekitar 2- 5 menit
dengan kecepatan sekitar 100 rpm selama 15 menit untuk memberi
kesempatan terjadinya flok-flok, dan air limbah cair batik cetak mengalir
secara luapan (overflow) ke bak pengadukan lambat dengan kecepatan
pengadukan sekitar 60 rpm selama 20 menit agar terbentuk gumpalan –
gumpalan yang lebih besar dan segera mengendap.
14
e) Bak Sedimentasi II
Setelah bak flokulasi–koagulasi air limbah batik cetak dialirkan ke bak
sedimentasi II secara luapan/ overflow ,dimana memberi kesempatan partikel-
partikel yang tidak terendapkan di bak flokulasi-koagulasi terendapkan di bak
sedimentasi II. Bak sedimentasi II dilengkapi dengan penghalang (baffle)
yang berfungsi memperlambat aliran , tetapi mempertinggi turbulensi dan
membantu proses pemisahan. Di dalam bak sedimentasi II dengan
penghalang (baffle) akan terjadinya kecepatan aliran secara horisontal dan
vertikal setelah air limbah menumbuk penghalang sehingga akan membantu
dalam proses pengendapan.
f) Bak Kontrol
Setelah dari bak sedimentasi II air limbah industri batik cetak dialirkan secara
overflow menuju bak kontrol. Bak kontrol ini untuk mengontrol seberapa jauh
hasil pengolahan dari bak sedimentasi II.
g) Bak Filtrasi
Sesudah dari bak kontrol air limbah mengalir melalui pipa-pipa menuju ke
bak filtrasi dan adsorbsi melalui pipa-pipa yang berada pada dinding batas
antara bak kontrol dan bak filtrasi dan adsorpsi. Bak filtrasi dan adsorpsi yang
didalam terdiri dari beberapa lapisan bahan adsorben yaitu zeolit yang
berfungsi sebagai filter dan adsorben, ijuk, pasir kuarsa ijuk dan krikil dan
krakal yang berfungsi sebagai filter dengan mencapai ketinggian maksimal
0,60 meter yang dilengkapi penyangga. Diharapkan di dalam bak filtrasi dan
adsorpsi bahan-bahan partikel koloid dan tersuspensi yang terdiri bahan
organik, anorganik serta logam berat (zat warna) dapat terserap dan
terendapkan di media filter dan adsorben.
h) Bak Pengolahan Secara Biologi
Air limbah batik Cetak dari bak filtrasi dan adsorpsi dialirkan ke bak
pengolahan secara biologi . Bak pengolahan secara biologi berfungsi untuk
lebih meningkatkan kualitas air limbah yang tidak dapat dilakukan di bak
pengolahan secara fisika (yaitu bak sedimentasi I, filtrasi dan adsorpsi,
sedimentasi II), bak proses pengolahan secara kimia (flokulasi-koagulasi)
yang akan dibuang ke lingkungan sekitarnya. Untuk pengolahan secara
15
biologi dilakukan dengan tumbuhan enceng gondok dan proses aerasi untuk
mengikat partikel-partikel organik maupun anorganik yang ukurannya sangat
lembut (halus).
i) Bak lumpur
Bak yang berfungsi menampung lumpur yang berasal dari bak sedimentasi I,
bak flokulasi koagulasi, dan bak kontrol yang dialirkan dengan bantuan
pompa.
16
terjadi pada air limbah menjadi terhambat, sehingga air limbah akan sulit
untuk diuraikan. Selain bahan-bahan kimia yang dapat mengganggu
kehidupan di dalam air maka juga akan terganggu dengan adanya pengaruh
fisik seperti temperatur tinggi yang dikeluarkan oleh industri yang
memerlukan proses pendinginan. Proses tersebut akan dapat mematikan
semua organisme jika tidak dilakukan proses pendinginan terlebih dahulu
sebelum dibuang ke saluran air limbah.
3. Dampak terhadap Keindahan
Semakin banyaknya jumlah produk yang dihasilkan maka akan
semakin banyak pula jumlah limbah yang akan terbuang. Limbah yang
terbuang dari pabrik tersebut perlu dilakukan pengendapan terlebih dahulu
sebelum dibuang ke saluran air limbah. Selama pengendapan yang
membutuhkan waktu yang sangat lama tersebut maka akan terjadi proses
pembusukan, sehingga akan menimbulkan bau, warna air limbah yang kotor
dan memerlukan tempat yang sangat besar dan banyak, dapat mengganggu
keindahan tempat sekitarnya.
4. Dampak terhadap Kerusakan Benda
Apabila air limbah mengandung gas oksida yang agresif, maka akan
mempercepat proses terjadinya karat pada benda yang terbuat dari besi.
Dengan cepat rusaknya benda tersebut maka biaya pemeliharaannya akan
semakin besar juga, yang berarti akan menimbulkan kerugian material
17
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengolahan limbah industri batik cetak mencakup perlakuan pendahuluan
yang meliputi pengukuran pH, jar tes dan analisis ketebalan filtrasi. Dan proses
pengolahan limbah yang meliputi 9 tahap, yaitu bak penampung awal, bak
ekualisasi/pengontrol, bak sedimentasi I, bak flokulasi-koagulasi, bak
sedimentasi II, bak kontrol, bak filtrasi, bak pengolahan secara biologi, dan bak
lumpur.
Tujuan dari pengolahan limbah cair industri batik cetak ini untuk
menurunkan kadar pencemar sehingga limbah cair yang dihasilkan sesuai
dengan baku mutu limbah cair yang ditetapkan oleh pemerintah sehingga tidak
mencemari lingkungan.
B. Saran
Pada pembubuhan koagulan dan flokulan sebaiknya sesuai kondisi limbah
yang masuk, bukan berdasarkan pengalaman, karena karakteristik limbah yang
bervariasi dan fluktuatif.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, Pedana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan Dan Limbah Industri Ms.Cv
Yrama Widya. Hal 17-18. Jakarta.
Junaidi, dkk. Analisis Teknologi Pengolahan Limbah Cair Pada Industri Tekstil
(Studi Kasus Pt. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta).
Muljadi. 2009. Efisiensi Instalasi Pengolahan Limbah Cair Industri Batik Cetak
Dengan Metode Fisika-Kimia Dan Biologi Terhadap Penurunan Parameter
Pencemar (Bod, Cod, Dan Logam Berat Krom (Cr) (Studi Kasus Di Desa
Butulan Makam Haji Sukoharjo) Vol. 8. No. 1. 8 Januari 2009 : 7–16. Program
Studi Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
19